Disusun Oleh
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul Percobaan:
Uji Kuantitatif Lipida
B. Hari/tanggal Percobaan:
Rabu, 27 Oktober 2021, 13.00 WIB
C. Hari/tanggal Selesai Percobaan:
Rabu, 27 Oktober 2021, 15.30 WIB
D. Tujuan Percobaan:
Menentukan angka peroksida dan asam lemak bebas
E. Dasar Teori
1. Lipida
Pengertian Lipid
Lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak
larut dalm air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu hidrokarbon
atau dietil eter. Lipid berbeda dengan biomolekul lain yang ada di alam (karbohidrat,
protein, dan asam nukleat), yaitu bahwa lipid bukanlah suatu polimer. Lemak dan
minyak merupakan salah satu kelas dalam lipid. Lemak dan minyak adalah
trigliserida, atau trigliserol. Perbedaan suatu lemak dengan minyak bersifat sebarang:
pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian
besar trigliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam
tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak
hewani (contoh: lemak sapi) dan minyak nabati (contoh: minyak jagung) (Herlina dan
Hendra, 2010).
Lemak adalah salah satu sumber zat gizi makro yang dibutuhkan oleh tubuh.
Lemak merupakan suatu senyawa biomolekul, mempunyai sifat umum larut dalam
pelarut-pelarut organik seperti eter, kloroform dan benzen, tetapi tidak larut dalam
air. Lemak dan minyak yang kita kenal dalam makanan sehari-hari sebagian besar
terdiri dari senyawa yang disebut trigliserida atau triasilgliserol. Senyawa ini
merupakan ikatan ester antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak disusun oleh
rangkaian karbon dan merupakan unit pembangun yang sifatnya khas untuk setiap
lemak. Ikatan antara karbon yang satu dengan yang lainnya pada asam lemak dapat
berupa ikatan jenuh dan dapat pula berupa ikatan tidak jenuh (rangkap) (Suwandi,
Sugianto, dan Rahman, 1989).
Sifat-Sifat Lipid
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam
air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan
eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hamper semua lipid. Asam
lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbondari 4
sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon
nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam
air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger 1982).
Klasifikasi Lipid
Lipid kompleks meliputi subkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis
menjadi zat-zat penyusun yang lebih sederhana, yaitu lilin dan gliserida. Komponen-
komponen campuran lipid dapat difraksionasi lebih lanjut dengan menggunakan
perbedaan kelarutannya didalam berbagai pelarut organik. Lipid dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Lipid sederhana
- Lemak netral (monogliserida, digliserida, trigliserida)
- Ester asam lemak dengan alkohol berberat molekul tinggi
b) Lipid majemuk (kompleks)
- Fosfolipid: Fosfolipid + H2O menghasilkan asam lemak + alkohol + asam fosfat
+ senyawa nitrogen.
- Glikolipid: Glikolipid + H2O menghasilkan asam lemak + karbohidrat +
sfingosin (Mathews dkk, 2000).
Fungsi Lipid
Penyimpan energi.
Transportasi metabolik sumber energi.
Sumber zat untuk sintese bagi hormon, kelenjar empedu.
Struktur dasar atau komponen utama membran semua jenis sel.
Pelindung organ tubuh dan alat angkut vitamin larut lemak.
Pembentukan sel dan sumber asam lemak esensial.
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan
sumber energi utama yang digunakan sebagai energi cadangan makanan yang
disimpan pada jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid
yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang melewati membran sel. Steroid
senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi misalnya kolestrol berperan dalam
proses pengangkutan lemak dalam tubuh. Estrogen dan testosteron berfungsi sebagai
hormon kelamin: dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan sebagai provitamin D
(Sutresna, 2009).
Lemak mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Fungsi lemak tersebut antara
lain adalah sebagai pelarut beberapa vitamin, sebagai bantalan organ tubuh, dan
sebagai sumber asam lemak esensial, yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh
tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh (Raharja, 1997).
2. Asam Lemak
Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang diperoleh dari hasil
hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya. Asam lemak pembentuk
lemak dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom C (karbon), ada atau tidaknya ikatan
rangkap, jumlah ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap. Berdasarkan struktur
kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty
acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam
lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh
(unsaturated fatty acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA)
memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1
atau lebih ikatan rangkap (Sartika, 2008).
Asam lemak adalah asam karboksilat, suatu asam organik. Berdasarkan ada atau
tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekulnya asam lemak dibedakan atas dua
golongan utama yaitu:
a) Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acids/SFA)
Semua asam lemak terdiri atas rantai atom karbon dengan berbagai jumlah atom
hidrogen yang melekat padanya. Satu molekul memiliki dua atom hidrogen yang
melekat pada masing-masing karbon dianggap terjenuhkan oleh hidrogen karena
molekul tersebut mengikat semua atom hidrogen yang mampu diikatnya (Mayes dan
Rodwell, 1996).
Asam lemak jenuh mempunyai stabilitas tinggi terhadap panas. Banyaknya asam
lemak tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam minyak goreng dapat dinyatakan dengan
bilangan iodin atau angka iodin. Minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit
memiliki angka iodin yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan angka iodin
minyak yang berasal dari kedelai, jagung, kacang tanah, biji kapas, dan bunga
matahari. Hal ini menunjukkan kandungan asam lemak jenuh minyak kelapa sawit
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan minyak yang berasal dari kedelai, jagung,
kacang tanah, biji kapas, dan bunga matahari. Dengan demikian minyak untuk
keperluan menggoreng lebih baik menggunakan minyak yang berasal dari kelapa
sawit (Mayes dan Rodwell, 1996).
b) Asam lemak tak jenuh (Unsaturated acid)
Asam lemak tak jenuh tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acids/MUFA).
Asam lemak ini mengandung satu ikatan rangkap.
1. Keadaan
1.1 Bau - normal
1.2 Warna - normal
2. Kadar air dan bahan menguap % (b/b) maks. 0,15
3. Bilangan asam mg KOH/g maks. 0,6
4. Bilangan peroksida mek O2/kg maks. 10
5. Minyak pelikan - Negatif
6. Asam linolenat (C18:3) % maks. 2
dalam komposisi asam lemak
minyak
7. Cemaran logam
7.1 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2
7.2 Timbal (Pb) mg/kg maks. 0,1
7.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40/250*
7.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,05
8. Cemaran Arsen (As) mg/kg maks. 0,01
Catatan:
- pengambilan contoh dalam bentuk kemasan di pabrik
- *dalam kemasan kaleng
(Sumber: Badan Standar Nasional Indonesia, 2013).
5. Bilangan Peroksida
Angka peroksida atau bilangan peroksida merupakan suatu metode yang biasa
digunakan untuk menentukan degradasi minyak atau untuk menentukan derajat
kerusakan minyak. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang
telah mengalami oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat
oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida (Wildan dan
Farihah, 2002).
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida.
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan
hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan
peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami
oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan
kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju
pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya
menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan
bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika
bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses
oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan (Wildan dan
Farihah, 2002).
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak
dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq
peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak
enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau
tengik (Tim Biokimia I, 2018). Standar angka peroksida yang berbahaya menurut
SNI 2013 adalah 10 meq/kg (Wildan dan Farihah, 2002). Angka peroksida dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
F P x V x N x 17
Kadar H 2 O2= x 100 %
5000
Keterangan:
- Fp merupakan faktor pengenceran
- V merupakan volume KmnO4 yang dibutuhkan untuk titrasi
- N merupakan normalitas dari KmnO4 yang digunakan pada saat titrasi
Mr H 2 O2 2 ( 1 ) +2(16) 34
- 17 merupakan hasil dari = = = 17
2 2 2
- Angka 2 sebagai penyebut merupakan jumlah elektron yang terlibat
dalam reaksi oksidasi H2O2 atau ekivalen dari H2O2.
- Diketahui % bobot (berat jenis = 1), sehingga diasumsikan bahwa berat
jenis minyak adalah 1 gram/mL (1 gram = 1 mL)
- Sampel minyak yang digunakan dalam percobaan yaitu 5 mL sehingga
diasumsikan terdapat 5 gram. Kemudian volume KmnO4 yang digunakan
untuk titrasi didapatkan volume dalam mililiter (mL) sehingga massa
sampel H2O2 dijadikan miligram (mg), maka:
5 gram = 5 x 1000 = 5000 mg.
6. Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri adalah salah satu bagian dari titrasi redoks (reduksi-
oksidasi). Reaksinya merupakan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh
pereduksi (proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi)
(Khopkar, 2002).
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan pada reaksi
oksidasi-reduksi. Pada titrasi permanganometri digunakan senyawa kalium
permanganat yang merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara
berbeda-beda tergantung pada pH larutannya. Reaksi yang bermacam-macam ini
disebabkan oleh keragaman valensi mangan. Beberapa ion logam yang tidak
dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti ion-
ion Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg yang dapat diendapkan sebagai oksalat (Day dan
Underwood, 2002).
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan kepada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Cara titrasi
permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik. Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah,
netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat
karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak-balik, sedangkan potensial elektroda sangat
bergantung pada pH. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku
primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu (Hendayana dkk, 2000).
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi
ion Mn2+ dalam suasana asam. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah
kalium permanganat (KMnO4). Kalium permanganat mudah diperoleh, murah, dan
tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah
digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes
permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan
dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan berlebihnya pereaksi
yang digunakan (Wildan dan Farihah, 2002).
Kalium Permanganat (KMnO4)
Larutan KMnO4 standar dapat juga digunakan secara tidak langsung dalam
penetapan zat pengoksida, terutama oksida yang lebih tinggi seperti logam timbal dan
mangan, oksida semacam itu sukar dilarutkan dalam asam atau basa tanpa mereduksi
logam itu ke keadaan yang lebih tinggi. Tidak praktis untuk menitrasi zat ini secara
langsung karena reaksi dari zat padat dengan zat pereduksi berjalan lambat (Day dan
Underwood, 2002).
Kalium permanganat adalah oksidator kuat sehingga dapat bertindak sebagai
indikator, jadi titrasi permanganometri tidak memerlukan indikator dan umumnya
titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengamati titik akhir
titrasinya. Karena larutan tersebut autoindikator. Kelemahannya adalah dalam
medium HCl. Cl- dapat teroksidasi demikian juga larutannya, dan mempunyai
kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N:
MnO4- + 8H+ + 5e- ↔ Mn2+ + 4H2O E° = 1,51 V
Kekuatan kalium permanganat sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai
dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda. Reaksi yang berbagai macam
ragam ini disebabkan oleh keragam valensi mangan, dari 1 sampai dengan 7 yang
semuanya stabil kecuali valensi 1 dan 5. Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut
(Harjadi, 1993):
a. Dalam larutan asam, [H+] 0,1 N atau lebih
MnO4- + 8H+ + 5e- ↔ Mn2+ + 4H2O E° = 1,51 V
b. Dalam larutan netral, pH 4 – 10
MnO4- + 4H+ + 3e- ↔ MnO2 ↓ coklat + 2H2O E° = 1,70 V
endapan coklat yang terbentuk pada saat titrasi dapat mengganggu pengamatan
untuk menentukan tiitk akhir titrasi.
c. Dalam larutan basa, OH- 1 N atau lebih
4MnO4- + 4OH- + e- ↔ 4MnO42- + O2↑ + 2H2O E° = 0,56 V
7. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit
adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor
panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka
semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Ketaren, 2005).
Penelitian Febriansyah (2007) menyatakan bahwa jumlah minyak dalam
makanan yang digoreng mengalami kenaikan seiring dengan semakin lamanya proses
penggorengan, hal ini dikarenakan selama proses penggorengan minyak goreng
mengalami berbagai reaksi kimia diantaranya reaksi hidrolisis dan oksidasi yang
dapat menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas (Kumala, 2003).
Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak nabati dapat menjadi
salah satu parameter penentu kualitas minyak tersebut. besarnya asam lemak bebas
dalam minyak ditentukan dengan nilai angka asam. Angka asam yang semakin tinggi
mengindikasikan bahwa asam lemak bebas yang ada di dalam minyak nabati juga
tinggi sehingga kualitas minyak justru semakin rendah (Winarno, 2004).
Pembentukan asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas diakibatkan oleh
proses hidrolisis yang terjadi selama proses penggorengan, ini biasanya disebabkan
oleh pemanasan yang tinggi yaitu pada suhu 160-200°C (Kalapathy dan Proctor,
2000). Menurut Kulkarni dan Dalai (2006) uap air yang dihasilkan pada saat proses
penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap gliserida, menghasilkan
asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasikan dari
angka asam.
Asam lemak bebas di dalam minyak goreng merupakan asam lemak berantai
panjang yang tidak teresterifikasi. Asam lemak bebas mengandung asam lemak jenuh
yang berantai panjang. Semakin banyak konsumsi asam lemak bebas, akan
meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah yang merupakan
kolesterol jahat karena rendah protein dan tinggi kolesterol. Banyaknya asam lemak
dalam minyak menunjukkan penurunan kualitas minyak (Adrian, 2005). Kadar
maksimal asam lemak bebas pada minyak goreng (asam palmitat) berdasarkan SNI
01-3741-2013 adalah 0,3%.
Alat Bahan
Gelas kimia Minyak goreng baru dan bekas
Buret Larutan NaOH 0,1 N
Erlenmeyer Alkohol 96%
Pipet volume Indikator PP 1%
Pro pipet Aquades
Gelas ukur Larutan H2SO4 4 N
Pipet tetes Larutan KMnO4 0,1 N
Neraca analitik --
Statif klem --
G. Alur Percobaan
1. Penentuan Angka Peroksida
5 mL sampel minyak
Angka peroksida
Reaksi :
2KMnO4(aq) + 5H2O(aq) + 3H2SO4(aq) 2MnSO4(aq) + K2SO4(aq) + 8H2O(l)
Reaksi setegah sel :
Reduksi : MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e Mn2+(aq) + 4H2O(l) x2
Oksidasi : H2O2(aq) O2(g) + 2H+(aq) + 2e x5
2 MnO4-(aq) + 16H+(aq) + 10e 2Mn2+(aq) + 8H2O(l)
5H2O2(aq) 5O2(g) + 10H+(aq) + 10e
2 MnO4-(aq) + 6H+(aq) + 5H2O2(aq) 2Mn2+(aq) + 8H2O(l) + 5O2(g)
2. Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)
Blanko
6 gram aquades
Volume blanko
Sampel
6 gram sampel minyak