Anda di halaman 1dari 67

MATA KULIAH

Asuhan Kebidanan Terkini

Disusun untuk memenuhi Tugas Individu II

“Jurnal Kontrasepsi Pria dari Indonesia dan Luar Negeri”

Dosen Pengampu : Yeni Aulya S.Si.T,M.Keb

DISUSUN OLEH:

Nama : Vahlufi Eka Putri

NPM : 183112540120561

Kelas : B5 Kebidanan

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

selesainya tugas Individu II mata kuliah Asuhan Kebidanan Terkini dengan judul

“Jurnal Kontrasepsi Pria di Indonesia dan Luar Negeri”. Makalah ini dapat

diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak.

Penyusun menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,

begitupun tugas yang telah penyusun buat, baik dalam hal isi maupun

penulisannya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan

untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penyusun berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan

ilmu pengetahuan, baik di Universitas Nasional maupun lingkungan masyarakat.

Jakarta, Desember 2019

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

JUDUL ...........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................1

B. Tujuan ..................................................................................................3

BAB II RESUME JURNAL

A. Judul Jurnal .............................................................................................4

B. Pengarang Jurnal ....................................................................................4

C. Latar Belakang Dalam Jurnal ................................................................4

D. Analisis Isi dalam Jurnal ......................................................................14

E. Hasil Penelitian Dalam Jurnal .............................................................27

F. Kesimpulan Penelitian Dalam Jurnal ..................................................38

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................40

B. Saran ......................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menunda kehamilan, ada beberapa jenis kontrasepsi yang

dapat digunakan. Kontrasepsi bisa digunakan oleh pria maupun wanita.

Untuk pria, pilihan kontrasepsi yang tersedia adalah kondom dan

vasektomi.Kehamilan bisa terjadi ketika sel sperma berhasil membuahi

sel telur yang dilepaskan dari indung telur wanita pada masa suburnya.

Bagi pasangan yang belum atau ingin menunda kehamilan, alat

kontrasepsi bisa menjadi pilihan yang tepat guna mencegah terjadinya

pembuahan.Rendahnya partisipasi pria dalam KB selain disebabkan oleh

faktor sosial-budaya, juga karena kampanye dan sosialisasi yang minim,

kurangnya pemahaman tentang kontrasepsi pria, rendahnya minat suami

dalam mengakses informasi tentang KB dan kesehatan reproduksi, serta

sarana pelayanan KB bagi pria yang masih perlu ditingkatkan dan

terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang tersedia (hanya kondom dan

vasektomi).

Pada kaum hawa, kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB

suntik, merupakan cara yang umum dipilih untuk menunda kehamilan.

Namun pada pria, kontrasepsi hormonal belum umum digunakan.

Kontrasepsi hormonal untuk pria berisiko menimbulkan berbagai efek

samping, yang mencakup perubahan suasana hati, depresi, jerawat, nyeri

otot, berat badan bertambah, serta peningkatan libido.Alat Kontrasepsi


2

yang Bisa Dijadikan Pilihan oleh Pria.Meskipun kontrasepsi hormonal

khusus pria dapat digunakan untuk mencegah kehamilan, namun jenis

kontrasepsi yang paling umum digunakan oleh pria adalah Kondom.

Kondom dianggap sebagai alat kontrasepsi pria yang paling mudah

untuk didapatkan dan digunakan. Selain itu, harganya murah dan minim

efek samping. Bentuk kondom berupa selubung tipis yang elastis, dan

bisa terbuat dari lateks, kulit domba, atau polyurethane.Cara

menggunakan kondom pun cukup mudah, yakni dengan

menyelubungkannya pada penis yang sedang ereksi, hingga menutupi

seluruh permukaan penis.Jenis kondom lateks dan polyurethane

dianggap paling efektif dalam mencegah kehamilan selama digunakan

dengan cara yang benar. Tidak hanya efektif dalam mencegah

kehamilan, kondom juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi Anda

dan pasangan dari penyakit menular seksual.Kondom tersedia dalam

beragam bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Beberapa jenis kondom

juga dilengkapi dengan pelumas yang bertujuan untuk meningkatkan

sensasi dan kepuasan seksual.

Vasektomi adalah prosedur pembedahan untuk mengikat saluran

sperma pada organ reproduksi pria. Tujuannya adalah untuk mencegah

pelepasan sperma pada saat ejakulasi.Pada pria yang sudah menjalani

vasektomi, tidak ada lagi sperma di dalam air maninya. Jadi meskipun

mengalami ejakulasi, sel telur pasangannya tidak akan terbuahi.


3

Efek kontrasepsi ini umumnya baru muncul sekitar 3 bulan setelah

operasi vasektomi. Oleh karena itu, gunakanlah kondom dulu saat

berhubungan seks, sampai hasil pemeriksaan menyatakan bahwa air

mani sudah bersih dari sperma.Untuk menjalani vasektomi, Anda dapat

mengunjungi dokter ahli urologi. Operasi vasektomi biasanya

membutuhkan waktu 20-30 menit. Perlu Anda ketahui bahwa vasektomi

bersifat permanen, sehingga efek metode kontrasepsi ini tidak bisa

dihilangkan.Masing-masing alat kontrasepsi di atas memiliki kelebihan

dan kelemahan. Konsultasikan kepada dokter mengenai pilihan alat

kontrasepsi yang cocok dan efektif, serta jangan lupa untuk

membicarakan dengan pasangan mengenai pilihan kontrasepsi yang

ingin digunakan untuk menunda kehamilan.

B. Tujuan
Untuk Menganalisis secara ilmiah terkait isi jurnal terapi Kontrasepsi

Pria dan membandingkan Jurnal satu dengan yang lainnya.


4

BAB II

ANALISIS JURNAL

A. Judul Jurnal

1. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Suami Tentang

Vasektomi dengan Penggunaan KB Vasektomi di Desa

Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selat Baru Kecamatan

Bantan Kabupaten Bengklais Tahun 2016.

2. Male Contraception.

B. Pengarang

1. Alini & Suprayetno

2. John K. Amory, M.D., M.P.H.

C. Latar Belakang Dalam Jurnal

1. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Suami Tentang

Vasektomi dengan Penggunaan KB Vasektomi di Desa

Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selat Baru

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengklais Tahun 2016:Alini

& Suprayetno

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke

empat didunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil

sensus Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk

Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 237.556.363. Dari angka

itu, jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan. Jumlah ini


5

mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan penduduk

14,9% bila dibandingkan dengan tahun 2000 (BKKBN, 2010).

Data tersebut menggambarkan bahwa pertumbuhan

penduduk di Indonesia sangat cepat yakni tercatat sekitar 3,2

juta pertahun atau setara dengan jumlah penduduk negara

Singapura. Jika laju pertumbuhan tidak dapat

dikendalikan,diperkirakan jumlah penduduk di Indonesia pada

tahun 2045 mencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk

sekarang. Menjadi sekitar 450 juta jiwa, berarti satu dari 20

penduduk dunia adalah orang Indonesia (BKKBN, 2010).

Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi

masalah peningkatan jumlah penduduk salah satunya dengan

program Keluarga Berencana (KB) Nasional (BKKBN, 2010).

Program KB mempunyai arti penting dalam upaya mewujudkan

manusia Indonesia sejahtera. Undang-undang Pembangunan

No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, menyebutkan bahwa KB

adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil

bahagia dan sejahtera (BKKBN Riau, 2007).


6

Salah satu upaya tersebut diukur melalui penggunaan alat

kontrasepsi kondom dan vasektomi yang telah mendapat

perhatian serius pemerintah sejak isu kesetaraan gender dalam

KB (BKKBN, 2007). Peran gender adalah peran sosial yang

tidak ditentukan oleh perbedaaan kelamin. Oleh karena itu

pembagian peranan antara pria dengan wanita dapat berbeda

diantara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya sesuai

dengan lingkungannya (Kumalasari, 2012).

Isu kesetaraan gender memang sangat mempengaruhi

keberhasilan program KB. Para provinder dan penentu

kebijakan masih menganggap penggunaan kontrasepsi adalah

urusan perempuan. Mengingat perempuan sudah menjalankan

tugas fungsi reproduksi seperti masa hamil, persalinan, menyusui,

mendidik, mengasuh, juga acapkali diharuskan membantu suami

mencari nafkah, masih harus menggunakan alat kontrasepsi

yang terkadang tidak cocok, bahkan menimbulkan komplikasi.

Suami yang punya andil dalam proses reproduksi tidak mau

berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN,

2007).

Meningkatkan kesertaan KB pria berarti merubah

pengetahuan sikap dan perilaku dari sebelumnya tidak atau

belum mendukung KB pria menjadi mendukung dan

mempraktekkan sebagai peserta, mereka yang tadinya


7

menganggap KB adalah urusan perempuan harus bergeser

kearah anggapan bahwa KB adalah urusan serta tanggung jawab

suami dan istri (BKKBN, 2006). Perbedaan antara sudut

pandang keilmuan dan keagamaan tentang program KB telah

melebur dan menemukan kesamaannya, mereka para ulama

menyatakan dukungan terhadap program KB (BKKBN,

2015).Vasektomi adalah suatu metode kontrasepsi operatif

minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan efektif,

memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan

anestesi umum (Handayani, 2010). Vasektomi dikenal lebih

umum dibanding sterilisasi wanita hanya di lima negara. Negara

- negara ini adalah Bhutan, Denmark, Belanda, Selandia Baru

dan Inggris. Di delapan negara di seluruh dunia (Australia,

Bhutan, Kanada, Belanda, Selandia Baru, Republik Korea,

Inggris dan Amerika Serikat), prevalensi penggunaan vasektomi

melebihi 10%. Selandia Baru memiliki prevalensi tertinggi

untuk kontrasepsi vasektomi yaitu 19,3%. Kontrasepsi ini telah

menjadi metode yang paling banyak digunakan sejak tahun

1970-an, dibanding sterilisasi wanita. Sebuah survei yang

dilakukan pada akhir tahun 1990 di Selandia Baru menemukan

bahwa 57% pria berusia 40 tahun sampai 49 tahun telah

menerima vasektomi (John, 2008).


8

Di Amerika Latin penggunaan vasektomi telah meningkat

empat kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Namun prevalensi

tetap pada 1%, kecuali di Brazil, Kostarika, Meksiko dan Puerto

Rico. Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di negara Sao

Paolo yaitu 6,1%. Asia menyumbang 77% penggunaan

vasektomi dari seluruh dunia, negara Cina dan India saja sudah

mewakili 70% dari pengguna vasektomi di dunia. Secara global

penggunaan kontrasepsi telah meningkat, dari 54% pada tahun

1990 menjadi 63% pada tahun 1976 (John, 2008).

Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2012

menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi pria hanya 2 persen

saja dari total pemakaian kontrasepsi (kondom 1,8% dan

vasektomi 0,2%). Kurangnya pengetahuan suami tentang alat

kontrasepsi pria dan terbatasnya variasi kontrasepsi menjadi

salah satu penyebab rendahnya KB pria di Indonesia (BKKBN,

2015).

Jumlah wanita usia subur 15-49 tahun di Provinsi Riau

adalah sebanyak 1.210.908 jiwa, diantaranya sebanyak 801.060

WUS tersebut atau 66,1% adalah pasangan usia subur, sebesar

7,01% dari PUS tersebut tergolong PUS muda usia dibawah 20

tahun. Kemudian sebanyak 530.966 pasangan usia subur atau

66,28% dari jumlah PUS adalah peserta KB aktif, dan masih

terdapat 19,97% atau sebanyak 160.050 tergolong PUS unmet


9

need yaitu pasangan yang ingin menjarangkan kehamilan namun

tidak menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan

(BKKBN Riau 2007).

Cakupan peserta KB vasektomi di Provinsi Riau tahun

2015 yang tertinggi dari Kabupaten Kepulauan Meranti dengan

jumlah 49 akseptor diikuti Kabupaten Bengkalis 43 akseptor dan

Kabupaten dengan cakupan 0 yaitu Indragiri Hulu, Rokan Hilir,

dan Siak. Sedangkan sampai dengan Mei tahun 2016 cakupan

tertinggi dari Kabupaten Pelalawan sebanyak 13 Akseptor

diikuti dari Kabupaten Bengkalis 8 Akseptor dan beberapa

kabupaten lainnya cakupan masih 0.

Untuk cakupan peserta KB vasektomi Kabupaten Bengkalis

dari tahun 2014-2016, yaitu cakupan tertinggi secara kumulatif

dari Kecamatan Bantan sebanyak 66 akseptor di ikuti

Kecamatan Siak Kecil 34 akseptor, masih ada beberapa

Kecamatan dengan cakupan masih sangat rendah bahkan nihil.

Namun secara keseluruhan cakupan peserta KB vasektomi

Kabupaten Bengkalis mengalami penurunan pada tahun 2014

sebanyak 78 akseptor (50,32%) menjadi 8 akseptor (21,05%)

pada tahun 2016.

Adapun cakupan peserta KB vasektomi Kecamatan Bantan

dapat diketahui bahwa desa dengan cakupan peserta KB

vasektomi tertinggi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yaitu


10

Desa Mentayan dengan jumlah kumulatif 25 akseptor, diikuti

Desa Bantan Tengah 15 akseptor dan Desa Ulu Pulau 9

akseptor. Namun masih ada beberapa desa yang cakupan masih

sangat rendah dan tidak ada sama sekali.

Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Badan

Pemberdayaan Perempuan dan KB telah gencar

mensosialisasikan KB Pria khususnya vasektomi gratis di rumah

sakit Lancang Kuning Pekan Baru , dimana biaya akomodasi,

transportasi , penginapan dan uang saku peserta di tanggung

oleh pemerintah. Upaya lainnya yaitu dengan melatih motivator

KB pria dan membentuk jaringan yang bekerjasama dengan

bidan desa juga telah dilakukan. Namun upaya tersebut belum

membuahkan hasil seperti apa yang diharapkan, karena

masyarakat masih tetap acuh dan menganggap KB itu adalah

urusan perempuan. Adapun bagi pria yang sudah vasektomi

95% dari mereka tidak ingin diketahui oleh masyarakat karena

pada umumnya mereka masih merasa malu.

Rendahnya partisipasi pria dalam menggunakan alat

kontrasepsi tersebut antara lain disebabkan adanya pandangan

bahwa KB hanya merupakan urusan perempuan atau istri,

pilihan KB pria hanya dua yaitu kondom dan vasektomi,

kurangnya dukungan dari para tokoh agama dan tokoh

masyarakat tentang KB pria (BKKBN, 2007). Vasektomi


11

merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi

reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap

kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan

dan kualitas keluarga, prosedur kliniknya adalah untuk

menghentikan reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi

vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan

proses fertilisasi tidak terjadi. Kelebihannya sangat efektif, tidak

ada efek samping jangka panjang, tindakan bedah yang aman

dan sederhana, dan efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan (

Saifuddin dkk, 2006).

Penelitian yang dilakukan Prasetyo (2014) dengan judul

perbedaan tingkat pengetahuan suami tentang vasektomi dengan

keikutsertaan dalam program KB vasektomi di Kabupaten

Karanganyar menunjukkan hasil ada perbedaan yang bermakna

antara tingkat pengetahuan suami tentang vasektomi dengan

keikutsertaan dalam program KB vasektomi.

Berdasarkan laporan UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan

Bantan s.d Agustus tahun 2016 jumlah cakupan KB aktif di

Desa Mentayan sebanyak 114 akseptor terdiri dari wanita

dengan jumlah 89 (78,08%) dan pria dengan jumlah 25

(21,92)%. Data ini menunjukkan bahwa partisipasi pria di Desa

Mentayan dalam menggunakan alat kontrasepsi masih sedikit

dibandingkan dengan jumlah akseptor KB wanita. Hasil studi


12

pendahuluan yang di lakukan penulis melalui wawancara

terhadap 15 pria pasangan usia subur , ternyata 8 orang pria

belum pernah mendengar dan mengetahui tentang KB

vasektomi, 5 orang pria sudah mendengar tapi belum mengerti

dan memahami bagaimana KB vasektomi dilakukan.

Selanjutnya 2 orang pria lagi menunjukkan motivasi yang

kurang baik untuk menjadi akseptor vasektomi dengan

mengatakan pria ber KB itu lucu dan aneh, KB itu kan hanya

urusan perempuan. Hal ini tentu menunjukkan bahwa

pengetahuan dan motivasi suami tentang kontrasepsi vasektomi

masih perlu dibina dan ditingkatkan menjadi lebih baik, agar

keikutsertaan pria dalam ber KB lebih meningkat.

2. Male Contraception : John K. Amory, M.D., M.P.H.

Meskipun kontrasepsi wanita sangat efektif dalam

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, beberapa wanita

tidak dapat menggunakannya karena kondisi kesehatan atau efek

samping, meninggalkan beberapa pasangan tanpa pilihan

kontrasepsi yang efektif. Selain itu, banyak pria ingin

mengambil tanggung jawab aktif untuk keluarga berencana.

Dengan demikian, ada kebutuhan besar akan kontrasepsi pria

untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, di mana 80-

90 juta terjadi setiap tahun. Saat ini, pilihan kontrasepsi pria

yang efektif adalah kondom dan vasektomi, yang tidak ideal


13

untuk semua pria. Oleh karena itu, upaya sedang dilakukan

untuk mengembangkan kontrasepsi pria baru.

Produksi sperma dewasa di testis membutuhkan waktu 72

hari . Setelah pubertas, produksi sperma kontinu dan terjadi dalam

empat fase yang berbeda: 1) fase mitosis di mana sel-sel induk,

spermatogonia, menimbulkan spermatosit diploid; 2) fase meiotik

di mana spermatosit menggandakan komplemen chro-mosome

mereka dan menjalani dua siklus pembelahan sel yang

menghasilkan spermatid haploid; 3) spermiogenesis, yang

melibatkan kondensasi nuklir spermatid dan pembentukan flagel;

dan 4) spermiation, yang melibatkan pelepasan spermatozoa ke

dalam lumen tubular . Penyimpanan dan pematangan sperma lebih

lanjut berlangsung di epididimis. Sperma yang disedot dari cauda

epididymis mampu membuahi sel telur secara in vitro . Testis juga

mensintesis testosteron, hormon steroid. Testosteron diperlukan

untuk produksi sperma dan mempertahankan fungsi seksual serta

otot dan massa tulang . Testosteron diproduksi oleh sel Leydig di

interstitium testis ketika distimulasi oleh LH. Produksi sperma

terjadi di tubulus seminiferus, di mana sperma dipelihara oleh sel

Sertoli yang distimulasi oleh FSH dan konsentrasi tinggi

testosteron intratestular (Gbr. 1A) (5). Mengingat fisiologi produksi

sperma, kontrasepsi pria dapat bekerja dalam satu dari beberapa

cara:
14

1. Dengan mencegah sperma mencapai sel telur dengan hambatan

fisik (kontra, vasektomi, dan metode oklusi vas eksperimental).

2. Dengan mencegah produksi sperma (metode hormonal dan

nonhormonal eksperimental).

3. Dengan membunuh atau menghambat fungsi sperma atau

kemampuan sperma untuk mengikat telur setelah ejakulasi (sper-

micides, agen antimotilitas eksperimental).

Kategori alat kontrasepsi terakhir ini, seperti spermisida,

biasanya cenderung digunakan secara intravaginal oleh wanita dan

oleh karena itu dianggap sebagai alat kontrasepsi wanita yang lebih

baik, sehingga mereka tidak akan dibahas lebih lanjut dalam ulasan

ini. Sebaliknya, artikel yang dikirim sebelumnya akan menjelaskan

kemanjuran metode kontrasepsi pria yang ada dan kemudian

membahas penelitian yang diarahkan pada pengembangan metode

baru kontrasepsi pria yang berfungsi baik dengan menghambat

produksi sperma atau dengan mencegah sperma mencapai saluran

reproduksi wanita.

D. Analisis Isi Dalam Jurnal

1. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Suami Tentang

Vasektomi dengan Penggunaan KB Vasektomi di Desa

Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selat Baru


15

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengklais Tahun 2016:Alini

& Suprayetno

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 sampai dengan 30

November 2016, dengan jumlah responden 78 orang KK pria

sudah menikah memenuhi syarat vasektomi di desa Mentayan

wilayah kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis. Data yang diambil pada penelitian ini

meliputi pengetahuan, motivasi suami (variabel independen) dan

penggunaan KB vasektomi (variabel dependent). Dari

penyebaran kuesioner di dapatkan hasil sebagai berikut :

Analisis Univariat

1. Karakteristik Responde

a. Umur

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Desa

Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis

No Umur Frekuensi Persentase


1 21-40 tahun 23 32,1
2 41- 60 tahun 55 67,9
Jumlah 78 100

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari

responden berumur 41-60 tahun yaitu sebanyak 43 orang

(67,9 %).
16

b. Pekerjaan

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di

Desa Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun 2016

No Perkerjaan Frekuensi Persentase


1. Petani 59 75,6
2 Wiraswasta 16 20,5
3 Guru 3 3,8
Jumlah 78 100

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari

responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 59 orang

(75,6%).

c. Pendidikan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Pendidikan Di Desa Mentayan

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis Tahun 2016

No Pendidikan Frekuensi Persentase


1 SD 37 47,4
2 SLTP 23 29,5
3 SLTA 13 16,7
4 S1 5 6,4
Jumlah 78 100

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pendidikan responden

sebagai besar masih Sekolah Dasar yaitu sebanyak 37

orang (47,4 %).


17

d. Jumlah Anak

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah

Anak Di Desa Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun 2016

No Jumlah Frekuensi Persentase


Anak
1 2 orang 43 55,1
2 3 orang 27 34,6
3 > 4 orang 8 10,3
Jumlah 78 100

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah

anak yang dimiliki responden 2 orang yaitu sebanyak 43

orang (55,1%).

e. Pernah Mendapat Informasi

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Informasi Di Desa Mentayan

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis Tahun 2016

No Informasi Frekuensi Persentase


1 Ya 45 57,7
2 Tidak 33 42,3
Jumlah 78 100
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari
responden yang mendapat informasi tentang KB
vasektomi yaitu sebanyak 45 orang (57,7%).

f. Sumber Informasi
Tabel Distribusi Frekuensi Responden
6.
Berdasarkan Sumber Informasi Di Desa Mentayan
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan
Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun
2016
18

No Informasi Frekuensi Persentase


1 Tdk dpt 33 42,3
Informasi
2 Petugas 16 20,5
Kesehatan
3 Kader 21 26,9
4 Spanduk/ 8 10,3
Pamfleat
Jumlah 45 100

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden mendapat informasi tentang KB vasektomi
dari kader posyandu yaitu sebanyak 21 orang (26,9%).

2. Pengetahuan Suami Tentang KB Vasektomi


Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Suami Tentang KB Vasektomi Di Desa Mentayan Wilayah Kerja
UPT Puskesmas SellatBaru Kecamatan Bantan Bengkalis Tahun
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 31 39,7
2 Kurang 47 60,3
Jumlah 78 100

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari


responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang
KB vasektomi yaitu sebanyak 47 orang (60,3%).

3. Motivasi Suami Tentang KB Vasektomi


Tabel 8. Distribusi Frekuensi Motivasi Suami Tentang KB
Vasektomi Di Desa Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Selatbaru Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun 2016

No Motivasi Frekuensi Persentase


1 Positif 28 35,9

2 Negatif 50 64,1
Jumlah 78 100
19

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari responden

memiliki motivasi yang negatif tentang KB vasektomi yaitu

sebanyak 50 orang (64,1%).

4. Penggunaan KB Vasektomi
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penggunaan KB Vasektomi Di Desa

Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis Tahun 2016

No KB Vasektomi Frekuensi Persentase


1 Ya 25 32,1
2 Tidak 53 67,9
Jumlah 78 100

Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji yang

dilakukan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

dengan derajat kepercayaan 95% maka didapat hasil sebagai

berikut:1Hubungan Pengetahuan Suami Dengan Penggunaan

KB Vasektomi

Tabel 10.Hubungan Pengetahuan Suami Dengan Penggunaan KB

Vasektomi Di Desa Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun 2016


20

Pengeta Penggunaan KB P

Huan Vasektomi Total


Value
Suami Tidak Ya
OR
N % N % N %

Kurang 44 93,6 3 6,4 47 100 0,000

Baik 9 29 22 71 31 100 35,852

Jumlah 53 67,9 25 32,1 78 100

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa dari 47 responden yang

berpengetahuan kurang (93,6%) tidak menggunakan KB vasektomi

namun ternyata ada 3 orang (6,4%) menggunakan KB vasektomi dan

dari 31 responden pengetahuannya baik (71%) menggunakan KB

vasektomi namun masih ada 9 orang (29%) yang tidak menggunakan

KB vasektomi. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan nilai p

value=0,000≤(0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami dengan

penggunaan KB vasektomi. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai

OR=35,852 artinya suami yang pengetahuannya baik berpeluang

35,852 kali menggunakan KB vasektomi dibandingkan suami yang

pengetahuannya kurang.

2. Hubungan Motivasi Suami Dengan Penggunaan KB Vasektomi

Tabel 11. Hubungan Motivasi Suami Dengan Penggunaan KB Vasektomi Di

Desa Mentayan Wialayah Kerja UPT Puskesmas

Selatbaru Kecamatan Bantan Kabupaten


Bengkalis Tahun 2016

Moti Penggunaan KB
Vasi Vasektomi Total P value
Suami Tidak Ya OR
N % N % N %
Negatif 4 98 1 2 5 100 0,000
9 0
21

Positif 4 14,3 24 85,7 2 100 294,000


8
Jumlah 5 67,9 25 32,1 7 100
3 8
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang

motivasinya negatif (98%) tidak menggunakan KB vasektomi,

namun ada 1 orang (2%) yang menggunakan KB vasektomi, dan dari

28 responden yang memiliki motivasi positif (85,7%) menggunakan

KB vasektomi, namun masih ada 4 orang (14,3%) yang tidak

menggunakan KB vasektomi. Setelah dilakukan uji statistik

didapatkan nilai p value=0,000 ≤(0,05), dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi

suami dengan penggunaan KB vasektomi. Dari hasil uji statistik

didapatkan nilai OR=294,000 artinya suami yang memiliki motivasi

positif berpeluang 294,000 kali menggunakan KB vasektomi

dibandingkan suami yang motivasinya negatif.

2. Male Contraception : John K. Amory, M.D., M.P.H.


22

Percentages of couples using male contraceptives and efficacy of these

methods in the prevention of unintended pregnancy (20, 21).

Unintended pregnancy
Method 1992 1995 2002 2008 rate per year (%)
Vasectomy 11 11 9 10 0.1

Condoms 12 20 18 16 15–20
Withdrawal 2 3 4 5 25–30
Total 25 34 31 31
(

Teknik 'tanpa pisau bedah' dikembangkan di Cina yang mengandalkan

tusukan garis tengah tunggal dalam raphe skrotum dengan penggunaan

gunting, telah banyak diadopsi Kelemahan vasektomi termasuk

keterlambatan timbulnya azoospermia selama 3-4 bulan, nyeri pasca

operasi, dan infeksi yang jarang. Meskipun sebagian besar nyeri pasca

operasi sembuh dengan cepat, 10% -15% pria mengalami ketidaknyamanan

testis kronis . Dalam satu penelitian terhadap laki-laki tersebut, 27 dari 33

mengalami pemulihan ketidaknyamanan mereka setelah pembalikan

vasektomi .Vasektomi paling tepat untuk pria yang tidak menginginkan

kesuburan di masa depan. Namun, 3% -5% pria dengan va-sectomies

akhirnya meminta pembalikan, biasanya karena pernikahan kembali .

Untuk alasan ini, beberapa ahli urologi merekomendasikan pembekuan

sampel semen sebelum prosedur. Vasektomi pembalikan, atau

vasovasostomi, mengembalikan kesuburan dalam banyak kasus; Namun,

tingkat kehamilan bervariasi dari 50% hingga 75% tergantung pada

lamanya waktu antara vasektomi dan vas ovasostomi karena dua alasan.
23

Pertama, pada beberapa pria vasovasostomy tidak dapat mengembalikan

patensi vas, terutama jika> 8 tahun telah berlalu sejak vasektomi asli

Kedua, 20% -30% pria tetap infertil meskipun telah dipatenkan vas, seperti

yang didokumentasikan oleh teknik pencitraan, mungkin karena adanya

antisperma anti-badan . Untuk alasan ini, vasektomi tidak dapat

direkomendasikan sebagai metode kontrasepsi yang benar-benar reversibel.

Vasektomi aman untuk kesehatan pria secara keseluruhan. Laporan

hubungan antara vasektomi dan kelainan kardiovaskular dan kanker prostat

yang pertama kali dilaporkan pada 1980-an terbukti salah . Singkatnya,

vasektomi adalah sangat efektif dan sangat aman. Kelemahan utama adalah

ketidaknyamanan testis kronis pada beberapa pria dan ketidakmampuan

vasovasostomi untuk mengembalikan kesuburan dalam semua kasus jika

diinginkan.

Kondom, awalnya terbuat dari usus binatang, telah digunakan untuk

kontrasepsi dan sebagai perlindungan terhadap infeksi menular seksual

selama beberapa ratus tahun. Sejak 1920, sebagian besar kondom terbuat

dari lateks. Kondom lateks unik di antara alat kontrasepsi karena kondom

melindungi terhadap banyak penyakit menular seksual, termasuk virus

human immunodefi-cfficiency. Kondom relatif bebas dari efek samping.

Kelemahan utama kondom adalah kemanjuran kontrasepsi marjinalnya,

yang sebagian besar merupakan hasil dari penggunaan atau kerusakan yang

tidak tepat atau tidak konsisten, yang terjadi pada 4% kasus . Tingkat

kehamilan untuk pasangan yang menggunakan kondom sebagai satu-


24

satunya cara pendekatan kontrasepsi mereka 15% -20% per tahun

meskipun tingkat kegagalan cenderung lebih tinggi pada pasangan muda

dengan kesuburan spontan tinggi . Selain itu, beberapa pria tidak menyukai

kondom karena mereka merasa bahwa kondom mengurangi kenikmatan

seksual atau sulit digunakan . Akhirnya, beberapa pria dan wanita

mengembangkan reaksi alergi terhadap lateks, yang berasal dari pohon

karet, menyebabkan iritasi kulit dan, jarang, anafilaksis . Kondom

poliuretan tersedia untuk pasangan yang salah satu pasangannya memiliki

alergi lateks. Kondom-kondom ini sedikit kurang efektif daripada kondom

lateks, namun, terutama karena selip dari pas longgar mereka .

Karena perlunya metode kontrasepsi pria yang ditingkatkan, upaya telah

dilakukan untuk mengembangkan kontrasepsi hormonal yang dianalogikan

dengan pil pengontrol kelahiran estrogen-progesteron untuk wanita.

Kontrasepsi hormonal pria berpotensi mudah digunakan dan dapat dibalik.

Fungsi testosteron sebagai kontrasepsi pria dengan menekan sekresi LH dan

FSH dari hipofisis melalui umpan balik negatif (Gbr. 1B). Konsentrasi LH

dan FSH yang rendah menghilangkan testis dari sinyal yang diperlukan

untuk spermatogenesis. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah sperma

pada sebagian besar, tetapi tidak semua, pria setelah 3-4 bulan pemberian

testosteron. Hitungan sperma kembali ke level pretreatment 3-6 bulan

setelah penghentian pemberian testosteron pada sebagian besar pria . Survei

yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa kontrasepsi pria

yang berasal dari hormon akan disambut oleh sebagian besar pria dan, yang
25

terpenting, sebagian besar wanita akan memercayai pasangan mereka untuk

menggunakannya .Pada pria normal, konsentrasi sperma dalam kisaran

ejakulasi dari 15 hingga 150 juta sperma per mililiter ejakulasi. Tidak

adanya spermatozoa dalam ejakulasi, suatu kondisi yang disebut

azoospermia, membuat pembuahan menjadi tidak mungkin dan karenanya

merupakan tujuan akhir dari kontrasepsi hormonal pria — sebuah tujuan

yang belum tercapai. Dalam semua penelitian tentang pendekatan

kontrasepsi ini, sekelompok pria mengalami pengurangan jumlah sperma

mereka menjadi <15 juta per mililiter, yang disebut oligospermia, tanpa

menjadi azoospermia (30). Oligospermia se-vere (konsentrasi <1 juta

sperma per mililiter) tampaknya mengurangi kemungkinan pembuahan

menjadi <1% per tahun . Oleh karena itu, penekanan 100% pria yang

diobati dengan konsentrasi sperma <1 juta sperma per mililiter dianggap

sebagai tujuan yang masuk akal untuk penelitian kontrasepsi pria .

Menariknya, ada perbedaan etnis dalam respons terhadap kontrasepsi

hormonal pria. Relawan studi di Asia lebih rentan terhadap penekanan sper-

matogenesis yang diinduksi testosteron, dengan tingkat azoospermia dalam

kisaran 90% -100%, sedangkan pria yang belajar di Eropa, Amerika Utara,

dan Australia memiliki tingkat azoospermia mendekati 60% - 80% dari

rejimen yang sama . Tidak ada penjelasan yang jelas untuk perbedaan ini.

Namun demikian, ini penting dalam interpretasi hasil uji coba dan

mempersulit ekstrapolasi tingkat penekanan antara uji coba yang dilakukan

di wilayah geografis yang berbeda. Pemberian testosteron yang tidak


26

teresterifikasi secara oral atau parenteral tidak efektif karena cepat

terdegradasi oleh hati. Oleh karena itu, sebagian besar rejimen kontrasepsi

hormonal telah menggunakan ester testosteron injeksi yang dapat bekerja

lebih lama seperti testosteron enanthate (TE) yang diberikan dengan cara

injeksi intramuskular setiap minggu. Dua uji coba multisenter dari suntikan

TE mingguan sebagai kontrasepsi pria dilakukan oleh Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO). Studi pertama mendaftarkan 271 subyek yang diberi dosis

TE 200 mg setiap minggu . Enam puluh persen pria menjadi azoospermic,

dan tambahan 30% menjadi sangat oligo-sperma. Seratus sembilan belas

dari laki-laki yang menjadi azoo-spermic menghentikan kontrasepsi dan

melanjutkan dengan suntikan TE sebagai metode kontrasepsi tunggal

mereka selama 1 tahun. Selama periode itu, hanya satu kehamilan terjadi,

yang menyatakan bahwa azoospermia yang diinduksi testosteron adalah

kontrasepsi yang sangat efektif.

Studi WHO kedua meneliti kemanjuran kontrasepsi suntikan TE pada

pria yang menjadi azoospermic atau oligo-sperma hingga <3 juta sperma

per mililiter ejakulasi dengan menggunakan injeksi TE . Tiga ratus

sembilan puluh sembilan orang, sebagian besar orang Asia, dilibatkan

dalam penelitian ini. Tiga ratus sembilan puluh satu (98%) pria menjadi

oligospermia atau azoo-sperma. Tidak ada kehamilan yang disebabkan oleh

laki-laki yang menjadi azoospermic, dan pada laki-laki yang menjadi

kesuburan oligosper-mic berkurang menjadi delapan kehamilan per 100

orang-tahun. Tingkat kegagalan secara keseluruhan (termasuk delapan pria


27

yang gagal menekan jumlah sperma mereka) adalah 3,4%, untuk

kemanjuran kontrasepsi keseluruhan 96,6%. Pada kedua kelompok, jumlah

sperma kembali normal setelah penghentian injeksi testosteron, dan tidak

ada efek samping utama.

E. Hasil Penelitian Dalam Jurnal

1. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Suami Tentang Vasektomi

dengan Penggunaan KB Vasektomi di Desa Mentayan Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Selat Baru Kecamatan Bantan Kabupaten

Bengklais Tahun 2016:Alini & Suprayetno

PEMBAHASAN

a. Hubungan Pengetahuan Suami Dengan Penggunaan KB

Vasektomi Di Desa Mentayan Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Selatbaru, Kecamatan Bantan Kabupaten

Bengkalis Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan suami dengan penggunaan

KB vasektomi, diperoleh hasil uji statistik p value=0,000.

Menurut asumsi peneliti bahwa responden yang pengetahuannya

kurang tetapi ikut KB vasektomi bisa disebabkan karena biaya

vasektomi gratis dan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah,

kemudian faktor jumlah anak yang dimiliki responden 4 orang

yang dirasa sudah mencukupi dan sudah mantap untuk tidak

menambah anak lagi. Dan responden yang berpengetahuan baik

tetapi tidak menggunakan KB vasektomi disebabkan karena


28

faktor umur yang masih dewasa muda (21-40 tahun) dan jumlah

anak yang masih 2 orang yang menurut mereka masih belum

sesuai dengan jumlah yang diinginkan.Responden yang

memiliki pengetahuan baik tentang vasektomi lebih besar

kemungkinannya untuk menggunakan KB vasektomi.

Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga

seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Sedangkan

responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang

vasektomi cenderung akan menolak untuk menggunakan KB

vasektomi, kecuali ada faktor eksternal yang membuat

responden tersebut menggunakan KB vasektomi. Menurut

Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. pengetahuan baik

dipengaruhi oleh pendidikan yang tinggi yang artinya bimbingan

yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal

agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula

mereka menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak

pula pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Wawan dan Dewi

(2011), bertambahnya umur seseorang akan mengalami


29

perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola fikir seseorang,

semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola fikirnya. Makin tua umur seseorang maka

proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Dari uraian

diatas dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan

yang diperolehnya, pada usia dewasa cenderung lebih berhati-

hati dalam melakukan tindakan terhadap kesehatan mereka.

Secara umum tingkat kedewasaan pada usia tua lebih mungkin

untuk melakukan berbagai perilaku sehat seperti mengikuti pola

hidup yang sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan

rutin.Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Surinati

dkk (2014) di Banjar Karang Sewung Denpasar, dari hasil

penelitian diketahui bahwa dari 123 responden, yang memiliki

pengetahuan baik (51,2%) sebagian besar (91,9%) tidak

menggunakan KB vasektomi dengan hasil uji statistik p

value=0,002 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan penggunaan KB

vasektomi.Penelitian lain yang dilakukan Prasetyo (2014) di

Kabupaten Karanganyar, hasil penelitian pada chi square

memiliki angka 0,951 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan


30

yang bermakna antara tingkat pengetahuan suami tentang

vasektomi dengan keikutsertaan dalam program KB vasektomi.

b. Hubungan Motivasi Suami Dengan Penggunaan KB

Vasektomi Di Desa Mentayan Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan Kabupaten

Bengkalis Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan yang

signifikan antara motivasi suami dengan penggunaan KB

vasektomi, di peroleh hasil uji statistik p value=0,000. Menurut

asumsi peneliti bahwa responden yang memiliki motivasi

negatif tetapi menggunakan KB vasektomi bisa disebabkan

karena faktor sumber informasi yang didapat hanya dari kader

posyandu sehingga responden mempunyai persepsi yang salah

tentang KB vasektomi, faktor jumlah anak yang sudah cukup

banyak yaitu 4 orang dan istri mengalami gangguan kesehatan

sehingga tidak bisa menggunakan KB hormonal. Sedangkan

responden yang memiliki motivasi positif tetapi tidak

menggunakan KB vasektomi disebabkan karena faktor umur

responden masih kelompok dewasa muda (21–40 thn) dan faktor

jumlah anak yang masih 2 orang.Responden yang memiliki

motivasi positif terhadap vasektomi lebih besar

kemungkinannya untuk menggunakan KB vasektomi. Motivasi

yang muncul dari dalam diri seseorang harus dibarengi dengan


31

faktor lain seperti ketersediaan fasilitas, dorongan dari orang

terdekat, sikap dan perilaku tenaga kesehatan itu sendiri.

Sedangkan responden yang memiliki motivasi negatif terhadap

vasektomi cenderung akan menolak untuk menggunakan KB

vasektomi, jika tidak ada faktor eksternal yang membuat

responden tersebut terpaksa menggunakan KB

vasektomi.Menurut Poerwodarminto (2010, dalam Suparyanto,

2010) motivasi adalah kecendrungan yang timbul pada diri

seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan

dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan

seseorang atau kelompok bergerak melakukan sesuatu karena ingin

mencapai tujuan yang dikehendaki. Sumber motivasi berasal dari

motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri

individu itu sendiri, motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang

datangnya dari luar individu misalnya dukungan verbal dan non

verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial,

motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi

terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat

sekali.Motivasi dikatakan kuat apabila diri seseorang dalam

kegiatan sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai

harapan yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa

seseorang akan mampu dan mudah melakukan aktifitasnya

berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi. Motivasi

dikatakan lemah apabila didalam diri seseorang memiliki


32

harapan dan keyakianan yang rendah, bahwa dirinya dapat

berprestasi sehingga tidak mampu bersosialisasi dan

menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Irwanto, 2008 dalam

Suparyanto, 2010).

2. Male Contraception : John K. Amory, M.D., M.P.H.

Studi-studi ini menunjukkan bahwa suntikan testosteron efektif

sebagai kontrasepsi pada kebanyakan pria; Namun, sebagian pria

gagal menekan hingga <3 juta sperma per mili liter dan karenanya

berpotensi subur. Selain itu, perlunya injeksi intramuskular mingguan

tidak populer dengan subyek, 12% di antaranya menghentikan

keterlibatan karena tidak menyukai jadwal injeksi. Efek samping

cukup minimal, tetapi terutama, TE dosis tinggi menurunkan

kolesterol lipoprotein (HDL) serum tinggi, yang mungkin

mempengaruhi perkembangan aterosklerosis . Namun, seperti halnya

dengan kontrasepsi hormonal pria, efek jangka panjang pada

kesehatan prostat dan hati serta suasana hati dan perilaku tidak

diketahui.

Testosteron undecanoate (TU) adalah ester rantai panjang yang

menormalkan konsentrasi serum testosteron pada pria hipogona

selama 6-12 minggu setelah injeksi . Sebuah percobaan besar injeksi

TU untuk kontrasepsi pria dilakukan di Cina . Relawan menerima

suntikan bulanan 500 atau 1.000 mg TU. Sembilan puluh persen pria

memiliki konsentrasi sperma <1 juta sperma / mL dan menggunakan


33

suntikan sebagai metode kontrasepsi tunggal mereka selama 1 tahun.

Hanya beberapa kehamilan yang dilaporkan pada pria yang diobati

dan efek sampingnya minimal; namun, untuk alasan yang tidak jelas

metode ini tidak disetujui untuk digunakan.

Dengan harapan mencapai tingkat azoospermia yang lebih besar,

beberapa studi kontrasepsi pria telah menggabungkan pemberian

testos-teron dengan pemberian progestin, yang secara aditif menekan

FSH dan LH dari hipofisis dan mungkin memiliki efek antisperma

langsung pada testis . Komplikasi testosteron dan suntikan depot

medroksi-progesteron asetat (DMPA) menginduksi azoospermia pada

satu-setengah subyek penelitian dan beberapa derajat oligozoosper-

mia pada sebagian besar lainnya. Namun, kemanjuran kontrasepsi

kombinasi ini buruk, dengan beberapa pasangan hamil saat menerima

terapi meskipun penggunaan simultan kontrasepsi lain

Beberapa studi kontrasepsi pria dari provacin levonorgestrel (LNG)

oral yang poten telah dilakukan. Sebagai contoh, dalam satu

penelitian, LNG (500 mg per oral) dikombinasikan dengan TE (100

mg intramuskuler per minggu) selama 6 bulan. Kombinasi LNG-TE

lebih unggul dari TE saja dalam hal azoospermia (67% vs 33%), dan

94% pria memiliki konsentrasi sperma <1 juta per mililiter

dibandingkan dengan 61% dari kelompok TE-saja . Kelemahan

rejimen LNG-TE termasuk kenaikan berat badan yang lebih besar dan

penurunan kolesterol HDL dibandingkan dengan kelompok TE-saja.


34

Progestin lain, seperti desogestrel, telah diuji dalam rejimen

kontrasepsi pria dengan hasil yang serupa, tetapi tanpa menyebabkan

penambahan berat badan atau penurunan besar kolesterol HDL . Satu

studi besar yang disponsori industri injeksi testosteron dec-anoate

digabungkan dengan implan etonogestrel menekan 80% -90% pria

dengan konsentrasi sperma <1 juta per mililiter selama 1 tahun .

Sebuah studi tindak lanjut, satu-satunya studi yang dikontrol plasebo

di lapangan, menggabungkan etonorgestrel dengan TU dengan hasil

yang sama dalam penekanan spermatogenesis Sayangnya, perusahaan

yang mensponsori dua studi ini belum melanjutkan pekerjaan ini.

Akhirnya, hanya satu studi dengan 52 pasangan yang menguji

kombinasi androgen-progestin untuk pencegahan kehamilan telah

dipublikasikan . Sebuah uji coba yang lebih besar menguji TU dan

nores-thisterone enanthate untuk mencegah kehamilan telah dilakukan

tetapi belum dipublikasikan. Cyproterone acetate adalah progestin

unik dengan sifat antiandrogenik yang telah dipelajari dalam

kombinasi dengan suntikan TE mingguan, menunjukkan kemanjuran

yang sangat tinggi tetapi hanya dalam uji coba kecil pada 10-15 pria

Nestorone adalah progestin turunan 19-norprogesteron yang dapat

diaplikasikan sebagai gel transdermal . Kombinasi gel Nestorone dan

gel transdermal testosteron dipelajari untuk menekan gonadotropin

.dan dalam uji coba kontrasepsi pria 6 bulan . Dalam studi terakhir,

89% pria mencapai penekanan konsentrasi sperma mereka menjadi%


35

1 juta sperma per mililiter. Yang penting, sebagian besar subyek pada

rejimen ini sangat puas dengan rejimen, menyatakan bahwa mereka

akan cenderung menggunakannya jika tersedia secara komersial

Penelitian yang sedang berlangsung sedang berupaya untuk

menyederhanakan rejimen menjadi gel kombinasi tunggal untuk

pengujian fase II di enam lokasi internasional mulai tahun 2017.

Dimethandrolone undecanoate (DMAU) adalah synandetik 19-

norandrogen yang kuat yang bertindak sebagai ligan pada reseptor

androgen dan progesteron, menjadikan DMAU sebagai alat

kontrasepsi potensial 'agen dosa-bahan-gula' . Studi pada tikus dan

kelinci telah menunjukkan penekanan gonadotropin dan sperma yang

reversibel dengan DMAU yang diberikan secara oral . Pengujian fase

I pada manusia telah menunjukkan keamanan jangka pendek dan

tolerabilitas dengan supresi gonadotropin yang dapat dibalik , dan

pengujian fase II dari senyawa ini sedang berlangsung. Menariknya,

DMAU dapat diberikan secara oral maupun dengan injeksi

intramuskuler, menjadikannya senyawa yang sangat menarik untuk

pengembangan kontrasepsi hormonal pria.

Kontrasepsi Pria Non-Hormon:Beberapa kelompok sedang

meneliti pendekatan untuk kontrasepsi pria 'nonhormonal', meskipun

sampai saat ini tidak ada generasi kandidat yang saat ini telah diuji

pada pria. Kontrasepsi pria non-hormon tidak melibatkan pemberian

hormon atau senyawa yang menghambat sekresi hormon atau aksi


36

hormon. Kontrasepsi non-hormonal mungkin lebih menarik bagi pria

karena menghindari dampak pada konsentrasi testos-terone atau

fungsi seksual. Selain itu, penggunaan testosteron atau steroid

anabolik lainnya dapat menyebabkan diskualifikasi olahraga.

Akhirnya, kontrasepsi non-hormonal mungkin lebih mudah diberikan

secara oral daripada preparat steroid karena metabolisme testosteron

'pass pertama' yang cepat di hati.

Contoh awal dari calon kontrasepsi non-hormonal adalah adjudin.

Adjudin adalah senyawa antisperma yang memecah adhesi spermatid

ke sel Sertoli, menyebabkan sperma mengalami prematur dan

infertilitas. Pemberian dua dosis 50 mg / kg adjudin setiap minggu

menginduksi 100% ketidakberhasilan setelah 5 minggu pengobatan

pada tikus dewasa tanpa perubahan dalam serum testosteron, FSH,

atau konsentrasi LH Karena ada beberapa peradangan hati yang

diamati dalam studi 29 hari dari pemberian adjudin , para peneliti

menggabungkan adjudin dengan mutan FSH-b yang secara khusus

menargetkan ke sel Sertoli, sehingga secara signifikan mengurangi

dosis yang diperlukan untuk kontrasepsi . Sayangnya, biaya ini BMS-

189453 adalah panantagonis RAR yang aktif secara oral. Pada dosis

oral harian 15, 60, atau 240 mg / kg selama 1 bulan, BMS-189453

menghasilkan degenerasi testis yang jelas pada tikus, tetapi juga

menyebabkan peningkatan jumlah leukosit dan tingkat alkali phos-

phatase dan alanine aminotransferase . Satu kelompok telah


37

mengeksplorasi apakah dosis BMS-189453 yang lebih rendah dapat

berfungsi sebagai kontrasepsi tanpa toksisitas terlihat pada dosis yang

lebih tinggi . Dua kelompok 30 tikus masing-masing diberi BMS-

189453 dalam dosis oral 5 mg / kg selama 2 minggu dan 2,5 mg / kg

selama 4 minggu. Penelitian menunjukkan bahwa tikus benar-benar

steril pada 4 minggu setelah rejimen dosis 5 mg / kg dan pada akhir

pengobatan dengan dosis 2,5 mg / kg selama 4 minggu. Pada 12

minggu setelah perawatan, kesuburan sepenuhnya pulih di semua

mata pelajaran. Senyawa ini, atau antagonis alfa asam reti-asam yang

lebih spesifik , menjanjikan kontrasepsi nonhormonal.memahami

mekanisme aksinya. Kelompok kami menunjukkan bahwa WIN

18.446 menekan spermatogenesis dengan menghambat biosintesis

asam retinoat testis melalui penghambatan aldehida khusus

dehidrogenase ALDH1A2 . Dengan menggunakan model kelinci,

kami mengamati bahwa pemberian WIN 18.446 secara oral diinduksi

azoospermia reversibel, dan pengurangan spermatogenesis diawali

dengan pengurangan asam retinoat intratestular. Temuan ini

menunjukkan bahwa penghambatan biosintesis asam retinoat testis

merupakan target yang menjanjikan untuk pengembangan kontrasepsi

pria. Kelompok kami berfokus pada pengembangan senyawa spesifik

baru yang menghambat biosintesis asam retinoat testis melalui

ALDH1A2 tanpa mengganggu metabolisme alkohol. Semoga, karya


38

ini akan menghasilkan senyawa yang menghambat spermatogenesis

secara reversibel tanpa efek samping yang signifikan.

Sejak awal 1990-an, upaya telah dilakukan di India dan Cina untuk

mengembangkan sumbat sementara untuk vas deferens, yang secara

teoritis dapat dihilangkan atau dibubarkan oleh persimpangan di

kemudian hari untuk memberikan reversibilitas. Perangkat

penyumbatan vas India disebut RISUG untuk 'penghambatan

reversibel sperma di bawah bimbingan.' Dengan penggunaan USG

panduan, anhydrate styrene maleic steril dimasukkan ke dalam vas,

menutup secara bilateral dan mencegah lewatnya sperma. Beberapa uji

klinis kecil pada pria telah dilakukan dengan menggunakan teknik ini

menunjukkan kemanjuran kontrasepsi yang sangat baik selama

periode hingga 1 tahun.

F. Kesimpulan Penelitian Dalam Jurnal

1. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Suami Tentang

Vasektomi dengan Penggunaan KB Vasektomi di Desa

Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selat Baru

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengklais Tahun 2016:Alini &

Suprayetno

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :


39

a. Pengetahuan responden terhadap penggunaan KB vasektomi dalam

penelitian ini berada pada kategori kurang.

b. Motivasi responden terhadap penggunaan KB vasektomi dalam

penelitian ini berada pada kategori negatif.

c. Penggunaan KB vasektomi dalam penelitian ini berada pada

kategori rendah.

d. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan suami dengan

penggunaan KB vasektomi.

e. Terdapat hubungan signifikan antara motivasi suami dengan

penggunaan KB vasektomi.

2. Male Contraception : John K. Amory, M.D., M.P.H.

Terdapat Banyak Jenis Kontrasepsi Pria selain Kondom dan Vasektomi

yang dikembangkan secara terus menerus.


40

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk waktu yang lama, pria hanya bergantung pada dua metode

kontrasepsi. Mereka bisa menggunakan kondom, atau menjalani operasi

sterilisasi yang disebut vasektomi dengan memotong atau menutup dua

tabung yang membawa sperma ke penis. Sementara, pil KB pria dan gel

kontrasepsi masih dalam proses pengerjaan.

Hampir 60 tahun setelah pil KB pertama tersedia di AS,

perempuan saat ini mengandalkan lebih dari selusin metode kontrasepsi

untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan: pil dan patch;

suntikan dan implan; cincin; dan suntikan dan spons. Waktu dan sikap

berubah secara global. Salah satu alasan pria tidak terlibat dalam

kontrasepsi adalah karena mereka memiliki begitu sedikit pilihan.

B. SARAN

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Kontrasepsi pria

mengakibatkan pria tidak bisa menghamili wanita .. Ada kalanya

pasangan suami isteri salah dalam hal memprogram membuat anak

sehingga suami terlanjur menggunakan kontrasepsi mantap dan

melakukan vasektomi dan tidak bisa memiliki anak lagi. Oleh karena
41

itu, keputusan vasektomi harus benar-benar dipertimbangan dengan

matang karena menyangkut kelestarian anggota keluarga.

Pria sebagai suami dapat mencari informasi lebih banyak dari tenaga

kesehatan dan mempertimbangkan kontrasepsi lain yang dapat

digunakan.
42

DAFTAR PUSTAKA

Riau, 2007. Selayang Pandang Kependudukan dan Program KB.

Pekanbaru : BKKBN Provinsi Riau.

_______, 2009. Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB dan KR. Jakarta :BKKBN

_______, 2010. Hari Kontrasepsi Dunia,Dunia diingatkan Pentingnya Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Jurnal Keluarga Informasi

Kependudukan dan KB, Edisi September 2010.

_______, 2011. Memantapkan Langkah Meraih Prestasi. Jakarta : Jurnal

Keluarga Informasi Kependudukan dan KB, Edisi IX September 2011.

_______, 2015. Membangun Keluarga Melalui Kampoeng KB. Jakarta :Jurnal

Keluarga Informasi Kependudukan dan KB, Edisi Kesembilan 2015.

_______, 2015.Mengoptimalkan Kinerja di Wilayah Dan Sasaran Khusus.Jakarta

:Genta Jalsus.

_______ Riau, 2016. Data Cakupan Peserta KB Vasektomi Provinsi Riau Tahun

2015-2016.

Hidayat, A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa

Data. Jakarta : Salemba Medika.

Ibad, 2015. Faktor Factor Yang Mempengaruhi Prilaku Pria

Melakukan Vasektomi Pada Akseptor KB di Kecamatan Kanjeran Kota Surabaya.

Skripsi,UniversitasAirlangga,Yogyak arta.Repository.unair.ac.id/.FKM.%2
43

1. Heller CG, Clermont Y. Kinetics of the germinal epithelium in

man. Recent Prog Horm Res 1964;20:545–71

2. DeKretser DM. Morphology and physiology of the testis. In:

Becker KL, ed-itor. Principles and practice of endocrinology and metabolism. 2nd

ed. Phil-adelphia: JB Lippincott; 1995:1032.

3. Silber SJ, Ord T, Balmaceda J, Patrizio P, Asch RH. Congenital

absence of the vas deferens. The fertilizing capacity of human epididymal sperm.

N Engl J Med 1990;323:1788–92.

4. Matsumoto AM. Testosterone administration in older men.

Endocrinol Metab Clin North Am 2013;42:271–86.

5. Roth MY, Page ST, Lin K, Anawalt BD, Matsumoto AM, Snyder

CN, et al. Dose-dependent increase in intratesticular testosterone by very low-

dose human chorionic gonadotropin in normal men with experimental gonado-

tropin deficiency. J Clin Endocrinol Metab 2010;95:3806–13.

6. Haws JM, Morgan GT, Pollack AE, Koonin LM, Magnani RJ,

Gargiullo PM. Clinical aspects of vasectomies performed in the United States in

1995. Urol-ogy 1998;52:685–91.


44

7. Schmidt SS. Vasectomy by section, luminal fulguration and fascial

interposi-tion: Results from 6248 cases. Br J Urol 1995;76:373–4.

8. Philp T, Guillebaud J, Budd D. Complications of vasectomy:

review of 16,000 patients. Br J Urol 1984;56:745–8.

9. Li SQ, Goltein M, Shu J, Huber D. The no-scalpel vasectomy. J

Urol 1991;145: 341–4.

10. Nirapathpongporn A, Huber DJ, Krieger JN. No scalpel vasectomy

at the King’s birthday vasectomy festival. Lancet 1990;335:894–5.

11. Skriver M, Skovsgaard F, Miskowiak J. Conventional or Li

vasectomy: a ques-tionnaire study. Br J Urol 1997;79:596–8.

12. McMahon AJ, Buckley J, Taylor A, Lloyd SN, Deane RF, Kirk D.

Chronic testic-ular pain following vasectomy. Br J Urol 1992;69:188–90.

13. Myers SA, Mershon CE, Fuchs EF. Vasectomy reversal for

treatment of the post-vasectomy pain syndrome. J Urol 1997;157:518–20.

14. Jequier AM. Vasectomy related infertility: A major and costly

medical prob-lem. Hum Reprod 1998;13:1757–9.


45

15. Belker AM, Thomas AJ, Fuchs EF, Konnak JW, Sharlip ID.

Results of 1,469 microsurgical vasectomy reversals by the Vasovasostomy Study

Group. J Urol 1991;145:505–11.

16. Heidenreich A, Bonfig R, Wilbert DM, Strohmaier WL,

Engelmann UH. Risk factors for antisperm antibodies in infertile men. Am J

Reprod Immunol 1994;31:69–76.

17. Peterson HB, Howards SS. Vasectomy and prostate cancer: the

evidence to date. Fertil Steril 1998;70:201–3.

18. Manson JE, Ridker PM, Spelsberg A, Ajani U, Lotufo PA,

Hennekens CH. Va-sectomy and subsequent cardiovascular disease in US

physicians. Contra-ception 1999;59:181–6.

19. D'Anna LH, Korosteleva O, Warner L, Douglas J, Paul S, Metcalf

C, et al. Fac-tors associated with condom use problems during vaginal sex with

main and nonmain partners. Sex Transm Dis 2012;39:687–9.

20. Fu H, Darroch JE, Haas T, Ranjit N. Contraceptive failure rates:

new estimates from the 1995 National Survey of Family Growth. Fam Plann

Perspect 1999; 31:56–84.


46

21. Martinez GM, Chandra A, Abma JC, Jones J, Mosher WD.

Fertility, contra-ception, and fatherhood: data on men and women from cycle 6

(2002) of the 2002 National Survey of Family Growth. Vital Health Stat 23

2006;26: 1–142.

22. Newby KV, Brown KE, French DP, Wallace LM. Which outcome

expectancies are important in determining young adults’ intentions to use

condoms with casual sexual partners? A cross-sectional study. BMC Public

Health 2013;13: 133–41.

23. Levy DA, Khouader S, Leynadier F. Allergy to latex condoms.

Allergy 1998; 53:110–2.

24. Steiner MJ, Dominik R, Rountree RW, Nanda K, Dorflinger LJ.

Contraceptive effectiveness of a polyurethane condom and a latex condom: a

randomized controlled trial. Obstet Gynecol 2003;101:539–47.

25. Walsh TL, Frezieres RG, Peacock K, Nelson AL, Clark VA,

Bernstein L. Evalu-ation of the efficacy of a nonlatex condom: results from a

randomized, controlled clinical trial. Perspect Sex Reprod Health 2003;35:79–86.


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SUAMI TENTANG VASEKTOMI


DENGAN PENGGUNAAN KB VASEKTOMI DI DESA MENTAYAN
WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS SELATBARU
KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS
TAHUN 2016

Alini1, Suprayetno2
1
Dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
2
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Email : Alini_09@yahoo.com

ABSTRAK
Vasektomi merupakan kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi (98,85%) untuk dapat
mencegah kehamilan. Data kantor BPP dan KB Kabupaten Bengkalis menyebutkan bahwa
akseptor KB vasektomi pada tahun 2016 berjumlah 8 akseptor, mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2014 sebanyak 43 akseptor. Tujun penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan motivasi suami tentang vasektomi dengan penggunaan KB
vasektomi. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional study. Populasinya adalah KK pria sudah menikah di Desa mentayan, pengambilan
sampel secara purposive sampling berjumlah 78 KK pria menikah memenuhi syarat vasektomi.
Hasil analisa univariat diketahui pengetahuan responden tentang vasektomi sebagian besar
kurang (60,3%), motivasi suami untuk melakukan vasektomi sebagian besar negatif (64,1%).
Hasil analisa bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dan motivasi suami dengan penggunaan KB vasektomi di Desa Mentayan
wilayah kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan, diperoleh nilai p value=0,000 ≤
(0,05). Diharapkan kepada pihak BPP dan KB Kabupaten Bengkalis agar dapat memberikan
informasi secara luas dan terbuka sehingga masyarakat termotivasi untuk menggunakan KB
vasektomi.
Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Vasektomi

ABSTRACT
Vasectomy is a contraceptive that has a high effectiveness (98.85%) in order to prevent
pregnancy. BPP and Bengkalis District office data stated that the acceptors of KB vasectomy
in 2016 amounted to 8 acceptors, decreased compared to 2014 as many as 43 acceptors. The
purpose of this study to determine the relationship of knowledge and motivation of husbands
about vasectomy with the use of KB vasectomy. The research design used was quantitative
with cross sectional study approach. The population is KK married man in Desa mentayan,
sampling by purposive sampling amounting to 78 KK married man eligible vasectomy. The
result of univariate analysis is known that the respondent's knowledge about vasectomy is
mostly (60,3%), husband's motivation to do vasectomy is mostly negative (64,1%). The result
of bivariate analysis using chi square test showed that there was a relationship between
husband's knowledge and motivation with the use of KB vasectomy in Mentayan village
working area of UPT Puskesmas Selatbaru Subdistrict of Bantan, obtained p value = 0,000 ≤
(0,05). It is expected that the BPP and KB Bengkalis regency in order to provide information
widely and openly so that people are motivated to use KB vasectomy.
Keywords: Knowledge, Motivation, Vasectomy

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 39


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

PENDAHULUAN pembagian peranan antara pria dengan


Indonesia merupakan negara dengan wanita dapat berbeda diantara satu
penduduk terbanyak ke empat didunia masyarakat dengan masyarakat lainnya
setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. sesuai dengan lingkungannya (Kumalasari,
Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 2012).
mencatat penduduk Indonesia pada tahun Isu kesetaraan gender memang sangat
2010 berjumlah 237.556.363. Dari angka mempengaruhi keberhasilan program KB.
itu, jumlah laki-laki lebih banyak dari Para provinder dan penentu kebijakan
perempuan. Jumlah ini mengalami masih menganggap penggunaan
peningkatan dengan laju pertumbuhan kontrasepsi adalah urusan perempuan.
penduduk 14,9% bila dibandingkan dengan Mengingat perempuan sudah menjalankan
tahun 2000 (BKKBN, 2010). tugas fungsi reproduksi seperti masa hamil,
Data tersebut menggambarkan bahwa persalinan, menyusui, mendidik,
pertumbuhan penduduk di Indonesia mengasuh, juga acapkali diharuskan
sangat cepat yakni tercatat sekitar 3,2 juta membantu suami mencari nafkah, masih
pertahun atau setara dengan jumlah harus menggunakan alat kontrasepsi yang
penduduk negara Singapura. Jika laju terkadang tidak cocok, bahkan
pertumbuhan tidak dapat dikendalikan, menimbulkan komplikasi. Suami yang
diperkirakan jumlah penduduk di punya andil dalam proses reproduksi tidak
Indonesia pada tahun 2045 mencapai dua mau berpartisipasi dalam menggunakan
kali lipat dari jumlah penduduk sekarang. alat kontrasepsi (BKKBN, 2007).
Menjadi sekitar 450 juta jiwa, berarti satu Meningkatkan kesertaan KB pria
dari 20 penduduk dunia adalah orang berarti merubah pengetahuan sikap dan
Indonesia (BKKBN, 2010). perilaku dari sebelumnya tidak atau belum
Upaya yang telah dilakukan pemerintah mendukung KB pria menjadi mendukung
untuk mengatasi masalah peningkatan dan mempraktekkan sebagai peserta,
jumlah penduduk salah satunya dengan mereka yang tadinya menganggap KB
program Keluarga Berencana (KB) adalah urusan perempuan harus bergeser
Nasional (BKKBN, 2010). Program KB kearah anggapan bahwa KB adalah urusan
mempunyai arti penting dalam upaya serta tanggung jawab suami dan istri
mewujudkan manusia Indonesia sejahtera. (BKKBN, 2006). Perbedaan antara sudut
Undang-undang Pembangunan No.10 pandang keilmuan dan keagamaan tentang
Tahun 1992 tentang Perkembangan program KB telah melebur dan
Kependudukan dan Pembangunan menemukan kesamaannya, mereka para
Keluarga Sejahtera, menyebutkan bahwa ulama menyatakan dukungan terhadap
KB adalah upaya peningkatan kepedulian program KB (BKKBN, 2015).
dan peran serta masyarakat melalui Vasektomi adalah suatu metode
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kontrasepsi operatif minor pada pria yang
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga sangat aman, sederhana dan efektif,
dan peningkatan kesejahteraan keluarga memakan waktu operasi yang singkat dan
untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia tidak memerlukan anestesi umum
dan sejahtera (BKKBN Riau, 2007). (Handayani, 2010). Vasektomi dikenal
Salah satu upaya tersebut diukur lebih umum dibanding sterilisasi wanita
melalui penggunaan alat kontrasepsi hanya di lima negara. Negara - negara ini
kondom dan vasektomi yang telah adalah Bhutan, Denmark, Belanda,
mendapat perhatian serius pemerintah Selandia Baru dan Inggris. Di delapan
sejak isu kesetaraan gender dalam KB negara di seluruh dunia (Australia, Bhutan,
(BKKBN, 2007). Peran gender adalah Kanada, Belanda, Selandia Baru, Republik
peran sosial yang tidak ditentukan oleh Korea, Inggris dan Amerika Serikat),
perbedaaan kelamin. Oleh karena itu prevalensi penggunaan vasektomi melebihi

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 40


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

10%. Selandia Baru memiliki prevalensi Cakupan peserta KB vasektomi di


tertinggi untuk kontrasepsi vasektomi yaitu Provinsi Riau tahun 2015 yang tertinggi
19,3%. Kontrasepsi ini telah menjadi dari Kabupaten Kepulauan Meranti dengan
metode yang paling banyak digunakan jumlah 49 akseptor diikuti Kabupaten
sejak tahun 1970-an, dibanding sterilisasi Bengkalis 43 akseptor dan Kabupaten
wanita. Sebuah survei yang dilakukan pada dengan cakupan 0 yaitu Indragiri Hulu,
akhir tahun 1990 di Selandia Baru Rokan Hilir, dan Siak. Sedangkan sampai
menemukan bahwa 57% pria berusia 40 dengan Mei tahun 2016 cakupan tertinggi
tahun sampai 49 tahun telah menerima dari Kabupaten Pelalawan sebanyak 13
vasektomi (John, 2008). Akseptor diikuti dari Kabupaten Bengkalis
Di Amerika Latin penggunaan 8 Akseptor dan beberapa kabupaten
vasektomi telah meningkat empat kali lipat lainnya cakupan masih 0.
dalam 10 tahun terakhir. Namun prevalensi Untuk cakupan peserta KB vasektomi
tetap pada 1%, kecuali di Brazil, Kostarika, Kabupaten Bengkalis dari tahun 2014-
Meksiko dan Puerto Rico. Tingkat 2016, yaitu cakupan tertinggi secara
prevalensi tertinggi ditemukan di negara kumulatif dari Kecamatan Bantan
Sao Paolo yaitu 6,1%. Asia menyumbang sebanyak 66 akseptor di ikuti Kecamatan
77% penggunaan vasektomi dari seluruh Siak Kecil 34 akseptor, masih ada
dunia, negara Cina dan India saja sudah beberapa Kecamatan dengan cakupan
mewakili 70% dari pengguna vasektomi di masih sangat rendah bahkan nihil. Namun
dunia. Secara global penggunaan secara keseluruhan cakupan peserta KB
kontrasepsi telah meningkat, dari 54% vasektomi Kabupaten Bengkalis
pada tahun 1990 menjadi 63% pada tahun mengalami penurunan pada tahun 2014
1976 (John, 2008). sebanyak 78 akseptor (50,32%) menjadi 8
Hasil survei demografi dan kesehatan akseptor (21,05%) pada tahun 2016.
Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa Adapun cakupan peserta KB vasektomi
pemakaian kontrasepsi pria hanya 2 Kecamatan Bantan dapat diketahui bahwa
persen saja dari total pemakaian desa dengan cakupan peserta KB
kontrasepsi (kondom 1,8% dan vasektomi vasektomi tertinggi dalam kurun waktu 3
0,2%). Kurangnya pengetahuan suami tahun terakhir yaitu Desa Mentayan
tentang alat kontrasepsi pria dan dengan jumlah kumulatif 25 akseptor,
terbatasnya variasi kontrasepsi menjadi diikuti Desa Bantan Tengah 15 akseptor
salah satu penyebab rendahnya KB pria di dan Desa Ulu Pulau 9 akseptor. Namun
Indonesia (BKKBN, 2015). masih ada beberapa desa yang cakupan
Jumlah wanita usia subur 15-49 tahun di masih sangat rendah dan tidak ada sama
Provinsi Riau adalah sebanyak 1.210.908 sekali.
jiwa, diantaranya sebanyak 801.060 WUS Pemerintah Kabupaten Bengkalis
tersebut atau 66,1% adalah pasangan usia melalui Badan Pemberdayaan Perempuan
subur, sebesar 7,01% dari PUS tersebut dan KB telah gencar mensosialisasikan KB
tergolong PUS muda usia dibawah 20 Pria khususnya vasektomi gratis di rumah
tahun. Kemudian sebanyak 530.966 sakit Lancang Kuning Pekan Baru , dimana
pasangan usia subur atau 66,28% dari biaya akomodasi, transportasi , penginapan
jumlah PUS adalah peserta KB aktif, dan dan uang saku peserta di tanggung oleh
masih terdapat 19,97% atau sebanyak pemerintah. Upaya lainnya yaitu dengan
160.050 tergolong PUS unmet need yaitu melatih motivator KB pria dan membentuk
pasangan yang ingin menjarangkan jaringan yang bekerjasama dengan bidan
kehamilan namun tidak menggunakan desa juga telah dilakukan. Namun upaya
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan tersebut belum membuahkan hasil seperti
(BKKBN Riau 2007). apa yang diharapkan, karena masyarakat
masih tetap acuh dan menganggap KB itu

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 41


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

adalah urusan perempuan. Adapun bagi responden sebagian besar sebagai


pria yang sudah vasektomi 95% dari tenaga kasar (buruh, pemulung, dan tukang
mereka tidak ingin diketahui oleh becak) dengan tidak memiliki dukungan
masyarakat karena pada umumnya mereka untuk ikut vasektomi. Pengetahuan
masih merasa malu. responden terhadap vasektomi sebagian
Rendahnya partisipasi pria dalam besar tidak memahami dengan baik dan
menggunakan alat kontrasepsi tersebut sikap yang negatif. Aksesbilitas pelayanan
antara lain disebabkan adanya pandangan vasektomi terhadap responden kurang
bahwa KB hanya merupakan urusan terjangkau. Kesimpulan penelitian adalah
perempuan atau istri, pilihan KB pria faktor yang paling berpengaruh terhadap
hanya dua yaitu kondom dan vasektomi, perilaku melakukan vasektomi adalah
kurangnya dukungan dari para tokoh tingkat pendidikan responden. Disarankan
agama dan tokoh masyarakat tentang KB untuk meningkatkan kembali program
pria (BKKBN, 2007). Vasektomi kejar paket bagi masyarakat pinggiran,
merupakan upaya untuk menghentikan melakukan kegiatan rutin sosialisasi dan
fertilitas dimana fungsi reproduksi memberikan pendampingan kepada kader
merupakan ancaman atau gangguan KB dan PLKB.
terhadap kesehatan pria dan pasangannya Berdasarkan laporan UPT Puskesmas
serta melemahkan ketahanan dan kualitas Selatbaru Kecamatan Bantan s.d Agustus
keluarga, prosedur kliniknya adalah untuk tahun 2016 jumlah cakupan KB aktif di
menghentikan reproduksi pria dengan jalan Desa Mentayan sebanyak 114 akseptor
melakukan oklusi vasa deferensia sehingga terdiri dari wanita dengan jumlah 89
alur transportasi sperma terhambat dan (78,08%) dan pria dengan jumlah 25
proses fertilisasi tidak terjadi. (21,92)%. Data ini menunjukkan bahwa
Kelebihannya sangat efektif, tidak ada efek partisipasi pria di Desa Mentayan dalam
samping jangka panjang, tindakan bedah menggunakan alat kontrasepsi masih
yang aman dan sederhana, dan efektif sedikit dibandingkan dengan jumlah
setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan ( akseptor KB wanita. Hasil studi
Saifuddin dkk, 2006). pendahuluan yang di lakukan penulis
Penelitian yang dilakukan Prasetyo melalui wawancara terhadap 15 pria
(2014) dengan judul perbedaan tingkat pasangan usia subur , ternyata 8 orang pria
pengetahuan suami tentang vasektomi belum pernah mendengar dan mengetahui
dengan keikutsertaan dalam program KB tentang KB vasektomi, 5 orang pria sudah
vasektomi di Kabupaten Karanganyar mendengar tapi belum mengerti dan
menunjukkan hasil ada perbedaan yang memahami bagaimana KB vasektomi
bermakna antara tingkat pengetahuan dilakukan. Selanjutnya 2 orang pria lagi
suami tentang vasektomi dengan menunjukkan motivasi yang kurang baik
keikutsertaan dalam program KB untuk menjadi akseptor vasektomi dengan
vasektomi. mengatakan pria ber KB itu lucu dan aneh,
Penelitian lain yang dilakukan oleh KB itu kan hanya urusan perempuan. Hal
Ibad (2015) tentang faktor yang ini tentu menunjukkan bahwa pengetahuan
mempengaruhi perilaku pria melakukan dan motivasi suami tentang kontrasepsi
vasektomi masih perlu dibina dan
vasektomi pada akseptor KB di Kecamatan
ditingkatkan menjadi lebih baik, agar
Kenjeran Kota Surabaya, menunjukkan keikutsertaan pria dalam ber KB lebih
hasil ada hubungan pendidikan dan sikap meningkat.
responden terhadap vasektomi. Sebagian Berdasarkan uraian latar belakang di
besar responden memiliki umur diatas 46 atas maka penulis merasa tertarik untuk
tahun dengan tingkat pendidikan rendah meneliti lebih dalam mengenai “
(maksimal lulus SMP). Pekerjaan Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 42


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Suami Tentang Vasektomi Dengan No Umur Frekuensi Persentase


1 21-40 tahun 23 32,1
Penggunaan KB Vasektomi di Desa 2 41- 60 tahun 55 67,9
Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Jumlah 78 100

Selatbaru Kecamatan Bantan Bengkalis


Tahun 2016”. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa
sebagian besar dari responden berumur 41
METODE - 60 tahun yaitu sebanyak 43 orang (67,9
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan %).
desain cross sectional study, yaitu b. Pekerjaan
penelitian dimana variabel independen dan Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden
dependen ditanyakan dalam waktu yang Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Mentayan
sama kepada responden. Penelitian ini Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru
menjelaskan tentang Hubungan Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun
2016
Pengetahuan Dan Motivasi Suami Tentang
Vasektomi Dengan Penggunaan KB No Perkerjaan Frekuensi Persentase
Vasektomi Di Desa Mentayan Wilayah 1 Petani 59 75,6
2 Wiraswasta 16 20,5
Kerja UPT Puskesmas Selatbaru 3 Guru 3 3,8
Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Jumlah 78 100
Tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini
adalah KK pria sudah menikah memenuhi Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa
syarat vasektomi di Desa Mentayan sebagian besar dari responden bekerja
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru sebagai petani yaitu sebanyak 59 orang
Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis (75,6%).
Tahun 2016. Teknik pengambilan sampel
c. Pendidikan
yaitu purposive sampling. Alat Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
pengumpulan data yaitu kuesioner. Analisa Berdasarkan Pendidikan Di Desa Mentayan
data menggunakan Chi Square Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru
Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN 2016
No Pendidikan Frekuensi Persentase
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 1 SD 37 47,4
sampai dengan 30 November 2016, dengan 2 SLTP 23 29,5
3 SLTA 13 16,7
jumlah responden 78 orang KK pria sudah 4 S1 5 6,4
menikah memenuhi syarat vasektomi di Jumlah 78 100
desa Mentayan wilayah kerja UPT
Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa
Kabupaten Bengkalis. Data yang diambil pendidikan responden sebagai besar masih
pada penelitian ini meliputi pengetahuan, Sekolah Dasar yaitu sebanyak 37 orang
motivasi suami (variabel independen) dan (47,4 %).
penggunaan KB vasektomi (variabel
d. Jumlah Anak
dependent). Dari penyebaran kuesioner di Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
dapatkan hasil sebagai berikut : Berdasarkan Jumlah Anak Di Desa Mentayan
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru
Analisis Univariat Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun
2016
1. Karakteristik Responden
a. Umur No Jumlah Frekuensi Persentase
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden Anak
Berdasarkan Umur Di Desa Mentayan Wilayah 1 2 orang 43 55,1
2 3 orang 27 34,6
Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan 3 > 4 orang 8 10,3
Bantan Kabupaten Bengkalis Jumlah 78 100

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 43


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa vasektomi yaitu sebanyak 47 orang


sebagian besar jumlah anak yang dimiliki (60,3%).
responden 2 orang yaitu sebanyak 43 orang
(55,1%). 3. Motivasi Suami Tentang KB
Vasektomi
e. Pernah Mendapat Informasi Tabel 8. Distribusi Frekuensi Motivasi Suami
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Tentang KB Vasektomi Di Desa Mentayan
Berdasarkan Informasi Di Desa Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun
Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun
2016
2016
No Motivasi Frekuensi Persentase
No Informasi Frekuensi Persentase
1 Positif 28 35,9
1 Ya 45 57,7 2 Negatif 50 64,1
2 Tidak 33 42,3
Jumlah 78 100
Jumlah 78 100
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar dari responden memiliki
sebagian besar dari responden yang motivasi yang negatif tentang KB
mendapat informasi tentang KB vasektomi vasektomi yaitu sebanyak 50 orang
yaitu sebanyak 45 orang (57,7%). (64,1%).
4. Penggunaan KB Vasektomi
f. Sumber Informasi Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penggunaan KB
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Vasektomi Di Desa Mentayan Wilayah Kerja
Berdasarkan Sumber Informasi Di Desa Mentayan UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Bantan
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Selatbaru Kecamatan Kabupaten Bengkalis Tahun 2016
Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun 2016
No KB Vasektomi Frekuensi Persentase
No Informasi Frekuensi Persentase 1 Ya 25 32,1
1 Tdk dpt 33 42,3 2 Tidak 53 67,9
informasi Jumlah 78 100
2 Petugas 16 20,5
Kesehatan
3 Kader 21 26,9
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa
4 Spanduk/ 8 10,3 sebagian besar dari responden tidak
pamfleat
Jumlah 45 100 menggunakan KB vasektomi yaitu
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sebanyak 53 orang (67,9%).
sebagian besar responden mendapat
informasi tentang KB vasektomi dari kader Analisa Bivariat
posyandu yaitu sebanyak 21 orang Analisis bivariat adalah analisis yang
(26,9%). digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Uji
2. Pengetahuan Suami Tentang KB yang dilakukan menggunakan uji chi-
Vasektomi square untuk mengetahui hubungan antara
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan variabel independen dengan variabel
Suami Tentang KB Vasektomi Di Desa
dependen dengan derajat kepercayaan 95%
Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Selatbaru Kecamatan Bantan Kabupaten maka didapat hasil sebagai berikut:
Bengkalis Tahun 2016

No Pengetahuan Frekuensi Persentase


1 Baik 31 39,7
2 Kurang 47 60,3
Jumlah 78 100
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa
sebagian besar dari responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang KB
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 44
Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

1. Hubungan Pengetahuan Suami Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat


Dengan Penggunaan KB Vasektomi bahwa dari 50 responden yang motivasinya
Tabel 10. Hubungan Pengetahuan Suami negatif (98%) tidak menggunakan KB
Dengan Penggunaan KB Vasektomi Di Desa vasektomi, namun ada 1 orang (2%) yang
Mentayan Wilayah Kerja UPT Puskesmas menggunakan KB vasektomi, dan dari 28
Selatbaru Kecamatan Bantan Kabupaten responden yang memiliki motivasi positif
Bengkalis Tahun 2016 (85,7%) menggunakan KB vasektomi,
Pengeta Penggunaan KB namun masih ada 4 orang (14,3%) yang
P
huan Vasektomi Total
value tidak menggunakan KB vasektomi. Setelah
Suami Tidak Ya
N % N % N %
OR dilakukan uji statistik didapatkan nilai p
Kurang 44 93,6 3 6,4 47 100 0,000 value=0,000 ≤(0,05), dengan demikian
Baik 9 29 22 71 31 100 35,852
Jumlah 53 67,9 25 32,1 78 100
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara motivasi suami
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa dari dengan penggunaan KB vasektomi. Dari
47 responden yang berpengetahuan kurang hasil uji statistik didapatkan nilai
(93,6%) tidak menggunakan KB vasektomi OR=294,000 artinya suami yang memiliki
motivasi positif berpeluang 294,000 kali
namun ternyata ada 3 orang (6,4%)
menggunakan KB vasektomi dibandingkan
menggunakan KB vasektomi dan dari 31 suami yang motivasinya negatif.
responden pengetahuannya baik (71%)
menggunakan KB vasektomi namun masih PEMBAHASAN
ada 9 orang (29%) yang tidak 1. Hubungan Pengetahuan Suami
menggunakan KB vasektomi. Setelah Dengan Penggunaan KB Vasektomi
dilakukan uji statistik didapatkan nilai p Di Desa Mentayan Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Selatbaru
value=0,000≤(0,05), dengan demikian
Kecamatan Bantan Kabupaten
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Bengkalis Tahun 2016
yang signifikan antara pengetahuan suami Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dengan penggunaan KB vasektomi. Dari bahwa ada hubungan yang signifikan
hasil uji statistik didapatkan nilai antara pengetahuan suami dengan
OR=35,852 artinya suami yang penggunaan KB vasektomi, diperoleh hasil
uji statistik p value=0,000.
pengetahuannya baik berpeluang 35,852
Menurut asumsi peneliti bahwa
kali menggunakan KB vasektomi responden yang pengetahuannya kurang
dibandingkan suami yang pengetahuannya tetapi ikut KB vasektomi bisa disebabkan
kurang. karena biaya vasektomi gratis dan
ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah,
2. Hubungan Motivasi Suami Dengan kemudian faktor jumlah anak yang dimiliki
Penggunaan KB Vasektomi responden 4 orang yang dirasa sudah
Tabel 11. Hubungan Motivasi Suami mencukupi dan sudah mantap untuk tidak
Dengan Penggunaan KB Vasektomi Di Desa
Mentayan Wialayah Kerja UPT Puskesmas menambah anak lagi. Dan responden yang
Selatbaru Kecamatan Bantan Kabupaten berpengetahuan baik tetapi tidak
Bengkalis Tahun 2016 menggunakan KB vasektomi disebabkan
karena faktor umur yang masih dewasa
Moti Penggunaan KB
vasi Vasektomi Total P value muda (21-40 tahun) dan jumlah anak yang
Suami Tidak Ya OR masih 2 orang yang menurut mereka masih
N % N % N %
Negatif 49 98 1 2 50 100 0,000
belum sesuai dengan jumlah yang
Positif 4 14,3 24 85,7 28 100 294,000 diinginkan.
Jumlah 53 67,9 25 32,1 78 100

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 45


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Responden yang memiliki pengetahuan mengikuti pola hidup yang sehat dan
baik tentang vasektomi lebih besar melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
kemungkinannya untuk menggunakan KB Hasil penelitian ini juga didukung oleh
vasektomi. Pengetahuan dapat membentuk penelitian Surinati dkk (2014) di Banjar
keyakinan tertentu sehingga seseorang Karang Sewung Denpasar, dari hasil
berperilaku sesuai keyakinan tersebut. penelitian diketahui bahwa dari 123
Sedangkan responden yang memiliki responden, yang memiliki pengetahuan
pengetahuan kurang tentang vasektomi baik (51,2%) sebagian besar (91,9%) tidak
cenderung akan menolak untuk menggunakan KB vasektomi dengan hasil
menggunakan KB vasektomi, kecuali ada uji statistik p value=0,002 yang artinya
faktor eksternal yang membuat responden terdapat hubungan yang signifikan antara
tersebut menggunakan KB vasektomi. pengetahuan dengan penggunaan KB
Menurut Notoatmodjo (2007) vasektomi.
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan Penelitian lain yang dilakukan Prasetyo
ini terjadi setelah orang melakukan (2014) di Kabupaten Karanganyar, hasil
penginderaan terhadap suatu objek tertentu penelitian pada chi square memiliki angka
melalui panca indera manusia yaitu 0,951 yang menunjukkan bahwa ada
penglihatan, pendengaran, penciuman, perbedaan yang bermakna antara tingkat
rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan pengetahuan suami tentang vasektomi
manusia diperoleh melalui mata dan dengan keikutsertaan dalam program KB
telinga. pengetahuan baik dipengaruhi oleh vasektomi.
pendidikan yang tinggi yang artinya 2. Hubungan Motivasi Suami Dengan
bimbingan yang diberikan seseorang Penggunaan KB Vasektomi Di Desa
kepada orang lain terhadap suatu hal agar Mentayan Wilayah Kerja UPT
mereka dapat memahami. Tidak dapat Puskesmas Selatbaru Kecamatan
dipungkiri bahwa semakin tinggi Bantan Kabupaten Bengkalis Tahun
pendidikan seseorang semakin mudah pula 2016
mereka menerima informasi dan pada Berdasarkan hasil penelitian diketahui
akhirnya semakin banyak pula ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan yang dimilikinya. motivasi suami dengan penggunaan KB
Menurut Wawan dan Dewi (2011), vasektomi, di peroleh hasil uji statistik p
bertambahnya umur seseorang akan value=0,000.
mengalami perubahan aspek fisik dan Menurut asumsi peneliti bahwa
psikologis (mental). Usia mempengaruhi responden yang memiliki motivasi negatif
terhadap daya tangkap dan pola fikir tetapi menggunakan KB vasektomi bisa
seseorang, semakin bertambah usia akan disebabkan karena faktor sumber informasi
semakin berkembang pula daya tangkap yang didapat hanya dari kader posyandu
dan pola fikirnya. Makin tua umur sehingga responden mempunyai persepsi
seseorang maka proses perkembangan yang salah tentang KB vasektomi, faktor
mentalnya bertambah baik. Dari uraian jumlah anak yang sudah cukup banyak
diatas dapat dilihat bahwa dengan yaitu 4 orang dan istri mengalami
bertambahnya umur seseorang dapat gangguan kesehatan sehingga tidak bisa
berpengaruh pada pertambahan menggunakan KB hormonal. Sedangkan
pengetahuan yang diperolehnya, pada usia responden yang memiliki motivasi positif
dewasa cenderung lebih berhati-hati dalam tetapi tidak menggunakan KB vasektomi
melakukan tindakan terhadap kesehatan disebabkan karena faktor umur responden
mereka. Secara umum tingkat kedewasaan masih kelompok dewasa muda (21–40 thn)
pada usia tua lebih mungkin untuk dan faktor jumlah anak yang masih 2
melakukan berbagai perilaku sehat seperti orang.

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 46


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Responden yang memiliki motivasi Penelitian ini didukung penelitian yang


positif terhadap vasektomi lebih besar dilakukan oleh Nurrita dkk (2014) di
kemungkinannya untuk menggunakan KB Kecamatan Rancaekek Bandung Jawa
vasektomi. Motivasi yang muncul dari Barat. Dari 98 responden terdapat (58,1%)
dalam diri seseorang harus dibarengi responden memiliki motivasi positif,
dengan faktor lain seperti ketersediaan sebagian besar responden (93.2%) tidak
fasilitas, dorongan dari orang terdekat, menggunakan KB vasektomi dengan uji
sikap dan perilaku tenaga kesehatan itu statistik p value=0,002 yang artinya
sendiri. Sedangkan responden yang terdapat hubungan yang signifikan antara
memiliki motivasi negatif terhadap motivasi dengan penggunaan KB
vasektomi cenderung akan menolak untuk vasektomi.
menggunakan KB vasektomi, jika tidak Penelitian lain yang dilakukan oleh Ibad
ada faktor eksternal yang membuat (2015) di Kecamatan Kanjeran Kota
responden tersebut terpaksa menggunakan Surabaya, dari 56 responden terdapat
KB vasektomi. (70,3%) berpendidikan rendah dan (61,5%)
Menurut Poerwodarminto (2010, dalam responden mempunyai sikap negatif,
Suparyanto, 2010) motivasi adalah sebagian besar responden (85,7%) tidak
kecendrungan yang timbul pada diri menggunakan KB vasektomi. Hasil
seseorang secara sadar maupun tidak sadar penelitian menunjukkan bahwa ada
melakukan tindakan dengan tujuan tertentu hubungan yang signifikan antara
atau usaha-usaha yang menyebabkan pendidikan dan sikap responden terhadap
seseorang atau kelompok bergerak vasektomi dengan uji statistik p
melakukan sesuatu karena ingin mencapai value=0,000.
tujuan yang dikehendaki. Sumber motivasi
berasal dari motivasi intrinsik yaitu SIMPULAN
motivasi yang berasal dari dalam diri Dari hasil penelitian maka dapat
individu itu sendiri, motivasi ekstrinsik disimpulkan bahwa :
yaitu motivasi yang datangnya dari luar 1. Pengetahuan responden terhadap
individu misalnya dukungan verbal dan penggunaan KB vasektomi dalam
non verbal yang diberikan oleh teman penelitian ini berada pada kategori
dekat atau keakraban sosial, motivasi kurang.
terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam 2. Motivasi responden terhadap
kondisi terjepit dan munculnya serentak penggunaan KB vasektomi dalam
serta menghentak dan cepat sekali. penelitian ini berada pada kategori
Motivasi dikatakan kuat apabila diri negatif.
seseorang dalam kegiatan sehari-hari 3. Penggunaan KB vasektomi dalam
memiliki harapan yang positif, mempunyai penelitian ini berada pada kategori
harapan yang tinggi, dan memiliki rendah.
keyakinan yang tinggi bahwa seseorang 4. Terdapat hubungan signifikan antara
akan mampu dan mudah melakukan pengetahuan suami dengan penggunaan
aktifitasnya berkaitan dengan persoalan- KB vasektomi.
persoalan yang dihadapi. Motivasi 5. Terdapat hubungan signifikan antara
dikatakan lemah apabila didalam diri motivasi suami dengan penggunaan KB
seseorang memiliki harapan dan vasektomi.
keyakianan yang rendah, bahwa dirinya
dapat berprestasi sehingga tidak mampu DAFTAR PUSTAKA
bersosialisasi dan menyelesaikan persoalan
yang dihadapi (Irwanto, 2008 dalam BKKBN, 2006. Tanya Jawab Tentang
Suparyanto, 2010). Peningkatan Partisipasi Pria
Dalam KB dan KR. Jakarta :
Badan
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 47
Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Koordinasi dan Keluarga Berencana 008. diakses tanggal 29 september


Nasional. 2016.
_______ Riau, 2007. Selayang Pandang Kumalasari, I, Andhyantoro, I, 2012.
Kependudukan dan Program KB. Kesehatan Reproduksi Untuk
Pekanbaru : BKKBN Provinsi Riau. Mahasiswa Kebidanan dan
_______, 2009. Peningkatan Partisipasi Keperawatan. Jakarta : Salemba
Pria dalam KB dan KR. Jakarta : Medika.
BKKBN Mulyani, Rinawati, 2013. Keluarga
_______, 2010. Hari Kontrasepsi Dunia, Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Dunia diingatkan Pentingnya Yogyakarta : Nuha Medika.
Keluarga Berencana dan Kesehatan Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi
Reproduksi. Jakarta : Jurnal Keluarga Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Informasi Kependudukan dan KB, Rineka Cipta
Edisi September 2010. ___________, S. 2007. Promosi Kesehatan
_______, 2011. Memantapkan Langkah dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Meraih Prestasi. Jakarta : Jurnal Cipta.
Keluarga Informasi Kependudukan ___________, S. 2010. Ilmu Perilaku
dan KB, Edisi IX September 2011. Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
_______, 2015. Membangun Keluarga Nurrita dkk, 2014. Pengetahuan Dan Sikap
Melalui Kampoeng KB. Jakarta : Suami Terhadap Kontrasepsi
Jurnal Keluarga Informasi Mantap Vasektomi Di Kecamatan
Kependudukan dan KB, Edisi Rancaekek Bandung. Skripsi.
Kesembilan 2015. Universitas Padjajaran Bandung.
_______, 2015.Mengoptimalkan Kinerja di Jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/vi
Wilayah Dan Sasaran ew/.., diakses tanggal 2 desember
Khusus.Jakarta :Genta Jalsus. 2016.
_______ Riau, 2016. Data Cakupan Parwieningrum, E, 2009. Gender dalam
Peserta KB Vasektomi Provinsi Riau KB/KR. Pusat Pelatihan Gender Dan
Tahun 2015-2016. Peningkatan Kualitas. Jakarta :
BPP dan KB Kabupaten Bengkalis, 2016. BKKBN
Data Cakupan Peserta KB Prasetyo, 2014. Perbedaan Tingkat
Vasektomi Kabupaten Bengkalis Pengetahuan Suami Tentang
Tahun 2014-2016. Vasektomi Dengan Keikutsertaan
Dewi, M. Wawan, A.2011. Teori & Dalam Program KB Vasektomi Di
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Kabupaten Karanganyar. Skripsi.
Prilaku Manusia. Cetakan II Fakultas Kedokteran Universitas
Yogyakarta : Rhineka Cipta. Sebelas Maret, Surakarta.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian http://eprints.uns.ac.id/16422/.../abstr
Keperawatan dan Teknik Analisa ak... diakses tanggal 28 september
Data. Jakarta : Salemba Medika. 2016.
Hidayat, A. 2011. Metode Penelitian Saryono, 2008. Metodologi Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
Data. Jakarta : Salemba Medika. Cendikia offset.
Ibad, 2015. Faktor Factor Yang Suparyanto, (2010), Konsep Motivasi.Dr.-
Mempengaruhi Prilaku Pria Suparyanto
Melakukan Vasektomi Pada Akseptor .blogspot.co.id/2012/11/apa - itu -
KB di Kecamatan Kanjeran Kota motivasi. Html. diakses tanggal 2
Surabaya. oktober 2016.
Skripsi,UniversitasAirlangga,Yogyak Susila, Suyanto, 2015. Metodologi
arta.Repository.unair.ac.id/.FKM.%2 Penelitian Retrospective / Ex Post

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 48


Vol 2 No 1 Tahun 2018 ISSN 2580-3123

Facto Kedokteran dan Kesehatan.


Klaten : Bossscript.
UPT Puskesmas Selatbaru, 2016. Data
Cakupan Peserta KB Vasektomi
Kecamatan Bantan Tahun 2014-
2016.
Wawan, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Bina Pustaka.

Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Page 49


Male contraception
John K. Amory, M.D., M.P.H.
Center for Research in Reproduction and Contraception, Department of Medicine, University of Washington, Seattle,
Washington

Although female contraceptives are very effective at preventing unintended pregnancy, some women can not use them because of
health conditions or side-effects, leaving some couples without effective contraceptive options. In addition, many men wish to take
active responsibility for family planning. Thus, there is a great need for male contraceptives to prevent unintended pregnancies, of
which 80–90 million occur annually. At present, effective male contraceptive options are condoms and vasectomy, which are not ideal
for all men. Therefore, efforts are under way to develop novel male contraceptives. This paper briefly reviews the advantages and dis-
advantages of condoms and vasectomies and then discusses the research directed toward development of novel methods of male contra-
ception. (Fertil SterilÒ 2016;106:1303–9. Ó2016 by American Society for Reproductive Medicine.)
Key Words: Spermatogenesis, testes, condoms, vasectomy, unintended pregnancy, spermatozoa, novel male contraceptives

Discuss: You can discuss this article with its authors and with other ASRM members at https://www.fertstertdialog.com/users/16110-
fertility-and-sterility/posts/12470-22685

OVERVIEW OF MALE sperm production and maintains sexual This last category of contraceptives,
REPRODUCTIVE function as well as muscle and bone such as spermicides, are usually in-
PHYSIOLOGY mass (4). Testosterone is produced by tended to be used intravaginally by
Leydig cells in the interstitium of the the female and are therefore more
Production of mature sperm in the hu-
testes when stimulated by LH. Sperm properly considered female contracep-
man testes takes 72 days (1). After pu-
production occurs in the seminiferous tives, so they will not be discussed
berty, sperm production is continuous
tubules, where the sperm are nurtured further in this review. Instead, the pre-
and occurs in four distinct phases: 1)
by Sertoli cells stimulated by FSH and sent article will describe the efficacy of
a mitotic phase in which the stem cells,
high concentrations of intratesticular existing methods of male contraception
the spermatogonia, give rise to diploid
testosterone (Fig. 1A) (5). Given the and then discuss the research directed
spermatocytes; 2) a meiotic phase in
physiology of sperm production, a toward development of novel methods
which spermatocytes double their chro-
male contraceptive can work in one of of male contraception that function
mosome complement and undergo two
several ways: either by inhibiting sperm production
cycles of cell division resulting in
or by preventing sperm from reaching
haploid spermatids; 3) spermiogenesis, 1. By preventing sperm from reaching the female reproductive tract.
which involves spermatid nuclear the egg by physical barriers (con-
condensation and flagellum formation; doms, vasectomy, and experimental
and 4) spermiation, which involves vas occlusion methods).
CURRENTLY AVAILABLE
release of the spermatozoa into the 2. By preventing sperm production
tubular lumen (2). Storage and further (experimental hormonal and
MALE CONTRACEPTIVE
maturation of sperm take place in the nonhormonal methods). METHODS
epididymis. Sperm aspirated from the 3. By killing or inhibiting the function Vasectomy
cauda epididymis are capable of fertil- of sperm or the sperm's ability to Vasectomy is a simple outpatient sur-
izing an egg in vitro (3). The testes bind the egg after ejaculation (sper- gery performed under local anesthesia,
also synthesize testosterone, a steroid micides, experimental antimotility in which the vas deferens is surgically
hormone. Testosterone is necessary for agents). interrupted bilaterally through a small
scrotal incision. There are 500,000
Received June 28, 2016; revised August 4, 2016; accepted August 17, 2016; published online vasectomies performed in the United
September 24, 2016. States yearly and worldwide >50
J.K.A. has received research funding from Clarus Therapeutics.
Supported by the Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Develop-
million men have undergone the pro-
ment, a division of the National Institute of Health through cooperative agreement U54 cedure (6), although there are signifi-
HD04245 and K24 HD082231 (J.K.A.). cant cultural differences in the
Reprint requests: John K. Amory, M.D., M.P.H., University of Washington, Box 356429, 1959 NE Pacific
St., Seattle, Washington 98195 (E-mail: jamory@u.washington.edu). acceptability of this procedure in
different settings. Vasectomies are
Fertility and Sterility® Vol. 106, No. 6, November 2016 0015-0282/$36.00
Copyright ©2016 American Society for Reproductive Medicine, Published by Elsevier Inc.
highly effective, with a failure rate
http://dx.doi.org/10.1016/j.fertnstert.2016.08.036 <1% and a low rate of complications

VOL. 106 NO. 6 / NOVEMBER 2016 1303


VIEWS AND REVIEWS

FIGURE 1

(A) Normal function of the hypothalamic-pituitary-testicular axis, with FSH and LH stimulating the testes to produce sperm and testosterone, and
testosterone providing feedback regulation of FSH and LH production in the pituitary. (B) Suppression of FSH and LH production by exogenously
administered androgens and progestins, which lowers FSH and LH concentrations, depriving the testes of the signals required for sperm production
and leading to contraception.
Amory. Male contraception. Fertil Steril 2016.

(Table 1) (7, 8). The ‘‘no-scalpel technique,’’ developed in reversal, or vasovasostomy, restores fertility in most cases;
China (9) that relies on a single midline puncture in the however, rates of pregnancy vary from 50% to 75% depend-
scrotal raphe with the use of scissors, had been widely ing on the length of time between the vasectomy and the vas-
adopted (10, 11). Drawbacks to vasectomy include a delay ovasostomy for two reasons. First, in some men
in the onset of azoospermia of 3–4 months, postoperative vasovasostomy is unable to restore patency of the vas, espe-
pain, and rare infections. Although most postoperative pain cially if >8 years have elapsed since the original vasectomy
resolves quickly, 10%–15% of men experience chronic (15). Second, 20%–30% of men remain infertile despite
testicular discomfort (12). In one study of such men, 27 out restored patency of the vas, as documented by imaging tech-
of 33 had relief of their discomfort after reversal of the niques, probably because of the presence of antisperm anti-
vasectomy (13). bodies (16). For these reasons, vasectomy can not be
Vasectomies are most appropriate for men who do not recommended as a truly reversible method of contraception.
desire any future fertility. However, 3%–5% of men with va- Vasectomy is safe in terms of overall male health. Reports
sectomies do eventually request reversal, usually because of of associations between vasectomy and cardiovascular dis-
remarriage (14). For this reason, some urologists recommend ease and prostate cancer first reported in the 1980s have
freezing a semen sample before the procedure. Vasectomy proven to be incorrect (17, 18). In summary, vasectomy is

1304 VOL. 106 NO. 6 / NOVEMBER 2016


Fertility and Sterility®

would be welcomed by a large percentage of men and, impor-


TABLE 1
tantly, most women would trust their partner to use it (28, 29).
Percentages of couples using male contraceptives and efficacy of
In normal men, sperm concentrations in the ejaculate
these methods in the prevention of unintended pregnancy (20, 21). range from 15 to 150 million sperm per milliliter of ejaculate.
The absence of spermatozoa in the ejaculate, a condition
Year
Unintended pregnancy termed azoospermia, makes fertilization impossible and is
Method 1992 1995 2002 2008 rate per year (%) therefore the ultimate goal of male hormonal contracep-
Vasectomy 11 11 9 10 0.1 tives—a goal that has yet to be reached. In all studies of this
Condoms 12 20 18 16 15–20 approach to contraception, a subset of men experience a
Withdrawal 2 3 4 5 25–30 reduction of their sperm counts to <15 million per milliliter,
Total 25 34 31 31
Amory. Male contraception. Fertil Steril 2016.
called oligospermia, without becoming azoospermic (30). Se-
vere oligospermia (concentrations of <1 million sperm per
milliliter) appears to decrease the chances of conception to
highly effective and very safe. The major drawbacks are
<1% per year (31). Therefore, suppression of 100% of treated
chronic testicular discomfort in some men and the inability
men to sperm concentrations <1 million sperm per milliliter is
of vasovasostomy to reliably restore fertility in all cases
considered to be a reasonable goal for male contraceptive
when desired.
research (32).
Interestingly, there are ethnic differences in the response
Condoms to male hormonal contraception. Study volunteers in Asia are
Condoms, originally made of animal intestine, have been used more susceptible to testosterone-induced suppression of sper-
for contraception and as protection against sexually trans- matogenesis, with rates of azoospermia in the 90%–100%
mitted infections for several hundred years. Since 1920, most range, whereas men studied in Europe, North America, and
condoms have been made of latex. Latex condoms are unique Australia have rates of azoospermia closer to 60%–80% on
among contraceptives in that they protect against many sexu- the same regimens (30, 31). There is no clear explanation
ally transmitted diseases, including the human immunodefi- for this difference. Nevertheless, it is important in the
ciency virus. Condoms are relatively free from side-effects. interpretation of trial results and complicates extrapolation
The main drawback to condoms is their marginal contraceptive of rates of suppression between trials performed in different
efficacy, which results mostly from improper or inconsistent geographic areas.
use or breakage, which occurs in up to 4% of cases (19). Preg- Administration of unesterified testosterone orally or
nancy rates for couples using condoms as their sole means of parenterally is ineffective because it is quickly degraded by
contraception approach 15%–20% per year (20), although fail- the liver. Therefore, most hormonal contraceptive regimens
ure rates are likely higher in young couples with high sponta- have used longer-acting injectable testosterone esters such
neous fertility (21). In addition, some men dislike condoms as testosterone enanthate (TE) administered by means of
because they feel that condoms either diminish sexual pleasure intramuscular injection on a weekly basis. Two multicenter
or are difficult to use (22). Finally, some men and women trials of weekly TE injections as a male contraceptive were
develop allergic reactions to the latex, which is derived from conducted by the World Health Organization (WHO). The first
rubber trees, causing skin irritation and, rarely, anaphylaxis study enrolled 271 subjects who were dosed with 200 mg TE
(23). Polyurethane condoms are available for couples in intramuscularly weekly (30). Sixty percent of the men became
whom one of the partners has a latex allergy. These condoms azoospermic, and an additional 30% became severely oligo-
are slightly less effective than latex condoms, however, mainly spermic. One hundred nineteen of the men who became azoo-
owing to slippage from their looser fit (24–26). spermic discontinued other birth control and continued on TE
injections as their sole method of contraception for 1 year.
During that period, only one pregnancy occurred, demon-
EXPERIMENTAL MALE CONTRACEPTIVES strating that testosterone-induced azoospermia was a highly
Hormonal Male Contraceptives effective contraceptive.
Because of the need for improved methods of male contracep- The second WHO study examined contraceptive efficacy
tion, efforts have been made to develop a hormonally derived of TE injections in men who became azoospermic or oligo-
contraceptive analogous to the estrogen-progesterone birth spermic to <3 million sperm per milliliter of ejaculate with
control pill for women. A male hormonal contraceptive has the use of TE injections (31). Three hundred ninety-nine,
the potential to be easy to use and reversible. Testosterone func- mostly Asian, men were enrolled in this study. Three hundred
tions as a male contraceptive by suppressing the secretion of LH ninety-one (98%) of the men became oligospermic or azoo-
and FSH from the pituitary via negative feedback (Fig. 1B). Low spermic. There were no pregnancies caused by the men who
concentrations of LH and FSH deprive the testis of the signals became azoospermic, and in the men who became oligosper-
needed for spermatogenesis. This leads to markedly decreased mic fertility was reduced to eight pregnancies per 100 person-
sperm counts in most, but not all, men after 3–4 months of years. The overall failure rate (including the eight men who
testosterone administration. Sperm counts return to pretreat- failed to suppress their sperm counts) was 3.4%, for an overall
ment levels 3–6 months after discontinuing testosterone admin- contraceptive efficacy of 96.6%. In both groups, sperm counts
istration in most men (27). Surveys conducted in several returned to normal after the cessation of testosterone injec-
countries suggest that a hormonally derived male contraceptive tions, and there were no major side-effects.

VOL. 106 NO. 6 / NOVEMBER 2016 1305


VIEWS AND REVIEWS

These studies demonstrated that testosterone injections has been published (45). A larger trial testing TU and nores-
are effective as a contraceptive in most men; however, a pro- thisterone enanthate to prevent pregnancy has been per-
portion of men fail to suppress to <3 million sperm per milli- formed but has not been published. Cyproterone acetate is a
liter and therefore remain potentially fertile. In addition, the unique progestin with antiandrogenic properties that has
necessity of weekly intramuscular injections was unpopular been studied in combination with weekly injections of TE,
with subjects, 12% of whom discontinued involvement owing showing very high efficacy but only in small trials of 10–15
to dislike of the injection schedule. Side-effects were fairly men (46, 47).
minimal, but notably, high-dose TE deceases serum high- Nestorone is a 19-norprogesterone–derived progestin
density lipoprotein (HDL) cholesterol, which might affect which can be applied as a transdermal gel (48). A combination
the development of atherosclerosis (33, 34); however, as is of Nestorone gel and testosterone transdermal gels were stud-
the case with any male hormonal contraceptive, the long- ied for gonadotropin suppression (49) and in a 6-month male
term effects on prostate and liver health as well as mood contraceptive trial (50). In the latter study, 89% of men
and behavior are unknown. achieved suppression of their sperm concentration to %1
Testosterone undecanoate (TU) is a long-chain ester that million sperm per milliliter. Importantly, a majority of sub-
normalizes serum testosterone concentrations in hypogona- jects on this regimen were very satisfied with the regimen,
dal men for 6–12 weeks after injection (35–37). A large trial stating that they would be likely to use it if it were commer-
of TU injections for male contraception was conducted in cially available (51). Ongoing studies are working to simplify
China (38). Volunteers received monthly injections of 500 the regimen into a single combination gel for phase II testing
or 1,000 mg TU. Ninety percent of the men had sperm at six international sites beginning in 2017.
concentrations of <1 million sperm/mL and used the Dimethandrolone undecanoate (DMAU) is a potent syn-
injections as their sole method of contraception for 1 year. thetic 19-norandrogen that acts as a ligand at both androgen
Only a few pregnancies were reported in treated men and and progesterone receptors, making DMAU a potential ‘‘sin-
side-effects were minimal; however, for unclear reasons the gle-agent’’ contraceptive (52). Studies in rodents and rabbits
method was not approved for use. have shown both reversible suppression of gonadotropins
In the hopes of achieving greater rates of azoospermia, and sperm with orally administered DMAU (53, 54). Phase I
several male contraceptive studies have combined testos- testing in humans has demonstrated short-term safety and
terone administration with administration of progestins, tolerability with reversible suppression of gonadotropins
which additively suppress FSH and LH from the pituitary (55), and phase II testing of this compound is underway. Inter-
and may have direct antisperm effects on the testes (39). Com- estingly, DMAU can be administered orally as well as by
binations of testosterone and depot injections of medroxy- intramuscular injection, making it a very exciting compound
progesterone acetate (DMPA) induced azoospermia in for male hormonal contraceptive development.
one-half of study subjects and some degree of oligozoosper-
mia in most others. The contraceptive efficacy of these com-
binations, however, was poor, with several couples Nonhormonal Male Contraceptives
conceiving while receiving therapy despite simultaneous Several groups are examining approaches to ‘‘nonhormonal’’
use of other contraceptives (40). male contraception, although to date none of the current gen-
Several male contraceptive studies of the potent oral pro- eration of candidates has been tested in men. Nonhormonal
gestin levonorgestrel (LNG) have been performed. For male contraception does not involve the administration of
example, in one study, LNG (500 mg orally daily) was com- hormones or compounds that block hormone secretion or
bined with TE (100 mg intramuscularly per week) for hormone action. Nonhormonal contraception may be more
6 months. The LNG-TE combination was superior to TE alone appealing to men because it avoids any impact on testos-
in terms of azoospermia (67% vs. 33%), and 94% of the men terone concentrations or sexual function. In addition, the
had sperm concentrations of <1 million per milliliter use of testosterone or another anabolic steroid could lead to
compared with 61% of the TE-alone group (41). Drawbacks sports disqualification. Finally, nonhormonal contraceptives
to the LNG-TE regimen included greater weight gain and de- may be more easily dosed orally than steroid preparations
creases in HDL cholesterol compared with the TE-alone group. owing to rapid ‘‘first-pass’’ metabolism of testosterone in
Other progestins, such as desogestrel, have been tested in male the liver.
contraceptive regimens with similar results, but without An early example of a nonhormonal contraceptive candi-
causing weight gain or large reductions HDL cholesterol date is adjudin. Adjudin is an antisperm compound that dis-
(42). One large industry-sponsored study of testosterone dec- rupts the adhesion of spermatids to Sertoli cells, causing
anoate injections coupled with etonogestrel implants sup- premature spermiation and infertility. Administration of
pressed 80%–90% of men to a sperm concentration of <1 two doses of 50 mg/kg adjudin weekly induced 100% infer-
million per milliliter over 1 year (43). A follow-up study, tility after 5 weeks of treatment in adult rats without changes
one of the only placebo-controlled studies in the field, com- in serum testosterone, FSH, or LH concentrations (56).
bined etonorgestrel with TU with similar results in suppres- Because there was some liver inflammation observed in a
sion of spermatogenesis (44). Unfortunately, the companies 29-day study of adjudin administration (57), researchers con-
sponsoring these two studies have not pursued this work jugated adjudin to an FSH-b mutant specifically targeting it
further. Finally, only one study with 52 couples testing to Sertoli cells, thereby significantly reducing the dose neces-
androgen-progestin combinations for pregnancy prevention sary for contraception (58). Unfortunately, the cost of this

1306 VOL. 106 NO. 6 / NOVEMBER 2016


Fertility and Sterility®

approach and the possibility of developing anti-FSH autoan- understanding of its mechanism of action. Our group
tibodies has stalled progress to human studies. demonstrated that WIN 18,446 suppresses spermatogenesis
H2-Gamendazole is an antisperm compound that impairs by inhibiting testicular retinoic acid biosynthesis via
the function of the apical ectoplasmic specialization (59). All inhibition of the testes-specific aldehyde dehydrogenase
male rats who received a single oral dose of 6 mg/kg ALDH1A2 (77, 78). With the use of a rabbit model, we
H2-gamendazole were infertile, but only 57% regained observed that oral administration of WIN 18,446 induced
fertility (60). Regarding toxicology, three out of five rats reversible azoospermia, and reductions in spermatogenesis
died after receiving a dose of 200 mg/kg H2-gamendazole; were preceded by a reduction in intratesticular retinoic acid.
however, no observable abnormalities, including liver inflam- These findings suggest that inhibition of the testicular
mation, necrosis, or hemorrhage, were detected at doses of retinoic acid biosynthesis is a promising target for male
<200 mg/kg. The investigators are hoping to move into hu- contraceptive development. Our group is focusing on the
man testing at lower doses to minimize the risk of toxicity. development of novel specific compounds that inhibit
Two other noteworthy approaches to nonhormonal male testicular retinoic acid biosynthesis via ALDH1A2 without
contraception have been published. The first study demon- interfering with alcohol metabolism. Hopefully, this work
strated that seven out of nine male nonhuman primates could will result in compounds that reversibly inhibit
be immunized against the semen protein Eppin and were un- spermatogenesis without significant side-effects.
able to father pregnancies, and the effect was reversible when
the immunizations were stopped (61). This research group is Vas Occlusion Methods
now working to develop small molecular inhibitors of Eppin
Since the early 1990s, efforts have been underway in India
binding as male contraceptives. A second high-profile paper
and China to develop a temporary plug for the vas deferens,
showed that the small molecule JQ1 could reversibly suppress
which could theoretically be removed or dissolved by an in-
spermatogenesis in mice by inhibiting the function of the pro-
jection at a later date to provide reversibility. The Indian
tein BRDT (62). Unfortunately, this compound also inhibits
vas occlusion device is called RISUG for ‘‘reversible inhibition
other similar proteins. Therefore, this group is attempting to
of sperm under guidance.’’ With the use of ultrasound guid-
develop a BRDT-specific inhibitor.
ance, sterile styrene maleic anhydrate is instilled into the
It has been known since 1925 that vitamin A (retinol) is
vas, bilaterally occluding it and preventing the passage of
required for normal spermatogenesis (63). Vitamin A and its
sperm. Several small clinical trials in men have been per-
active metabolite retinoic acid is required at puberty for the
formed with the use of this technique (79, 80), showing
initiation of spermatogenesis and for the maintenance of
excellent contraceptive efficacy over periods of up to
spermatogenesis in adults (64, 65). Retinoic acid produced
1 year. The procedure has been shown to be reversible in
from retinol in situ binds one of several retinoic acid
some nonhuman models (81), but data on efficacy and
receptors (RARs), which regulate gene expression. Because
reversibility from large-scale clinical trials are not available
male RAR-knockout animals are sterile owing to various
(82). Similar vas occlusion devices using medical-grade sili-
problems in spermatogenesis (66–69), blockade of retinoic
cone and polyurethane plugs were studied in China (83, 84).
acid function or biosynthesis is an appealing approach to
Unfortunately, both compounds had problems with time to
male nonhormonal contraceptive development.
sperm suppression and recovery of sperm counts after
BMS-189453 is an orally active RAR panantagonist. At
reversal, leading the investigators to abandon that approach.
daily oral doses of 15, 60, or 240 mg/kg for 1 month, BMS-
189453 produced marked testicular degeneration in rats, but
CONCLUSION
also led to increases in leukocyte counts and alkaline phos-
phatase and alanine aminotransferase levels (70). One group Contraception is essential for the prevention of unintended
has explored whether a lower dose of BMS-189453 might pregnancy. Approximately 30% of couples currently rely on
function as a contraceptive without the toxicity seen at higher male contraceptive methods, i.e., condoms and vasectomy.
doses (71). Two groups of 30 mice each were given BMS- Shortcomings of these methods have led to efforts to develop
189453 in oral doses of 5 mg/kg for 2 weeks and 2.5 mg/kg new types of male contraceptives. Hormone-based male con-
for 4 weeks. The study showed that the mice were completely traceptive regimens have undergone extensive clinical testing
sterile by 4 weeks after a dosing regimen of 5 mg/kg and by but suffer from incomplete suppression of spermatogenesis in
the end of treatment with a dose of 2.5 mg/kg for 4 weeks. all men and unknown long-term side-effect profiles. Nonhor-
By 12 weeks after treatment, fertility was completely restored monal methods in development appear promising in preclinical
in all of the subjects. This compound, or a more specific reti- studies, but extensive testing of these approaches will be
noic acid alpha antagonist (72, 73), holds promise for required before human studies can be performed to determine
nonhormonal contraception. their efficacy for the prevention of unintended pregnancy. In-
More than 50 years ago, the oral administration of WIN terest in the research community regarding these efforts is high,
18,446 was shown to completely and reversibly inhibit sper- as demonstrated by the recent creation of an International Con-
matogenesis in men (74–76). Unfortunately, subjects taking sortium for Male Contraception to promote this work.
WIN 18,446 experienced a ‘‘disulfiram reaction’’ consisting
of nausea, vomiting, palpitations, and sweating when they REFERENCES
took WIN 18,446 and drank alcohol. Because of this, further 1. Heller CG, Clermont Y. Kinetics of the germinal epithelium in man. Recent
development of WIN 18,446 was abandoned without an Prog Horm Res 1964;20:545–71.

VOL. 106 NO. 6 / NOVEMBER 2016 1307


VIEWS AND REVIEWS

2. DeKretser DM. Morphology and physiology of the testis. In: Becker KL, ed- 27. Liu PY, Swerdloff RS, Christenson PD, Handelsman DJ, Wang C. Rate,
itor. Principles and practice of endocrinology and metabolism. 2nd ed. Phil- extent, and modifiers of spermatogenic recovery after hormonal male
adelphia: JB Lippincott; 1995:1032. contraception: an integrated analysis. Lancet 2006;367:1412–20.
3. Silber SJ, Ord T, Balmaceda J, Patrizio P, Asch RH. Congenital absence of the 28. Martin CW, Anderson RA, Cheng L, Ho PC, van der Spuy Z, Smith KB, et al.
vas deferens. The fertilizing capacity of human epididymal sperm. N Engl J Potential impact of hormonal male contraception: cross-cultural implications
Med 1990;323:1788–92. for development of novel preparations. Hum Reprod 2000;15:637–40.
4. Matsumoto AM. Testosterone administration in older men. Endocrinol 29. Glasier AF, Anakwe R, Everington D, et al. Would women trust their partners
Metab Clin North Am 2013;42:271–86. to use a male pill? Hum Reprod 2000;15:646–9.
5. Roth MY, Page ST, Lin K, Anawalt BD, Matsumoto AM, Snyder CN, et al. 30. World Health Organization Task Force on Methods for the Regulation of
Dose-dependent increase in intratesticular testosterone by very low-dose Male Fertility. Contraceptive efficacy of induced azoospermia and oligozoo-
human chorionic gonadotropin in normal men with experimental gonado- spermia in normal men. Fertil Steril 1996;65:821–9.
tropin deficiency. J Clin Endocrinol Metab 2010;95:3806–13. 31. World Health Organization. Contraceptive efficacy of testosterone-induced
6. Haws JM, Morgan GT, Pollack AE, Koonin LM, Magnani RJ, Gargiullo PM. azoospermia in normal men. Lancet 1990;336:995–1002.
Clinical aspects of vasectomies performed in the United States in 1995. Urol- 32. Aaltonen P, Amory JK, Anderson R, Behre HM, Bialy G, Blithe D, et al. 10th
ogy 1998;52:685–91. Summit Meeting Consensus: recommendations for regulatory approval for
7. Schmidt SS. Vasectomy by section, luminal fulguration and fascial interposi- hormonal male contraception. J Androl 2007;28:362–3.
tion: Results from 6248 cases. Br J Urol 1995;76:373–4. 33. Bagatell CJ, Heiman JR, Matsumoto AM, Rivier JE, Bremner WJ. Metabolic
8. Philp T, Guillebaud J, Budd D. Complications of vasectomy: review of 16,000 and behavioral effects of high-dose, exogenous testosterone in healthy
patients. Br J Urol 1984;56:745–8. men. J Clin Endocrinol Metab 1994;79:561–6.
9. Li SQ, Goltein M, Shu J, Huber D. The no-scalpel vasectomy. J Urol 1991;145: 34. Meriggiola MC, Marcovina S, Paulsen CA, Bremner WJ. Testosterone enan-
341–4. thate at the dose 200 mg/week decreases HDL cholesterol levels in healthy
10. Nirapathpongporn A, Huber DJ, Krieger JN. No scalpel vasectomy at the men. Int J Androl 1995;18:237–42.
King’s birthday vasectomy festival. Lancet 1990;335:894–5. 35. Zhang GY, Gu YQ, Wang XH, Cui YG, Bremner WJ. A pharmacokinetic study
11. Skriver M, Skovsgaard F, Miskowiak J. Conventional or Li vasectomy: a ques- of injectable testosterone undecanoate in hypogonadal men. J Androl 1998;
tionnaire study. Br J Urol 1997;79:596–8. 19:761–7.
12. McMahon AJ, Buckley J, Taylor A, Lloyd SN, Deane RF, Kirk D. Chronic testic- 36. Behre HM, Abshagen K, Oettel M, Hubler D, Nieschlag E. Intramuscular in-
ular pain following vasectomy. Br J Urol 1992;69:188–90. jection of testosterone undecanoate for the treatment of male hypogonad-
13. Myers SA, Mershon CE, Fuchs EF. Vasectomy reversal for treatment of the ism: phase I studies. Eur J Endrocrinol 1999;140:414–9.
post-vasectomy pain syndrome. J Urol 1997;157:518–20. 37. Nieschlag E, Buchter D, VonEckardstein S, Abshagen K, Simoni M,
14. Jequier AM. Vasectomy related infertility: A major and costly medical prob- Behre HM. Repeated intramuscular injections of testosterone undecanoate
lem. Hum Reprod 1998;13:1757–9. for substitution therapy in hypogonadal men. Clin Endocrinol (Oxf) 1999;51:
15. Belker AM, Thomas AJ, Fuchs EF, Konnak JW, Sharlip ID. Results of 1,469 757–63.
microsurgical vasectomy reversals by the Vasovasostomy Study Group. 38. Gu Y, Liang X, Wu W, Liu M, Song S, Cheng L, et al. Multicenter contracep-
J Urol 1991;145:505–11. tive efficacy trial of injectable testosterone undecanoate in Chinese men. J
16. Heidenreich A, Bonfig R, Wilbert DM, Strohmaier WL, Engelmann UH. Risk Clin Endocrinol Metab 2009;94:1901–15.
factors for antisperm antibodies in infertile men. Am J Reprod Immunol 39. Meriggiola MC, Bremner WJ. Progestin-androgen combination regimens for
1994;31:69–76. male contraception. J Androl 1997;18:240–4.
17. Peterson HB, Howards SS. Vasectomy and prostate cancer: the evidence to 40. Barfield A, Melo J, Coutinho E, Alvarez-Sanchez F, Faundes A, Brache V,
date. Fertil Steril 1998;70:201–3. et al. Pregnancies associated with sperm concentrations below 10 million/
18. Manson JE, Ridker PM, Spelsberg A, Ajani U, Lotufo PA, Hennekens CH. Va- mL in clinical studies of a potential male contraceptive method, monthly
sectomy and subsequent cardiovascular disease in US physicians. Contra- depot medroxyprogesterone acetate and testosterone esters. Contracep-
ception 1999;59:181–6. tion 1979;20:121–7.
19. D'Anna LH, Korosteleva O, Warner L, Douglas J, Paul S, Metcalf C, et al. Fac- 41. Bebb RA, Anawalt BD, Christensen RB, Paulsen CA, Bremner WJ,
tors associated with condom use problems during vaginal sex with main and Matsumoto AM. Combined administration of levonorgestrel and testos-
nonmain partners. Sex Transm Dis 2012;39:687–9. terone induces more rapid and effective suppression of spermatogenesis
20. Fu H, Darroch JE, Haas T, Ranjit N. Contraceptive failure rates: new estimates than testosterone alone: a promising male contraceptive approach. J Clin
from the 1995 National Survey of Family Growth. Fam Plann Perspect 1999; Endocrinol Metab 1996;81:757–62.
31:56–84. 42. Wu FC, Balasubramanian R, Mulders TM, Coelingh-Bennink HJ. Oral proges-
21. Martinez GM, Chandra A, Abma JC, Jones J, Mosher WD. Fertility, contra- togen combined with testosterone as a potential male contraceptive: addi-
ception, and fatherhood: data on men and women from cycle 6 (2002) of tive effects between desogestrel and testosterone enanthate in suppression
the 2002 National Survey of Family Growth. Vital Health Stat 23 2006;26: of spermatogenesis, pituitary-testicular axis, and lipid metabolism. J Clin En-
1–142. docrinol Metab 1999;84:112–22.
22. Newby KV, Brown KE, French DP, Wallace LM. Which outcome expectancies 43. Brady BM, Amory JK, Perheentupa A, Zitzmann M, Hay CJ, Apter D, et al. A
are important in determining young adults’ intentions to use condoms with multicentre study investigating subcutaneous etonogestrel implants with
casual sexual partners? A cross-sectional study. BMC Public Health 2013;13: injectable testosterone decanoate as a potential long-acting male contra-
133–41. ceptive. Hum Reprod 2006;21:285–94.
23. Levy DA, Khouader S, Leynadier F. Allergy to latex condoms. Allergy 1998; 44. Mommers E, Kersemaekers WM, Elliesen J, Kepers M, Apter D, Behre HM,
53:110–2. et al. Male hormonal contraception: a double-blind, placebo-controlled
24. Steiner MJ, Dominik R, Rountree RW, Nanda K, Dorflinger LJ. Contraceptive study. J Clin Endocrinol Metab 2008;93:2572–80.
effectiveness of a polyurethane condom and a latex condom: a randomized 45. Turner L, Conway AJ, Jimenez M, Liu PY, Forbes E, McLachlan RI, et al. Con-
controlled trial. Obstet Gynecol 2003;101:539–47. traceptive efficacy of a depot progestin and androgen combination in men. J
25. Walsh TL, Frezieres RG, Peacock K, Nelson AL, Clark VA, Bernstein L. Evalu- Clin Endocrinol Metab 2003;88:4659–67.
ation of the efficacy of a nonlatex condom: results from a randomized, 46. Meriggiola MC, Bremner WJ, Paulsen CA, Valdiserri A, Incorvaia L,
controlled clinical trial. Perspect Sex Reprod Health 2003;35:79–86. Motta R, et al. A combined regimen of cyproterone acetate and
26. Gallo MF, Grimes DA, Lopez LM, Schulz KF. Nonlatex versus latex male con- testosterone enanthate as a potentially highly effective male contra-
doms for contraception. Cochrane Database Syst Rev 2006:CD003550. ceptive. J Clin Endocrinol Metab 1996;81:3018–23.

1308 VOL. 106 NO. 6 / NOVEMBER 2016


Fertility and Sterility®

47. Meriggiola MC, Bremner WJ, Costantino A, di Cintio G, Flamigni C. Low 66. Dufour JM, Kim KH. Cellular and subcellular localization of six retinoid recep-
dose of cyproterone acetate and testosterone enanthate for contraception tors in rat testis during postnatal devlopment: identification of potential he-
in men. Hum Reprod 1998;13:1225–9. terimeric receptors. Biol Reprod 1999;61:1300–8.
48. Kumar N, Koide SS, Tsong Y, Sundaram K. Nestorone: a progestin with a 67. Lufkin T, Lohnes D, Mark M, Dierich A, Gorry P, Gaub MP, et al. High post-
unique pharmacological profile. Steroids 2000;65:629–36. natal lethality and testis degeneration in retinoic acid receptor alpha mutant
49. Mahabadi V, Amory JK, Swerdloff RS, Bremner WJ, Page ST, Sitruk-Ware R, mice. Proc Natl Acad Sci U S A 1993;90:7225–9.
et al. Combined transdermal testosterone gel and the progestin Nestorone 68. Lohnes D, Kastner P, Dierich A, Mark M, LeMeur M, Chambon P. Func-
suppresses serum gonadotropins in men. J Clin Endocrinol Metab 2009;94: tion of retinoic acid receptor gamma in the mouse. Cell 1993;73:
2313–20. 643–58.
50. Ilani N, Roth MY, Amory JK, Swerdloff RS, Dart C, Page ST, et al. A new com- 69. Kastner P, Mark M, Leid M, Gansmuller A, Chin W, Grondona JM, et al.
bination of testosterone and Nestorone transdermal gels for male hormonal Abnormal spermatogenesis in RXR beta mutant mice. Genes Dev 1996;
contraception. J Clin Endocrinol Metab 2012;97:3476–86. 10:80–92.
51. Roth MY, Shih G, Ilani N, Wang C, Page ST, Bremner WJ, et al. Acceptability 70. Schulze GE, Clay RJ, Mezza LE, Bregman CL, Buroker RA, Frantz JD. BMS-
of a transdermal gel-based male hormonal contraceptive in a randomized 189453, a novel retinoid receptor antagonist, is a potent testicular toxin.
controlled trial. Contraception 2014;90:407–12. Toxicol Sci 2001;59:297–308.
52. Attardi BJ, Hild SA, Reel JR. Dimethandrolone undecanoate: a new potent 71. Chung SS, Wang X, Roberts SS, Griffey SM, Reczek PR, Wolgemuth DJ. Oral
orally active androgen with progestational activity. Endocrinology 2006; administration of a retinoic acid receptor antagonist reversibly inhibits sper-
147:3016–26. matogenesis in mice. Endocrinology 2011;152:2492–502.
53. Attardi BJ, Engbring JA, Gropp D, Hild SA. Development of dimethandrolone 72. Chung SS, Sung W, Wang X, Wolgemuth DJ. Retinoic acid receptor alpha is
17B-undecanoate (DMAU) as an oral male hormonal contraceptive: induc- required for synchronization of spermatogenic cycles and its absence results
tion of infertility and recovery of fertility in adult male rabbits. J Androl in progressive breakdown of the spermatogenic process. Dev Dyn 2004;
2011;32:530–40. 230:754–66.
54. Attardi BJ, Marck BT, Matsumoto AM, Koduri S, Hild SA. Long-term effects 73. Chung SS, Wang X, Wolgemuth DJ. Male sterility in mice lacking retinoic
of dimethandrolone 17b-undecanoate and 11b-methyl-19-nortestosterone acid receptor alpha involves specific abnormalities in spermiogenesis. Differ-
17b-dodecylcarbonate on body composition, bone mineral density, serum entiation 2005;73:188–98.
gonadotropins, and androgenic/anabolic activity in castrated male rats. J An- 74. Heller CG, Moore DJ, Paulsen CA. Suppression of spermatogenesis and
drol 2011;32:183–92. chronic toxicity in men by a new series of bis(dichloroacetyl) diamines. Tox-
55. Surampudi P, Page ST, Swerdloff RS, Nya-Ngatchou JJ, Liu PY, Amory JK, icol Appl Pharmacol 1961;3:1–11.
et al. Single, escalating dose pharmacokinetics, safety and food effects of 75. Coulston F, Beyler AL, Drobeck HP. The biologic actions of a new series of
a new oral androgen dimethandrolone undecanoate in man: a prototype bis(dichloroacetyl) diamines. Toxicol Appl Pharmacol 1960;2:715–21.
oral male hormonal contraceptive. Andrology 2014;2:579–87. 76. Beyler AL, Potts GO, Coulston F, Surrey AR. The selective testicular ef-
56. Mruk DD, Cheng CY. Testin and actin are key molecular targets of adjudin, an fects of certain bis-(dichloroacetyl) diamines. Endocrinology 1961;69:
antispermatogenic agent, in the testes. Spermatogenesis 2011;1:137–46. 819–33.
57. Mok KW, Mruk DD, Lie PP, Lui WY, Cheng CY. Adjudin, a potential male 77. Amory JK, Muller CH, Shimshoni AJ, Isoherranen N, Paik J, Moreb JS, et al.
contraceptive, exerts its effects locally in the seminiferous epithelium of Suppression of spermatogenesis by bisdichloroacetyldiamines is mediated
mammalian testes. Reproduction 2011;141:571–80. by inhibition of testicular retinoic acid biosynthesis. J Androl 2011;32:
58. Mruk DD, Wong CH, Silvestrini B, Cheng CY. A male contraceptive targeting 111–9.
germ cell adhesion. Nat Med 2006;12:1323–8. 78. Paik J, Haenisch M, Muller CH, Goldstein AS, Arnold S, Isoherranen N, et al.
59. Tash JS, Attardi B, Hild SA, Chakrasali R, Jakkaraj SR, Georg GI. A novel Inhibition of retinoic acid biosynthesis by the bisdichloroacetyldiamine WIN
potent indazole carboxylic acid derivative blocks spermatogenesis and is 18,446 markedly suppresses spermatogenesis and alters retinoid meta-
contraceptive in rats after a single oral dose. Biol Reprod 2008;78:1127–38. bolism in mice. J Biol Chem 2014;289:15104–17.
60. Tash JS, Chakrasali R, Jakkaraj SR, Hughes J, Smith SK, Hornbaker K, et al. 79. Guha SK, Singh G, Anand S, Ansari S, Kumar S, Koul V. Phase I clinical
Gamendazole, an orally active indazole carboxylic acid male contraceptive trial of an injectable contraceptive for the male. Contraception 1993;48:
agent, targets HSP90AB1 and EEF1A1, and stimulates II1a transcription in 367–75.
rat Sertoli cells. Biol Reprod 2008;78:1139–52. 80. Guha SK, Singh G, Ansari S, Kumar S, Srivastava A, Koul V, et al. Phase II clin-
61. O’Rand MG, Widgren EE, Sivashanmugam P, Richardson RT, Hall SH, ical trial of a vas deferens injectable contraceptive for the male. Contracep-
French FS, et al. Reversible immunocontraception in male monkeys immu- tion 1997;56:245–50.
nized with Eppin. Science 2004;306:1189–90. 81. Waller D, Bolick D, Lissner E, Premanandan C, Gamerman C. Azoospermia in
62. Matzuk MM, McKeown MR, Filippakopoulos P, Li Q, Ma L, Agno JE, et al. Small- the rabbit following intravasal injection of Vasalgel. Basic Clin Androl 2016;
molecule inhibition of BRDT for male contraception. Cell 2012;150:673–84. 26:6.
63. Wolbach SB, Howe PR. Tissue changes following deprivation of fat soluble A 82. Lohiya NK, Alam I, Hussain M, Khan SR, Ansari AS. RISUG: an intra-
vitamin. J Exp Med 1925;42:753–77. vasal injectable male contraceptive. Indian J Med Res 2014;(140
64. Vernet N, Dennefeld C, Rochett-Egly C, Oulad-Abdelghani M, Chambon P, Suppl):S63–72.
Ghyselinck NB, et al. Retinoic acid metabolism and signaling pathways in the 83. Zhao SC, Zhang SP, Yu RC. Intravasal injection of formed-in-place silicone
adult and developing mouse testis. Endocrinology 2006;147:96–110. rubber as a method of vas occlusion. Int J Androl 1992;15:460–4.
65. Koubova J, Menke D, Zhou Q, Capel B, Griswold MD, Page DC. Retinoic acid 84. Zhao SC, Lian YH, Yu RC, Zhang SP. Recovery of fertility after removal of
regulates sex-specific timing of meiotic initiation in mice. Proc Natl Acad Sci polyurethane plugs from the human vas deferens occluded for up to 5 years.
U S A 2006;103:2472–9. Int J Androl 1992;15:465–7.

VOL. 106 NO. 6 / NOVEMBER 2016 1309

Anda mungkin juga menyukai