Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TELAAH KASUS PENYAKIT

PROSES, GEJALA, TANDA, DAN PENANGANAN AMEBIASIS

DOSEN : Suwaji Handaru Wardoyo, S.Si., M.Si.

ANGGOTA KELOMPOK 4 :

1. Aisyiyah Cecar Ichsani (P27240020085)


2. Alwi Asy Syifa (P27240020052)
3. Ibnati Ulya Darojatin (P27240020062)
4. Meidella Wahyu Alifia I. (P27240020067)
5. Sumayyah Nurul Jannah (P27240020062)
6. Ummu Zahroh (P27240020081)

SARJANA TERAPAN AKUPUNKTUR DAN PENGOBATAN HERBAL


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah mikrobiologi dan parasitologi mengenai amebiasis, dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah mikrobiologi dan
parasitologi. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya. Dan kami ucapkan
terimakasih kepada Bapak Suwaji Handaru wardoyo, S.Si., M.Si yang telah bersedia
memberikan informasi serta arahan kepada kami. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi sipembaca untuk menambah wawasan baru yang luas atau
pengetahuan baru tentang judul makalah yang telah disebutkan di atas.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Demikian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sehingga untuk
kedepannya kami sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkat kan isian makalah ini
sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Surakarta, 10 Maret 2021

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Amebiasis adalah penyakit infeksi parasit usus manusia. Ini disebabkan oleh
protozoa Entamoeba histolytica, atau E. histolytica. Protozoa adalah sel tunggal yang
biasanya memasuki tubuh manusia ketika seseorang menelan kista melalui makanan atau
air. Entamoeba histolytica dikenal baik sebagai ameba patogen, terkait dengan infeksi
usus dan ekstraintestinal. Spesies lain penting karena mereka mungkin bingung
dengan E. histolytica dalam penyelidikan diagnostik.

Epidemiologi. E. histolytica memiliki distribusi di seluruh dunia. Penyakit ini biasa


terjadi di negara tropis dengan sanitasi yang kurang berkembang. Ini paling umum di
anak benua India, bagian Amerika Tengah dan Selatan, dan bagian Afrika. Ini relatif
jarang di Amerika Serikat. Meskipun ditemukan di daerah dingin, kejadiannya paling
tinggi di daerah tropis dan subtropis yang memiliki sanitasi yang buruk dan air yang
terkontaminasi. Sekitar 90% infeksi tidak menunjukkan gejala, dan sisanya menghasilkan
spektrum sindrom klinis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari parasit Amebiasis?
2. Bagaimana siklus hidup parasit Amebiasis hingga terjadinya gejala penyakit
Amebiasis pada manusia?
3. Bagaimana bentuk pencegahan dan pengobatan penyakit Amebiasis?
4. Bagaimana epidemiologi dan faktor resiko penyakit Amebiasis?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui klasifikasi parasit Amebiasis


2. Mengetahui siklus hidup parasit Amebiasis hingga terjadinya gejala penyakit
Amebiasis pada manusia
3. Mengetahui bentuk pencegahan dan pengobatan penyakit Amebiasis
4. Mengetahui epidemiologi dan faktor resiko penyakit Amebiasis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Parasit Amebiasis


Amebiasis adalah penyakit usus yang disebabkan oleh parasite golongan protozoa
yaitu spesies Entaemoba histolytica. Parasit ini sering ditemukan di usus besar manusia dan
beberapa hewan lainya. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia terutama di negara sedang
berkembang dan di daerah tropis hal ini disebabkan karena adanya faktor kepadatan
penduduk,sanitasi,serta kondisi sosial ekonomi. Pada daerah yang memiliki musim dingin
jika memiliki sanitasi yang buruk akan mengalami penyakit. Awalnya parasite ini hidup di
komensal didalam lumen usus besar, namun pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi
pathogen dengan cara membentuk kolono di usus dan menembus dinding usus sehingga
meninmbulkan ulserasi.

2.2 Siklus Hidup Amebiasis

Infeksi amebiasis terjadi ketika parasit E histolytica masuk ke dalam tubuh manusia


dan menetap di dalam usus. Parasit ini umumnya menular melalui makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi. Secara umum, parasit E histolytica adalah parasit tidak aktif yang
dapat tinggal selama berbulan-bulan di daerah lembap atau area yang telah terkontaminasi
feses yang terinfeksi. Parasit yang masuk dalam tubuh manusia akan langsung berkumpul di
usus dan beralih ke siklus aktif mereka (fase tropozoit). Parasit-parasit yang aktif tersebut
kemudian akan berpindah ke usus besar. Saat parasit mengenai bagian dinding usus,
pengidapnya dapat mengalami masalah seperti feses yang disertai darah, diare, radang usus
besar (kolitis), hingga kerusakan pada jaringan usus.

Berikut adalah cara penularan E. histolytica:

a Mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi histolytica

b Bersentuhan dengan tanah, air, pupuk, atau tinja yang terkontaminasi histolytica

c Bersentuhan dengan benda yang terkontaminasi histolytica, termasuk dudukan toilet

d Melakukan seks anal dengan penderita amebiasis


Seseorang yang sering bepergian ke negara tropis atau daerah yang memiliki banyak
kasus amebiasis berisiko terinfeksi parasit ini. Jika sudah terinfeksi E. histolytica, beberapa
faktor berikut dapat membuat infeksi jadi semakin parah:

a Kecanduan alkohol

b Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama

c Mengalami malnutrisi

d Menderita kanker

e Sedang hamil

2.3 Pencegahan dan Pengobatan Amebiasis

Beberapa obat untuk disentri amuba antara lain adalah emetin hidrokhlorin, quinin,
khloroquin dan dehidroemetin. Tahun 1966, dilaporkan bahwa metronidazol sangat baik
untuk pengobatan amebiasis. Obat yang digunakan untuk penderita amebiasis mempunyai
sifat antara lain bekerja sebagai tissue amoebicide, diserap langsung ke dalam mukosa usus
dan segera membunuh amuba, serta efektif membunuh kista dan trofozoit. 21 Emetin
hidrokhlorin temyata efektif bila diberikan secara parenteral karena jika diberikan per oral
penyerapannya tidak optimal. Bagi penderita sakit jantung, wanita hamil dan penderita
gangguan ginjal pemberian emetin tidak dianjurkan mengingat toksisitasnya tinggi.
Sebaliknya dehidroemetin relatif kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat
diberikan per oral. Emetin efektif membunuh E. histolityca secara langsung dalam bentuk
trofozoit dibandingkan dalam bentuk kista. Dalam urin emetin dapat dijumpai 20-40 menit
setelah penghentian pengobatan, sedangkan dehidroemetin lebih cepat hilangnya. Baik
emetin maupun dehidroemetin efektif untuk pengobatan amebiasis ekstraintestinal (abses
hati). Penderita amebiasis akut dan ekstraintestinal sebaiknya diobati dengan metronidazol.
Metronidazol merupakan obat pilihan karena terbukti efektif membunuh E. histolytica baik
yang berbentuk kista atau pun trofozoit. Metronidazol memberikan efek samping yang
bersifat ringan seperti mual, muntah dan pusing. Pemberian obat metronidazol pada anak-
anak di RS Pimgadi Medan menunjukkan hasil yang memuaskan dan tidak dijumpai efek
samping yang berarti pada saat pemberian maupun saat evaluasi.i' Pengobatan dengan
pemberian metronidazol bersamaan dengan emetin temyata memberikan hasil yang lebih baik
dengan tidak ditemukannya kista/trofozoit pada pemeriksaan tinja pada 62,5% penderita. 23
Penderita amebiasis dengan abses hati yang disertai demam yang berlanjut 72 jam sesudah
terapi dengan metronidazol, dapat dilakukan aspirasi non-bedah. Selain itu klorokuin dapat
ditambahkan pada pengobatan dengan metronidazol atau dehidroemetin untuk pengobatan
abses hati yang sulit disembuhkan. Selama kehamilan trisemester pertama, sebaiknya jangan
menggunakan metronidazol, namun belum ada bukti adanya teratogenisitas pada manusia.

Sedangkan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

a Terapkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Lakukan terutama
setelah buang air kecil atau buang air besar, sebelum dan sesudah makan atau
mengolah makanan, serta sesudah mengganti popok bayi.

a Cuci sayur atau buah sampai bersih dan kupas sebelum dikonsumsi.

b Cuci peralatan masak sampai bersih sebelum digunakan.

c Rebus air hingga mendidih sebelum diminum.

d Konsumsi susu dan produk susu yang sudah melalui proses pasteurisasi.

e Jangan berbagi penggunaan alat mandi, seperti handuk, sabun, atau sikat gigi, dengan
orang lain.

2.4 Epidemiologi dan Faktor Resiko Amebiasis

Amebiasis merupakan penyakit endemis di negara-negara subtropis dan tropis, seperti


negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan, Asia Pasifik, dan Afrika. Pada studi multi
senter di Afrika dan Asia Tenggara, infeksi oleh Entamoeba histolytica menjadi salah satu
dari 10 agen penyebab diare berat pada anak berusia di bawah 5 tahun. Parasit ini juga
menjadi salah satu patogen yang memiliki risiko hazard  untuk kematian yang tinggi pada dua
tahun pertama kehidupan.Di Bangladesh, 11% anak mengalami amebiasis pada satu tahun
pertama kehidupan. Angka prevalensi yang hampir sama juga ditemukan di India yang
mendeteksi E. histolytica melalui pemeriksaan PCR yaitu 13,7%.

Pada negara maju, E. histolytica sering menjadi agen penyebab keluhan


gastrointestinal pada orang yang memiliki riwayat berpergian ke negara tropis. Penemuan E.
histolytica  pada pemeriksaan mikrobiologi didapatkan pada 12,5% kasus dengan estimasi
insidens 14 dari 1000 orang. Penelitian lain pada tahun 2013 menemukan bahwa amebiasis
menjadi salah satu penyebab keluhan gastrointestinal dengan prevalensi 2,4% (340 dari
14.346 orang). Negara yang banyak menyebabkan paparan adalah India, Indonesia, Meksiko,
dan Thailand.
Di Indonesia data terkait infeksi E. histolytica masih terbatas di Indoneisa. Data yang
ada menunjukkan prevalensi amebiasis di Indonesia berkisar antara 10 – 18%. Sebuah studi
di Jakarta pada tahun 2009 – 2010 menemukan bahwa 6,5% anak yang mengalami diare
berdarah memiliki trofozoit di dalam fesesnya.
Setiap tahunnya, sekitar 50 juta orang mengalami amebiasis dan menyebabkan
100,000 kematian. Mortalitas tertinggi ditemukan pada kasus kolitis ekstensif fulminan, yaitu
mencapai lebih dari 40%. Pasien amebiasis hepar dengan ruptur abses ke daerah perikardum
juga memiliki mortalitas yang tinggi yaitu sekitar 30%. Kematian akibat amebiasis biasanya
disebabkan oleh dehidrasi berat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Amebiasis adalah penyakit usus yang disebabkan oleh parasite golongan protozoa
yaitu spesies Entaemoba histolytica. Parasit ini sering ditemukan di usus besar manusia dan
beberapa hewan lainya. Awalnya parasite ini hidup di komensal didalam lumen usus besar,
namun pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi pathogen dengan cara membentuk
kolono di usus dan menembus dinding usus sehingga meninmbulkan ulserasi.
Infeksi amebiasis terjadi ketika parasit E histolytica masuk ke dalam tubuh manusia
dan menetap di dalam usus. Parasit ini umumnya menular melalui makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi. Secara umum, parasit E histolytica adalah parasit tidak aktif yang
dapat tinggal selama berbulan-bulan di daerah lembap atau area yang telah terkontaminasi
feses yang terinfeksi. Parasit yang masuk dalam tubuh manusia akan langsung berkumpul di
usus dan beralih ke siklus aktif mereka (fase tropozoit). Parasit-parasit yang aktif tersebut
kemudian akan berpindah ke usus besar. Saat parasit mengenai bagian dinding usus,
pengidapnya dapat mengalami masalah seperti feses yang disertai darah, diare, radang usus
besar (kolitis), hingga kerusakan pada jaringan usus.

Amebiasis dapat dicegah dengan beberapa cara. Pertama, terapkan kebiasaan cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir. Lakukan terutama setelah buang air kecil atau buang air
besar, sebelum dan sesudah makan atau mengolah makanan, serta sesudah mengganti popok
bayi. Kedua, cuci sayur atau buah sampai bersih dan kupas sebelum dikonsumsi. Cuci juga
peralatan masak sampai bersih sebelum digunakan. Ketiga, rebus air hingga mendidih
sebelum diminum. Keempat, konsumsi susu dan produk susu yang sudah melalui proses
pasteurisasi. Kelima, jangan berbagi penggunaan alat mandi, seperti handuk, sabun, atau sikat
gigi, dengan orang lain.

3.2 Saran

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang


penyakit Amebiasis. Kami selaku penyusun menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat
banyak kesalahan. Oleh karena itu dimohon kritik dan saran dari berbagai pihak. Kami
mengucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat memberikan wawasan terhadap para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Andayasari, L. (2011). KAJIAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT INFEKSI SALURAN


PENCERNAAN YANG DISEBABKAN OLEH AMUBA DI INDONESIA. Media
Litbang Kesehatan.
Maryatun. (2008). Entamoeba Histolytica : Parasit Penyebab Amebiasis Usus dan Hepar.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Nully Juariah, M. A. (Desember 2005). Intestinal Amebiasis : diagnosis and management.
FK UI.
Nurlina Muliani, H. M. (21 Agustus 2009). Review Article : Amebiasis Molecular
Pathogenesis Development. Medical and Health Science Jurnal UNUSA.
Wiriansya, E. P. (n.d.). Seorang Penderita dengan Infeksi Entamoeba Hitolytica pada Pleura.
FK UMI.
LAMPIRAN

Tanggal diskusi : Rabu, 10 Maret 2021


Waktu diskusi : 12.36 – 21.17 WIB
Peserta diskusi : Aisyiyah Cecar Ichsani (P27240020085)
Alwi Asy Syifa (P27240020052)
Ibnati Ulya Darojatin (P27240020062)
Meidella Wahyu Alifia I. (P27240020067)
Sumayyah Nurul Jannah (P27240020062)
Ummu Zahroh (P27240020081)

DISKUSI
Meidella : kapan diskusi dialognya gais
Alwi : Sekarang?? Sore? Malam?
Sumayyah : sorai
Ibnati : sore bole malem bole
Sumayyah : hayu mulai diskusi
Ibnati : sek sek, ini diskusi ulang atau gimana
Sumayyah : ulang aja sekalian buat tugas 3 sama 4
Ibnati : satu dialog aja?
Meidella : iyaaa jadi 1
Meidella : samaa dialognyaa
Ibnati : okeedeh
Ibnati : hayu mau mulainya gimana wkwk
Ibnati : dari bahasan tugas 3 dulu barangkali ya?
Sumayyah : kita jadinya penyakit nya apa
Ibnati : yg kita amebiasis kan
Ibnati yg tugas 3 leishmaniasis?
Meidella : nahh iyaa, yang tugas 3 itu penyakitnya kala azar
Meidella : leismaniasis donovaniii
Sumayyah : kala azar tu apose
Meidella : ituuuu
Meidella : visceral leishmaniasis. biasanya nyerang hati, limpa, sumsum tulang,
pokonyq organ dalem deh. kubacanya getoh
Meidella : Visceral leishmaniasi. Jenis yang satu ini sangat berbahaya jika tidak segera
diobati. Biasanya ditandai dengan demam tinggi, penurunan berat badan secara drastis, limpa
dan hati membesar, dan anemia.
Meidella : kalo tugas 4 pake apaa
Ibnati Penyakit usus, namanya amebiasis
Ibnati : parasitnya itu entamoeba histolytica
Sumayyah : Oalahh gituuuu
Ibnati : nah dia itu bikin diare gituu
Ibnati : ngobatinnya gimana tuh bund
Ummu Zahro : Nahhh, Penyakit ini to gaesss... biasa ne terjadi di negara tropis dengan
sanitasi yang kurang berkembang
Cecar : Leishmania tu sama semua nggak to penularannya
Meidella : kalo dari sumber jurnal yah, pengobatannya tuh tergantung sama hasil
diagnosisnya/hasil lab. umumnya menggunakan pentavalent sodium antimony itu nama obat
nyaa bun diminumnya perhariiiii
Meidella : samaaa kok
Ibnati : oalah begituuu
Sumayyah : ada vaksinya ga del
Ummu Zahro : Perhari, satu kali tok... brarti?
Cecar : Nggak ada alias blom ada
Meidella : iyaaah dosise 20 mg/hari
Ummu Zahro : Oalahhh, oke bund
Ibnati : kalo boleh tau di Indonesia pernah ada kasus leishmania gitu gaa?
Ummu Zahro : Mnrt web yg tlh aku baca... Di indonesia, jarang di temukan... insiden
tertinggi leismaniasis sampai saat ini di temukan di Brazil, Iran, Afganistan, Saudi Arabia,
Peru dan Sudan.
Ibnati : ohh... jadi ngga banyak ya di daerah kita, alhamdulillah
Meidella : nahh betul ib
Meidella : palinh banyak iran
Ibnati : ummu dell wkwk
Ummu Zahro : Untung e ndak. Alhamdulillah
Ibnati : nah kalo amebiasis di indo malah lumayan tinggi lho kejadiannya, sekitar 10-
18% gitu
Cecar : Amebiasis vektornya apa?
Ummu Zahro : Vektor nya lalat
Ummu Zahro : Iya bener, menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian terbesar
akibat infeksi parasit setelah malaria dan schistosomiasis.
Meidella : lalat perempuan?
Meidella : lalat betinaaah
Ibnati : yang betina2 lebih berbahaya ya ternyata, ga nyamuk ga lalat
Ibnati : oiya kan amebiasis tu penyebaran tingginya krn kurang higienisnya sanitasi
ya, jadi jgn males jaga kebersihan ya kita semuaaa
Sumay : iyahh biar ga kena ambiesis
Ummu Zahro : Siapp bunda, kebersihan sebagian dari iman

Anda mungkin juga menyukai