Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH

Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal II


Dosen Pengampu : Jenny Anna Siauta, S.ST., M.Keb
Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok II
Penatalaksanaan,Etiologi,Predisposisi
Ikterus Patologi

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
Vahlufi Eka Putri 183112540120561

Riana Hikmah Pratiwi 183112540120569


Kelas B5 KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
2

A. Definisi Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang dapat dilihat pada sclera, selaput
lendir,kulit, atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.Ikterus adalah
keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang
berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sclera mata atau
jaringan lainnya (membrane mukosa) yang menjadi kuning karena
pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi
darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah
oleh system retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi
baru lahir < 2 mg/dL. Pada konsentrasi > 5 mg/dL bilirubin maka akan
tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membrane
mukosa yang disebut ikterus. Ikterus akan ditemukan dalam minggu
pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus
terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan
(preterm).

B. Definisi Ikterus patologi


Ikterus Patologi adalah suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin didalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva,
kulit, dan mukosa akan berwama kuning.Keadaan tersebut juga
berpotensi besar terjadi ikterus,yaitu kerusakan otak akibat perlekatan
bilirubin indirek pada otak. lkterus patologi adalah Ikterus yang
biapnya tampak dalam 24 jam setelah lahir, dan ditandai dengan
peningkatan cepat bilirubin serum.
lkterus patologi adalah suatu kondisi yang terlihat dalam 24
jam,ketika kadar bilirubin meningkat sebanyak 5 mg/dL dalam 24 jam,
ketika bilirubin > 15 mg/dL, ketika peningkatan kadarnya berlangsung
lebih dari 1 minggu pada bayi cukup bulan dan lebih dari 2 minggu pada
3

bayi prematur atau ketika bayi menjadi letargis dan kemampuan


menyusu buruk . lkterus patologi jika ditemukan adanya kuning pada
hari kedua setelah lahir, atau ditemukan pada hari ke 14 atau juga
ditemukan pada bayi kurang bulan, feses berwarna pucat serta daerah
lutut dan siku juga tampak sekali berwarna kekuningan
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ikterus
patologis adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar
bilirubinnya meningkat,ditemukan dengan adanya tanda secara fisik,
kuning pada konjungtiva, kulit dan mukosa disetai feses berwarna
kuning dan pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan kadar
bilirubin yang sangat cepat sehingga berakibat terjadi kerusakan pada
otak.

C. Etiologi
4

Penyebab ikterus sebagai berikut:


1. Turunnya intake kalori
2. Terdapat inhibitor konjugasi bilirubin dalam ASI
3. Meningkatnya sirkulasi bilirubin melalui enterohepatik

Etiologi lkterus patologis

Faktor-faktor yang menyebabkan ikterus patologis


1. Meningkatnya produksi bilirubin dan sirkulasi entero-hepatik
yang menyebabkan menurunnya bilirubin didalam hati.
2. AsaI etnik, mereka yang berasal dari Korea, cina serta jepang
dan indian Amerika memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi
3. Bayi dari ibu diabetes melitus (IDM)
4. Peningkatan destruksi sel darah merah (SDM)
a. lsoimunisasi inkompatibilitas ABO atau Rh
b. Defek metabolisme sel darah merah (SDM) defek enzim
sel darah merah (SDM) menganggu fungsi eritrosit
dan memperpendek rentang hidup sel merah (SDM).
c. Hemoglobinopati sekelompok penyakit yang mengenai
eritrosit akibat adanya satu atau lebih molekul hemoglobin
yang berbentuk abnormal (misal anemia sel sabit, talasemia).
5. Pertama Kali diberi susu >12 jam setelah bayi lahir, dan
pemberian susu <8x dalam 24 jam. Sehingga bayi mengalami
dehidrasi yang akan meningkatkan risiko ikterus Karena
fungsi hati bayi yang terganggu akibat hipoperfusi dan
kurangnya volume ASI yang masuk ke usus dan merangsang
defekasi.
6. Prematuritas : Karena hati bayi masih imatur sehingga kurang
mampu untuk membuang kelebihan bilirubin
7. Saudara kandung mengalami ikterus lebih cenderung
mengalami peningkatan kadar bilirubin.
5

8. Polisitemia, darah mengandung terla banyak sel darah


merah seperti transfusi maternofetal.
9. Sepsis, dapat menyebabkan peningkatan pemecahan hemoglobin.
10. Obat-obatan (vitamin K, novobioson, sulfa) : obat bersaing
dengan bilirubin memperebutkan tempat mengikat albumin.
11. lnduksi oksitosin obat ini akan diangkut ke hati dengan
Cara berikatan dengan albumin, artinya hanya sedikit molekul
albumin untuk berikatan dengan bilirubin dan akibatnya hanya
sedikit bilirubin yang diproses.
12. Berat badan lahir rendah, pada bayi BBLR lebih sering
mendapat ikterus dibandingkan dengan bayi yang berat
badannya sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini mungkin
disebabkan gangguan pertumbuhan hati, hati pada bayi
dismatur beratnya kurang dibandingkan dengan bayi biasa.
13. Jenis kelamin laki-laki, kadar bilirubin indirek lebih tinggi pada
bayi laki-laki.
14. Pengeluaran tinja terlambat, pada bayi mekonium kaya akan
bilirubin,sehingga jika tidak dikeluarkan resirkulasi
enterohepatik akan terus berlangsung.
15. Hipotermi, asidosis, atau hipoksia dapat mengganggu
kemampuan mengikat-albumin.
16. Dehidrasi, kelaparan, hidoksia, dan sepsi (oksigen dan
glukosa diperlukan untuk konjugasi).
6

D. Faktor predisposisi dari ikterus patologis antara lain adalah


7

1. Ikterus prahepatik

Ikterus yang terjadi akibat produksi bilirubin yang meningkat,


yang terjadi pada hemolisis sel darah merah (Ìkterus hemolitik).
Kapasitas sel hati untuk mengadakan konjugasi terbatas
apalagi bila disertai oleh adanya disfungsi sel hati. Akibatnya
bilirubin indirek akan meningkat dan akan segera diekskresikan ke
dalam saluran pencernaan, sehingga akan didapatkan peninggian
kadar urobilinogen di dalam tinja .

2. Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:


a. Kelainan pada sel darah merah
b. lnfeksi seperti malaria, sepsis dan lain-lain
c. Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti obat-
obatan, maupun yang berasal dari dalam tubuh seperti
yang terjadi pada reaksi tranfusi dan eritroblastosis
feta/is

3. lkterus pascahepatik (Obstruktif)


lkterus yang diakibatkan karena bendungan dalam saluran
empedu yang akan menyebabkan peninggian bilirubin
konjugasi yang larut dalam air. Sebagai akibat bendungan,
bilirubin ini akan mengalami regurgitasi kembali ke dalam sel
hati dan torus memasuki peredaran darah. Selanjutnya akan
masuk ke ginjal dan diekresikan oleh ginjal sehingga kita
akan menemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya karena ada
bendungan ,maka pengeluaran bilirubin ke dalam saluran
pencernaan akan berkurang, sehingga akibatnya tinja akan
berwarna dempul karena tidak mengandung sterkobilin.
Urobilinogen dalam tinja dan dalam air kemih akan menurun.
8

Akibat penimbunan bilirubin direk, maka kulit dan skiers akan


berwarna kuning kehijauan. Kulit akan terasa gatal. Penyumbatan
empedu (kolestasis) dibagi dua, yaitu intrahepatik bila
penyumbatan terjadi antara sel ha an duktus koledokus
dan ekstrahepatik bila sumbatan terjadi di dalam duktus
koledukus.

4. lkterus hepatoseluler (hepatik)


lkterus terjadi karena kerusakan sel hati yang akan menyebabkan
konjugasi bilirubin terganggu, sehingga bilirubin direk akan
meningkat. Kerusakan sel hati juga akan menyebabkan
bendungan didalam hati sehingga bilirubin dalam darah akan
mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian akan
menyebabkan peninggian kadar bilirubin konjugasi di dalam
aliran darah. Bilirubin direk ini larut didalam air sehingga
mudah diekskresikan oleh ginjal ke dalam air kemih. Adanya
sumbatan intrahepatik akan menyebabkan penurunan ekskresi
bilirubin dalam saluran pencernaan yang kemudian akan
menyebabkan tinja berwarna pucat, karena sterkonilinogen
menurun.
Kerusakan hati terjadi pada keadaan:
a. Hepatitis oleh virus, bakteri, parasit
b. Sirosis Hepatitis
c. Tumor
d. Bahan kimia seperti fosfor, arsen
e. Penyakit lain seperti hemokromatosis,hipertiroidi dan penyakit
nieman pick.

5. Faktor predisposisi lain dari ikterus


a. Faktor ibu
1) Hipertensi
9

Preeklamsi dan eklampsia memberi pengaruh buruk


pada kesehatan janin yang disebabkan ole menurunnya
perfusi utero plasenta,hipolemia,vasospasme, dan
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.
Sehingga menimbulkan dampak pada janin yaitu fetal
distress, intrauterine growth restriction (IUGR) dan
oligohidramnion, solusio plasenta, perdarahan
intraventrikular, dan sepsis. Dampak tersebut dapat
memicu terjadinya ikterus pada bayi
2) Dibetes maternal
Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil
sering menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap
janin. Bayi baru lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus
(DM) biasanya lebih besar, dan bisa juga terjadi
pembesaran dari organ-organnya (hepar, kelenjar
adrenal, dan jantung). lbu hamil dengan penyakit Diabetes
Melitus (DM) yang tidak terkontrol dengan baik dapat
meningkatkan resiko terjadinya keguguran atau bayi lahir
mati. Jika sudah terdiagnosa sebelum hamil namun tidak
terkontrol dengan baik dapat beresiko terjadinya kelainan
kongenital. Salah satu komplikasi dari diabetes melitus pada
kehamilan yaitu dapat memicu terjadinya ikterus patologis.
b. Faktor Bayi
1) Prematuritas
Prematuritas merupakan faktor pemicu ikterus karena
fungsi hati yang belum matang (Saifuddin, 2010).
2) Cephalhematom
Perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan
periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir dan tidak
pernah melampaui batas sutura garis tengah. Kelainan ini
akan menghilang dalam waktu (1-3 bulan). Pada gangguan
10

yang luas dapat menimbulkan anemia dan


hyperbilirubinemia.
E. Patofisiologi
Bilirubin merupakan salah satu hasil pemecahan hemoglobin yang
disebabkan oleh kerusakan sel darah merah (SDM). Ketika sel darah
merah (SDM) dihancurkan, hasil pemecahannya terlepas ke sirkulasi,
tempat hemoglobin terpecah menjadi dua fase fraksi: heme dan globin.
Bagian globin (protein) digunakan lagi oleh tubuh, dan bagian heme
diubah menjadi bilirubin tidak terkonjugasi, suatu zat tidak larut yang
terikat pada albumin. Rata-rata, bayi baru lahir memproduksi dua Kali
lebih banyak bilirubin dibandingkan orang dewasa karena lebih tingginya
kadar eritrosit yang beredar dan lebih pendeknya lama hidup sel darah
merah (SDM) (hanya 70 sampai 90 hari, dibandingkan 120 hari pada anak
yang lebih tua dan orang dewasa).
Dihati bilirubin dilepas dari moleku albumin dan, dengan adanya
enzim glukuronil transferase, dikonjugasikan dengan asam glukoronat
menghasilkan larutan dengan kelarutan tinggi, bilirubin g/ukuronat
terkonjugasi,yang kemudian di ekskresi dalam empedu. Di usus, kerja
bakteri mereduksi bilirubin terkonjugasi menjadi urobilinogen, pigmen
yang memberi warna khas pada tinja, sebagian besar bilirub terreduksi
diekskresikan ke feses sebagian kecil dieliminasi ke urine .Akan tetapi,
usus bayi yang steril dan kuramg motil pada awalnya kurang efektif dalam
mengekresikan urobilinogen. Pada usus bayi baru lahir , enzim B-
glucuronidase mampu mengonversi bilirubin terkonjugasi, yang kemudian
diserap oleh mukosa usus dan ditranfor ke hati. Proses ini dikenal sebagai
sirkulasi atau pirau enterohepatik
11

Bagan. 2.1 patofisiologi Bilirubin sampai terjadi lkterus

F. Tanda dan Gejala


Ikterus patologi memìliki tanda dan gejala sebagai berikut:
1. lkterus terjadi sebelum umur 24 jam
2. Setiap peningkatan kadar bilirubin serum memerlukan fototerapi.
3. Peningkatan kadar bilirubin total serum>O,5 mg/dI/jam
4. Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa
gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, syndrome gangguan
pernapasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah
(Surasmi, 2008).
5. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi muntah,
letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea,
takipnea atau suhu yang tidak stabil.
6. Persistensi ikterus klinis selama 7 – 10 hari pada bayi aterm atau 2
minggu pada bayi premature
12

Gejala klinis pads permulaanya tidak jelas tetapi dapat disebutkan


diantaranya seperti :
1. Mata berputar
2. Letargis
3. Kejang
4. Tak mau menghisap
5. Leher kaku
6. Tangisan lemah dan melengking
7. Leher dan punggung melengkung
8. Hipertonia/ hitonia (Tonus otot jelas meningkat atau menurun).

G. Pemeriksaan penunjang
Untuk menetapkan atau memperjelas diagnosa ikterus pada bayi baru
lahir tidak mudah dan memerlukan beberapa pemeriksaan laboratorium
yang membutuhkan tenaga ahli dan biaya yang tidak sedikit.
Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan, baik pada bayi maupun pada
ibu.
1. Bayi
a. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi
pada saat lahir.
b. Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk
menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk
pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus
pada 24 jam pertama kelahiran.
d. Uji Coombs direk untuk mendeteksi adanya antibodi maternal
pada sel darah merah (SDM) janin
e. Uji Cooms indirek untuk mendeteksi adanya antibodi maternal
dalam serum
f. Menghitung retikulosit-meningkat akibat hemolisis saat sel darah
merah (SDM) baru diproduksi
13

g. Golongan darah ABO dan tipe rhesus negative (Rh)


terhadap kemungkinan inkompatibilitas
h. Taksiran hemoglobin/ hematokrit untuk mengkaji anemia
i. Menghitung sel darah putih untuk mendeteksi infeksi
j. Sampel serum untuk imunoglobulin spesifik guna melihat adanya
infeksi TORCH
k. Assay glukosa-6 fosfat dehidrogenase (G6PD)
l. Zat dalam urine, misalnya galaktosa
Untuk menilai lkterus agar kadar bilirubin transkutan
dapat di ketahui dapat dilakukan penilaian menggunakan alat
spektometri reflektans dan bekerja tanpa dipengaruhi oleh
beragam jenis pigmentasi kulit bayi.Spektrometri reflektans
memiliki banyak keuntungan dibandingkandengan pemeriksaan
serum, yaitu:
a. Tidak terlalu invasif
b. Mengurangi jumlah pengambilan sampel darah
c. Tidak menimbulkannyeri fisik pada bayi
d. Lebih tidak mencemaskan bagi orang tua
e. Bayi tidak terpajan resiko insisi tumit berulang, yang
mencakup atrofi jangan, pembentukan kista dan osteomielitis
f. Akurat dalam menentukan kadar bilirubin serum bayi cukup
bulan ataubayi hampir cukup bulan.
Pengkajian fisik dapat meliputi pengamatan sebagai berikut:
a. Ketidakstabilan suhu
b. Letargis atau tidak mau menyusu, dehidrasi, kelaparan,
hipotermia,asidosis, atau hipoksia
c. Brakikardia atau takikardia, dan adanya apnea
d. Pengeluaran urine dan feses serta adanya muntah
e. Tanda-tanda sistem saraf pusat yang memerlukan
pemeriksaan neurodevelopmental lengkap
14

H. Penatalaksanaan Medis
1. Pengkajian fisik, pengkajian ini meliputi pengamatan terhadap :
a. Luasnya perubahan kulit dan warna sklera
b. Progesi ikterus di sefalo-kaudal
c. Tanda-tanda klinis lain, seperti letargi dan penurunan
keinginan untuk menyusu (makan)
d. Urine gelap atau feses pucat
e. Adanya dehidrasi, kelaparan, hipotermia, asidosis, atau hipoksia
f. Muntah, iritabilitas atau menangis dengan nada tinggi

Penanganan ikterus patologi yang dapat dilakukan oleh


bidan atas Advice dokter Specialis anak adalah sebagai berikut:
Strategi fototerapi yang dilakukan untuk mengatasi ikterus
patologi:
a. Fototerapi
Merupakan tindakan dengan memberikan terapi
melalui sinar yang menggunakan lampu, dan lampu yang
digunakan sebaikanya tidak lebih dari 500 jam untuk
menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh
lampu. Tujuan dari pemberian fototerapi adalah untuk
mencegah konsentrasi bilirubin tak-terkonjugasi dalam
darah sehingga mencapai kadar yang menyebabkan
terjadinya neurotoksisitas.Penggunaan fototerapi sesuai
anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan
kadar bilirubin indirek lebih dari 10%, sebelum transfusi
tukar atau setelah transfusi tukar
Fototerapi intensif adalah fototerapi dengan
menggunakan sinar bluo-green spectrum (panjang
gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang
30 uW/cm2 (diperiksa dengan radiometer, atau
diperkirakan
15

dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar

dan kulit bayi yang terpajan lebih luas

Indikasi untuk fototerapi, pemberian fototerapi


didasarkan pada kadar bilirubin serum dan kondis individu
setiap bayi, terutama jika ikterus terjadi dalam 12-24 jam
pertam

1) Untuk bayi prematur <1500 gram - antara 85 dan


140pmol / L (5 dan 8 mg/dI)
2) Untuk bayi prematur >1500 gram, bayi sakit dan
bayi dengan hemolisis antara 140 dan 165 mmol / L (8
dan lO mg/dI)
3) Untuk bayi aterm sehat yang ikterus setelah 48 jam
antara 280 dan 365 mmol I L (17 dan 22 mg/dI)

Faktor individu tersebut, kadar bilirubin serum di bawah


215 mmol /L (13 mg/dI), biasanya diterima sebagai
tanda perlunya menghentikan fototerapi. Meskipun
kadar bilirubin dapat meningkat setelah fototerapi, bayi
sehat tidak memerlukan uji lebih lanjut hanya untuk
mengidentifikasi efek balik ini (Cooper, 2009, h.
852).Teknik melakukan Fototerapi adalah iebagai berikut
1) Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian tubuh bayi
terkena sinar
2) Kedua mata dan gonad ditutup dengan penutup yang
memantulkan cahaya
3) Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm
4) Posisi bayi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali
5) Lakukan pengukuran suhu tubuh setiap 4-6 jam sekali
6) Berikan atau sediakan lampu masing masing-
16

masing 20 watt sebanyak 8-10 buah yang disusun


secara pararel
7) Berikan air susu ibu yang cukup. Pada saat
memberikan ASI, bayi dikeluarkan dari tempat terapi
dan dipangku (posisi menyusui),penutup mata dibuka,
serta diobservasi ada tidaknya iritasi.
Kelainan yang mungkin timbul pada terapi sinar antara lain
1) Peningkatan ‘ insensible water loss' pada bayi
2) Frekuensi defekasi yang meningkat
3) Timbulnya kelainan kulit yang sering disebut ‘ flea
bite rash di daerah muka, baden dan ekstremitas
4) Gangguan retina
5) Gangguan pertumbuhan
6) Kenaikan suhu
7) Beberapa kelainan lain seperti gangguan minum,
letargi, iritabilitas kadang-kadang ditemukan pada
penderita
b. Transfusi Tukar
Merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan mencegah
peningkatan kadar bilirubin dalam darah.` Pemberian
transfusi tukar dilakukan apabila kadar bilirubin indirek 20
mg%, kenaikan kadar bilirubin yang cepat yaitu O,3-1
mg/jam, anemia beret dengan gejala gaga/ jantung dan kadar
hemoglobin tali pusat 14 mg, dan uji Coombs direk
positif. Transfusi tukar akan dilakukan akan dilakukan oleh
dokter pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek sama
dengan atau lebih tinggi dari 20 mg% atau secara
lebih awal sebelum bilirubin mencapai kadar 20mg%.
Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat lebih dari 4
mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 10 mg
%, peningkatan kadar bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah
17

yang digunakan sebagai darah pengganti (darah donor)


ditetapkan berdasarkan penyebab hiperbilirubinemia.
Sebelum transfusi tukar, label darah harus diperiksa apakah
sudah sesuai dengan permintaan dan tujuan transfusi
tukar. Darah yang digunakan usianya harus kurang
dari 72 jam. Darah yang akan dimasukan harus
dihangatkan dulu, dua jam sebelum transfusi tukar bayi
dipuasakan, bila perlu dipasang pipa nasogastrik, laIu
bayi dibawa ke ruang aseptik untuk menjalani prosedur
transfusi tukar.
Prosedur transfusi tukar
1) Bayi ditidurkan rata di atas meja dengan fiksasi
longgar.
2) Pasang monitor jantung, alarm jantung diatur di luar
batas 100-180 kali/ menit.
3) Masukan kateter ke dalam vena umbilikalis
4) Melalui kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc
laIu dikeluarkan.Kemudian darah pengganti sebanyak
20 cc dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Setelah
menunggu 20 detik laIu darah bayi diambil lagi
sebanyak 20 cc dan dikeluarkan. Kemudian
dimasukan darah pengganti dengan jumlah yang
sama, demikian siklus penggantian tersebut diulangi
sampai selesai.
5) Kecepatan menghisap dan memasukkan darah ke
dalam tubuh bayi yang diperkirakan 1,8 cc/kg BB.
Jumlah darah yang ditransfusi tukar berkisar l40- 180
cc/kg BB bergantung pada tinggi rendahnya kadar
bilirubin sebelum transfusi tukar .
Pada bayi yang lebih kecil, sakit atau sangat prematur,
bayi dengan hemolisis atau terjadi atau terjadi ikterus
18

dalam 12-24 jam pertama, transfusi tukar dapat


dipertimbangkan pada kadar bilirubin serum dengan
rentang yang lebih rendah
1) 255 pmol / L (15 mg/dI) untuk bayi prematur <1500
gram
2) 300-400 pmol / L (17-23 mg/dI) untuk bayi sakit dan
prematur >1500 gram, dan bayi dengan hemolisis
3) 400-500 pmol / L (23-29 mg/dI) untuk bayi sehat aterm
Efek samping transfusi tukar. Komplikasi dapat terjadi
akibat prosedur dan produk darah. Bayi dengan masalah
medis lain dengan cenderung mengalami komplikasi
berat, seperti hipokalasemia,trombositopenia, dan angka
kematian menjadi lebih tinggi. Enterokolitis nekrotikans
(NEC) juga meningkat dengan transfusi tukar
menyimpulkan bahwa, pads bayi sakit, transfusi tukar
harus ditunda hingga resiko kern ikterus sebesar resiko
prosedur .
c. Terapi obat
Ada beberapa obat yang mungkin digunakan dan beberapa
lebih lazim digunakan dalam terapi lkterus patologi
1) Obat yang menghambat degrades! heme sehingga
mengurangi kadar bilirubin antara lain metaloporfirin, D-
penisilamin, dan inhibitor peptida
2) Obat yang meningkatkan konjugasi bilirubin antara
lain fenobarbital,
3) Peningkatan asupan oral bayi
4) Pemberian arang atau agar per oral menurunkan
resirkulasi entero hepatik bilirubin
5) lnfus albumi memperbanyak lokasi pengikatan,
mengurangi risiko bilirubin bebas melintasi sawar
darah-otak dan dapat digunakan bila orang tua dapat
19

menolak transfusi darah atau ketika tidak ada produk


darah yang cocok
Efek samping terapi ikterus patologis bagi bayi
terhadap ibu mencakup
1) Rasa cemas; ibu dapat berpikir bahwa
tindakan mereka menyebabkan terjadinya ikterus
2) Rasa cemas akibat pengambilan sampel darah bayi
dan nyeri serta reaksi yang diperlihatkan bayi
3) Ketakutan bila kadar bilirubin terus meningkat, bahkan
dengan terapi,akan efek jangka panjang yang mungkin
timbul.
4) Rasa cemas akan dampak pada sang bayi yang
diinkubator, disinari cahaya dan menggunakan
pelindung mata, serta kemungkinan bahwa
pelindung akan bergeser dan mencekik bayi.
5) Ketakutan terhadap kesehatan bayi, bahkan
sesudah terapi lama dihentikan.
6) Stres karena berada didalam fasilitas medis
7) Kecenderungan mereka untuk memilih merawat
bayi di rumah sehingga bayi dapat berkumpul
dirumah bersama keluarga,mencegah timbulnya
masalah seputar biaya transportasi ke unit dan
perawatan anak, dll.
20

I. Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan lkterus Patologi

1. Perencanaan
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan ikterus patologi yaitu
a. Observasi ikterus
b. Lakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan
c. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium
d. Berikan minum, dengan frekuensi sering, pantau asupan,
bila perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan normal, pantau
pengluaran dan turgor kulit.
e. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu inkubator
f. Pantau area bokong dan feses
g. Upayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warna dan
kondisi kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan
h. Ubah posisi tiap 2 jam
i. Berikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi
21

j. Siapkan bayi untuk transfusi tukar


k. Bantu pemasukan kateter
l. Bantu pengumpulan contoh darah
m. Periksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah
n. Hangatkan darah sesuai prosedur
2. Pelaksanaan
a. Mengobservasi ikterus dengan Kramer yaitu :
1) Kramer l : kepala sampai leher
2) Kramer 2 : kepala, baden sampai dengan umbilicus
3) Kramer 3 kepala, baden, paha sampai dengan lutut
4) Kramer 4: kepala, baden, ekstremitas sampai
dengan pergelangan tangan dan kaki
5) Kramer 5 kepala, badan, semua ekstremitas sampai
dengan ujung jari
b. Melakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter
transkutan,pemeriksaan ini dilakukan sebelum
fototerapi karena dapat mengurangi akurasi instrumen ini.
c. Memantau hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
Rh dan kadar bilirubin (bayi aterm >12,5 mg/dL, bayi
prematur >15 mg/dL).
d. Memberikan minum, dengan frekuensi sering, pantau
asupan, bila perlu tingkatkan 25% dari kebutuhan normal,
pantau haluaran dan turgor kulit.
e. Melaksanakan fototerapi sesuai anjuran dokter, biasanya
diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek >10
mg
f. Menidurkan bayi tanpa pakaian 20 cm di bawah lampu
g. Memasang penutup mata, untuk mencegah kerusakan retina.
Setiap 4 jam matikan lampu lepaskan penutup mata untuk
memantau kondisi mata dan memberi rangsangan visual
pada neonatus. Memantau iritasi mata dilakukan tiap 6 jam
22

dengan membuka penutup mata.


h. Memantau suhu tubuh bayi dan suhu incubator. Suhu tubuh
diukur 4-6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu
i. Memantau area bokong dan feses
j. Mengupayakan kulit selalu bersih dan kering, catat warns dan
kondisi kulit tiap 8 jam dan pada saat perawatan
k. Mengubah posisi tiap 2 jam, agar tubuh mendapat penyinaran
seluas mungkin.
l. Memberikan orang tua kesempatan untuk berinteraksi dan
melepas pelindung mata untuk memfasilitasi proses pelekatan.
m. Menyiapkan bayi untuk transfusi tukar, apabila
terjadi hiperbilirubinemia berat dan penanganan
pilihan untuk hiperbilirubinemia dan hidrops fetals yang
diakibatkan oleh inkompatibilitas Rh.
n. Membantu pemasukan kateter ke dalam vena umbilikalis.
Melalui kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc laIu
dikeluarkan. Kemudian darah pengganti sebanyak 20 cc
dimasukkan ke dalam tubuh bayi.
o. Membantu pengumpulan contoh darah
p. Memeriksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah
q. Menghangatkan darah sesuai suhu temperatur ruang.
Pemanasan darah dapat merusak eritrosit yang akan
menghemolisis dan menghasilkan bilirubin. Pemanasan
tidak boleh dilakukan secara langsung dan tidak boleh
menggunakan microwave Darah dihangatkan dengan koil
penghangat yang dirancang untuk tujuan tersebut.
3. Evaluasi
a. Tidak terjadi kernikterus pada neonatus
b. Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam bates normal
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara
d. Integritas kulit baik/utuh bayi menunjukkan partisipasi
23

terhadap rangsangan visual


e. Terjalin interkasi bayi dan orang tua
4. Data perkembangan I
Tanggal...
Jam....
S: Ibu mengatakan bayi BAB berapa Kali sehari dan warnanya,
BAK berapa Kali sehari dan warnanya, bayi menghisapnya
lemah/kuat.
O:Bayi telah diberikan ASI/PASI.Pada pemeriksaan fisik, kulit
bayi berwarna kuning pada bagian tubuh bayi dan hasil
pemeriksaan laboratorium
A: Bayi Ny. ...umur 0 - 24 jam dengan ikterus patologi
P: 1.Lakukan Observasi keadaan umum dan kesadaran bayi
2.Lakukan observasi pola eliminasi pada bayi
3.Lakukan observesi reflek menghisap bayi lemah/kuat
4.Lakukan observasi aktivitas bayi, tangisannya
lemah/keras melengking
5.Pemberian ASI/PASI secara adekuat
6.Lakukan observasi derajat ikterus

J. Komplikasi
Komplikasi dari ikterus patologis adalah terjadinya Kern Ikterus. Kern
ikterus adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada
neonatus cukup bulan dengan ikterus beret (bilirubin indirect lebih dari 20
mg%) dan disertai penyakit hemolitik beret dan pada autopsi ditemukan
bercak bilirubin di otak.Kern icterus secara klinis berbentuk kelainan‘
syaraf spastis yang terjadi secara kronik .Gejala klinis pada permulaannya
tidak jelas tapi dapat disebutkan ialah mata yang berputar, letargis, kejang,
tak mau menghisap,gumoh, tonus otot meninggi, leher kaku dan
opistotonus.
24

Anda mungkin juga menyukai