Anda di halaman 1dari 21

MATA KULIAH

PROMOSI KESEHATAN
“POLIO”
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Disusun Oleh:
Kelompok III
(Kelas B5 Kebidanan)

Dini Agustini 183112540120557


Syallom Try Utami 183112540120560
Vahlufi Eka Putri 183112540120561

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya Makalah Promosi kesehatan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas kelompok ‘Polio” dengan baik. Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun makalah yang telah kami buat, baik dalam hal isi maupun
penulisannya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan
ilmu pengetahuan, baik di Universitas Nasional maupun lingkungan masyarakat.

Jakarta, April 2019

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Gambaran terjadinya (perjalanan penyakit) dan gejala gejala polio .....4
B. Analisis Penyakit Polio dari faktor non perilakunya,dengan
menggunakan pendekatan Epidemiologi (Host,Aget,Environment) .....9
C. Identifikasi perilaku perilaku berisiko terjadinya Polio .......................12
D. Identifikasi perilaku perilaku yang dapat mencegah terjadinya Polio
yang mencakup juga : Pengetahuan dan praktek atau tindakan ...........13
E. Upaya upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku
(pengetahuan dan praktek ) untuk mencegah Polio .............................15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................17
B. Saran ...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah lebih dari 10 tahun Indonesia bebas dari Polio, pada tahun 2005
muncul lagi penyakit polio. Kejadian sangat mengejutkan, sementara WHO telah
mencanangkan dunia bebas polio pada tahun 1988. Penularan polio sangat
berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi suatu Negara.
Poliomielitis berasal dari bahasa Yunani, yang bermakna abu-abu, dan
mielon yang bermakna saraf perifer. Polimielitis atau sering disebut polio adalah
penyakit inffeksius yang menyerang system saraf pusat (SSP) yang disebabkan
virus polio. Destruksi saraf motorik pada medula spinalis menyebabkan paralisis
flaksid. Sebagian besar infeksi polio bersifat subklinis. Gejala utama polimielitis
adalah kelumpuhan. Kelumpuhannya biasanya berkurang dan akan menghilang,
akan tetapi dapat menetap setelah 60 hari yang akan menyebabkan kecacatan.
Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar 3 hingga 35 hari setelah inveksi.
Polio menular melalui perantara manusia secara tidak langsung. Polio dapat
menyebar luas karena sebagian besar penderita yang terinfeksi polio tidak
memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Virus
masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan
keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi
penularan virus. Gambaran klinis Polio pertama kali dibuat oleh seorang dokter
Inggris, Michael Underwood pada tahun 1789. Ia menyebut polio
sebagai“kelemahan tungkai bawah”. Pada tahun 1840 dokter Jacob Heine dan
Karl Oscar Medin melanjutkan penelitian Underwood sehingga penyakit ini
disebut juga “Penyakit Heine Medin” Vaksin polio pertama ditemukan oleh Jonas
Salk sekitar tahun 1955 dan Albert Sabin pada tahun 1962. Mulai dari saat itu,

1
2

jumlah kasus Polio menurun tajam. Saat ini usaha pemberian imunisasi di banyak
Negara dibantu oleh Rotary International, UNICEF, dan WHO untuk
mempercepat eradikasi global polio.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran terjadinnya (perjalanan penyakit) Polio dan gejala

gejalanya?

2. Bagaimana Analisis Penyakit Polio dari faktor non perilakunya,dengan

menggunakan pendekatan Epidemiologi (Host,Aget,Environment)?

3. Bagaimana Identifikasi perilaku perilaku berisiko terjadinya penyakit Polio?

4. Bagaimana Identifikasi perilaku perilaku yang dapat mencegah terjadinya

penyakit tersebut ,yang mencakup juga : Pengetahuan dan praktek atau

tindakan .

5. Upaya upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku

(pengetahuan dan praktek ) untuk mencegah penyakit tersebut.?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi kesehatan.
2. Untuk mengetahui gambaran terjadinnya (perjalanan penyakit) dan gejala
gejala penyakit Polio
3. Untuk mengetahui gambaran terjadinnya (perjalanan penyakit) Polio dan
gejala gejalanya?
4. Untuk mengetahui Analisis Penyakit Polio dari faktor non
perilakunya,dengan menggunakan pendekatan Epidemiologi
(Host,Aget,Environment)?
5. Untuk mengetahui Identifikasi perilaku perilaku berisiko terjadinya penyakit
Polio?
3

6. Untuk mengetahui Identifikasi perilaku perilaku yang dapat mencegah


terjadinya penyakit tersebut ,yang mencakup juga : Pengetahuan dan praktek
atau tindakan .
7. Untuk mengetahui Upaya upaya apa yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan perilaku (pengetahuan dan praktek ) untuk mencegah penyakit
tersebut.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran terjadinya (perjalanan penyakit) dan gejala gejala polio
1.Gambaran Klinis Penyakit Polio

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang
dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini
dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan
adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam,
lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan,
kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan
jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke
Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar
ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio
menjadi terus meningkat dan ratarata orang yang menderita penyakit polio
meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat akibat penyakit ini.
Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan
penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004 )
Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan
oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
5

poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus.


Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (QQ_Scarlet,
2008). Infeksi virus polio terjadi di dalam saluran pencernaan yang
menyebar ke kelenjar limfe regional sebagian kecil menyebar ke sistem
syaraf (Chin, 2006: 482). Yuwono dalam Arifah (1998) menambahkan
bahwa syaraf yang diserang adalah syaraf motorik otak dibagian grey
matter dan kadang- kadang menimbulkan kelumpuhan.
Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun
kelompok umur yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus
polio (Surya, 2007). Penelitian Soemiatno dalam Apriyatmoko (1999)
menyebutkan bahwa 33,3% dari kasus polio adalah anak-anak di bawah 5
tahun. Infeksi oleh golongan enterovirus lebih banyak terjadi pada laki-
laki dari pada wanita (1,5-2,5 : 1). Risiko kelumpuhan meningkat pada
usia yang lebih tinggi, terutama bila menyerang individu lebih dari 15
tahun (Sardjito, 1997 dalam Utami 2006). WHO memperkirakan adanya
140.000 kasus baru dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh poliomyelitis
sejak tahun 1992 dengan jumlah keseluruhan penderita anak yang
menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang
(Biofarma, 2007).
Virus polio termasuk famili Picornavirus dan genus Enterovirus
merupakan virus kecil dengan diameter 20-32 nm, berbentuk sferis dengan
ukuran utamanya RNA yang terdiri dari 7.433 nukleotida, tahan pada pH
3-10, sehingga dapat tahan terhadap asam lambung dan empedu. Virus
tidak rusak beberapa hari dalam temperature 20-8oC, tahan terhadap
gliserol, eter, fenol l% dan bermacam-macam detergen, tetapi mati pada
suhu 50o-55oc selama 30 menit, bahan oksidator, formalin, kiorin dan sinar
ultraviolet.
Secara serologi maka virus polio dibagi 3 tipe yaitu:
a. Tipe I Brunhilde
b. Tipe II Lansing dan
6

c. Tipe III Leon


Tipe I yang sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe
ll kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik dan tipe III
menyebabkan epidemi ringan. Di Negara tropis dan subtropis kebanyakan
disebabkan oleh tipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas
silang.
Tanda klinik penyakit polio pada manusia sangat jelas sehingga
penyakit ini telah dikenal sejak 4.000 sebelum Masehi dari pahatan dan
lukisan dinding di piramida Mesir. Sebagian terbesar (90 persen) infeksi
virus polio akan menyebabkan inapparent infection, sedangkan 5 persen
akan menampilkan gejala abortive infection, 1 persen non-paralytic,
sedangkan sisanya menunjukkan tanda klinik paralitik. Penderita yang
menunjukkan tanda klinik paralitik, 30 persen akan sembuh, 30 persen
menunjukkan kelumpuhan ringan, 30 persen menunjukkan kelumpuhan
berat dan 10 persen menunjukkan gejala yang berat dan bisa menimbulkan
kematian. Masa inkubasi biasanya berkisar 3-35 hari. Penderita sebelum
masa ditemukannya vaksin, terutama berusia dibawah 5 tahun. Setelah
adanya perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, penderita bergeser
usianya pada kelompok anak berusia di atas 5 tahun.
Pada stadium akut (sejak adanya gejara klinis hingga 2 minggu)
ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat, jarang lebih dari l0 hari,
kadang disertai sakit kepala dan muntah.Kelumpuhan terjadi dalam
seminggu dari permulaan sakit. Kelumpuhan ini terjadi sebagai akibat dari
kerusakan sel-sel motor neuron di Medula spinalis (tulang belakang) yang
disebabkan karena invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris
sehingga cenderung menirnbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh)
yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian
terbesar kelumpuhan akan mengenai tungkai (78,6 persen), sedangkan
41,4 persen akan mengenai lengan. Kelumpuhan ini akan berjalan bertahap
dan memakan waktu 2 hari s/d 2 bulan).
7

Pada stadium sub-akut (2 minggu s/d 2 bulan.) ditandai dengan


menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlalu
tinggi. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan
anggota gerak yang layuh dan biasanya pada salah satu sisi.Stadium
Konvalescent (2 bulan s/d 2 tahun) ditandai dengan pulihnya kekuatan otot
yang lemah. sekitar 50-70 persen dari fungsi otot pulih dalam waktu 6-9
bulan setelah fase akut. Selanjutnya, sesudah usia 2 tahun diperkirakan
tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau lebih 2
tahun dari gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang
mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot yang ada bersifat
perrnanen
8

2. Gejala Klinik Penyakit Polio


Menurut Chin (2006: 482—485), gejala yang bisa muncul berupa
asimptomatik, poliomyelitis abortif, poliomyelitis Nonparalitik,
dan atau poliomyelitis paralitis. Masa inkubasi penyakit 7—14
hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi
5-35 hari.Meskipun gejala yang paling parah bisa menyebabkan
kelumpuhan dan bahkan kematian, kebanyakan kasus polio
memiliki gejala yang lebih ringan. Bahkan beberapa orang yang
terkena polio tidak menderita gejala apapun dan tidak pernah tahu
mereka terinfeksi. Gejala penyakit polio diklasifikasikan
menjadi non-paralitik atau paralitik dan pasien dapat menderita
sindrom pasca-polio selama bertahun-tahun setelah
terkena penyakit polio. Lebih lengkap, ciri-ciri dan gejala
penyakit polio adalah sebagai berikut:
Gejala Polio non-paralitik
Gejala seperti flu yang dapat bertahan hingga 10 hari,
termasuk: Sakit tenggorokan, demam, kelelahan,
sakit kepala, muntah, leher dan punggung nyeri atau
kaku, otot lemah dan nyeri, kaku pada lengan dan kaki.
a. Gejala Polio paralitik
Gejala polio ini adalah kasus yang jarang terjadi, namun
yang paling parah. Gejalanya dapat bervariasi
tergantung bagian tubuh mana yang terkena misalnya tulang
belakang atau otak, kadang-kadang keduanya. Gejala awal
akan mirip dengan polio non-paralitik, namun gejalany
berkembang menjadi parah sebagai berikut:

 Nyeri otot parah dan / atau kelemahan

 Hilangnya reflex

 Anggota badan jadi lunglai dan mengendur (lemah-lumpuh)


9

b. Gejala pasca-Polio Syndrome

Merupakan gejala polio yang dapat membuat seseorang


lumpuh selama bertahun-tahun setelah terserang polio.
Gejala-gejala ini meliputi:

 Kelelahan setelah aktivitas ringan

 Otot-otot mengecil (atrofi)

 Sendi dan otot-otot secara progresif mengalami kelemahan


dan nyeri

 Sleep apnea atau henti nafas saat tidur (baca: Tidur Ngorok)

 Depresi

 Kesulitan menelan

 Kesulitan bernapas

 Kesulitan berkonsentrasi atau gangguan

 Tidak tahan terhadap cuaca dingin dan suhu rendah

Catatan: Penyakit polio secara aktif biasanya berlangsung sekitar


dua minggu, tetapi kerusakan saraf dapat berlangsung seumur
hidup dan dapat menyebabkan kelumpuhan

B. Analisis Penyakit Polio dari faktor non perilakunya,dengan


menggunakan pendekatan Epidemiologi (Host,Aget,Environment)

Teori faktor penentu status kesehatan Bloom(1974) mengidentifikasi


4 faktor utama yang berpengaruh terhadap status kesehatan yaitu
keturunann , lingkungan ,pelayanan ksesehatan dan perilaku.Keturunan
termasuk dalam faktor utama karna sifat genetik diturunkan oleh orang tua
kepada keturunannya dan sebagian bertanggung jawab kapasitas fisik dan
mental keturunannya .Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik sosial
10

diman lingkungan fisik dapat menjai kekuatan yang buruk dan merusa
kesehatan manusia ,(Bloom ,1981 :45)
Dinegara negara yang sedang berkembang yang paling menentukan
derajat kesehatan adalah faktor lingkunga diikuti kemudian berturut turut
oleh faktor gaya hidup,faktor genetik dan terakhir oleh faktor pelayanan
kesehatan .Menurut Bloom semakin maju dan kaya suatu masyarakat maka
faktor yang menentukan tingginya derajat kesehatan bergeser dari faktor
linngkungan menjdai faktor gaya hidup.Hal ini terbukti di negara negara
maju dimana llingkugann hidup sudah tertata ,gaya hidup merupakan
faktor terpenting yang mempengaruhii kesehatan masyarakatnya
(Bloom,1981 :4-5)

Hereditas

Lingkungan
Status Pelayanan
Fisis/Kemis
Kesehatan Kesehatan
Biologis
Sosial
Budaya

Gaya Hidup ,Perilaku,


Kebiasaan,Sikap

Sumber : Blum,1981:5
Sedangkan tes yang menurut WHO (1986) , yang dimaksud denagn
perilaku kesehatan (Healthy behaviour) adalah aktivitas yang dilakukan
oleh individu tanpa memanndang status kesehatan aktualnya maupun
status kesehatan menurut persepsi individu tersebut yang bertujuan untuk
11

meningkatkan,melindungi,atau mempertahankan kesehatannya ,tanpa


mempertimbangkan apakah perilaku tersebut efektif untuk mencapai
tujuan tersebut.Istilah ini harus dibedakan dengan perilaku beresiko yang
berarti perilaku yang berhubungan dengan peningkatkan kerentanan
terhadap penyakit tertentu.
Sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik ,psikologis dan sosial
,tetapi sehat dalam arti spiritual /agama (WHO dalam Dahlan
2008).Penyakit adalah hasil dari kekuatan dalam suatu sistem dinamik
yang terdiri dari agent ,host ,dan environment (FKM UI 2006)

A H

Triad Epidemiologi Menurut Gordon

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi
ukurnya,atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut.

Berdasarkan teori Bloom (1974) mengenai kesehatan dan Model Gordon


mengenai Tiad Epidemiologi ,maka dapat dijabarkan hubungan antara
12

berbagai faktor penyebab polio dan gejala yang ada pada penderita AFP
sebagai berikut

Host Penyakit
1.Umur. 1.Polio
2.Jenis Kelamin 2.GBS
3.Sosial Ekonomi 3.MielitisTransvers
4.Status Imunisasi 4.Poloencephalitis,Paraplegia,Diplegia.Monoplegia-
Upper,MonoplegiaLower,Quadriplegia/Tetraplegia,
Plegia Unspecified,Plegia-Other,Flaccid muscle
Paralysis,Transient Paralysis of a limb,Myelitis-
Postvaccinal,Mononeuritis-UppeLIMB,Mononeuritis
– Lower Limb
Lingkungan
1.Sanitasi
2.Musim
3.Manusia
4.Kecepatan Transportasi
Gejala/Tanda AFP
1.Sifat lumpuh/flaccid atau Layuh
2.Akut(Lumpuh pada 1-14 hari setelah
sakit)
3.Deman
Agen Biologis 4.Kelumpuhan
Virus 5.Gangguan rasa dan raba
6.Mual dan Muntah
7.Sakit Tenggorokan
8.Sakit Otot

C. Identifikasi perilaku perilaku berisiko terjadinya Polio


Ada banyak faktor risiko untuk polio, yaitu:
1.Bepergian ke daerah dengan virus polio atau epidemik polio
2.Anda tinggal dengan orang yang terinfeksi virus polio
3.Keadaan imunodefisiensi seperti HIV/AIDS
4.Riwayat tonsilektomi
5.Stres atau aktivitas berat lama dan terpapar virus polio, karena keduanya
dapat menurunkan kekebalan Anda
13

Seperti banyak penyakit menular lainnya, korban polio cenderung


merupakan orang yang paling rentan dari populasi seperti orang yang
sangat muda, wanita hamil, dan orang-orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang melemah secara substansial oleh kondisi medis lainnya. Selain
itu, bagi Anda yang belum diimunisasi polio sangat rentan untuk tertular
infeksi.Faktor risiko tambahan untuk polio meliputi bepergian ke tempat-
tempat di mana polio merupakan kasus yang endemik atau luas, hidup
dengan seseorang yang terinfeksi polio, bekerja di sebuah laboratorium di
mana virus polio hidup disimpan (biasanya untuk kepentingan vaksin), dan
memiliki riwayat pengangkatan kelenjar amandel.

D. Identifikasi perilaku perilaku yang dapat mencegah terjadinya Polio


yang mencakup juga : Pengetahuan dan praktek atau tindakan

Cara pencegahan dapat dilalui melalui :


1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya.
Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik
terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian
kekebalan.Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan
bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya.
Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih kembali

PENCEGAHAN POLIO DENGAN TINDAKAN


Fisioterapiteratur agar otot tidakmengecil.
Hubungi dokter anda jika anda merasa terpapar penyakit ini atau polio
Hubungi dokter anda jika anda didiagnosis polio dan gejala memburuk
14

Pastikan anda sudah divaksin untuk mencegah paralisis denganvaksin


polio sebelum bepergian ke area dengan penyakit polio

Imunisasi merupakan factor terpenting untuk memberantas polio. Terdapat


2 macam jenis vaksin polio di Indonesia, yaitu OPV (Oral Vaccine Polio)
atau yang biasa disebut Sabin dan IPV (Injection Polio Vaccine) atau yang
biasa disebut Salk-vaksin. OPV berfungsi untuk merangsang pembentukan
antibodyhumoral yang akan menghambat perjalanan virus ke otak, dan
OPV akan menstimulasi terbentuknya antibodylocal di usus (IgA) yang
menghambat penempelan virus polio pada dinding usus. Vaksin OPV
dikontraindikasikan pada individu imunocompromised dengan demikian
vaksin IPV yang digunakan
IPV hanya akan merangsang pembentukan antibodyhumoral saja. IPV
dibuat berdasarkan virus yang dimatikan, sedangkan OPV berasal dari
virus hidup yang dilemahkan, sehingga resiko terjadinya virus polio
karena vaksin (VDPV, VaccineDerived Polio Virus) lebih tinggi pada
penggunaan OPV. Mengingat harga IPV yang lebih mahal dibandingkan
hrga OPV, maka IPV tidak digunakan untuk program erapo di Indonesia.
Antibody usus local hanya dapat bertahan sekitar 100 hari pada dinding
usus. Setelah waktu tersebut terlampaui, Virus Polio Liar (VPL) yang
masuk ke usus bisa menempel pada dinding usus dan bereplikasi.
Antibodyhumoral yang sudah terbentuk akan menghalangi VPL masuk ke
jaringan saraf. meskipun demikian, VPL yang sudah berkembang biak
tersebut akan dikeluarkan melalui tinja dan bisa menularkan ke orang lain.
Berdasarkan pemikiran di atas, Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
dilaksanakan secara serentak sehingga VPL yang masuk tidak dapat
berkembang biak dan dikeluarkan bersama tinja. Hal ini akan membuat
penularan ke anak lainnya menjadi sulit karena pada saat yang bersamaan
anak lainnya tersebut sudah mendapatkan imunisasi.
15

E. Upaya upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan


perilaku (pengetahuan dan praktek ) untuk mencegah Polio

Langkah terbaik dalam upaya pencegahan polio adalah


melakukan vaksinasi atau imunisai polio. Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) telah merekomendasikan jadwal imunisasi polio untuk anak-anak
dan orang dewasa juga masih bisa mendapatkan vaksin polio.
Selain vaksinasi, memperkuat karantina kesehatan di pintu masuk
negara, dan penyelidikan epidemiologi, upaya pencegahan penularan
penyakit polio dapat dilakukan melalui peningkatan hidup bersih dan
sehat. Kebersihan pribadi yang baik dan sanitasi publik yang baik telah
membantu mencegah penyebaran atau penularan penyakit polio.
Pada Hari Kesehatan Nasional ke-54 pada tanggal 12 November 2018
yang mengambil tema “Aku Cinta Sehat” dan slogan “Ayo Hidup Sehat,
Mulai dari Kita”, merupakan momentum yang tepat untuk menggalakkan
pentingnya preventif dan promotif di samping kuratif dan rehabilitatif.
Mengubah gaya hidup menjadi hidup sehat dimulai dari diri sendiri
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
(Kementerian Kesehatan, 2018). Begitupun dalam menyikapi wabah polio
khususnya di Papua Nugini, selain upaya karantina kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dapat berperilaku yang
16

mendukung hidup bersih dan sehat seperti penggunaan jamban sehat, cuci
tangan pakai sabun, penggunaan air bersih dan gizi seimbang. Dengan
demikian, masyarakat dapat terhindar dari infeksi penyakit menular dan
secara umum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Polio adalah penyakit akut yang menyerang systemsaraf.perifer yang
disebabkan virus polio. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan.
Kelumpuhannya biasanya berkurang sampai hilang, akan tetapi dapat menetap
setelah 60 hari yang akan menyebabkan kecacatan. Cara penularan ini disebut
dropletinfectionper-oral.
Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang.
Gejala lain yang bisa muncul ialah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut,
demam ringan, lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarah pada
kecurigaan serangan virus polio adalah adanya demam dan kelumpuhan akut.
Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan biasanya terjadi
pada tungkai bawah, asimetris, dan dapat menetap selamanya yang bisa disertai
gejala nyeri kepala dan muntah.
Imunisasi merupakan factor terpenting untuk memberantas polio. Terdapat
2 macam jenis vaksin polio di Indonesia, yaitu OPV (Oral Vaccine Polio) atau
yang biasa disebut Sabin dan IPV (Injection Polio Vaccine) atau yang biasa
disebut Salk-vaksin.

B. SARAN
Untuk tenaga kesehatan khususnya seorang bidan, alangkah baiknya untuk
melakukan promosi kesehatan terkait penyakit polio didaerah kerjanya baik
melalui media baik lisan maupun tulisan , serta memantau orang orang yang
berisiko untuk terjangkit penyakit Polio sebagai sasaran kerja agar dapat
mengetahui keadaan wilayah kerja dan mencegah kemungkinan penyebaran.
Untuk masyarakat sendiri bisa mencari informasi atau mengikuti kegiatan
penyuluhan tentang Polio atau penyakit lainnya untuk pengetahuan diri sendiri
dan keluarga serta berguna untuk pendataan tenaga kesehatan terutama bagi
masyarakat di daerah pedalaman.
18

DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Suharjo, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit

Infeksi.Yogyakarta: 2010.

Centers for Disease Control and Prevention. 2015. Epidemiology and

Prevention of Vaccine. Preventable Diseases. 13th Edition.

http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/polio.pdf

Diakses pada 24 April 2019

Deswati, Furqonita, dan Setiowati, Tetty. 2007. Biologi Interaktif Jilid 1.

Jakarta: Azka Press

Dinkes Banjar. Polio. http://dinkes.banjarkab.go.id/artikel/polio.html

diakses tanggal 24 April 2019

http://fkep.unand.ac.id/images/polio.ppt , diakses pada Rabu, 24 April 2019

Huldani. 2012. Myelitis. Fakultas Kedokteran Banjarmasin. Universitas

Lampung.

N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane

history,efficacy, and long-term health-related consequences. USA:

Thinktwice Global Vaccine Institute.

Rahmawati, Dwi. 2008.Validitas Penapisan AFP untuk Diagnosis Polio.

Jakarta:UI

Zulkifli Andi. 2007.Epidemiologi Penyakit Polio. Fakultas Kesehatan

Masyarakat.Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai