Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SWAMEDIKASI

DIARE

KELAS B

DISUSUN OLEH :

1. NALA GHASSANI (1061711078)


2. NANA JANNATIN (1061711079)
3. NAOMI KRISTI (1061711080)
4. NELLY ISTINA SARI (1061711081)
5. NERISSA ARVIANA S. (1041311082)
6. NICOLAS YOAKIM C. W. (1061711083)
7. NUFADIKA AIDA HUSNA (1061711084)
8. NUR ROCHMAH (1061711085)
9. NURKIE ISNAINI Y. (1061711086)
10. NURUL FITRI RIZKILLA (1061711087)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


YAYASAN PHARMASI SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam
sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Diare bisa dikatakan
sebagai keadaan dimana frekuensi dan likuiditas buang air besar yang tidak normal, walaupun
keadaan frekuensi dan konsistensi BAB berbeda pada masing-masing individu. Diare sering
merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik.

Diare juga dapat dikatakan sebagai kondisi peningkatan frekuensi dan penurunan
konsistensi tinja dibandingkan dengan individu yang normal. Frekuensi dan konsistensi dapat
sangat bervariasi tergantung individunya. Sebagai contoh, beberapa individu buang air besar tiga
kali per hari, sedangkan yang lain buang air besar hanya dua atau tiga kali per minggu. (Dipiro et
al, 2015).

Diet yang sering dilakukan oleh orang-orang barat biasanya menghasilkan tinja harian
dengan berat antara 100 dan 300 g, tergantung pada jumlah yang dikonsumsi. Pasien dengan
diare serius mungkin memiliki berat tinja harian lebih dari 300 gram. Selain itu, diet sayuran
yang kaya serat, seperti yang dikonsumsi di beberapa Budaya timur seperti di Afrika,
menghasilkan tinja berat lebih dari 300 g per hari. Diare dapat berhubungan dengan penyakit
tertentu dari usus atau penyakit di luar usus. Contohnya, disentri langsung mempengaruhi usus,
sedangkan diabetes mellitus menyebabkan episode diare neuropatik. Selanjutnya, diare dapat
dianggap sebagai penyakit akut atau kronis (Dipiro et al, 2015).

BAB II
ISI
A. EPIDEMIOLOGI

Diare adalah masalah utama di pusat-pusat penitipan anak dan panti jompo, mungkin karena
kondisi anak usia dini dan penuaan ditambah lingkungan dan faktor risiko. Di Amerika Serikat,
penyakit diare biasanya tidak dilaporkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
kecuali terkait dengan wabah atau organisme yang tidak biasa, misalnya seperti penyakit AIDS
yang memiliki keterkaitan dengan penyakit diare berkepanjangan.

Makanan-makanan yang telah tercemar mikroba harus menjadi perhatian, karena beberapa
kasus keracunan makanan telah terjadi saat ditelusuri ternyata berhubungan dengan kondisi
sanitasi yang buruk di pabrik atau tempat pembuatan makanan tersebut. Organisme bakteri yang
dikategorikan sebagai penyebab diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter,
Staphylococcus, dan Escherichia coli.

Insiden dan period prevalen diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5
persen dan 7,0 persen. Lima provinsi yang tertinggi diantaranya adalah Papua (6,3% dan 14,7%),
Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%),
dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur
balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare yaitu (10,2%). Karakteristik diare
balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%) dan tinggal di
daerah pedesaan (5,3%)

(KemenKes RI, 2013).

B. PATOFISIOLOGI
1. Diare
Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal. Frekuensi
dan kosistensi BAB bervariasi dalam dan antar individu. Sebagai contoh beberapa individu
deffekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya dua sampai tiga kali seminggu(Elin
Yulinah Sukandar,dkk. 2008).

Adapun beberapa mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan


elektrolit tersebut, yang selanjutnya akan menyebabkan diare. Mekanisme tersebut antara lain :
 Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorbs natrium atau
peningkatan sekresi klorida.
 Perubahan motilitas usus.
 Peningkatan osmolaritas luminal.
 Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.

Keempat mekanisme diatas terkait dengan empat kelompok diare klinis yaitu sekretori,
osmotik, eksudatif, dan perubahan transit usus. Diare sekretori terjadi ketika zat yang memicu
(misalnya obat pencahar, atau racun bakteri) meningkatkan sekresi atau menurun penyerapan
dari sejumlah besar air dan elektrolit.
(Dipiro et al, 2015)

Diare dapat disebabkan oleh beberapa senyawa termasuk antibiotic dan obat-obat lain seperti
laksativ, antasida yang mengandung magnesium,antineoplastik, dan senyawa-senyawa yang
mempengaruhi kerja jantung.

Tabel obat-obat yang menyebabkan diare


(Dipiro et al, 2015)

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga
timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi.
(Marissa, 2015)
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya:

Faktor

Malabsorbsi Makanan Psikologis


Infeksi

Hiperpeistaltik
Kuman masuk Tekanan Toksin tidak
dan berkembang osmotik dapat
dalam usus meningkat diabsorbsi

Kemampuan
Toksin dalam Pergeseran air dan Hiperperistalti
dinding usus halus elektrolit ke rongga absorbsi
k
usus menurun

Hipersekresi air Isi rongga usus Kemampuan


elektrolit (isi meningkat absorbsi
rongga) usus
menurun (Rosyidah, 2014)
meningkat

Diare
Tipe Diare terbagi menjadi 2 yaitu Diare karena infeksi bakteri patogen dan diare karena
faktor lain. Tipe diare karena infeksi terbagi menjadi 4 yaitu:

a) Bakteri
Bakteri patogen merupakan salah satu penyebab diare dengan prosentase 15 sampai 20%
termasuk Salmonella spp., Campylobacter spp, dan Escherichiacoli. Bakteremia, sepsis,
menyebar ke organ lain merupakan gejala sistemik yang berhubungan dengan infeksi
gastrointestinal kompleks, terutama oleh Campylobacter, E. coli, Salmonella, Shigella,
Aeromonas dan Yersinia. Clostridium difficile juga termasuk salah satu bakteri patogen yang
dapat menyebabkan diare. Pencegahan dilakukan melalui langkah-langkah pengendalian infeksi
baik klinis dan epidemiologi. Banyak serotipe patogen dari E. coli dapat menyebabkan kondisi
diare yang berbeda. Beberapa E. coli telah berevolusi sehingga kemampuan untuk menyebabkan
penyakit pada manusia menjadi semakin luas seperti infeksi saluran kemih, sepsis dan atau
meningitis dan demam tipus ataupun juga penyakit diare. Juga, Helicobacter pylori dan Vibrio
cholerae dapat menjadi masalah, karena mereka adalah patogen yang menjajah mukosa lambung
dan menyebabkan peradangan akut, merusak epitel lambung dengan akibat serius sebagai
gastritis ringan, gastritis atrofi kronis dan kanker lambung.

b) Fungi
Salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak terkait oleh
infeksi invasif jamur (IFI), yang disebabkan oleh Candida dan spesies Aspergillus. Candida
menginduksi diare dengan sekretori diare yang berkepanjangan disertai sakit perut dan kram,
tanpa darah, lendir, demam, mual dan muntah.

c) Protozoa dan parasit


Parasit cacing mempengaruhi orang dewasa dan anak-anak di seluruh dunia disebabkan
oleh lingkungan tempat tinggal, kebersihan pribadi yang rendah, air minum yang tidak bersih,
sanitasi yang buruk, tidak menggunakan toilet dan status kekebalan anak.

d) Virus
Adenovirus, Human Bocavirus, Manusia astrovirus, Norovirus, Sapovirus dan Rotavirus
dikenal sebagai patogen penyebab umum dari gastroenteritis (50 sampai 70%) dan dibandingkan
dengan enteritis bakteri, biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dengan angka kematian
yang lebih rendah, tetapi menunjukkan morbiditas yang tinggi. Produksi toksin, invasi sel dan
jaringan intestinal, yang mengakibatkan perubahan fungsi, biasanya merupakan mekanisme diare
dari infeksi virus.

e) Akibat keracunan makanan


Sering terjadi, misalnya pada waktu perhelatan anak-anak sekolah atau karyawan
perusahaan dan biasanya disertai juga dengan muntah-muntah. Keracunan makanan didefinisikan
sebagai penyakit yang bersifat infeksi atau toksik dan diperkirakan atau disebabkan oleh
mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Penyebab utamanya adalah tidak
memadainya kebersihan pada waktu pengolahan, penyimpanan dan distribusi dari
makanan/minuman dengan akibat pencemaran meluas. (Elin Yulinah Sukandar,dkk. 2008)

f) Akibat obat
Digoksin, konidin, garam-Mg dan Litium, sorbitol, bbeta blockers, perintang-ACE,
reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum luas (ampisillin.amoksisilin, sefalosporin,
klindamisin, tetrasiklin). Semua obat ini dapat menimbulkan diare “baik” tanpa kejang perut dan
pendarahan adakalanya juga akibat penyalahgunaan laksansia dan penyonaran sinar-X
(radioterapi).

g) Akibat penyakit
misalnya colitis ulcerosa, p.Crohn, iiritabel Bowel Syndrome (iBS), kanker colon dan
infeksi HIV. Juga akibat-akibat gangguan seperti alergi terhadap makanan atau minuman, protein
susu sapi dan gluten (coeliakie) serta intoleransi unttk laktosa karena defisiensi enzim laktase.

Jenis-jenis diare berdasarkan tingkat dehidrasi :

a. Tanpa dehidrasi
 Keadaan Umum baik, sadar
 Mata tidak cekung
 Minum biasa, tidak haus
 Cubitan kulit perut / turgor kembali segera
b. Dehidrasi Ringan/Sedang
 Gelisah, rewel
 Mata cekung
 Ingin minum terus, ada rasa haus
 Cubitan kulit perut / turgor kembali lambat
c. Dehidrasi Berat
 Lesu, lunglai / tidak sadar
 Mata cekung
 Malas minum
 Cubitan kulit perut / turgor kembali sangat lambat

B. Tanda dan Gejala Diare


1. Tanda diare
 Volume feses bertambah
 Konsistensi (viskositas) faces menurun
 Berkurangnya air seni
 Berkurang berat badan

2. Gejala diare
 Onset tiba-tiba mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, menggigil, dan

malaise.
 Gerakan usus sering dan tidak pernah berdarah, dan diare berlangsung 12-60 jam.
 Intermittent nyeri kuadran periumbilikalis atau kanan bawah dengan kram dan
terdengar suara dari usus.
 Nyeri melokalisasi ke daerah hipogastrik, kanan atau kiri bawah kuadran, atau
wilayah sakral.
 Dalam diare kronis, riwayat serangan sebelumnya, penurunan berat badan, anoreksia,
dan kelemahan kronis adalah temuan penting. (Dipiro et al, 2015)

a. Pemeriksaan
 Tes Fisik
Biasanya menunjukkan hyperperistalsis dengan borborygmi dan umum atau
lokal kelembutan.
 Tes Laboratorium
- Studi analisis feses termasuk pemeriksaan untuk mikroorganisme, darah, lendir,
lemak, osmolalitas, pH, elektrolit dan konsentrasi mineral.
- Alat tes feses yang berguna untuk mendeteksi virus gastrointestinal khususnya
rotavirus.
- Pengujian antibodi serologis menunjukkan kenaikan titer lebih dari 3 sampai 6 per
hari, tetapi tes ini tidak praktis dan tidak spesifik.
- Kadang-kadang, total volume tinja harian juga ditentukan.
- Langsung visualisasi endoskopi dan biopsi dari usus besar mungkin dilakukan
untuk menilai adanya kondisi seperti kolitis atau kanker.
- Studi radiografi membantu dalam neoplastik dan kondisi inflamasi.
(Dipiro et al, 2015)
C. TATALAKSANA TERAPI

a. Tujuan terapi
Tujuan terapi pada pengobatan diare adalah untuk mengatur diet; mencegah pengeluaran air
berlebihan, elektrolit dan gangguan asam basa; menyembuhkan gejala; mengatasi penyebab
diare; dan mengatur gangguan sekunder penyebab diare.

b. Sasaran Terapi

-Mencegah terjadinya dehidrasi


-Mengurangi frekuensi BAB
-Meningkatkan konsistensi feses

c. Penatalaksanaan Terapi
 Pendekatan Umum
Pengaturan diet merupakan perioritas untama untuk pengobatan diare.klinisi
merekomendasikan untuk menghentikan makanan padat selama 24 jam dan menghindari produk-
produk yang mengandung susu.
Apabila terjadi mual dan muntah tingkat sedang, diberikan diet residu rendah yang mudah
ducerna selama 24 jam.
Jika terjadi muntah dan tidak dapat dikontrol dengan pemberian antiemetik, tidak ada yang
diberikan melalui mulut. Pemberian diet makanan lunak dimulai seiring adanya penurunan
gerakan usus. Pemberian makanan sebaiknya diteruskan pada anak-aanak dengan diare akibat
bakteri akut.
Rehidrasi dan perbaikan air dan elektrolit adalah perawatan primer sampai diare berakhir.
Apabila muntah dan dehidrasi tidak parah, pemberian makanan enteral merupakan metode yang
terpilih.

 Terapi Farmakologi
1) Penggantian Cairan dan Elektrolit
Dehidrasi adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit. Dehidrasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kekurangan cairan dan
kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan klorida atau natrium). Kelebihan asupan zat
terlarut dapat menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta pengeluaran
keringat yang banyak dan dalam waktu yang lama (Saputra, 2013). Pasien mengalami dehidrasi
dikarenakan usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di
dalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan (Mardayani, 2014).
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh
dan homeostatis (Tarwoto, 2015). Elektrolit ada di seluruh cairan tubuh (Saputra, 2013),elektrolit
merupakan komponen yang berada baik dalam cairan intrasel maupun ekstrasel.
Ketidakseimbangan satu atau lebih komponen elektrolit akan terjadi mekanisme pertahanan
homeostatis (Tarwoto, 2015).
Derajat keparahannya dehidrasi dibagi menjadi tiga, yaitu: dehidrasi ringan tubuh kehilangan
cairan sebesar 5% dari berat badan, dehidrasi sedang tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10% dari
berat badan. Serum natrium dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L. Dehidrasi berat tubuh
kehilangan cairan sebesar lebih dari 10 % dari berat badan (Saputra, 2013).
Oralit adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), Kalium Klorida
(KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat (Mardayani, 2014), digunakan untuk
meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang
tidak normal.Oralit sendiri diberikan untuk menganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
hilang karena diare (Mardayani, 2014). Natrium digunakan untuk keseimbangan air, hantaran
impuls saraf, dan kontraksi otot. Gangguan elektrolit natrium jika <135 mmol/L dinamakan
Hiponatremia. Kalium berfungsi untuk kontraksi otot. Gangguan elektrolit kalium jika <3,5
mmol/L dinamakan Hipokalemia. Dua gangguan elektrolit tersebut disebabkan karena diare
(Tarwoto, 2015). Pada pasien ini yang terjadi adalah Natrium 131 mmol/L rendah (135-148),
Kalium 3,2 mmol/L rendah (3,5-5,3). Cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram Natrium
klorida; 2,5 gram Natrium bikarbonat; 1,5 gram Kalium klorida; dan 20 gram glukosa per Liter
air dan biasanya telah tersedia dalam kemasan.
Cara pembuatan larutan oralit manual:
- ½ sendok teh garam
- ½ sendok teh baking soda
- 2-4 sendok makan gula
- Air hingga 1 Liter

Regimen (aturan) upaya rehidrasi oral


(Grouzard et al.,2016:346)
2) Suplementasi Zink

Pemberian Zinc yang berfungsi untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi sel, sintesis
DNA serta menjaga stabilitas dinding sel. Beberapa penelitian di Bangladesh, India, Brazil
dan Indonesia melaporkan pemberian suplementasi zinc menurunkan prevalensi diare serta
menurunkan morbiditas dan mortalitas penderita diare (Mardayani, 2014). Mekanismenya
adalah memperbaiki atau meningkatkan absorbsi air dan elektrolit dengan cara mengurangi
kadar air dalam lumen usus yang menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses. Perbaikan
konsistensi feses akan dapat mengurangi frekuensi BAB yang timbul sehingga hal tersebut
dapat mempersingkat lama diare (Lolopayung, 2014).
Memurut MTBS, pemberian tablet Zinc selama 10 hari. Cara pemberian tablet zinc
adalah, larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan larut – 30
detik), segera berikan kepada pasien. Apabila pasien muntah sekitar setengah jam setelah
pemberian tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan obat lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh. Tablet zinc diberikan setiap hari selama 10
hari penuh, meskipun diare sudah berhenti. Bila anak dehidrasi berat dan memerlukan cairan
infus, tetapi berikan tablet zinc segera setelah pasien bisa minum atau makan.

Dosis
Anak usia < 6 bulan : 10mg sekali sehari (1/2 tablet sekali sehari) selama 10 hari

Anak usia 6 bulan-5 tahun : 20mg sekali sehari (1 tablet sekali sehari) selama 10 hari.
(Grouzard et al.,2016:90)

3) Probiotik
Probiotik adalah istilah yang digunakan pada mikroorganisme hidup yang dapat
memberikan efek baik atau kesehatan dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora
normal. Probiotik bekerja dengan menstimulasi sistem imun dan berkompetisi untuk
berikatan dengan dinding sel epitel intestinal. Penggunaanya pada anak-anak dengan diare
akut akan mengurangi keparahan serta durasi penyakit diare (American Academy of Family
Physicians, 2015). Sediaan lactobacillus digunakan dalam terapi diare, dikarenakan sediaan
ini dapat mengganti mikroflora usus sehingga membantu mengembalikan fungsi normal usus
dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen.

Contoh: Lactobacillus acidophilus, L bulgaricus

Dosis yang tersedia :-


Dosis dewasa : 2 tab atau 1 paket granul (3-4 X sehari), diberikan bersama susu,
juice atau air.

4) Obat Obat Antidiare


A. Antimotilitas
Obat antimotilitas bekerja dengan mengurangi gerakan peristaltik usus sehingga
diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus. Obat
antimotilitas digunakan apabila diare berlangsung terus menerus selama 48 jam. Pada
pasien yang mengalami demam dan di dalam tinjanya terdapat darah, maka sangat
mungkin sekali diare yang terjadi disebabkan karena adanya infeksi bakteri. Perlu
diingat, bahwa diare sendiri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeluarkan kontaminasi (termasuk bakteri) dari dalam tubuh. Pada kasus ini,
antimotilitas tidak boleh digunakan karena hanya akan memperlama keberadaan
bakteri di dalam tubuh.
a) Difenoksilat
Dosis yang tersedia : 2,5 mg/tab ; 2,5 mg/5ml.
Dosis dewasa : 5 mg (4 X sehari), tidak >20 mg/hari.
b) Loperamid
Dosis yang tersedia : 2 mg/cap.
Dosis dewasa : awal 4 mg, dilanjutkan 2 mg tiap setelah BAB, tidak >16 mg/hari.
c) Paregorik
Dosis yang tersedia : 1 mg/5ml ; 2 mg/5ml (morfin).
Dosis dewasa : 5-10 ml (1-4 X sehari).
d) Tintur opium
Dosis yang tersedia : 5mg/ml (morfin).
Dosis dewasa : 0,6 ml (4 X sehari).
e) Difenoxin
Dosis yang tersedia : 1 mg/tab.
Dosis dewasa : 2 tab, dilanjutkan 1 tab tiap setelah BAB, dapat
ditingkatkan 8 tab sehari.

B. Adsorben
Adsorben digunakan untuk mengatasi gejala diare. Namun kerja dari adsorben
tidak spesifik, sehingga dapat menyerap nutrisi, toksin (racun) maupun obat. Pemberian
adsorben bersama dengan obat lain dapat menurunkan bioavailabilitas tersebut.
a) Campuran Kaolin-Pectin
Dosis yang tersedia : 5,7 gram kaolin + 130,2 mg pectin per 30 ml.
Dosis dewasa : 30-120 tiap setelah BAB.
b) Polycarbophil
Dosis yang tersedia : 500 mg/tab.
Dosis dewasa : 2 tab kunyah (4 X sehari) tiap setelah BAB, tidak >12 tab/hari.
c) Attapulgit
Attapulgit berbentuk seperti serbuk tanah lempung dan terdiri dari magnesium-
aluminiumsilikat. Digunakan sebagai adsorben kuman dan toksin yang menyebabkan
diare, selain itu digunakan pula untuk mengatasi kekurangan cairan tubuh, megurangi
frekuensi diare, dan memperbaiki konsistensi feses.
Dosis yang tersedia : 750 mg/15 ml, 300 mg/7,5 ml, 750 mg/tab, 600 mg/tab, 300
mg/tab.
Dosis dewasa : 1200-1500 mg tiap setelah BAB atau tiap 2 jam,
maksimal 900 mg/hari.

C. Antisekretori
a) Bismut subsalisilat
Bisa digunakan untuk pengobatan dan pencegahan diare karena mempunyai efek
sebagai antisecretory, antiinflamasi dan antibakteri.
Dosis yang tersedia : 1050 mg/30 ml, 262 mg/15ml, 524 mg/15 ml, 262 mg/tab.
Dosis dewasa : 2 tab atau 30 ml tiap 30 menit – 1 jam sesuai kebutuhan,
dapat ditingkatkan 8 dosis/hari.
b) Enzym (lactase)
Dosis yang tersedia : 1250 unit lactase/tetes, 3300 unit FCC lactase/tab.
Dosis dewasa : 3-4 tetes diberikan bersama susu, 1 atau 2 tab.

D. Oktreotid
Oktreotid merupakan suatu analog somatostatin endogen sintetis yang digunakan untuk
mengatasi gejala karsinoid tumor dan vasoaktif peptida yang disekresikan tumor. Dalam
kerjanya, oktreotid menghambat pelepasan serotonin dan peptida aktif lain serta efektif
untuk mengontrol diare.
Dosis yang tersedia : 0.05 mg/ml; 0,1 mg/ml; 0,5 mg/ml.
Dosis dewasa : awal 50 μg sc (1-2 X sehari) dan ditingkatkan sedikit
demi sedikit sampai 600 μg/hari, terbagi dalam 2-6 dosis.

E. Antimikroba pada diare spesifik berdasarkan etiologi


(American Academy of Family Physicians, 2015)

 PENATALAKSANAAN TERAPI DIARE AKUT DAN KRONIS

Diare

Riwayat Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Diare Akut Diare Kronik


(Kurang dari 3 hari) (Lebih dari 14 hari)

Kemungkinan penyebab:
Infeksi usus
Tidak terjadi demam dan Terjadi demam atau Penyakit inflamasi perut
gejala penyakit lain gejala penyakit lain Malabsorpsi
Tumor sekretorik hormon
Obat
Terapi yang dilakukan : Periksa feses untuk Gangguan motilitas
Penggantian elektrolit WBC/RBC/ova dan parasit
Loperamide, diphenoxylate
atau absorbent
Diet Negatif Positif
PiStool
culture/ova/parasit/WBC/
Terapi gejala yang Gunakan RBC/lemak
timbul antibiotik yang Sigmoidoscopy
tepat dan terapi Biopsi usus
gejala asit/WBC/RBC/lemak
Sigmoidoscopy
Biopsi usus

Tidak terdiagnosa, terapi gejala: Terdiagnosa


Rehidrasi Perawatan pada
Penghentian obat yang dapat penyebab utamanya
Skema Penatalaksanaan Terapi Diare Akut menginduksi diare
MeInfeksi usus
Penyakit inflamasi perut
Malabsorpsi
Tumor sekretorik hormon
Obat
Gangguan motilitas
ngatur diet
(Dipiro et al, 2015)

Diare kronik > 14 hari

Riwayat dan pemeriksaan


fisik

Kemungkinnan penyebab :

Infeksi intestinal

IBW (inflammatory bowel disiease)

Malabsorbsi

Secretory hormonal tumor

Obat, factitious

Lakukan pemeriksaan
Gangguan dengan tepat, contoh :
motilitas

Kultur

Feses / parasit / SDP / SDM / Lemak

Sigmoidoscopi

Biopsy intestinal

Tidak ada diagnosis diagnosa

Terapi penyebab spesifik


Terapi simptomatik :

Rehidrasi

Hentikan pengobatan
yang menyebabkan diare

Diet

Loperamid / absorben
Skema Penatalaksanaan Terapi Diare Kronik (Dipiro et al, 2015)

Penatalaksanaan terapi diare berdasarkan tingkat dehidrasi :

a. Tanpa dehidrasi
1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA
• Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
• Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
• Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau
cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
• Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit
demi sedikit.
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.
• Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.
• Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
2. BERI OBAT ZINC
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan
cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
- Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
- Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI
• Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
• Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
• Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.
• Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
• Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2
minggu
4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI. MISAL: DISENTERI,
KOLERA dll
5. NASIHATI IBU/ PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
• Berak cair lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan dan minum sangat sedikit
• Timbul demam
• Berak berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari

b. Dehidrasi Ringan/Sedang
Jumlah pemberian oralit dalam 3 jam pertama :
ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
• Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:
Umur Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

• Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.


• Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
• Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini.
• Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
• Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
• Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI.. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih
rencana terapi a, b atau c untuk melanjutkan terapi
• Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak
biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana Terapi B
• Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
c. Dehidrasi Berat
Sediaan Suppositoria banyak digunakan sebagai sediaan obat pencahar.

BAB III
KASUS

A. DIARE

ANALISA S.O.A.P

a. Subject
Nama : An.M
Umur : 4 tahun
Berat Badan : 12 Kg
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kelurahan Panasakan
Tanggal/jam pengkajian : 21-07-2017/10.00 wita
Diagnosa Medis : DIARE

Riwayat Kesehatan :
1. Keluhan Utama : BAB encer lebih dari 7 kali sehari, muntah 1 kali
2. Riwayat Keluhan Utama :
Pasien sejak 3 hari sebelumnya BAB dengan konsistensi cair lebih dari 7 kali sehari,
muntah 1 kali, tubuh merasa lemas dan belum di bawa ke RS. Pengobatan yang sudah
diberikan oleh orang tua pasien adalah entrostop cair 3 x sehari ½ sachet selama 3 hari.
Namun karena tidak ada perubahan akan kondisi anak, orang tua pasien mengeluhkan ke
apoteker karena kondisi anak nya tidak membaik setelah pemberian obat.

b. Object

Suhu Badan : 37,5⁰C

c. Assesment

Pemberian entrostop cair kurang tepat karena berisi obat herbal yang kurang efektif untuk pengobatan
dengan kondisi BAB 7 kali sehari dan muntah.
d. Plan

Terapi Farmakologis :

- Pemberian Oralit 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya tiap kali BAB 1 gelas untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang bersaman dengan BAB
- Penggantian entrostop cair dengan Kaolin pectin 2-3x sehari 2 sendok takar (10 ml)
- Pemberian terapi tambahan kombinasi Zinc 1 tablet (20 mg) sehari dan probiotik 1 sachet sehari
selama 10 hari berturut-turut. Menurut Caramia, et al (2015) Kombinasi Zinc dan probiotik
dapat menurunkan durasi diare secara lebih efektif dan signifikan pada anak <5th serta
mencegah kekambuhan 2 bulan kemudian.
- Untuk mencegah muntah kembali diberikan metocloperamid 3 x sehari 1 sendok takar (5ml)

Terapi Non Farmakologis :

- Menghindari makanan yang berserat tinggi


- Menghindari produk yang mengandung susu
- Menghindari makanan yang pedas
- Menjaga kebersihan makanan dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Family Physicians. 2014. Acute Diarrhea in Adults.


Caramia, Giuseppe., Silvi, S., Verdenelli, M.C., Coman, M.M. 2015. Treatment of Acute
Diarrhoea: Past and Now. Int Jenteric Pathog 3(4):e28612
Dipiro Joseph T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, L. Michael

Posey. 2015. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Nineth Edition. the United


States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc
Grouzard Veronique, Jean Rigal, Marianne Sutton. 2016. Clinical guidelines diagnosis and
treatment manual. Medecins San Frontieres
Negi, R., Dewan, P., Shah, D., Das, S., Bhatnagar, S., dan Ghupta, P. 2014. Oral Zinc
Supplements are Ineffective for Treating Acute Dehydrating Diarrhoea in 5-12 Years Old.
Acta Paediatrica, 100:6
Marissa, Oktavia Juliah. 2015. Hubungan Sanitasi Lingkungan, Social Ekonomi Dan Perilaku
Ibu Terhadap Kejadian Diare Dengan Dehidrasi Sedang Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2015. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri
Semarang.
Roberto De Giorgio, Eugenio Ruggeri, Vincenzo Stanghellini, Leonardo H. Eusebi, Franco
Bazzoli and Giuseppe Chiarioni. 2015. Chronic constipation in the elderly: a primer for the
gastroenterologist. BMC Gastroenterology
Rosydah, Alif Nurul. 2014. Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare Pada
Siswa Di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai