Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini masyarakat banyak melakukan pengobatan sendiri
(swamedikasi) dimana mereka langsung datang mencari obat untuk mengatasi
gejala penyakit yang dirasakan oleh mereka. Istilah swamedikasi sendiri
berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang
dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter.
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat
dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi
beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta
meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan
kesehatan. Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu, kepercayaan
pada obattradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap
pelayanan kesehatan.
Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai
dengan petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, biaya pembelian obat
relatif lebih murah dari pada biaya pelayanan kesehatan, penghematan waktu
karena tidak perlu mengunjungi fasilitas/profesi kesehatan, menghindari rasa
malu atau stress apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di depan
tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi keterbatasan jumlah
tenaga kesehatan di masyarakat. Akan tetapi, swamedikasi juga mempunyai
beberapa resiko, seperti dapat terjadi kesalahan dalam penilaian keseriusan
keluhan-keluhan atau bahkan mungkin keluhan tersebut tidak dikenali.
Resiko lain adalah bahwa obat-obat bisa digunakan secara salah, terlalu lama
atau dalam takaran yang terlalu besar. Begitu pula obat-obat alamiah
seringkali dianggap lebih baik dan lebih aman. Ini adalah suatu
kesalahpahaman, karena juga obat tradisional mengandung zat-zat aktif
dengan khasiat keras yang dapat menimbulkan efek-efek samping berbahaya.

1
Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak
di negara berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Pada tahun
2003 diperkirakan 1,87 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal karena
diare. Delapan dari 10 kematian ini terjadi dalam dua tahun pertama
kehidupan. Rata-rata, anak-anak di bawah usia 3 tahun pada negara-negara
berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun. Diare yang terjadi
pada beberapa negara, termasuk kolera, juga merupakan penyebab penting
morbiditas di antara anak-anak dan orang dewasa.
Konstipasi adalah keadaan, dimana defakasi terhenti atau berlangsung
tidak lancar dan tidak teratur. Banyak orang, terutama lansia, menganggap
dirinya menderita sembelit bila tidak buang air beberapa hari atau paling
sedikit satu kali sehari. Mereka mulai menggunakan obat pencahar dan tak
jarang secara berlebihan. Sebetulnya, keadaan demikian masih dianggap
masih wajar karena ada orang buang air 2-3 kali sehari, tetapi ada pula yang
hanya tiga kali satu minggu. Pengertian ini dapat diartikan sebagai defekasi
yang jarang, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras dan kering.

B. Tujuan
1. Mengetahui patofisiologi, gejala, dan penyebab dari penyakit diare dan
konstipasi.
2. Mengetahui swamedikasi yang dapat dilakukan dari penyakit diare dan
konstipasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diare
Diare adalah keadaan dimana buang air dengan banyak cairan (mencret)
dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya,
berasal dari bahasa Yunani yaitu diarrea yang berarti “mengalir melalui”. Pada
diare terdapat gangguan dari resorpsi sedangkan sekresi getah lambung-usus
dan motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh
meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan
masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja.
Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya
adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau
terjadinya hipersekresi. Biasanya resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena
sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah
diare (Obat-Obat Penting, 2002).
Diare adalah kondisi ketidak seimbangan absorpsi dan sekresi air dan
elektrolit. Mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan
elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare yaitu:
a. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi
natrium atau peningkatan sekresi klorida;
b. Perubahan motilitas usus;
c. Peningkatan osmolaritas luminal;
d. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan (ISO Farmakoterapi, 2009).
B. Patofisiologi Diare
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di
dinding usus sehingga menimbulkan refleks mempercepat peristaltik usus,
rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
a. Infeksi oleh bakteri patogen, misalnya bakteri E.Colie
b. Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
c. Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan”travellers diarre”
d. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)

3
e. Keracunan makanan dan minuman
f. Gangguan gizi
g. Pengaruh enzim tertentu
h. Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)
Mekanisme patofisiologi terjadinya diare antara lain perubahan
transpor aktif ion (penurunan absorpsi natrium dan peningkatan sekresi
klorida), perubahan motilitas intestinal, peningkatan osmolaritas, dan
peningkatan tekanan hidrostatik. Dari keempat mekanisme ini selanjutnya
terbagi menjadi diare sekretori, diare osmotik, diare eksudatif, dan diare yang
berhubungan dengan peningkatan transit intestinal.
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme
dibawah ini :
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini
akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik
(antara lain MgSO, Mg(OH), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi
mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.
c. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
d. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA
–ATP- ase di enterosit dan absorpsi Na + dan air yang abnormal.
e. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

4
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas mot ilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
f. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
g. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight
junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik
menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah
dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat
inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan
diare.
h. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif
(merusak mukosa).
C. Etiologi Diare
Etiologi diare akut dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu faktor
infeksi yang dibagi menjadi infeksi enteral dan parenteral. Infeksi enteral yaitu
infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi: infeksi bakteri, virus, parasit, protozoa dan jamur.
Bakteri yang sering menjadi penyebab diare adalah Vibrio, E. Coli, Salmonell,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, infeksi virus disebabkan oleh
Enteroovirus, Adenovirus, Rotarovirus, Astrovirus dan infeksi parasit
disebabkan oleh cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongloides Protozoa
disebabkan oleh Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis
dan jamur yaitu Candida albicans.
Sementara itu infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar
alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilitis,

5
bronkopneumonia dan ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
Etiologi berikutnya adalah faktor malabsopsi. Malabsopsi yang biasa
terjadi terhadap karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi adan anak terpenting dan tersering adalah laktosa. Malabsopsi lemak dan
protein juga merupakan penyebab timbulnya diare.
Selain infeksi virus, bakteri, jamur dan malabsopsi faktor makanan
seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan dan juga faktor
psikologis seperti ketakutan dan kecemasan juga berkonstribusi terhadap
timbulnya diare terutama pada anak yang lebih besar.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare yaitu pertama terjadinya
gangguan osmotik dimana terjadinya peningkatan tekanan osmotik dalam
rongga usus akibat makanan yang tidak dapat diserap sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus yang merangsang
terjadinya diare. Kedua yaitu gangguan sekresi yang terjadi akibat toksin yang
berada di dinding usus, sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
melalui saluran pencernaan. Ketiga yaitu gangguan mortalitas usus yyang
mengakibatkan terjadinya hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Sedangkan etiologi pada diare kronik sangat komplek dan merupakan
gabungan faktor yang saling berikaitan dan saling mempengaruhi. Menurut
WHO da beberapa faktor penyebab diare kronik yaitu adanya infeksi bakteri
dan parasit yang sudah resisten terhadap antibiotika/antiparasit, disertai
overgrowth bakteri non patogen seperti pseudomonas, klebssiella, streptokok,
stafilokok. Kerusakan pada epitel usus pada awalnya akan terjadinya
kekurangan enzim laktase dan protase yang mengakibatkan terjadinya
maldigesti dan malabsorpsi karbohidrat dan protein, dan pada tahap lanjut
setelah terjadi KEP yang menyebabkan terjadinya atropi mukosa lambung,
usus halus disertai penumpukan villi serta kerusakan hepar dan pankreas.
Gangguan imunologis yang terjadi pada anak akan berdampak penurunan pada
sistem pertahanan tubuh anak terhadap bakteri, virus, parasit dan jamur yang

6
masuk ke dalam usus yang berkembang dengan cepat, dengan akibat lanjut
menjadi diare persisten dan malabsorpsi makanan yang lebih berat. Faktor lain
yang juga menjadi penyebab diare kronik yaitu penanganan diare yang tidak
efektif, penghentian pemberian ASI dan makanan serta pemberian obat-obatan
antimotalitas (Suraatmaja, 2009).
D. Manifestasi Klinik Diare
a. Diare dibagi menjadi dua, diare akut dan diare kronik.
b. Infeksi merupakan penyebab utama penyakit diare akut, baik oleh bakteri,
parasit maupun virus. Penderita diare akut sering mengeluh flatulen,
malaise, nyeri lambung, diikuti berat badan turun, anoreksia, dan lemah.
c. Diare yang menyebabkan kekurangan cairan akan menyebabkan pasien
merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun,
hipotensi, takikardia, dan suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi
seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan
menjadi lebih cepat dan dalam.
d. Komplikasi, dehidrasi merupakan akibat yang paling utama dari
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Berdasarkan derajatnya
dibagi menjadi tiga, yaitu dehidrasi ringan (bila kehilangan cairan
mencapai 5% berat badan), dehidrasi sedang (bila kehilangan cairan
mencapai 5%-10% berat badan), dehidrasi berat (bila kehilangan cairan
leboh dari 10% berat badan).

E. Mekanisme Terjadinya Diare


Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya pertama faktor infeksi. Proses ini dapat
diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau akan

7
menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi
yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadi gastroenteritis. Ketiga, faktor makanan dapat terjadi apabila
toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan
dan penurunan peristaltik yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan yang kemudian menyebabkan gastroenteritis (Hidayat,
2008).
F. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai:

a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Panas
d. Tidak nafsu makan
e. Darah dan lendir dalam kotoran

Mekanisme diare rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare


yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan
diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.

Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta
gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan
sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi.

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya


natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama
jantung maupun perdarahan otak.

8
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang
menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada
bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat
fatal, biasanya menyebabkan syok.

G. Klasifikasi Diare

Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi


berat, diare dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, diare
persisten, disentri (Hidayat, 2005) :
a. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis atau
mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.
Penatalaksanaannya yaitu lakukan pemasangan infuse, berikan cairan IV
Ringer Laktat, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan agar
bayi dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun.
b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta
turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih
lama untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat
oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan penjelasan kapan harus segera
dibawa kepetugas kesehatan.
c. Diare Tanpa Dehidrasi
Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat
atau ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama
setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau air
matang sebanyak bayi mau, ajari pada ibu cara memberikan oralit dengan
memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit yang diberikan
sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum sedikit tapi sering.
d. Diare Persisten

9
Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan dan
pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri dalam
manajemen balita sakit adalah sebagai berikut : atasi diare sesuai dengan
tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak turun,
anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera.
e. Disentri
Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan
saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan diare
persisten.

10
BAB III

SWAMEDIKASI

A. Terapi farmakologi Diare


Pada umumnya obat antidiare terbagi atas 4 macam yaitu :
antimotilitas (Difenoksilat, Loperamid, Paregoric, Tinctur Opium,
Difenoxin), adsorben (Kaolin pektin, karbo adsorben, attapulgit, garam
bismut aluminium, Polikarboful), antisekresi (Bismut subsalisilat, enzim
laktase, Lactobacillus), dan oktreotid.
a. Lodia
Isi: Loperamid
Sediaan: Tablet 2 mg
Kelompok obat: antidiare
Mekanisme Kerja: bekerja secara lokal pada ujung saraf dinding usus,
besar dengan menurunkan peristaltik sehingga memperbesar ambilan
cairan.
Indikasi: Diare, kololstomi
Kontraindikasi: wanita hamil dan menyusui, anak < 12 tahun
Efek samping: Konstipasi rebound, mual, muntah, nyeri perut, cegukan,
kulit kemerahan.
Dosis: diare berat 4mg/hari
Penyajian :Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
Pabrik :Sanbe Farma

11
b. Neo Kaolana
Isi : Tiap 15 ml mengandung: Kaolin 7 mg dan Pektin 66 mg
Sediaan: suspensi
Kelompok obat : Antidiare
Mekinsme kerja : meningkatkan viskositas usus secara langsung
Indikasi : diare, disentri, kolitis ulseratif kronis
Kontaindikasi: glaukoma, penyakit adrenal dan hati, hipersensitivitas
Efek samping: pandangan kabur, mulut kering, kulit kering
Dosis: dewasa 2 x 5 ml setiap BAB, anak 2 x 2,5 ml setiap BAB
Penyajian :Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
Pabrik :Sanbe Farma

c. Entrostop
Isi: Atapulgit
Sediaan: Tablet
Kelompok obat: Antidiare
Mekinsme kerja: menurunkan absorpsi pada intestinum
Indikasi: diare
Kontra indikasi: glaukoma, obstruksi intestinal, depresi SSP
Efek samping: mual, muntah, euforia
Dosis: dewasa 2 tablet setiap buang air besar, anak 1 tablet setiap
buang air besar.
Penyajian :Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
Pabrik :Kalbe farma

12
d. Norit
Isi : Karbo Absorben
Sediaan: Tablet
Kelompok obat: Antidiare
Mekinsme kerja: mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan
tinja, menyerap racun pada penderita diare
Indikasi: diare
Dosis: Tablet Norit 250 mg
Dewasa : 3 – 4 tablet (750 – 1000 mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam)
Pabrik : PT. Eagle Indo Pharma.

e. Scantoma
Nama dagang: Bismuth Subsalisilat
Sediaan: tablet
Kelonmpok obat: antidiare
Indikasi : Pengobatan gejala diare akibat racun dan virus. Meredakan
gangguan pencernaan, mulas, mual
Kontraindikasi : Anak yang baru saja sembuh dari cacar air atau flu,
hipersensitivitas terhadap aspirin, neonatus, lemah dan pasien geriatri.

13
Efek samping : Lidah dan feses berwarna gelap
Interaksi obat : Doxycycline
Dosis : Dewasa 1½ - 2 tab sekaligus. Max: 11 tab sehari. Anak-anak
9-12 thn ½ - 1 tab, max: 5 tab sehari, 6-9 tahun ½ tab, max: 4 tab
sehari.
Pabrik : Tempo Scan Pasific

f. Oralit (Generik®)
Komposisi: Komposisi oralit 200 ml ;
Glukosa anhidrat 4g
Natrium klorida 0,7 g
Natrium sitrat dihidrat 0,58 g
Kalium klorida 0,3 g
Serbuk dilarutkan dalam 200 ml atau 1(satu) gelas air
matang hangat
Sediaan: serbuk
Mekanisme Kerja: kombinasi garam elektrolit: kalium klorida,
natrium klorida, bikarbonat dan glukosa, diberikan untuk
memperbaik/ mengembalikan keseimbangan elektrolit dan cairan
tubuh pada keadaan diare akut maupun kronis, serta pada kekurangan
cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit lainnya.
Indikasi: sebagai anti diare
Dosis: Anak umur di bawah 1 tahun, 3 jam pertama 1,5 gelas dan
selanjutnya setengah gelas setiap muntah atau diare. Anak umur 1 – 5
tahun, 3 jam pertama 3 gelas dan selanjutnya 1 gelas setiap muntah
atau diare. Anak umur 5 – 12 tahun, 3 jam pertama 6 gelas, dan

14
selanjutnya 1,5 gelas setiap muntah atau diare. Di atas 12 tahun, 3 jam
pertama 12 gelas, dan selanjutnya 2 gelas setiap muntah atau diare.
Kontra indikasi: obstruksi atau perforasi usus.

B. Terapi non farmakologi

Menghentikan konsumsi makanan pendukung diare (solid foods, poorly


absorbed food, dll). Makanan harus diteruskan bahkan harus ditingkatkan
selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi.

C. Obat Tradisional Diare


a. Daun kayu putih (Folium Melaleucae)
Kandungan : Tanin dan minyak atsiri
Bahan: 10 gram daun kayu putih kering, air sebanyak 2 gelas.
Cara pengobatan: Rebus daun kayu putih kering dalam 2 gelas air
hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, airnya diminum sekaligus.
Lakukan pengobatan ini setiap hari sampai diare sembuh.
Indikasi: Sebagai anti diare

b. Kunyit (Curcuma domestica)


Kandungan : Kurkumin dan minyak atsiri
Kunyit sejak dulu dikenal sebagai tanaman herbal yang dapat
mengobati berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah diare.
Bahan: Sediakan 1/2 jari rimpang kunyit segar, satu sendok teh kapur
sirih, dan satu gelas air.
Cara Pengobatan: Rimpang kunyit diiris tipis, kemudian direbus
dalam 1 gelas air hingga tersisa 1/3 gelas. Tambahkan 1 sendok teh air

15
kapur sirih, aduk hingga rata. Setelah dingin, airnya disaring dan
diminum. Lakukan pengobatan ini 3 kali sehari.
Indikasi: diare

c. Akar Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)


Kandungan : Tanin
Biasanya yang dijadikan sebagai obat adalah buah jeruk nipis. Namun
ternyata akar jeruk nipis juga memiliki khasiat sebagai obat. Termasuk
mengobati diare atau mencret.
Bahan: 4 potong akar jeruk nipis dan 6 gelas air.
Cara pengobatan: Cuci bersih 4 potong akar jeruk nipis dalam 6
gelas air hingga tersisa 4 gelas. Setelah dingin, airnya disaring lalu
diminum 2 kali sehari setiap pagi dan sore.
Indikasi: diare

d. Daun Sendok (Plantago mayor L)


Kandungan : Saponin dan flavonoid
Bahan: Sediakan 30 gram duan sendok segar dan 3 gelas air bersih.
Cara pengobatan: Rebus daun sendok dalam 3 gelas air hingga
tersisa 1 gelas. Setelah dingin, airnya diminum 2 kali sehari masing-
masing setengah gelas. Lakukan secara rutin pada pagi dan sore hari.
Indikasi: diare

16
e. Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
Kandungan kimia: Tanin
Pemanfaatan daun untuk pengobatan diare dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain :
1. Daun jambu segar sebanyak kurang lebih 30 g, dan segenggam
tepung beras digongseng sampai kuning. Selanjutnya direbus dalam
dua gelas air sampai mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin, di
saring dan air saringannya diminum. Cara ini dilakukan 2-3 kali
dalam sehari.
2. Sebanyak 30 g daun jambu segar yang telah dicuci ditumbuk
sampai lumat. Selanjutnya ditambahkan dengan garam seujung
sendok, dan setengah cangkir air panas, lalu diaduk samapai rata.
Setelah dingin, di peras dan saring. Air saringannya diminum
sekaligus. Jika penderita masih diare, pengobatan ini diulang 2-3
kali sehari.
3. Seganggam daun jambu yang masih muda dan segar dicuci ,
kemudian direbus dalam tiga gelas air sampai tersisa separonya.
Air rebusan ini digunakan untuk menyeduh satu sendok teh daun
teh hijau, dan di minum selagi hangat. Pengobatan ini dilakukan 2-
3 kali sehari sampai sembuh.
Indikasi: diare

17
Contoh sediaan Fitofarmaka
DIAPET NR (SOHO)
KOMPOSISI :
Ekstrak psidii folium 23,5 %
Ekstrak curcumae domesticate
Rhizome 12,5 %
Ekstrak coix lacrima jobi semen 18 %
Ekstrak phellodendri radix 23 %
Ekstrak coptidis rhizoma 23
INDIKASI :
Mengobati mencret dan memadatkan kembali feces yang cair ; mengatasi
rasa mulas (hindari makanan/minuman yang asam dan pedas selama belum
sembuh).
DOSIS :
Dewasa dan anak-anak : 2-3 x sehari 2 kapsul ;
untuk penyembuhan diare akut : 2 x 2 kapsul .
KEMASAN :Dos 25 x 4 kapsul.

DIAPET (SOHO)
KOMPOSISI :
Ekstrak psidii folium 23,5 %
Ekstrak curcumae
domesticate rhizome 12,5 %
Ekstrak coix lacrima jobi
semen 18 %
Ekstrak phellodendri
23 %
radix
Ekstrak coptidis rhizoma 23 %

18
INDIKASI :
Mengobati mencret dan memadatkan kembali feces yang cair ; mengatasi
rasa mulas (hindari makanan/minuman yang asam dan pedas selama belum
sembuh).
DOSIS :
Dewasa dan anak-anak : 2-3 x sehari 2 kapsul ; untuk penyembuhan diare
akut : 2 x 2 kapsul .
KEMASAN :
Dos 25 x 4 kapsul.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam lambung makanan dicerna menjadi “bubur” chymus, kemudian


diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim
pencernaan. Setelah zat- zat gizi diresorpsi oleh villi ke dalam darah, sisa
chymusyang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicernakan,
diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di
sini (flora) mencernakan lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian
besar daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar.
Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat
dan dikeluarkan dari tubuh sebagahi tinja.
Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang
abnormal. Frekuensi dan konsistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu.
Sebagai contoh, beberapa individu defekasi tiga kali sehari, sedangkan yang
lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu.Diare adalah kondisi
ketidakseimbangan absorpsi dan sekresi air dan elektrolit.
Pada diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan sekresi getah
lambung usus dan motilitas usus mneingkat. Menurut teori klasik diare disebakan
oleh meningkatnya peristaltik usus tersebut, sehingga pelintasan chymus sangat
dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh
sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa
penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya
resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal proses resorpsi
dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di
sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh
enkefalin (morfin, endogen, analgetika narkotika) sedangkan sekresi diatur oleh
prostaglandin dan neuruhormon V.I.P (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya
resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar
daripada resorpsi dan terjadilah diare. Keadaan ini sering kali terjadi pada

20
gastrointeritis (radang lambung usus) yang disebabkan oleh virus, kuman dan
toksin lainnya.
Pada diare yang hebat yang sering kali disertai muntah-muntah, tubuh
kehilangan banyak air dengan garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Hal
ini mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam). Yang tidak jarang
berakhir dengan shock dan kematian. Bahaya ini sangat besar khususnya bagi bayi
dan anak-anak karena organismenya memiliki cadangan cairan intra-sel yang
hanya kecil sedangkan cairan ekstr-selnya lebih mudah dilepaskannya dibanding
tubuh orang dewasa.
Gejala pertama dari dehidrasi adalah perasaan haus, mulut dan bibir
kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangnya air seni dan
menurunnya berat badan, juga keadaan gelisah. Kekurangan kalium terutama
memengaruhi sistem neuromeskuler dengan gejala mengantuk (letargi), lemah oto
dan sesak napas (dyspnoea).
Pencegahan diare pada dasarnya harus ditujukan pada higiene yang cermat
mengenai kebersihan, khusunya cuci tangan dengan bersih sebelum makan atau
mengolah makanan. Begitu pula dengan alat-alat dapur (talenan, handuk) dan
bahan-bahan makanan, misalnya sayuran, lalap supaya dicuci dengan baik.
Daging, ikan hendaknya dimasak sampai matang dan hidangan perlu disimpan
tertutup. Serta pada suhu rendah untuk mencegah tumbuhnya kuman. Air minum
di lokasi yang meragukan penting sekali untuk dimasak terlebih dahulu.
Tujuan terapi pada pengobatan diare adalah untuk mengatur diet;
mencegah pengeluaran air berlebihan, elektrolit dan gangguan asam basa;
menyembuhkan gejala; mengatasi penyebab diare; dan mengatur gangguan
sekunder yang menyebabkan diare.
Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah
kemoteraupetika, obstipansia dan spasmolitika. Tindakan awal yang perlu
dilakukan pada saat diare adalah pemberian oralit. Dan beberapa obat bebas
lainnya seperti entrostop, lodia, neo kaolana suspensi, norit, diapet stop diar serta
obat tradisional lainnya sepeti daun jambu biji dan seduhan teh pekat.

21
BAB V

KESIMPULAN

Diare adalah keadaan dimana buang air dengan banyak cairan (mencret)
dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya,
berasal dari bahasa Yunani yaitu diarrea yang berarti “mengalir melalui”. Pada
diare terdapat gangguan dari resorpsi sedangkan sekresi getah lambung-usus dan
motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh
meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan
masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja.
Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya
adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau
terjadinya hipersekresi.

22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Konstipasi
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan seorang manusia
mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk
dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada
penderitanya.
Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan
obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat
fatal bagi penderitanya.
Penyebab Konstipasi:
a. Konstipasi transit normal (mencakup idiopatik atau gangguan
fungsional), yaitu motilitas kolon tidak berubah, tetapi feses mengeras.
b. Konstipasi transit lambat (termasuk gangguan motilitas), yaitu motilitas
kolon menurun menyebabkan defekasi jarang terjadi dan feses kering.
c. Gangguan defekasi atau gangguan evakuasi rektal, (misalnya, penyakit
Hirschsprung, disinergi pelvis), yaitu seseorang kehilangan kemampuan
untuk mengendurkan sfingter anal selama koordinasi kontraksi otot dasar
pelvis.
B. Patofisologi Konstipasi
a. Konstipasi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang
mengindikasikan adanya penyakit atau masalah
b. Yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain kelainan saluran
pencernaan (contoh divertikulitis), gangguan metabolisme (contoh
diabetes), gangguan endokrin (contoh hipoteroidism)
c. Konstipasi pada umumnya terjadi akibat rendahnya konsumsi serat atau
penggunaan obat-obat yang dapat menimbulkan konstipasi seperti opiat
d. Konstipasi kadang-kadang dapat juga diakibatkan oleh faktor psikiologis
e. Penyakit atau kondisi yang dapat menimbulkan kosnstipasi :
1) Gangguan saluran pencernaan :
a) Obstruksi gastroduodonal akibat ulser atau kanker

23
b) Irritable bowsel syndrome
c) Diverticulities
d) Hemorrhoids, anal fissures
e) Ulcerative proctitis
f) Tumor
2) Gangguan metabolisme dan endokrin
a) Diabetes melitus
b) Hipotiroidism
c) Panhipopituitarism
d) Peokromositoma
e) Hiperkalsemia
3) Kehamilan
4) Konstipasi neurugenik
a) Head trauma
b) Central nervous system tumors
c) Stroke
d) Parkinson’s disease
5) Konstipasi psikogenik
a) Gangguan pskiatri
b) Inappropriate bawel habits
6) Obat-obat yang menginduksi konstipasi
a) Analgesik
- Penghambat sintesis prostaglandin
- Opiat
b) Antikolinergik
- Antihistamin
- Antiparkinson
- Fenotiazin
c) Antidperesan trisiklik
d) Antasida yang mengandung kalsium karbonat atau aluminum
hidroksida

24
e) Barium sulfat
f) Bolk kanal kalsium
g) Klonidin
h) Diuretik (nonpotassium sparing)
i) Ganglion blokers
j) Preparat besi
k) Muscle blockers (d-tobokurarin, suksinilkolin)
l) Polistiren sodium sulfonat

C. Etiologi Konstipasi
Penyebab umum konstipasi adalah sebagai berikut:
a. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan
untuk defekasi dapat menyebabkan konstipasi.
b. Klien yang mengkonsumsi diet renda serat dalam bentuk hewani
(misalnya daging, produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni
(makanan penutup yang berat) sering mengalami masalah konstipasi,
karena bergerak lebih lambat di dalam saluran cerna. Asupan cairan
yang rendah juga dapat memperlambat peristaltik.
c. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur
menyebabkan konstipasi.
d. Pemakaian laksatif yang berat menyebabkan hilangnya refleks
defekasi normal. Selain itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan
dengan sempurna, memerlukan waktu untuk diisi kembali oleh masa
feses.
e. Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai
efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus
untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek
mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang).
Diuretik, antasid dalam kalsium dan aluminium, dan obat-obat
antiparkinson dapat menyebabkan konstipasi.

25
f. Lansia mengalami perlambatan peristaltik, kehilangan elastisitas otot
abdomen, dan penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering
mengkonsumsi makanan rendah serat.
g. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan GI (gastrointestinal),
seperti obstruksi usus, ileus paralatik dan divertikulitas.
h. Kondisi neurologis yang menghambat impuls saraf ke kolon (misalnya
cedera pada medula spinals, tumaor) dapat menyebabkan konstipasi.
i. Penyakit-penyakit organik seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau
hypokalemia dapat menyebabkan konstipasi.
j. Peningkatan stres psikolog. Emosi kuat diperkirakan menyebabkan
konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui melalui
kerjadari epinefrin dan sistem sarap simpatis. Stres juga dapat
menyebabkan usus spastik (spastik/ konstipasi hipertonik atau iritasi
kolon). Yang berhubungan dengan tipe ini adalah kram pada
abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-
tukarnya antara diare dan konstipasi.
k. Umur. Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang
terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan konstipasi.
D. Manifestasi klinik Konstipasi
Anamnesis yang terperinci merupakan hal terpenting untuk
mengungkapkan adakah konstipasi dan faktor resiko penyebabnya.
Konstipasi merupakan suatu keluhan klinis yang umum dengan berbagai
tanda dan keluhan lain yang berhubungan.
Pasien yang mengeluh konstipasi tidak selalu sesuai dengan patokan-
patokan yang obyektif. Misalnya jika dalam 24 jam belum BAB atau ada
kesulitan dan harus mengejan serta perasaan tidak tuntas untuk BAB sudah
mengira dirinya menderita konstipasi.
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah :
1. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
2. mengejan keras saat BAB
3. Massa feses yang keras dan sulit keluar

26
4. Perasaan tidak tuntas saat BAB
5. Sakit pada daerah rektum saat BAB
6. Rasa sakit pada perut saat BAB
7. Adanya perembesen feses cair pada pakaian dalam
8. Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses
9. Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
Pemeriksaan fisis pada konstipasi sebagian besar tidak didapatkan
kelainan yang jelas. Walaupun demikian, pemeriksaan fisis yang teliti dan
menyeluruh diperlukan untuk menemukan kelainan-kelainan yang
berpotensi mempengaruhi khususnya fungsi usus besar. Diawali dengan
pemerikssaan rongga mulut meliputi gigi gerigi, adanya lesi selaput lendir
mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses
menelan.
Pemeriksaan daerah perut dimulai dengan inspeksi adalah pembesaran
abdomen, peregangan atau tonjolan. Selanjutnya palpasi pada permukaan
perut untuk menilai kekuatan otot-otot perut. Palpasi lebih dalam dapat
meraba massa feses di kolon, adanya tumor atau aneurisma aorta. Pada
perkusi dicari antara lain pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ,
asietes, atau adanya massa feses. Auskultasi antara lain untuk
mendengarkan suara gerakan usus besar, normal atau berlebihan misalnya
pada jembatan usus. Pemeriksaan daerah anus memberikan petunjuk
penting, misalnya adakah wasir, prolaps, fisur, fistula, dan massa tumor di
daerah anus dapat mengganggu proses BAB.
E. Mekanisme Terjadinya Konstipasi
Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan
absorpsi cairan elektrolit, zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini
berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada seseorang yang mengalami
konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka
tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat
menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga dapat menimbulkan
haemorrhoid.

27
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam
kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide.
Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi juga
akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga
akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka
berbahaya pada penderita dengan sirosis hepatis . Pada kolon stasis dan
adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya
“ hepatik encepalopati” pada penderita sirosis hepatis.
F. Gejala Konstipasi
Banyak orang, terutama lansia menganggap dirinya menderita
sembelit bila tidak buang air beberapa hari atau paling sedikit satu kali
sehari. Mereka mulai menggunakan obat pencahar dan tak jarang secara
berlebihan. Sebetulnya keadaan demikian dapat dianggap masih cukup
wajar karena ada orang yang buang air 2-3 kali sehari, tetapi ada pula yang
hanya tiga kali seminggu.
Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut:
a. Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit
b. Turun atau hilangnya nafsu makan
c. Rewel pada balita
d. Mual atau muntah
e. Turunnya berat badan
f. Noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses
yang tertahan di rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jika
anak mengalami konstipasi yang cukup berat, ia dapat kehilangan
kemampuan merasakan kebutuhan ke toilet untuk BAB sehingga
menyebabkan anak BAB di celananya. Hal ini disebut encopresis atau
fecal incontinence.
g. Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan
robekan kecil pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan.
h. Anorexia ringan dan rasa tidak nyaman serta peregangan ringan di
abdomen.

28
Gejala utama konstipasi adalah kesulitan buang air besar dan
frekuensinya yang jarang dibandingkan saat masih dalam kondisi sehat.
Anda juga mungkin harus mengejan saat buang air besar dan merasa
prosesnya tidak tuntas. Tinja Anda bisa terlihat kering, keras, dan padat
dengan ukuran besar atau sangat kecil. Gejala lain yang mungkin Anda
alami saat konstipasi meliputi sakit dan kram perut, perut terasa kembung,
mual dan tidak nafsu makan.

G. Klarifikasi Konstipasi
Berdasarkan International Workshop on Constipation, adalah
sebagai berikut:
a. Konstipasi fungsional
Kriteria:
Dua atau lebih keluhan ini ada paling sedikit 12 bilan:
 Mengedam keras 25% dari BAB
 Feses yang keras 25% dari BAB
 Rasa tidak tuntas 25% dari BAB
 BAB kurang dari dua kali per minggu
b. Penundaan pada muara rektum
Kriteria:
 Hambatan pada anus lebih dari 25% BAB
 Waktu untuk BAB lebih lama
 Perlu bantuan jari-jari untuk mengeluarka feses.
Konstipasi fungsional disebabkan waktu perjalanan yang lambat dari
feses, serta penundaan pada muara rektosigmoid menunjukkan adanya
disfungsi anorektal. Yang terakhir ditandai adanya perasaan sumbatan
pada anus.

29
BAB III

SWAMEDIKASI

A. Terapi Farmakologi Konstipasi


a. Dulcolax
Nama Dagang : Bisakodil tablet salut 5 mg
Dosis : Oral untuk konstipasi 5-10 mg malam hari.
Indikasi : Terapi konstipasi. Persiapan pemeriksaan diagnostik, terapi
sebelum dan sesudah operasi, dan pada kondisi yang membutuhkan
defekasi
Kontra indikasi : Obstruksi usus, kondisi abdomen yang memerlukan
pembedahan akut, apendisitis, penyakit inflamasi usus besar akut,
dehidrasi berat, hipersensitif terhadap triarilmetan, ileus.

Efek samping : Kram dan nyeri perut, reaksi alergi, angioedema dan
reaksi anafilaktoid.
Interaksi obat : Pada dosis tinggi : resiko gangguan keseimbangan
elektrolit dapat meningkat pada penggunaan bersama dengan diuretik
dan adrenokortikoid; glikosida jantung.
Pabrik : BoehringerIngelheim

b. Dulcolaktol syrup ( Laktulosa)


Indikasi : pengobatan sembelit/sulir buang air besar
Kontraindikasi: pasien yang membutuhkan diet rendah galaktosa
Interaksi obat : neomisin, obat infeksi, antasida non absorben
Efek samping : diare,hipokalemia, mual, munta
Kemasan : syrup 10 mg / 15 ml x 60 ml

30
Dosis lazim : 15-30 ml perhari
Penyajian : di konsumsi bersamaan dengan makanan
Perhatian : penderita diabetes, kehamilan, dan menyusui,
lansia, anak – anak lainnya, antasida non absorben.
Pabrik : BoehringerIngelheim

c. Microlax
Indikasi: Microlax obat pencahar untuk mengatasi sembelit,
khususnya diberikan pada penderita yang harus tinggal ditempat
tidur, orang dewasa, orang tua, anak-anak dan wanita hamil.
Komposisi: Setiap tube Microlax (5 ml) mengandung: Natrium
Lauril Sulfoasetat 0,045 g, PEG 400 0,625 g, Sorbitol 4,465 g,
Natrium Sitrat 0,450 g, Asam Sorbat 0,005 g, Air murni sampai
dengan 6,250 g Aturan Pakai: Untuk anak usia diatas 3 tahun dan
dewasa diberikan 1 tube. Untuk anak usia 1-3 tahun cukup
diberikan ½ tube.
Peringatan & Perhatian: Pencahar hanya digunakan bila benar-
benar diperlukan, hanya untuk penggunaan jangka pendek. Jangan
digunakan pada penderita wasir akut & orang yang mengalami
peradangan pada usus besar.
Efek Samping: Microlax aman untuk digunakan, belum pernah
ada laporan adanya efek samping.
Kontra Indikasi: Kontraindikasi Microlax adalah pada penderita
wasir yang akut dan pada penderita yang mengalami perdarahan
karena radang usus besar. Microlax bekerja melunakkan massa
feses dan melumasi saluran rectum sehingga memudahkan buang

31
air besar tanpa mempengaruhi otot usus sehingga tidak
menyebabkan melilit. Bekerja lokal langsung pada massa feses
sehingga bekerja cepat dan aman digunakan.
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan diare dan kekurangan
cairan.
Sediaan & Kemasan: Gel / cairan jernih agak kental 5 ml dikemas
dalam tube.
Pabrik : PT. Pharos

B. Terapi non farmakologi

Pasien disarankan setidaknya mengkonsumsi 10 gram serat kasar

perharinya. Buah, sayur dan sereal adalah contoh bahan makanan kaya serat.

C. Obat Tradisional Sembelit


a. Ketepeng cina (Cassia alata L.)
Simplisia : Daun ketepeng cina.
Kandungan : Rein, aloe emodina, asam krisofanat,
(dihidroksimetilanthraquinone), tannin. Daun ketepeng cina
mengandung zat samak serta bersifat sebagai laksatif
Cara Penggunaan:Daun ketepeng cina muda dan segar 7 lembar,
rebus dengan 2 gelas air hingga jadi 1 gelas. Saring, kemudian minum.

32
b. Lidah buaya (Aloe Vera Linn.)
Simplisia : Daun lidah buaya
Kandungan : Anthraquinone
Cara Penggunaan : daun lidah buaya dicuci hingga bersih. Kemudian
buang kulitnya. Isisnya dicincang, seduh dengan setengah cangkir air
panas. Tambahkan 1 sendok makan madu. Diminum selagi hangat
sehari 2 kali.

c. Mengkudu (Morinda citrifolia)


Simplisia : Buah mengkudu
Kandungan : Alkaloid triterpenoid. Selain itu mengkudu
mengandung morindon yang merupakan zat warna merah dan
berkhasiat sebagai pencahar.
Khasiat : Melancarkan pencernaan. .Menkonsumsi buah mengkudu
secara teratur juga dapat melancarkan pencernaan.Penyakit
seperti,perut kembung,muntah,luka pada usus halus dan radang
lambung bisa diobati dengan buah mengkudu.
Cara Penggunaan:2 buah mengkudu masak dicuci dan parut.
Tambahkan sedikit garam. Aduk hingga rata. Lalu peras dengan kain.
Minum 2 kali sehari.

33
d. Temulawak (Curcuma xanthorriza)
Simplisia : Rimpang temulawak.
Kandungan : Minyak atsiri, kamfer, dan glikosida.
Cara Penggunaan:Rimpang temulawak diiris dan ditambah dengan
asam jawa dan gula jawa. Setelah itu tuangkan air mendidih. Airnya
kemudian diminum.

e. Pepaya (Carica papaya L.)


Simplisia : Buah pepaya

Kandungan : Mineral-minera,enzim papain dan vitamin-vitamin.


Mekanisme kerja:Pepaya mengandung enzim papain yang berkhasiat
memecahkan serat makanan sehingga menjadi lunak dan mudah
dikeluarkan.
Cara penggunaan:Makan sebanyak 150 gram buah pepaya masak.

34
Aturan pakai :secara teratur 2 kali sehari.

35
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam lambung makanan dicerna menjadi “bubur” chymus, kemudian


diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim
pencernaan. Setelah zat- zat gizi diresorpsi oleh villi ke dalam darah, sisa
chymusyang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicernakan,
diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di
sini (flora) mencernakan lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian
besar daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar.
Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat
dan dikeluarkan dari tubuh sebagahi tinja.

Konstipasi adalah suatu gejala proses defekasi yang bermasalah dan dapat
didefinisikan antara lain, defekasi tidak lancar dan tidak teratur (kurang 2 kali
seminggu). Mengedan lebih dari 25% kasus, defekasi keras dan tidak tuntas.

Banyak orang terutama lansia, menganggap dirinya menderita sembelit


bila tidak buang air beberapa hari atau paling sedikit satu kali sehari. Mereka
mulai menggunakan obat pencahar dan tidak jarang secara berlebihan. Sebetulnya
keadaan demikian dapat dianggap masih cukup wajar karena ada orang yang
buang air besar 2-3 kali sehari, tetapi ada pula yang hanya tiga kali seminggu.

Gejala lainnya berupa perasaan penuh di bagian lambung, mual, tinja keras
serta defekasi sulit, sakit perut, kurang nafsu makan (anoreksia), juga sakit kepala,
malaise dan perasaan tidak nyaman di mulut.

Ada bermacam-macam penyebab konstipasi yang terpenting di antaranya


adalah :

1. Kurang mengonsumsi serat gii dan atau kurang minum air. Serat dari sayuran

dan buahan memperbesar isi usus sehingga meningkatakan peristaltik juga

karean kurang bergerak.

36
2. Adanya penyakit organik, gangguan metabolik, misalnya obstuksi dari usu
(penyumbatan) akibat adanya divertikel, penyempitan, tumor, diabetes dan
penyakit parkinson, gangguan motilitas seperti terjadi pada penyakit-penyakit
tertentu antara lain hiperkalsemia, hipotorosis, colitis dll.
3. Sebagai efek samping dari penggunaan obat-obat tertentu, seperti morfin dan
derivat-derivatnya antikolenrgika, ca-channel blockers, antidepresiva dan
beberapa garam logam, juga diuretika kuat dapat mencetuskan sembelit
karena menarik air dan mengeringkan tinja
4. Keteganagn saraf emosi karena misalnya orang-orang yang marah atau cemas
mengalami kejang pada ususnya
5. Kehamilan dimana kadar progeseteron yang meningkat menghambat
kontraksi dari oto polos usus, sehingga peristaltik nerkurang.
Obat-obat pencahar dapat menstimulasi proses defekasi dengan menjaga
agar supaya feses tidak mengeras, menghindari mengedan terutama lansia dan
pasien penyakit jantung atau hernia. Tujuannya adalah untuk memulihkan proses
defekasi normal dan menghindari terjadinya ketergantungan pada obat pencahar.

Obat-obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi konstipasi adalah


pemakain pencahar (laksatif). Contoh obat bebas yang bisa dibeli untuk
pengobatan swamedikasi adalah dulcolax, microlax dll, serta obat tradisional
seperti ketepang cina, lidah buaya, mengkudu, pepaya.

37
BAB V

KESIMPULAN

Konstipasi adalah keadaan, dimana defakasi terhenti atau berlangsung


tidak lancar dan tidak teratur. Banyak orang, terutama lansia, menganggap dirinya
menderita sembelit bila tidak buang air beberapa hari atau paling sedikit satu kali
sehari. Mereka mulai menggunakan obat pencahar dan tak jarang secara
berlebihan. Sebetulnya, keadaan demikian masih dianggap masih wajar karena
ada orang buang air 2-3 kali sehari, tetapi ada pula yang hanya tiga kali satu
minggu. Pengertian ini dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses
yang kurang, konsistensinya keras dan kering.

38
DAFTAR PUSTAKA

Tan HT, Rahardja K., 2002, Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek
SampingnyaEdisi VI, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S., 2009, Buku Ajar
Ilmu PenyakitDalam Jilid I Edisi V, Interna Publishing, Jakarta.

Guyton & Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II, Penerbit Buku
KedokteranEGC, Jakarta.

Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A. P., Kusnandar.
IsoFarmakoterapi. PT., ISFI. Jakarta.

Tan HT, Rahardja K., 1993, Swamedikasi Cara-cara Mengobati Gangguan


Sehari-haridengan Obat Bebas Sederhana, DEPKES RI, Jakarta.
McEwen, J. 1979. Self-medication in The Context of Self-care: A review. Dalam:
Enderson,J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of Workshop on
Self Care, London: MTP Press Limited Lancaster, 95-111. Available as
PDF file
Pusat Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2011, Obat Herbal dan Obat
TradisionalSembelit, http://www.tanaman-obat.com , diakses tanggal 20
februari 2015.

Dipiro, joseph, Wells G, barbara, 2009, Phamacotherapy handbook seventh


edition. Medoka,new york.
http://nursingbegin.com/konstipasi-dan-patofisiologinya, diakses tgl 20 februari
2015

39

Anda mungkin juga menyukai