Anda di halaman 1dari 17

Makalah Biokimia Komparatif

PERAN DAN METABOLISME VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)


PADA MAKHLUK HIDUP

Disusun Oleh :
SOUFA MALITA
G851140051

DOSEN PENGASUH :
Prof. Dr. drh. Norman R Azwar

PROGRAM STUDI BIOKIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sebelum abad ke dua puluh, karbohidrat, lemak, protein dan mineral telah

dianggap sebagai zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Akan
tetapi pada abad sebelumnya, berbagai pengamatan menduga bahwa senyawa organik
lain adalah esensial untuk menjaga kesehatan. Tiga ratus tahun yang lalu sudah
diketahui bahwa dengan makan buah-buah segar dan sayuran ternyata berguna untuk
pencegahan atau pengobatan sariawan. Pengamatan tersebut menimbulkan dugaan
bahwa ada senyawa lain yang diperlukan untuk menjaga kesehatan disamping
karbohidrat, lemak atau protein, senyawa lain tersebut adalah vitamin.
Masyarakat saat ini sudah mulai memperhatikan pola makan yang sehat dengan
kandungan vitamin yang cukup. Vitamin sangat berpengaruh pada kesehatan
seseorang karena bila kekurangan atau kelebihan vitamin dampaknya sangat
merugikan. Dengan pola makan yang sehat kebutuhan vitamin dapat terpenuhi.
Vitamin adalah suatu senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan
makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan
vitamin dapat menyebabkan besarnya peluang terkena penyakit pada tubuh.
Vitamin memiliki peran spesifik didalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika
diabaikan maka metabolisme didalam tubuh akan terganggu karena fungsinya tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain. Vitamin dapat mempertahankan fungsi sistem
kekebalan tubuh. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan makanan yang
mengandung vitamin. Selain dari makan vitamin juga dapat diperoleh melalui
suplemen (Murray et al, 2009).
Vitamin diperkirakan berperan sebagai katalisator dalam reaksi biokimia tubuh.
Manusia dan hewan tidak dapat mensintesis vitamin dalam tubuh sehingga harus
dipasok dari makanan. Vitamin diklasifikasi menjadi vitamin larut lemak dan vitamin
larut air. Vitamin C (asam askorbat) merupakan vitamin larut air. Vitamin C adalah
suatu vitamin bagi manusia dan primate lainnya. Sebagian besar ikan, kelelawar,
burung, dan invertebrate menyintesis vitamin C sebagai zat antara dalam jalur asam
uronat pada metabolisme glukosa. Pada spesies yang menganggapnya sebagai suatu
vitamin terdapat penghalang pada jalur karena ketiadaan adanya gulonolakton
oksidase. Asam askorbat dan dehidroaskorbat memiliki aktivitas sebagai vitamin
(Murray et al, 2009).
1

Vitamin C adalah salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh untuk
meningkatkan sistem imunitas tubuh. Meskipun sudah diketahui sejak tahun 1790-an
bahwa suatu factor di dalam jeruk mencegah penyakit sariawan, factor tersebut belum
diisolasi dan diidentifikasi sampai tahun 1933, ketika C. Glen King dan W. A. Waugh
di Amerika, akhirnya mengisolasi factor anti sariawan dari sari jeruk. Penentuan
struktur molekul tersebut segera dilakukan. Asam askorbat terdapat pada semua hewan
dan jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Senyawa ini diperlukan dalam diet manusia dan
hanya sedikit vertebrata lainnya. Kebanyakan hewan dan tumbuhan dapat mensintesis
vitamin C dari glukosa. Asam askorbat tidak terdapat atau diperlukan oleh
mikroorganisme (Lehninger, 1982).
Kebutuhan dan metabolisme vitamin C saat ini sangat marak diperbincangkan
terutama dalam bidang kecantikan, karena tubuh tidak dapat memproduksi vitamin C
maka injeksi vitamin dari luar menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan vitamin
C dalam tubuh. Vitamin C mudah diserap secara aktif atau non aktif (difusi).
1.2

Rumusan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah peran dan

metabolisme vitamin C pada makhluk hidup.


1.3

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah biokimia komparatif


2. Sebagai sarana untuk melatih keterampilan dalam membuat karya tulis
3. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peran dan metabolisme vitamin C

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian dan Sifat Vitamin C


Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan

sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat


disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian

besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat
(bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi bolakbalik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan
dengan tembaga, panas, atau alkali. Vitamin C berbentuk kristal putih yang mudah
larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan
terlarut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama
apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil
dalam larutan asam (Murray et all, 2009).
Vitamin C juga merupakan suatu heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat

yang

erat

kaitannya

dengan

monosakarida.Vitamin

mudah

diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu
masuk keperedaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk
konsumsi diantara 20 dan 120 mg sehari. Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg
vitamin C, bila konsumsi mencapai 100 mg sehari. Vitamin yang terdapat dalam
bahan makanan akan lebih mudah larut dengan pemanasan, tanpa pemanasan
sebagian dari vitamin masih tertinggal dalam ampas (Franke, 2004).
Vitamin C terlibat dalam sintesis kolagen dan dalam menggabungkan zat besi
plasma dalam feritin. Hal ini diperlukan untuk fungsi neutrofil dan menurun tingkat
glukokortikoid. Dengan demikian, vitamin C diduga berperan penting dalam
kekebalan tubuh. Hal ini juga mengurangi tokoferol teroksidasi menjadi bentuk
aktifnya dalam hati (Johnston et al., 2007).
Dari beberapa definisi tentang vitamin C dapat disimpulkan bahwa vitamin C
merupakan asam organik yang terasa asam, berbentuk kristal putih, tidak

tanah

terhadap panas, stabil dalam bentuk kering tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan
larutan dan basa, mudah teroksidasi, oksidasi cepat apabila ada logam, tidak stabil
dalam larutan alkali, berat molekul 150.000, vitamin yang paling stabil. Ko-enzim
mengandung 6 atom tembaga untuk setiap molekul protein (Davey, 2006).
2.2

Fungsi dan Peran Vitamin C


Vitamin C berfungsi sebagai kofaktor didalam hidroksilasi enzimatik residu

prolin pada kolagen dari jaringan pengikat vertebrata, membentuk residu 4hidroksiprolin residu hidroksiprolin ditemukan hanya pada kolagen dan tidak pada
protein hewan lainnya. Walaupun asam askorbat berfungsi dalam pembentukan dan

pertahanan komponen utama pada jaringan pengikat hewan tingkat tinggi (lehninger,
1982).
Vitamin C diperlukan untuk sintesis kolagen, protein yang berfungsi sebagai
penghubung dalam tubuh. Di antara bahan-bahan dan struktur yang mengandung
kolagen pada manusia adalah kerangka tulang, gusi dan bahan mengikat otot kulit atau
scartissue. Produksi tertentu hormon, neuro transmiter dan metabolisme beberapa
asam amino dan vitamin membutuhkan vitamin C. Vitamin ini juga membantu hati
dalam detoksifikasi zat racun, dan infeksi. Sebagai antioksidan, bereaksi dengan
senyawa seperti peroksida dapat mengurangi gejala inflamasi dan pengurangan insiden
kanker (Walingo, 2005).
Vitamin C termasuk

golongan

vitamin antioksidan

yang

mampu

menangkal berbagai radikal bebas. Vitamin C adalah anti oksidan terpenting dalam
plasma. Vitamin ini larut dalam

air

dan

membersihkan

radikal

bebas

dan

mencegah masuknya radikal bebas ke dalam Cholesterol LDL (Frykberb Robert


G.2002). Vitamin C bertindak sebagai penangkal radikal bebas ketika bertemu dengan
radikal bebas, vitamin C menyumbangkan electron tunggal untuk menjadi ascorbyl
radikal seperti pada Gambar 1
OH

HO

X
H

OH

OH

OH

Ascorbyl radikal
X

Gambar 1. Pembentukan Ascorbyl Radikal


Sumber : Kurniawan (2010)
Selanjutnya ascorbyl radikal dapat menyumbang electron kedua spesies radikal
yang berpotensi membahayakan sehingga membentuk dehydroascobate. Radikal dapat
bereaksi dengan sebagian bahan kimia dalam tubuh sehingga menyebabkan kerusakan
yang mengganggu fungsi sel. Vitamin C mempunyai banyak peranan sebagai koenzim
atau kofaktor. Vitamin C dapat bertindak sebagai antioksidan dan pereduksi yang
sangat baik dalam reaksi hidrolisasi. Beberapa turunan vitamin C digunakan sebagai
anti oksidan sedangkan dalam industri pangan digunakan untuk mencegah proses
menjadi tengik pada minyak, perubahan warna pada buah-buahan serta untuk
mengawetkan daging (Kurniawan, 2010).

Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam
amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidroksilisin. Vitamin C juga
memiliki peran dalam berbagai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan kerja enzim
yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti, peran-peran itu adalah oksidasi
fenilanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernan
sehingga besi lebih mudah terserap, melepaskan besi dari transferin dalam
plasma agar dapat bergabung ke dalam feritin jaringan , serta pengubah asam
folat menjadi bentuk yang aktif asam folinat, diperkirakan vitamin C juga berperan
dalam pembentukan hormon steroid dan kolesterol (Wiryani, 2010).
Dari berbagai penelitian mengenai vitamin C di katakan bahwa vitamin
C dapat meningkatkan kecepatan aliran darah dan dapat mencegah aterosklerosis
dan iskemik sehingga dapat meningkatkan kerja sistem vaskuler. Selain itu
vitamin

juga

dapat memperbaiki sistem vaskuler di sistem syaraf sebagai

neurotropik yang dikombinasikan dengan vitamin E, dan B kompleks (Phillips, 2010).


Dengan demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan
dalam penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan
gusi. Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang
menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu unsur integral
kolagen. Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan
tubuh menjadi cacat dan lemah.

Oleh sebab itu,

vitamin ini penting untuk

pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago,tulang, dan gigi.


Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C
mereduksi besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk
diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dibebaskan
oleh besi apabila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat
kali lipat apabila terdapat vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah mencegah infeksi,
Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Zadeh,
2007).
Vitamin C mempunyai hubungan dengan metabolisme kolesterol. Kekurangan
vitamin C menyebabkan peningkatan sintesis kolesterol. Peran Vitamin C dalam
metabolisme kolesterol adalah melalui cara:
1. Vitamin C meningkatkan laju kolesterol dibuang dalam bentuk asam empedu.
2. Vitamin C meningkatkan kadar HDL, tingginya kadar HDL akan menurunkan
resiko menderita penyakit aterosklerosis.

3. vitamin C dapat berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan


pembuangan kotoran dan hal ini akan menurunkan pengabsorbsian kembali asam
empedu dan konversinya menjadi kolesterol.
Penelitian klinis menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan kolesterol dan
trigliserida

pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol yang tinggi, tetapi

tidak pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol yang normal. Ini
membuktikan bahwa vitamin C berperan sebagai homeostatis untuk mencapai.
Konsumsi vitamin C 1g per hari setelah tiga bulan akan menurinkan kolesterol 10%
dan trigliserida 40% (Padagatty, 2003).
2.3

Struktur Vitamin C
Rumus molekul asam askorbat adalah C6H8O6 dan berat molekul adalah

176,12. Memiliki titik leleh 191-192C, menunjukkan bulk density sekitar 1,65 g / cm
3 dan larut dalam air (1 g larut dalam 3 mL). Memiliki dua nilai pKa: 4.2 dan 11.6. PH
dari 5% (b / v) larutan dalam air.

Gambar 2. Struktur Vitamin C


Asam askorbat telah dikarakterisasi dan telah disintesis. Istilah "asam
askorbat" sekarang digunakan untuk mencakup asam L-askorbat dan asam
dehidroaskorbat, keduanya sebanding dengan vitamin C. Asam askorbat adalah bentuk
enolik dari -ketolactone (2,3-didehydro-L-treo-hexano -1,4-lakton), dimana apabila
dalam larutan mudah teroksidasi menjadi diketo ke dalam bentuk -dehydro-Laskorbat, strukturnya ditunjukkan pada Gambar 3

Gambar 3. Proses terbentuknya dehydroascorbate


Sumber : Kurniawan (2010)
2.4

Metabolisme Vitamin C
Vitamin C diproduksi oleh tumbuhan dalam jumlah yang besar. Fungsi

vitamin

bagi

tumbuhan

adalah

sebagai agen

antioksidan

yang

dapat

menetralkan singlet oksigen yang sangat reaktif, berperan dalam pertumbuhan sel,
berfungsi seperti hormon, dan ikut berperan dalam proses fotosintesis (Davey,
2006). Vitamin C hanya dapat dibentuk oleh tumbuhan dan terdapat pada sayuran
serta buah-buahan dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan karena tumbuhan
memiliki enzim mikrosomal L-gulonolakton oksidase, sebagai komponen dalam
pembentukan asam askorbat (Padayatty et al., 2003).
Biosintesis vitamin C diregulasi oleh adanya gen-gen penyandi enzim yang
berperan didalamnya. Zadeh et al. (2007) menyebutkan ada enam enzim yang
disandi oleh gen-gen dalam biosintesis vitamin C, diantaranya mio-inositol
oksidase (MIO), GDP-Manosa-3,5-epimerase (GME), Lgalaktono-gamma-lakton
dehidrogenase (GLDH), asam D-galakturonic reduktase (GalUA), L-Galaktosa-1fosfate fosfatase (GalPase), dan LGalaktosa dehidrogenase (GalDH).
Karbohidrat (glukosa dan galaktosa) yang terkandung tumbuhan

dapat

dimanfaatkan sebagai prekursor untuk pembentukan vitamin C. Berdasakan


penelitian Walingo (2009) pada tumbuhan air, diduga

kondisi

ini

lebih

peka

terhadap adanya tekanan lingkungan (misalnya polutan) yang berasal dari perairan
maupun udara, sehingga memerlukan mekanisme pertahanan dengan membentuk
vitamin C sebagai antioksidan. vitamin C sangat dibutuhkan oleh tumbuhan
sebagai antioksidan,

yaitu

untuk

melindungi

dari kerusakan

dihasilkan dari proses metabolisme aerobik, fotosintesis, dan polutan.

oksidatif

yang

Zadeh

et al. (2007) menyatakan bahwa biosintesis vitamin C juga dapat

dimulai saat terjadi tekanan lingkungan (misalnya luka) pada jaringan tumbuhan.
Gen penyandi enzim dalam biosintesis vitamin C akan terekspresi, sehingga
biosintesis vitamin C dapat berjalan. Walingo (2009) menyatakan bahwa tumbuhan
yang mengandung vitamin C akan sangat rentan terhadap serangan hama dari
perairan maupun udara, sehingga apabila terdapat luka, tumbuhan tersebut akan
meresponnya dengan membentuk vitamin C.
Manusia dan hewan golongan primate tidak dapat mensintesis vitamin C
sehingga vitamin C harus disuplai dari makanan sehari-hari. Vitamin C dapat
membantu penyerapan zat besi dalam intensine, karena zat besi dalam makanan
umumnya berbentuk ion. Dalam tubuh vitamin C diubah menjadi asam oksalat, asam
oksalat diekskresi keginjal. Oksalat tersebut dinamakan oksalat endogen yang sangat
sukar larut sehingga dalam keadaan berlebih dapat membentuk batu ginjal (Padayatty
et al., 2003).
Sintesis vitamin pada hewan dimulai dari glukosa. Dari glukosa menjadi asam
D-glukoronat selanjutnya melibatkan pengurangan aldehid membentuk asam Lgulonik, sebagian dari asam L-glukoronat diubah menjadi glukolakton setelah
hidrolisis D-glokoronat. Dari L-gulono-1,4-lakton teroksidasi menggunakan 2-keto Lgolono 1,4-lakton dengan bantuan enzim glukonolakton. Biosintesis vitamin C pada
hewan seperti pada Gambar 4

COOH

COOH
HO

HO

HO

HO

OH

OH

HO

HO

CH

CH2OH
HO

CH

O
O

OH OH
L-glulonolactone

HO

L-glulonic acid

D-glucoronic acid

CH2OH

CH2OH
HO

CH

HO
O

CH

O
O

O
OH
ketol-glulonolictone

OH OH
L-askorbic acid
(Vitamin C)

Gambar 4. Biosintesis vitamin pada hewan


Sumber : Kerniawan 2010
Vitamin C mempunyai gugus hidroksil asam (pK1 = 4.04, pK2 = 11.4 at
25C). Asam askorbat dengan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang
dalam media air ada dalam bentuk hemiketal terhidrasi. Aktivitas biologi II lebih
rendah dibandingkan I. Aktivitasnya hilang ketika cincin lakton dehidroaskorbat
terbuka secara irreversibel, berubah dari II menjadi asam 2,3 diketogulonat. Oksidasi
asam askorbat menjadi asam dehidroaskorbat dan prodk degradasi lanjutannya,
tergantung dari keberadaan oksigen, pH, suhu, dan adanya logam berat. Logam
seperti, Cu2+ dan Fe3+, menyebabkan destruksi lebih cepat (Padayatty et al., 2003).

Gambar : Oksidasi Asam Askorbat Menjadi Asam Dehidroaskorbat


Sumber : Simon (2001).
Pada manusia dan hewan vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan
mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah
melalui vena porta. Rata-rata arbsorbsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20-120
mg/hari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin
C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan
adrenal, pituitary, dan retina. Bila jaringan tubuh ada dalam kondisi jenuh maka
sebagian besar akan diekskresikan di dalam urine dan apabila suplai vitamin C
didalam jaringan tidak mencukupi, maka sebagian besar dari dosis vitamin C yang
diberikan di dalam tubuh dan sedikit sekali yang diekskresikan di dalam urine (Zadeh,
2007).
Vitamin C dapat dioksidasi secara reversible menjadi dehydro vitamin C
dan katabolisme menghasilkan asam oksalat. Kadar vitamin C di dalam jaringan
tubuh dan di dalam darah yang dianggap normal ialah 0,8-10 mg% tanpa disertai

10

ekskresi dari dosis percobaan yang meningkat. Vitamin C diekskresikan di dalam


urine, sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil di dalam air keringat.
Vitamin C efektif dalam melindungi terhadap kerusakan oksidatif pada
jaringan, dan juga menekan pembentukan karsinogen seperti nitrosamine. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa asupan vitamin C dapat mencegah kanker,
dengan efek protektif yang ditunjukkan untuk kanker paru-paru, payudara, pankreas,
perut, leher rahim, rektum dan rongga mulut. Oksidasi guanin, purin dalam DNA
berkurang secara signifikan setelah injeksi vitamin C. Mengurangi tingkat oksidasi
guanin menunjukkan bahwa vitamin C bertindak sebagai antioksidan. Vitamin C juga
telah terbukti aman untuk digunakan bersamaan dengan radiasi. Ada pencegahan
resiko kanker oleh vitamin C terjadi dalam plasma. Karsinogenesis terkait dengan sel
diferensiasi, perkembangan dan metabolisme, dan sintesis kolagen (simon, 2001).
Perubahan DNA, RNA dan sintesis protein telah dikaitkan dengan sel
diferensiasi dan proliferasi. Sebagian besar efek metabolik dimediasi oleh transkripsi
dan translasi di tingkat genom. Selanjutnya vitamin C memodulasi sintesis DNA dan
ekspresi gen dengan cara mirip ina dengan hormone steroid. Vitamin ini dapat
mempengaruhi mutagenisitas kimia. Karena dapat mempengaruhi DNA, RNA dan
protein pada situs tertentu yang menjadi sasaran elektrofil, vitamin dapat
mengendalikan laju replikasi sel, menyebabkan sel ulang kodon diubah dan translokasi
gen tertentu, atau onkogen. Vitamin C dalam sel-sel kanker menurun sintesis DNA
dalam inti, sintesis RNA di nukleolus, dan protein dalam sitoplasma sel-sel kanker.
Penghambatan DNA, RNA dan sintesis protein disertai dengan ultra perubahan
permukaan struktural dan sel canggih, dan akan menurunkan perkembangan kanker
(walingo, 2009).
2.5

Sumber Vitamin C
Sumber Vitamin C di dalam bahan makanan terutama buah-buahan segar

dan dengan kadar yang lebih rendah juga di dalam sayuran segar. Di dalam buah,
Vitamin C terdapat denga konsentrasi tinggi di bagian kulit buah, agak lebih rendah
terdapat di dalam daging buah dan lebih rendah lagi di dalam bijinya (Phillips, 2010).
Vitamin C yang terdapat dalam tumbuhan, buah-buahan dan sayuran dapat
bertahan lama dan kadarnya tidak berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Phillips (2010) bahwa vitamin C dalam homogenat beku buah-

11

buahan mentah dan sayuran perwakilan stabil untuk beberapa periode waktu dengan
pengolahan dan penyimpanan metode khas digunakan untuk NFNAP. Tidak ada
perubahan signifikan dalam kadar vitamin C dari clementines tercatat lebih dari
setahun. Sumber vitamin C dari hewan seperti daging, ikan, unggas, telur dan produk
susu mengandung jumlah yang lebih kecil dan tidak signifikan. Kebanyakan pedoman
diet berbasis pangan adalah serupa bahwa semua merekomendasikan konsumsi 5 porsi
buah dan sayuran setiap hari. Jika rekomendasi ini diikuti, asupan harian asam
askorbat akan 210-280 mg. Asam askorbat adalah stabil setidaknya dari semua vitamin
dan mudah hancur selama pengolahan dan penyimpanan. Jus adalah makanan yang
baik untuk diperkaya dengan asam askorbat karena keasaman mengurangi kerusakan
asam askorbat. Terpapar oksigen, pemanasan berkepanjangan dengan adanya oksigen,
kontak dengan mineral (zat besi dan tembaga) dan paparan cahaya merusak
kandungan asam askorbat makanan.
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada bahan makanan nabati,yaitu
sayur dan buah terutama yang mengandung asam seperti pada Table 1
Table 1. Bahan makanan sumber vitamin C (mg vit.C/100 g bahan)
SAYURAN
BUAH
Asparagus
33
Jambu batu
302
Kacang-kacang segar
19
Jeruk lemon
50
Brussel sprout
94
Jeruk nipis
27
Sawi
50
Jeruk orange
49
Kol kembang
69
Mangga
41
Salada air
77
Nanas
24
Cabe hijau
120
peaches
26
Sumber : Zadeh et al. (2007)
2.6

Kelebihan dan Kekurangan Vitamin C


Kekurangan asam askorbat dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan

tulang. Sel dari epifise yang sedang tumbuh terus berproliferasi, tetapi tidak ada
kolagen baru yang terdapat diantara sel, dan tulang mudah fraktur pada titik
pertumbuhan karena kegagalan tulang untuk berosifikasi. Apabila terjadi fraktur pada
tulang yang sudah terosifikasi pada pasien dengan defisiensi asam askorbat, maka
osteoblas tidak dapat membentuk matriks tulang yang baru, akibatnya tulang yang
mengalami fraktur tidak dapat sembuh. Pada skorbut (defisiensi vitamin C) dapat
meyebabkan dinding pembuluh darah menjadi sangat rapuh karena terjadinya

12

kegagalan sel endotel untuk saling merekat satu sama lain dengan baik dan kegagalan
untuk terbentuknya fibril kolagen yang biasanya terdapat di dinding pembuluh darah.
Kekurangan Vitamin C juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang
terdapat didalam rongga mulut, gigi geligi serta kerusakan di dalam darah. Pada
dasarnya kerusakan mengenai matrix jaringan ikat zat perekat antar selular. Pada
dinding pembuluh kapiler, zat perekat antar selular defektip, sehingga sel-sel
endothel saling renggang dan terjadi perdarahan. Dengan dilakukannya test Fragilitas
Kapiler diperlihatkan dengan menurunnya daya tahan terhadap tekanan darah dengan
meningkatnya fragilitas dinding (mudah menjadi rusak) kapiler darah tersebut.
Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala.
Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap harinya akan
menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu ginjal.
Tubuh hanya dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai
100 mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik
dan pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik antara lain,
perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda dini kekurangan
vitamin C dapat diketahui apabila kadar vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl.
Bukti saat ini tidak cukup membuktikan bahwa asupan tinggi asam askorbat
dapat berperan sebagai faktor risiko dalam pembentukan batu oksalat. Meskipun
demikian, individu dengan hemochromatosis, defisiensi dehidrogenase glukosa-6fosfat, dan gangguan ginjal, mungkin rentan terhadap efek samping dari asupan
berlebihan vitamin C. Dewan Pangan dan Gizi di Amerika telah mendefinisikan
toleransi level batas atas (UL) untuk orang dewasa yang berusia 19 tahun dan yang
lebih tua, wanita hamil dan menyusui, seperti 2000 mg per hari vitamin C, level atas
untuk anak-anak dan remaja. Asupan vitamin C yang ditetapkan Recommended Daily
Allowance (RDA) untuk remaja usia 11-14 tahun adalah 50 mg/hari dan usia 15-18
tahun 60 mg/hari. Peningkatan kebutuhan vitamin C dalam keadaan stress psikologik
atau fisik, seperti pada luka, panas tinggi, atau suhu lingkungan tinggi.

Table 2. Angka kecukupan untuk vitamin C


Golongan umur
AKR (mg)
Golongan umur
Wanita:
Wanita:
0-6 bl
30
10-12 th
13

AKG (mg)
50

7-12 bl
35
1-3 th
40
4-6 th
45
7-9 th
45
Pria:
10-12 th
50
13-15 th
60
16-19 th
60
20-45 th
60
46-59 th
60
60 th ke atas
60
Sumber : Zadeh et al. (2007)

13-15 th
16-19 th
20-45 th
46-59 th
60 th ke atas

60
60
60
60
60

Hamil:
Menyusui:
0-6 bl
7-12

+10
+25
+10

Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala.


Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap harinya akan
menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu ginjal.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Vitamin C

hanya dapat diproduksi oleh tumbuhan karena memiliki enzim

mikrosomal L-gulonolakton oksidase.

14

2. Fungsi vitamin C bagi tumbuhan adalah sebagai agen antioksidan yang dapat
menetralkan singlet oksigen, berfungsi seperti hormon, dan ikut berperan dalam
proses fotosintesis.
3. Biosintesis vitamin C diregulasi oleh gen penyandi enzim yaitu MIO, GME,
GLDH, GalUA, GalPase dan GalDH.
4. Manusia dan hewan golongan primate tidak dapat mensintesis vitamin C sehingga
vitamin C harus disuplai dari makanan sehari-hari.
5. Sintesis vitamin pada hewan mengubah glukosa menjadi asam D-glukoronat
dengan melibatkan pengurangan aldehid membentuk asam L-gulonik, dan diubah
menjadi glukolakton setelah hidrolisis D-glokoronat. Dari L-gulono-1,4-lakton
teroksidasi menggunakan 2-keto L-golono 1,4-lakton dengan bantuan enzim
glukonolakton.
6. Kelebihan dan kekurangan vitamin C dapat menganggu keseimbangan tubuh dan
menimbulkan berbagai penyakit. Konsumsi vitamin C berupa suplemen secara
berlebihan akan menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk
menderita batu ginjal.
7. Pada manusia vitamin C dapat digunakan untuk mencegah kanker, prosesnya
terjadi

dalam

plasma.

Karsinogenesis

terkait

dengan

sel

diferensiasi,

perkembangan, metabolisme, dan sintesis kolagen.


8. Vitamin C dalam sel kanker menurun sintesis DNA dalam inti, sintesis RNA di
nukleolus, dan protein dalam sitoplasma sel kanker. Penghambatan DNA, RNA
dan sintesis protein disertai dengan ultra perubahan permukaan struktural dan akan
menurunkan perkembangan kanker.
9. Mikroorganisme tidak mensintesis dan tidak membutuhkan vitamin C sehingga
tidak ada metabolisme vitamin C pada mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA
Davey, M. W, Kenis, K., & Keulemans, J. 2006. Genetic Control of
Vitamin C Contents. Plant Physiology 142: 343351.

Fruit

Franke, A.A., Custer, L.J., Arakaki, C., Murphy, S.P., 2004. Vitamin C and flavonoid
levels of fruits and vegetables consumed in Hawaii. Journal of Food
Composition and Analysis 17, 135.

15

Johnston, C.S., Steinberg, F.M., Rucker, R.B., 2007. Ascorbic acid. In: Zempleni, J.,
Rucker, R.B., McCormick, D.B., Suttie, J.W. (Eds.), Handbook of Vitamins.
4th ed. CRC Press, Boca Raton, FL, USA, pp. 489520
Kurniawan, M., Munifatul, I., Yulita, N. 2010. Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan
Vitamin C pada Beberapa Spesies Tumbuhan Akuatik. Jurnal anatomi dan
fisiologi.18(1): 1-11.
Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): Erlangga.
Murray et al, Robert.K. et al. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Padayatty, S.J., Katz, A., Wang, Y., Eck, P., Kwon, O., Lee, J.H., Chen, S., Corpe,
C., Dutta, A., Dutta, S.K., FACN., & Levine, Mark. 2003. Vitamin C
as an Antioxidant: Evaluation of Its Role in Disease Prevention.
Journal of the American College of Nutrition 1 (22):1835.
Phillips, M.K, Maria T.T, Susan E. G, Jacob E, Kristine, David B. H, Pamela R. P dan
Joanne M. H. 2010. Stability of vitamin C in frozen raw fruit and vegetable
homogenates. Journal of Food Composition and Analysis 23 (2010) 253
259.
Simon JA, Hudes ES and JA TiceRelation of Serum Ascorbic Acid to Mortality among
Adults. J. Am. Col. Nutr.June 2001; 20(3).
Walingo, M. 2005. Role Of Vitamin C (Ascorbic Acid) On Human Health- A Review.
African Journal of Food Agriculture and Nutritional Development
(AJFAND): 5 (1): 1684-5378.
Wiryani, C., ketut, S. 2010. Pengaruh Vit Amin C Terhadap Kadar Serum Feritin Adp
Asien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodilisis Reguler. Journal Peny 11
(2): 231-249.
Zadeh, H.R., J. Keulemans, & M.W. Davey. 2007. Expression Pattern of Key
Vitamin C Biosynthesis Genes in Apple. Comm. Appl. Biol. Sci 72
(1): 269-273.

16

Anda mungkin juga menyukai