Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PENYAKIT DIARE

KELOMPOK 13
1. SOLITABITA BERE
NIM :PO5303201191
2. TAMI RAMBU SEDU
NIM :PO 530320119194
3. TETO GRASYELLA KALEB
NIM:PO530320119195
4. VANUEL BUNGA
`NIM:PO530320119196

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya yang sangat besar,sehingga kami pada akhirnya bisa menyelasaikan makalah
MANAJEMEN PENYAKIT DIARE ini . Rasa terima kasih kami ucapkan kepada bapak/ibu
dosen yang selalu memberikan dukungan setiap bimbingannya,sehingga makalah kami dapat
selesaiakan.
Semoga makalah ini bisa menambahakan pengetahuan dan pengalaman.Selayak kalimat yang
menyatakan bahwa tidak ada sesuatau yang sempurna.Kami juga menyadari bahwa makalah ini
juga masih memiliki banyak kekurangan.Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan
dari pada penyusun makalah dengan tema serupa yang lebih baik.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Faktor penyebab
diare yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diare
2. Untuk mengetahui etiologi dan klasifikasi diare
3. Untuk mengetahui pathogenesis diare
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis diare
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diare
6. Untuk mengetahui penanganan/pengobatan diare
7. Untuk mengetahui komplikasi diare
1.3 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian diare
2. Menjelaskan etiologi dan klasifikasi diare
3. Menjelaskan pathogenesis diare
4. Menjelaskan manifestasi klinis diare
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang diare
6. Menjelaskan penanganan/pengobatan diare
7. Menjelaskan komplikasi diare
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan
dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI,
2011
B. Etiologi dan Klasifikasi Diare
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi,
malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar penyebab diare.
Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus
(Permatasari, 2012). Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak
dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin
yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam
basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara klinis
penyebab diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebakan
oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2011). Penyebab diare sebagian besar adalah
bakteri dan parasit, disamping sebab lain seperti racun, alergi dan dispepsi (Djamhuri,
1994).

 Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus
penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9 pada manusia, Norwalk
Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small bowel structure virus,
Cytomegalovirus.
 Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC). Enteroaggregative
E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC), Enterohemorragic E.coli (EHEC),
Shigella spp., Camphylobacterjejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V.
Cholera 0139, salmonella (non-thypoid)
 Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli, Cryptosporidium,
Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
 Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis, Trichuris trichuria.
 Non Infeksi
Malabsorbsi, Keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imonodefisiensi, obat dll

 Klasifikasi Diare
Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare akut adalah
buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung
kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis sering kali dianggap suatu kondisi yang
sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare melebihi satu minggu, sebagian
besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten adalah diare
yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare berkelanjutan dari diare akut atau
peralihan antara diare akut dan kronis biasanya ditandai dengan penurunan berat badan
dan sukar untuk naik kembali (Amabel, 2011)
Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan
lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
a. Berdasarkan lama diare
 Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
 Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan
berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare
tersebut.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
 Diare sekresi Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan
elekrtolit dari usus, menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini adalah volume
tinja yang banyak.
 Diare osmotik Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya
tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obatobat/zat
kimia yang hiperosmotik seperti (magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida),
mal absorbs umum dan defek lama absorbi usus missal pada defisiensi
disakarida, malabsorbsi glukosa/galaktosa.
C. Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut Ngastiyah (2014) :
a. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Ganggua motilitas usus Hiperperistaltik akan mengkkpuakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula.

D. Manifestasi Klinis Diare


`Diare karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu
tanpa pengulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan
cairan pada tubuh yang mengakibatkan ranjatan hipovolemik atau karena gangguan
kimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Kehilangan cairan dapat menyebakan
haus, berat badan menurun, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turtor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi
air yang isotonik. Kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam. Reaksi ini adalah usaha tubuh
untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan
asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2
normal dan base excess sangat negatif (Zein dkk, 2004). Tanda-tanda awal dari penyakit
diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair
dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh
usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2006). Bila penderita telah kehilangan banyak cairan
dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering (Hasan dkk, 1985). Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan
dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
1) Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena
frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda
dehidrasi.
2) Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih,
kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu
makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih
normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal.
3) Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang
kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian
kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan
pucat.
4) Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh
dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan
pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak
ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung,
tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai
apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat
memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat (Kliegman et
al, 2006).

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa saat tanpa
penanggulangan medis adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan
tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik lanjut. Kehilangan cairan menyebabkan haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan bikarbonat akan
menurunkan Ph darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi
napas lebih cepat dan lebih dalam (Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonat agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis
metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standar juga rendah, pCO2 normal, dan base
excess sangat negatif. Gangguan kardiovaskuler pada hipovolemia berat dapat berupa
renjatan dengan tanda denyut nadi cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, wajah pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis.
Kehilangan kalium juga dapat menimbulkan aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria, bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan timbulnya penyakit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti gagal
ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi pemutusan
sirkulasi paru-paru dan dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi
cairan intravena tanpa alkali (Amin, 2015). Diare merupakan gejala nonspesifik yang
merupakan manifestasi umum gangguan GI, termaksut penyakit inflamasi perut, sindrom
iritasi perut, keganasan saluran cerna, sindrom berbagai macam malabsorbsi, dan infeksi
intestinal akut atau subakut dan gangguan-gangguanya. Diare dapat juga merupakan efek
yang tidak dikehendaki pada banyak obat (Wiffen et al, 2014)

E. Pemeriksaan Penunjang Diare


Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk mengetahui adanya diare
yang disertai kompikasi dan dehidrasi. Menurut William (2005), pemeriksaan darah perlu
dilakukan untuk mengetahui Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan asidosis
metabolic. Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk mengetahui:
a. Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi virus.
b. Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
c. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan keberatan
rotavirus dalam feses.
d. Nilai pH feses dibaah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat diketahui adanya
malaborbsi karbohidrat.
Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium untuk
penyakit diare, diantaranya:
a. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-reactive protein).
memberikan informasi mengenai tanda infeksi atau inflamasi.
b. Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
c. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare
d. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut hebat, untuk
mengetahui adanya perforasi usus
F. Penanganan /Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah
 Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberianya
a) Cairan per oral.
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCL dan
NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera
pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90
mEq/L.Formula lengkap sering disebut oralit.Cairan
sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak
lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL dan
sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk
pengobatan sementara di rumah sebelum dibawa berobat ke
rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi
lebih jauh.
b) Cairan parental.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau
pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung
tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer
laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana
saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang
diberikan bergantung dari berat /ringanya dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan
umur dan berat badanya.
 Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe marasmik.
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat
badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg/24jam.
Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada pasien MEP.Jenis cairan DG
aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/jam atau 1
¾ tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit) atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1
ml=20 tetes). Selain pemberian cairan pada pasien-pasien yang telah
disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada pasien lainya
misalnya pasien bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan
kelainan jantung bawaan, yang memerlukan caiaran yang berlebihan pula.
Bila kebetulan menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum memasang
infuse hendaknya menanyakan dahulu pada dokter.
a. Dietetik (cara pemberian makanan).
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg jenis makanan:
1. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, almiron atau sejenis lainya)
2. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau
minum susu karena di rumah tidak biasa.
3. Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan missalnya susu yang
tidsk mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh
b. Obat-obatan.

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain
(gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah, 2014)

c. Terapi farmakologik
1. Antibiotik Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab
diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh
diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada
tinja
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
2. Obat antipiretik

Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin)
dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk menurunkan panas akibat
dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama
tinja.

3. Pemberian Zinc

Pemberianzinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat keparah diare,
mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta
menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011)

G. Komplikasi Diare
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai
berikut
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak
tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan
asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria)
dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak– anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh
makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak
dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan
dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya

B. Saran

Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam mengetahui manajemen
penyekit diare dan kami mengharapkan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB20II.pdf

http://eprints.umm.ac.id/425623/jiptummpp-gdl-estilistia-50148-3-babii.pdf

http://eprints.umm.ac.id/42562/ /jiptummpp-gdl-estilistia-50148-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai