Anda di halaman 1dari 35

Laporan Praktikum Biokimia I

Analisis Vitamin C

A. Judul Percobaan:
Analisis Vitamin C
B. Hari/tanggal Percobaan:
Selasa, 10 September 2019, 13.00 WIB
C. Hari/tanggal Selesai Percobaan:
Selasa, 10 September 2019, 15.30 WIB
D. Tujuan Percobaan:
1. Menentukan kadar vitamin C didalam sampel buah nanas (Ananas
comosus L. Merr)
E. Dasar Teori
1. Pengertian Vitamin
Vitamin merupakan suatu kelompok senyawa organik yang tidak
termasuk dalam golongan karbohidrat, protein maupun lemak dan terdapat
dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting
perannya bagi beberapa fungsi tubuh tertentu untuk menjaga pertumbuhan
dan kelangsungan hidup (Chaerani, 2010).
Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy
Szent tahun 1928. Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot
molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme.
Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah
kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah
"vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai dalam pengertian
biokimia karena tidak memiliki kesamaan struktur tetapi akhirnya
dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama ini berasal
dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom
nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kemudian
diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N
(Page, 1989).
Vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut
dalam air (seperti vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang
larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K). Oleh karena sifat

1
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

kelarutannya tersebut, vitamin yang larut dalam air tidak dapat disimpan
dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan
dalam tubuh sebagai cadangan lemak (Girinda, 1986).
2. Vitamin C
a. Struktur Vitamin C

Gambar 1. Struktur vitamin C


(Sumber: Muray, R.K, DK. Granner, dan VW. Rodwell, 2006).
b. Sifat Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat
ditemukan dalam berbagai buah-buahan dan sayuran. Vitamin C
berwarna putih, berbentuk kristal senyawa organik, dan dapat disintesis
dari glukosa atau diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti
jus jeruk (Page, 1989).
Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya,
asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor
seperti glutation dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan
dengan protein yang manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat
adalah merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus
enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam
askorbat dan dehidro asam askorbat. Vitamin C memiliki sifat yang
larut dalam air dan mudah rusak oleh panas udara, alkali enzim, stabil
pada suasana asam (Soewoto dkk, 2000).
Dehidroskorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara.
Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh.
Merupakan kristal putih tidak berbau yang larut dalam air (tetapi
kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam larutan dan
penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama
2
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

bila ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat) (Muray, R.K,
DK. Granner, dan VW. Rodwell, 2006).
c. Fungsi Vitamin C
Vitamin C dapat membantu dalam proses metabolisme energi,
karena vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh tetapi dikeluarkan
melalui urine maka vitamin ini dapat dikonsumsi setiap hari untuk
mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal
(Chaerani, 2010).
Vitamin C dikenal sebagai penangkal radikal bebas dalam fasa cair
sel dalam sistem peredaran darah. Vitamin C bertindak ampuh
mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal.
Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat
mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membran dan protein.
Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam
tubuh (Girinda, 1986).
Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen
interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak
terdapat dalam tulang rawan,kulit bagian dalam tulang, dentin, dan
vasculair endothelium. Asam askorbat sangat penting peranannya
dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi
hidroksi prolin dan hidroksilisin. Vitamin C juga memiliki peran dalam
berbagai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan kerja enzim yang
mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti, Peran-peran itu adalah
oksidasi fenilanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam
saluran pencernan sehingga besi lebih mudah terserap, melepaskan
besi dari transferin dalam plasma agar dapat bergabung ke dalam
feritin jaringan, serta pengubah asam folat menjadi bentuk yang aktif
asam folinat. Diperkirakan vitamin C juga berperan dalam
pembentukan hormon steroid dan kolesterol (Page, 1989).
Asam askorbat nampaknya berfungsi sebagai kofaktor di dalam
hidroksilasi enzimatik residu prolin pada kolagen dari jaringan
pengikat vertebrata, membentuk residu 4-hidroksiporlin. Walaupun

3
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

asam askorbat kelihatannya berfungsi dalam pembentukan dan


pertahanan komponen utama pada jaringan pengikat hewan tingkat
tinggi, tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa fungsi ini
merupakan fungsi satu-satunya atau bahkan fungsi utama vitamin ini
(Lehninger, 1982).
d. Sumber Vitamin C
Sumber vitamin C berasal dari sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan. Buah yang memiliki kandungan vitamin C lebih tinggi antara
lain jambu biji, anggur, leci, pepaya, strawberry, jeruk bali, nanas,
markisa, jeruk, kiwi, sukun, mangga, belimbing, lemon, melon, dan
alpukat (Poedjiadi, 2009).
e. Defisiensi Vitamin C
Gejala yang tampak saat kekurangan vitamin C adalah gusi
berdarah, mudah memar, kulit kering, lemah (kurang energi), mimisan,
gampang infeksi, nyeri sendi (Permana, Santoso, dan Dewi, 2018).
3. Sampel Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr)

Gambar 2. Buah Nanas


Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki
nama ilmiah (Ananas comosus L. Merr). Nanas pertama kali berasal dari
kawasan Brasilia (Amerika Serikat) dan dibawa ke Indonesia pada abad
ke-16. Saat ini nanas telah banyak dibudidayakan baik di daerah tropik,
maupun sub tropik (Prihatman, 2000). Klasifikasi ilmiah untuk buah nanas
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae

4
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub-kelas : Commelinida
Ordo : Bromeliale
Familia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas comosus L. Merr
(Barus, 2008).
Sumber vitamin C pada sayuran seperti: paprika merah, brokoli,
kubis, dan sumber vitamin C pada buah seperti buah jeruk, buah naga,
buah apel, buah mangga, buah belimbing, dan salah satunya adalah buah
nanas (Pambudi, 2019).
Adapun kandungan gizi pada buah nanas segar (per 100 gram
bahan) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi buah nanas segar
Kandungan Gizi Jumlah
Vitamin A (SI) 130
Vitamin C (mg) 24
Vitamin B1 (mg) 0,08
Kalori (kal) 52
Protein (g) 0,4
Lemak (g) 0,2
Serat (g) 1,4
Karbohidrat (g) 16
Fosfor (mg) 11
Air (g) 85,3
Bagian yang dapat dimakan (%) 53
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1998.

5
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

Buah nanas termausk dalam genus Ananas dan memiliki nama


latin Ananas comosus L. Merr. Komponen utama aroma buah nanas adalah
terpen, keton, aldehid, dan ester. Seratus gram buah nanas mengandung
52,0 kkal; 13,7 gram karbohidrat; 0,54 gram protein; 130 I.U vitamin A;
24 mg vitamin C; dan 150 mg kalium. Seratus gram buah nanas dapat
mencukupi 16,2% kebutuhan vitamin C (Chauliyah dan Murbawani,
2015).
4. Metode Penentuan Kadar Vitamin C
Metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C
diantaranya adalah metode spektrofotometri UV-Vis dan metode
iodimetri. Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan
kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan
terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk
instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak
digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan
metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian
(Haryadi, 1990).
5. Titrasi Iodimetri
a. Titrasi Iodimetri
Titrasi iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang prinsipnya
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. iodimetri merupakan titrasi
terhadap zat-zat reduktor yang dilakukan secara langsung. Titrasi
iodimetri ini dapat dilakukan untuk menentukan kadar zat-zat oksidator
secara langsung, seperti kadar yang terdapat dalam serbuk vitamin C.
Dalam bidang farmasi metode ini dapat juga digunakan untuk
menentukan kadar zat-zat oksidator lainnya (Day dan Underwood,
2002).
Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks. Titrasi-titrasi redoks
didasarkan pada perpindahan elektron antara titran dengan analit. Jenis
titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik
akhir. Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana
terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk

6
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai


hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator
adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung
mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu
berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah
oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada
atomnya saja. (Soebagio, dkk. 2003)
b. Prinsip Titrasi Iodimetri Pada Penentuan Kadar Vitamin C
Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan
mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh
beberapa logam terutama Cu dan Ag. Penetapan vitamin C ini
dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri langsung yaitu titrasi dengan
I2 sebagai titernya. Iodimetri merupakan titrasi langsung dan
merupakan metode penentuan atau penetapan kuantitatif yang dasar
penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida. Pada titrasi
iodimetri, larutan standar Iodium digunakan sebagai titran dengan
indikator larutan amilum. Prinsip utama iodometri adalah Iod bebas
seperti halogen lain dapat menangkap elektron dari zat pereduksi,
sehingga iod sebagai oksidator ion siap memberikan elektron dengan
adanya zat penangkap elektron (Day dan Underwood, 2002).
Pada analisis vitamin C atau asam askorbat, maka prinsip kerjanya
adalah larutan I2 akan bereaksi terlebih dahulu dengan vitamin C,
kemudian ketika vitamin C telah habis maka larutan I2 yang berlebih
akan bereaksi dengan larutan amilum, sehingga akan menghasilkan
larutan kompleks iod-amilum. Pada saat vitamin C bereaksi dengan
larutan iodium maka akan terjadi reaksi oksidasi. Vitamin C ini dapat
bereaksi dengan larutan iodin (I2), yang akan mengubah I2 menjadi ion
iodide (I-) sehingga iodin mengalami reduksi atau berperan sebagai
oksidator, sedangkan vitamin C akan mengalami oksidasi. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:

7
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

+ I2 → + 2I- + 2H+
6. Rumus Perhitungan
Kadar (mg)
VI2 x N I2
a ( mg /mL )= x 0,88 (mg)
0,01
a x Volume pengenceran
Kadar (mg) =
Volume sampel
100 gram
Kadar (mg/ 100 gram) = kadar (mg) x
berat sampel( mg)
Volume pengenceran a
Kadar (%) = x x 100%
volume sampel berat sampel
(Tim Biokimia, 2018).
F. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Gelas ukur Herma 10 mL 1 buah
2. Erlenmeyer Duran 100 mL 5 buah
3. Pipet tetes 5 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Statif 1 buah
6. Klem 1 buah
7. Pisau 1 buah
8. Mortar 1 buah
9. Alu 1 buah
10. Neraca analitik 1 buah
11. Labu ukur 100 mL 1 buah
12. Kertas saring 1 buah
13. Corong kaca 1 buah
14. Gelas kimia 100 mL 5 buah
15. Spatula (kaca dan besi) 2 buah
b. Bahan

8
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

1. Aquades 160 mL
2. Larutan amilum 1% 20 tetes
3. Larutan standar Iodium 0,001 N secukupnya
4. Buah Nanas sebagai sampel 10 gram

9
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

G. Alur
1. Titrasi Pada Larutan Blanko

20 mL aquades

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL


Ditambahkan amilum 1% sebanyak 3 tetes
Dititrasi dengan larutan standar Iodium 0,01 N
Dihitung volume larutan standar Iodium 0,01 N yang
digunakan untuk titrasi

Volume larutan standar Iodium 0,01 N

Reaksi:
 Reaksi antara I2 dengan amilum

n + nI2 →

n + 2 H2O (l)
Kompleks iod-amilum
2. Titrasi Pada Larutan Sampel Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr)
Buah

1. Dikupas dan ditimbang sebanyak 10 gram


2. Dihancurkan dengan mortar sampai diperoleh slurry
(lembut)
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
4. Ditambahkan aquades sampai tanda batas (jangan lupa
membilas mortar)
5. Ditunggu selama 15 menit sambil kadang-kadang dikocok
6. disaring

Filtrat Residu

10
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

Filtrat

Diambil 10 mL filtrat dengan pipet ukur


Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL
Ditambahkan amilum 1% sebanyak 3 tetes
Ditambahkan 20 mL aquades
Dititrasi dengan larutan standar Iodium 0,01 N
Dihitung volume larutan standar Iodium 0,01 N yang
digunakan untuk titrasi
Diulangi proses titrasi sebanyak 3 kali
Dihitung kadar vitamin C

Kadar rata-rata vitamin C

(Tim Biokimia, 2018).


Reaksi:
 Reaksi antara asam askorbat (dari vitamin C sampel buah nanas)
dengan I2

+ I2 → +
2I- + 2H+
 Setengah reaksi:
I2 + 2e- ↔ 2I-
C6H8O6 → C6H6O6 + 2e- + 2H+
I2 + C6H8O6 → C6H6O6 + 2I- + 2H+
 Reaksi antara I2 dengan amilum

11
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

n + nI2 →

n + 2 H2O (l)
H. Perhitungan
o Kadar (mg)
V I2 x NI2
a ( mg /mL )= x 0,88 (mg)
0,01
a x Volume pengenceran
Kadar (mg) =
Volume sampel
100 gram
Kadar (mg/ 100 gram) = kadar (mg) x
berat sampel( mg)
o Kadar (%)
Volume pengenceran a
Kadar (%) = x x 100%
Volume sampel berat sampel(mg)

12
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

I. Hasil Pengamatan
No. Hasil Pengamatan
Perc Prosedur Percobaan Sebelum Sesudah Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
.
1. Titrasi Pada Larutan Blanko  Aquades  Aquades +  Reaksi antara I2 dengan amilum Titrasi blanko
cairan amilum 1%: dengan I2
20 mL aquades
tidak larutan tidak membutuhkan
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 berwarna berwarna larutan I2 sebanyak
mL
n + 0,1 mL dan
Ditambahkan amilum 1% sebanyak 5  Larutan  Dititrasi
tetes nI2 → menghasilkan
amilum 1 dengan
Dititrasi dengan larutan standar Iodium
% tidak larutan I2: kompleks iod-
0,001 N (maksimal 1,5 mL)
Dihentikan proses titrasi ketika larutan berwarna larutan amilum yang
berubah menjadi biru n
 Larutan I2 berwarna berwarna biru
Dihitung volume larutan standar Iodium Kompleks iod-amilum
0,001 N yang digunakan untuk titrasi 0,001 N biru (++++)
+ 2 H2O (l)
berwarna  Volume
 Larutan blanko dapat digunakan
Volume larutan standar Iodium 0,001 N kuning larutan I2
sebagai pembanding terhadap
kecoklatan yang
pelarut dalam reaksi yang
digunakan
digunakan
untuk titrasi
= 0,1 mL

13
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

2. Titrasi Pada Larutan Sampel (Buah Nanas)  Buah  Nanas  Kadar vitamin C dalam buah Berdasarkan
nanas dihancurkan nanas sebanyak 24 mg percobaan
Buah
(sampel) sampai (Chauliyah dan Murbawani, diperoleh kadar
Dikupas dan ditimbang sebanyak 10 padat slurry 2015). vitamin C dalam
gram
Dihancurkan dengan mortar sampai
berwarna terdapat  Reaksi antara asam askorbat buah nanas
diperoleh slurry (lembut) kuning larutan (vitamin C) dari sampel buah (Ananas comosus
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL L. Merr) sebesar
 Aquades berwarna nanas dengan I2
Ditambahkan aquades sampai tanda
batas (jangan lupa membilas mortar) cairan kuning 0,000088%
Ditunggu selama 15 menit sambil tidak  Ditambahkan
kadang-kadang dikocok
disaring berwarna aquades
 Larutan sampai tanda
+
amilum 1 batas dan
I2 →
Filtrat Residu % tidak dikocok:
berwarna larutan
 Larutan I2 berwarna
0,001 N kuning
berwarna  Setelah +
kuning disaring 2I- + 2H+
kecoklatan didapatkan
filtrat tidak

14
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

berwarna  Setengah reaksi:


dan residu I2 + 2e- ↔ 2I-
berwarna C6H8O6 → C6H6O6 + 2e- + 2H+
kuning
 Filtrat + 5 I2 + C6H8O6 → C6H6O6 + 2I- +
tetes amilum 2H+
1%: larutan  Ketika vitamin C habis bereaksi
tidak dengan larutan I2, maka I2
berwarna membentuk kompleks dengan
 Ditambahkan amilum
aquades:
larutan tidak
berwarna n +
nI2 →
 Dititrasi
dengan
larutan I2:
n
larutan
Kompleks iod-amilum
berwarna
+ 2 H2O (l)
biru
 Volume

15
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

larutan I2
yang
digunakan
untuk titrasi
V1 = 0,3 mL
(+++)
V2 = 0,1 mL
(+)
V3 = 0,2 mL
(++)

16
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

J. Analisis dan Pembahasan


Percobaan yang dilalukan berjudul “Analisis Vitamin C”. Tujuan dari
percobaan ini yaitu menentukan kadar vitamin C didalam sampel Buah Nanas
(Ananas comosus L. Merr). Pada percobaan ini terdiri dari 2 tahap percobaan
yaitu titrasi pada larutan blanko dan titrasi pada larutan sampel.
Prinsip dasar yang digunakan dalam percobaan analisis vitamin C
adalah menggunakan titrasi iodimetri yakni titrasi langsung dengan larutan I 2
sebagai peniternya.
Spesifikasi alat-alat yang digunakan dalma percobaan yaitu gelas ukur
herma 10 mL, erlenmeyer duran 100 mL, pipet tetes, buret 50 mL, statif dan
klem, pisau, mortar dan alu, neraca analitik, labu ukur 100 mL dan corong
kaca, kertas saring, gelas kimia dan spatula. Sedangkan untuk bahan yang
digunakan adalah aquades, larutan amilum 1%, larutan I2 sebagai titran dan
juga buah nanas sebagai sampel.
1. Titrasi Pada Larutan Blanko
Pada tahap percobaan titrasi larutan blanko bertujuan untuk
mengetahui kualitas I2 yang akan digunakan titrasi larutan sampel selain
itu mengetahui kondisi amilum apakah masih layak untuk digunakan
karena amilum mudah terurai oleh mikroba, jika masih layak digunakan
maka warna yang dihasilkan berwarna biru sesuai dengan warna pada
teoritis.
Pada penyimpanannya larutan amilum ditambahkan dengan
larutan pengawet yaitu HgI2, asam borat dan asam furoat yang tampak
mengendap dibagian bawah botol berwarna jingga. serta disimpan pada
suhu rendah seperti dalam lemari pendingin karena bakteri akan in aktif
pada suhu yang rendah sehingga tidak dapat mengurai amilum menjadi
amilopektin.
Pembuatan larutan blanko ini juga bertujuan untuk kalibrasi
sebagai larutan pembanding antara larutan blanko (tanpa analit) dengan
larutan sampel yang mengandung analit. Karena definisi dari larutan
blanko itu adalah larutan yang perlakuannya dibuat sama dengan larutan
sampel tetapi tidak mengandung analit sehingga dapat membantu

17
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

menentukan volume I2 yang benar-benar bereaksi dengan vitamin C saat


titrasi sampel dengan cara mengurangi volume I2 yang digunakan untuk
titrasi sampel dengan volume I2 yang digunakan dalam titrasi pada larutan
blanko.
Bahan yang digunakan sebagai pembanding yaitu aquades yang
dititrasi dengan I2. Menggunakan aquades karena aqudes mudah beraksi
dengan I2 dan amilum, dan termasuk dalam pelarut yang baik.
Langkah pertama yang dilakukan adalah 20 mL aquades (cairan
tidak berwarna) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, kemudian
ditambahkan dengan larutan amilum 1% (tidak berwarna) sebanyak 5
tetes. Amilum 1% ini digunakan sebagai indikator yang dapat
menunjukkan perubahan warna dari larutan, dalam hal ini amilum
merupakan indikator adanya sehingga dapat diketahui titik akhir titrasinya.
Setelah itu dititrasi dengan larutan larutan standar Iodium 0,001 N (larutan
berwarna kuning kecoklatan) dihentikan proses titrasi ketika telah
mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan berubahnya warna larutan
menjadi biru (++++). Kemudian dihitung volume larutan Iodium yang
digunakan untuk titrasi dan didapatkan larutan Iodium 0,001 N yang
digunakan untuk titrasi sebesar 0,1 mL yang dijadikan sebagai volume
blanko.
Ketika larutan Iodium bereaksi dengan amilum sebagai
indikatornya maka reaksi yang terjadi antara iodium dengan amilum akan
membentuk kompleks iod-amilum yang ditandai dengan perubahan warna
larutan menjadi biru, juga sebagai penentuan titik akhir titrasi.
Berdasarkan percobaan didapatkan larutan berwarna biru maka larutan I2
masih layak digunakan sebagai titran dan amilum masih layak digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui titik akhir titrasi. Reaksinya adalah:

n + nI2 →

n + 2 H2O (l)
18
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

Kompleks iod-amilum

2. Titrasi Pada Larutan Sampel Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr)


Tujuan titrasi pada larutan sampel ini adalah untuk menentukan
kadar vitamin C dalam sampel buah nanas. Prinsip dasar yang digunakan
dalam percobaan analisis vitamin C adalah adanya reaksi oksidasi reduksi
dengan menggunakan titrasi iodimetri yakni titrasi langsung dengan
larutan I2 sebagai peniternya untuk mennetukan kadar vitamin C dalam
buah nanas.
Langkah pertama yang dilakukan dalam titrasi sampel buah nanas,
tentunya preparasi buah nanas terlebih dahulu. Buah nanas segar yang
berwarna kuning dikupas dengan menggunakan pisau dan ditimbang
dalam gelas kimia sebanyak 10 gram dengan menggunakan neraca
analitik, setelah itu buah nanas dihancurkan dalam mortar dengan
menggunakan alu sampai diperoleh slurry (lembut) dan setelah dihaluskan
terdapat larutan berwarna kuning. Buah nanas dihaluskan untuk
memperbesar luas permukaannya agar semua vitamin C dari buah nanas
terekstrak atau didapatkan vitamin C yang optimal dan diambil sebagai
analit dalam titrasi sampel.
Buah nanas yang telah halus dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL dengan ditambahkan aquades (cairan tidak berwarna) sampai tanda
batas. Ditunggu selama 15 menit sambil kadang-kadang dikocok. Fungsi
didiamkan selama 15 menit ini adalah agar buah nanas dapat terlarut
dengan sempurna. Proses pengocokan dilakukan dengan cara membolak-
balikkan labu ukur yang berfungsi agar filtrat yang dihasilkan dapat
homogen, agar tidak ada yang mengendap sehingga larutan dapat
bercampur dan mengoptimalkan proses ekstraksi yang terjadi. Setelah itu
di saring dengan menggunakan kertas saring dan didapatkan residu buah
nanas berwarna kuning serta filtrat yang tidak berwarna. filtrat tersebut
diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL untuk
dilakukan titrasi. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan residu dengan
filtratnya karena filtrat inilah yang akan digunakan sebagai analit dalam
titrasi sampel dengan metode titrasi iodimetri. Sebelum dititrasi, filtrat

19
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

ditambahkan dengan larutan amilum 1% (larutan tidak berwarna)


sebanyak 5 tetes. Amilum 1% ini digunakan sebagai indikator yang dapat
menunjukkan perubahan warna dari larutan, dalam hal ini amilum
merupakan indikator adanya iod yang berlebih (excess) sehingga dapat
diketahui titik akhir titrasinya. Karena amilum dapat bereaksi dengan iod,
dengan adanya iodida maka akan membentuk senyawa kompleks amilum-
iod. Amilum disimpan pada suhu rendah seperti dalam lemari pendingin
agar amilum tidak terkontaminasi, tidak mudah rusak, dan tidak
terhidrolisis oleh bakteri karena bakteri akan in aktif pada suhu yang
rendah sehingga tidak dapat mengurai amilum menjadi amilopektin. Jika
terhidrolisis oleh bakteri maka amilum akan menjadi glukosa karena
bercampur dengan air. pada bakteri terdapat enzim yang dapat
menyebabkan kontaminasi dengan larutan amilum. Agar tidak mudah
terdekomposisi oleh bakteri maka pada penyimpanannya larutan amilum
ditambahkan dengan HgI2 yang merupakan bulir merah yang berfungsi
sebagai pengawet. Pengawet lainnya yang dapat digunakan adalah asam
borat, asam fuorat, dan asam kuorat.
Langkah selanjutnya ditambahkan aquades (cairan tidak berwarna)
dna didapatkan larutan yang tidak berwarna. Penambahan aquades ini
adalah karena vitamin C adalah jenis vitamin yang dapat larut di dalam air,
dan jika menggunakan pelarut organik yang lain dikhawatirkan senyawa
organik tersebut akan bereaksi dengan vitamin C yang nantinya akan
menyebabkan kadar vitamin C yang didapatkan menjadi tidak optimal.
Penambahan aquades bertujuan agar konsentrasi larutan menjadi kecil
karena filtrat yang terlalu pekat akan sulit dideteksi perubahan warnanya
sehingga memerlukan larutan I2 lebih banyak. Setelah itu barulah dititrasi
dengan larutan Iodium 0,001 N dan dihentikan proses titrasinya sampai
larutan berwarna biru yang memiliki kepekatan warna yang berbeda-beda.
Dititrasi dengan larutan standar Iodium bertujuan untuk mengoksidasi
vitamin C sehingga vitamin C akan mereduksi larutan I2 menjadi I-.
Larutan Iodium disimpan dalam botol reagen dan buret yang gelap dengan

20
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

tujuan untuk mencegah terjadinya penguraian oleh cahaya, karena larutan


I2 memiliki sifat yang sensitif terhadap cahaya.
Titik akhir dicapai sesaat setelah titik ekivalen dicapai atau sesaat
setelah analit dan larutan standar tepat bereaksi, titik akhir titrasi ditandai
dengan adanya perubahan warna menjadi berwarna biru yang disebabkan
oleh adanya reaksi antara amilum dengan larutan I2 yang berlebih.
Prinsip kerjanya adalah adanya reaksi oksidasi reduksi, yakni
larutan I2 tereduksi oleh vitamin C dari I2 menjadi I- (vitamin C sebagai
reduktor), sedangkan vitamin C akan teoksidasi dari C 6H8O6 menjadi
C6H6O6 (I2 sebagai oksidator). Struktur vitamin C:

(Sumber: Muray, R.K, DK. Granner, dan VW. Rodwell, 2006).


Pada mulanya vitamin C yang berada di dalam erlenmeyer akan
bereaksi dengan larutan I2 sebagai titrannya, dengan reaksi sebagai berikut:
o Reaksi antara asam askorbat (vitamin C) dari sampel buah nanas
dengan I2

+ I2 → +
2I- + 2H+
Reaksi yang terjadi adalah asam askorbat teroksidasi oleh Iod yang
pada reaksi ini merupakan oksidator. Setelah itu, asam askorbat yang
bereaksi dengan iod menghasilkan Asam dehidroskorbat dan 2I-.
o Setengah reaksi:
I2 + 2e- ↔ 2I-
C6H8O6 → C6H6O6 + 2e- + 2H+

21
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

I2 + C6H8O6 → C6H6O6 + 2I- + 2H+


ketika vitamin C alam erlenmeyer telah habis bereaksi dengan I2
maka I2 yang berlebih akan bereaksi dengan amilum yang ada di dalam
erlenmeyer sehingga membentuk kompleks iod-amilum yang berwarna
biru. Reaksinya adalah:

n + nI2 →

n + 2 H2O (l)
Titrasi pada larutan sampel buah nanas dilakukan 3 kali
pengulangan untuk meminimalkan adanya galat atau kesalahan dan
didapatkan volume larutan Iodium untuk titrasi.
Definisi dari larutan blanko itu adalah larutan yang perlakuannya
dibuat sama dengan larutan sampel tetapi tidak mengandung analit.
Perlakuan tersebut mulai dari aquades yang ditambahkan sama-sama
berjumlah 20 mL, ditambahkan amilum dan juga dititrasi dengan larutan
Iodium, bedanya yang disampel terdapat analit berupa asam askorbat
sedangkan dalam larutan blanko tidak terdapat analit. Larutan blanko
adalah larutan yang dibuat sama perlakuan sama dengan larutan sampel
tetapi tidak mengandung analit yakni vitamin C. Tujuan dibandingkannya
larutan blanko dengan larutan sampel, ketika dibuat perlakuan yang sama
maka dapat ditentukan jumlah larutan I2 yang digunakan yang benar-benar
bereaksi dengan asam askorbat. Untuk mendapatkan volume larutan
Iodium yang benar-benar bereaksi dengan vitamin C maka volume Iodium
pada titrasi sampel dikurangi dengan volume Iodium pada titrasi blanko.
Dengan demikian volume Iodium yang benar-benar bereaksi dengan
vitamin C adalah:
Volume Iodium yang
Pengulangan Volume iodium untuk
bereaksi dengan vit C
ke- titrasi (V sampel)
V = (V sampel – V blanko)

22
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

1 0,3 mL (+++) V1 = 0,3 – 0,1 = 0,2 mL


2 0,1 mL (+) V2 = 0,1 – 0,1 = 0 mL
3 0,2 mL (++) V3 = 0,2 – 0,1 = 0,1 mL

Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung kadar vitamin C


yang ada dalam sampel buah nanas:
 Titrasi pengulangan 1
V 1 x N I 2 x 0,88 mg 0,2 x 0,001 x 0,88
a (mg/mL) = = = 0, 0176 mg/L
0,01 0,01
a 0,0176
% kadar1 = x 100% = x 100% = 0,000176%
berat sampel 10.000
 Titrasi pengulangan 2
% kadar 2 = 0% karena V I2 untuk titrasi 0 mL
 Titrasi pengulangan 3
V 3 x N I 2 x 0,88 mg 0,1 x 0,001 x 0,88
a (mg/mL) = = = 0, 0088 mg/L
0,01 0,01
a 0,0088
% kadar1 = x 100% = x 100% = 0,000088%
berat sampel 10.000
% kadar 1+ % kadar 2+% kadar 3
 Kadar rata-rata vitamin C =
3
0,000176 %+ 0 %+0,000088 %
=
3
= 0,000088%
Didapatkan kadar vitamin C dalam sampel buah nanas sebesar
0,000088%. Hal tersebut tidak sesuai dengan kadar sampel dalam buah
nanas secara teori yaitu sebesar 24 mg (Chauliyah dan Murbawani, 2015).
K. Diskusi
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan kadar vitamin C
dalam sampel buah nanas sebesar 0,000088%, berbeda dengan kadar secara
teoritis yaitu sebesar 24 mg (Chauliyah dan Murbawani, 2015). Ketidak
sesuaian tersebut dapat terjadi karena 3 faktor:
1) Tingkat kematangan buah, semakin matang sampel buah nanas maka
kadar vitamin C nya akan semakin berkurang.

23
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

2) Lingkungan tempat tumbuh buah, seperti kondisi tanah dan ketinggian


wilayah, suhu yang sesuai (kondisi lingkungan buah) juga dapat
mempengaruhi kandungan vitamin C yang ada di dalam sampel buah
nanas.
3) Vitamin C dalam buah nanas sudah teroksidasi (dalam hal preparasi
sampelnya, waktu yang digunakan dalam preparasi sampel yang kami
lakukan bisa jadi berbeda dengan praktikan pada literatur. Sampel buah
yang telah terkupas, semakin lama buah nanas dibiarkan ditempat terbuka
maka akan terpapar dengan oksigen, sehingga semakin sering vitamin C
dalam buah nanas teroksidasi (oksidasi karena adanya pengikatan
oksigen).
L. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan
berdasarkan tujuan adalah:
1. Pada titrasi larutan blanko
Larutan blanko dapat dijadikan sebagai pembanding untuk larutan
sampel, dibuktikan dengan larutan I2 yang bereaksi dengan amilum
membentuk kompleks berwarna biru.
2. Pada titrasi larutan sampel Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr)
a. Iodimetri adalah analisa titimetrik secara langsung untuk zat yang
bersifat reduktor dengan I2 sebagai titrannya, dimana zat ini akan
mereduksi iodium menjadi iodine (I-). Iodimetri dapat digunakan untuk
penentuan kadar vitamin C karena vitamin C dapat mereduksi I2
menjadi I-.
b. Terbentuk kompleks iod-amilum menandakan bahwa titik akhir titrasi
telah tercapai yang ditandai dengan perubahan warna, karena vitamin
C telah habis bereaksi dengan larutan I2, sehingga I2 yang berlebih
bereaksi dengan amilum membentuk kompleks iod-amilum.
c. Berdasarkan percobaan diperoleh kadar vitamin C dalam buah nanas
sebesar 0,000088%. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yaitu
sebesar 24 mg. Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi karena 3 faktor

24
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

yaitu dari tingkat kematangan buah, lingkungan tempat tumbuh buah,


dan karena vitamin C dalam buah sudah teroksidasi.
M. Daftar Pustaka
Barus, A. 2008. Argoteknologi Tanaman Buah-Buahan. Medan: USU Press.
Chaerani, Annisa Nurul. 2010. Penentuan Adanya Vitamin C Secara
Kualitatif. Cimahi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
Chauliyah, Af Idah Nur dan Murbawani, Etisa Adi. 2015. Analisis Kandungan
Gizi dan Aktivitas Antioksidan Es Krim Nanas Madu. Journal of
Nutrition College, 4(2): 628-635.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI.
Lis Sopyan, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1998. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Jakarta: Bhratara.
Girinda, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Goodman, Sandra. 1995. ESTER C: Vitamin C Generasi III. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Haryadi, W. 1990. Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Maggy Thenawijaya,
Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Muray, R.K, DK. Granner, VW. Rodwell. 2006. Harper’s Illustrated
Biochemistry. Amerika: The McGreaw-Hill Companies.
Page, D.S. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi II. Jakarta: Erlangga.
Pambudi, Heri. 2019. Perbandingan Kadar Vitamin C Pada Buah Nanas Madu
(Queen) dan Nanas Subang (Cayenne) Yang Di Jual Di Pasar. Jurnal
Ilmiah Indonesia, 4(4): 59-67.
Permana, Y.E., Santoso, E., dan Dewi, Candra. 2018. Implementasi Metode
Dempster-Shafer untuk Diagnosa Defisiensi (Kekurangan) Vitamin
pada Tubuh Manusia. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer, 2(3): 1194-1203.
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Prihatman, Kemal. 2000. Nanas (Ananas comosus). Jakarta: TTG Budidaya
Pertanian.

25
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

Soebagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II Common Text Book (JICA). Jakarta: UI
Press.
Soewoto, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Widya
Medika.
Tim. 2018. Petunjuk Praktikum Biokimia I. Surabaya: Unesa Press.
N. Lampiran
1. Jawaban pertanyaan
1) Hitung kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel Buah Nanas
(Ananas comosus L. Merr)?
Jawab:
 Diketahui:
- Volume larutan blanko (Vb) = 0,1 mL
- Berat sampel = 10 gram = 10.000 mg
- Normalitas larutan I2 = 0,001 N
- Volume larutan I2 untuk titrasi
Titrasi pertama V T1 = 0,3 mL
Titrasi kedua V T2 = 0,1 mL
Titrasi ketiga V T3 = 0,2 mL
- V1 = V T1 – Vb = 0,3 – 0,1 = 0,2 mL
- V2 = V T2 – Vb = 0,1 – 0,1 = 0 mL
- V3 = V T3 – Vb = 0,2 – 0,1 = 0,1 mL
 Ditanya: Berapakah kadar vitamin C dalam buah nanas?
 Dijawab:
Titrasi pengulangan 1
V 1 x N I 2 x 0,88 mg 0,2 x 0,001 x 0,88
a (mg/mL) = = = 0,
0,01 0,01
0176 mg/L
a 0,0176
% kadar1 = x 100% = x 100% =
berat sampel 10.000
0,000176%
Titrasi pengulangan 2
% kadar 2 = 0% karena V I2 untuk titrasi 0 mL
Titrasi pengulangan 3

26
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

V 3 x N I 2 x 0,88 mg 0,1 x 0,001 x 0,88


a (mg/mL) = = = 0,
0,01 0,01
0088 mg/L
a 0,0088
% kadar1 = x 100% = x 100% =
berat sampel 10.000
0,000088%
% kadar 1+ % kadar 2+% kadar 3
Kadar rata-rata vitamin C =
3
0,000176 %+ 0 %+0,000088 %
=
3
= 0,000088%
2) Gambarkan struktur vitamin C!
Jawab:
Struktur vitamin C atau asam askorbat

3) Sebutkan penyakit atau gejala yang tampak, yang disebabkan oleh


defisiensi vitamin C!
Jawab:
Gejala yang tampak saat kekurangan vitamin C adalah gusi
berdarah, mudah memar, kulit kering, lemah (kurang energi), mimisan,
gampang infeksi, nyeri sendi (Permana, Santoso, dan Dewi, 2018).
4) Sebutkan bahan makanan yang mengandung vitamin C!
Jawab:
Sumber vitamin C berasal dari sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan. Buah yang memiliki kandungan vitamin C lebih tinggi antara
lain jambu biji, anggur, leci, pepaya, strawberry, jeruk bali, nanas,
markisa, jeruk, kiwi, sukun, mangga, belimbing, lemon, melon, dan
alpukat (Poedjiadi, 2009).
5) Sebutkan peranan penting vitamin C di dalam tubuh!
Jawab:

27
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

Vitamin C merupakan suatu zat gizi yang dikenal sebagai suatu


senyawa utama didalam tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses
penting, mulai dari pembuatan kolagen, karnitin pengangkut lemak,
hormon adrenalin dan kortison, pengangkut elektron dalam berbagai
reaksi enzimatik, pelindung radiasi, pengatur tingkat kolestrol,
pendetoksifikasi radikal bebas, senyawa antibakteri dan antivirus, serta
pemacu imunitas (Goodman, 1995).
2. Dokumentasi
Foto Keterangan

Peralatan yang digunakan


dalam percobaan

Bahan-bahan yang
digunakan dalam
percobaan

1. Titrasi Pada Larutan Blanko


No. Alur Foto Keterangan

28
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

1. 20 mL aquades Aquades
dimasukkan ke cairan tidak
dalam erlenmeyer berwarna
100 mL

2. Ditambahkan Larutan tidak


amilum 1% berwarna
sebanyak 5 tetes

3. Dititrasi dengan
larutan standar I2
0,001 N

4. Dihentikan proses Larutan


titrasi ketika berwarna biru
larutan berubah (++++) dan
menjadi biru volume I2 yang
digunakan
untuk titrasi
sebanyak 0,1
mL

2. Titrasi Pada Larutan Sampel Buah Nanas (Ananas

29
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

comosus L. Merr)
No. Alur Foto Keterangan
1. Buah nanas Nanas segar
(sampel) dikupas padatan
dan dibersihkan berwarna
kuning

2. Nanas ditimbang
sebanyak 10 gram

30
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

3. Dihancurkan Terdapat
dengan mortar dan larutan
alu sampai berwarna
diperoleh slurry kuning
(lembut)

4. Dimasukkan ke
dalam labu ukur
100 mL

5. Ditambahkan
aquades sampai
tanda batas

31
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

6. Ditunggu selama Larutan


15 menit sambil berwarna
kadang-kadang kuning
dikocok

7. Disaring Didapatkan
filtrat tidak
berwarna dan
residu buah
nanas
berwarna
kuning

32
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

8. Diambil 10 mL Larutan tidak


filtrat berwarna

9. Dimasukkan ke
dalam erlenmeyer
100 mL

10. Ditambahkan Larutan tidak


amilum 1% berwarna
sebanyak 5 tetes

11. Ditambahkan 20 Larutan tidak


mL aquades berwarna

33
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

12. Dititrasi dengan


larutan standar I2
0,001 N

13. Dihentikan proses titrasi ketika larutan Larutan


berubah menjadi biru berwarna biru
dan volume I2
yang
digunakan
untuk titrasi:
V1 = 0,3 mL
V2 = 0,1 mL
V3 = 0,2 mL

3. Perhitungan
 Diketahui:
- Volume larutan blanko (Vb) = 0,1 mL
- Berat sampel = 10 gram = 10.000 mg
- Normalitas larutan I2 = 0,001 N
- Volume larutan I2 untuk titrasi
Titrasi pertama V T1 = 0,3 mL
Titrasi kedua V T2 = 0,1 mL
Titrasi ketiga V T3 = 0,2 mL

34
Laporan Praktikum Biokimia I
Analisis Vitamin C

- V1 = V T1 – Vb = 0,3 – 0,1 = 0,2 mL


- V2 = V T2 – Vb = 0,1 – 0,1 = 0 mL
- V3 = V T3 – Vb = 0,2 – 0,1 = 0,1 mL
 Ditanya: Berapakah kadar vitamin C dalam buah nanas?
 Dijawab:
Titrasi pengulangan 1
V 1 x N I 2 x 0,88 mg 0,2 x 0,001 x 0,88
a (mg/mL) = = = 0, 0176
0,01 0,01
mg/L
a 0,0176
% kadar1 = x 100% = x 100% =
berat sampel 10.000
0,000176%
Titrasi pengulangan 2
% kadar 2 = 0% karena V I2 untuk titrasi 0 mL
Titrasi pengulangan 3
V 3 x N I 2 x 0,88 mg 0,1 x 0,001 x 0,88
a (mg/mL) = = = 0, 0088
0,01 0,01
mg/L
a 0,0088
% kadar1 = x 100% = x 100% =
berat sampel 10.000
0,000088%
Kadar rata-rata vitamin C =
% kadar 1+ % kadar 2+% kadar 3
3
0,000176 %+ 0 %+0,000088 %
=
3
= 0,000088%
4. Alur, hasil pengamatan, dan perhitungan asli
(dilampirkan)

35

Anda mungkin juga menyukai