Anda di halaman 1dari 21

MATA KULIAH

Teknologi Pelayanan Kebidanan

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok 1

“Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Nifas”

Dosen Pengampu : Jenny Anna Siauta, S.ST., M.Keb

DISUSUN OLEH:
Kelompok IV
Dini Agustini 183111254012057
Syallom Tri Utami T 183111254012060
Vahlufi Eka Putri 183111254012061

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

selesainya tugas Kelompok I mata kuliah Teknologi Pelayanan Kebidanan dengan

judul “Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Nifas”. Makalah ini dapat

diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh

karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan

seluruh teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,

begitupun tugas yang telah penyusun buat, baik dalam hal isi maupun

penulisannya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan

untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penyusun berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan

ilmu pengetahuan, baik di Universitas Nasional maupun lingkungan masyarakat.

Jakarta, Oktober 2019

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................2

C. Tujuan ..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masa Nifas .....................................................................3

B. Klasifikasi Masa Nifas .....................................................................3

C. Tujuan Asuhan Nifas........................................................................4

D. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas ....................4

E. Tujuan Kunjungan Masa Nifas ........................................................8

F. Perawatan Masa Puerperium .............................................................. 10

G. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas .................... 10

H. Metode Penyimpanan ASI Perah ....................................................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................16

B. Saran ...............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk

dapat mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal,

dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan

tujuh hari.(Ilmui kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana, Manuaba, hal 195).

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Dalam masa

nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur

pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-perubahan alat-

alat genital ini dalam keseluruhannya disebit involusi.(Ilmu Kebidanan,

Sarwono, hal.237).

Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan

adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum, dan

infeksi.(ilmu kebidanan, Sarwono, hal.238).

Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, seharusnya

ia harus menanamkan suatu keyakinan bahwa ia harus menyusui, karena

menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia dari seorang

ibu. Payudara adalah organ yang sangat penting bagi wanita untuk
2

mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya karena ASI

merupakan sumber makanan bayi yang penting terutama pada bayi-bayi

pada bulan-bulan pertamanya.

Dewasa ini, di Indonesia sekitar 80-90 % ibu-ibu di perdesaan masih

menyusui bayi nya lebih dar 1 tahun, namun hal ini tidak sama dengan ibu-

ibu di kota-kota. Para ibu mempunyai berbagai alasan seperti ibu harus

bekerja, pengaruh kosmetologi, pemakaian pil KB. Angka kematian anak-

anak di Indonesia semakin lama semakin meningkat, terlebih anak-anak

yang mengkonsumsi susu formula yang biasanya dapat mengakibatkan

bayi diare dan secara tidak langsung menjadi salah satu penyumbang pada

angka kematian anak.

Asuhan yang komprehensif pada ibu setelah melahirkan menjadi hal

yang sangat penting, karena selain untuk menilai kesejahteraan ibu secara

fisik ini pun bertujuan untuk menilai kesehatan mental ibu dan kesiapan

ibu untuk merawat anaknya termasuk dalam hal menyusui.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ada dalam makalah ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan kunjungan nifas?

2. Bagaimana metode penyimpanan ASI perah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kunjungan nifas

2. Untuk mengetahui bagaimana metode penyimpanan ASI perah


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masa Nifas

Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung

selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar,

1998).Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran

reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary

cunningham,Mac Donald,1995:281)

B. Klasifikasi Masa Nifas

Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan – jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat

genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali

dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu –

minggu, berbulan – bulan atau tahunan.


4

C. Tujuan Asuhan Nifas

Asuhan nifas bertujuan untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi yang sehat.

4. Memberikan pelayanan KB.

5. Mempercepat involusi alat kandung.

6. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.

7. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan

8. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

D. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas

1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi

Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :

1. Alat genitalia

Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur

pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut

involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting lain,yakni


5

hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena laktogenik hormone

dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.

2. Fundus Uteri

Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya mencapai 1000

gr, diameter 12,5 cm.Setelah 1 minggu, TFU ½ pstsymphisis,

beratnya 500 gr, diameter 7,5 cm.Setelah 14 hari TFU tidak teraba,

beratnya 350 gr, 5 cm 6 minggu post partum, TFU Normal,

beratnya 60 gr, diameter 2,5 cm.

3. Serviks

Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti

corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks

uteri terbentuk semacam cincin.

4. Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur

ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum

menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang.

Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah

melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang

genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan

kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga


6

otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk

melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah

dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain adalah dicegahnya

pula statis darah yang dapat mengakibatkan thrombosis masa nifas.

2. Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas

Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan untuk

terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga dapat membuat

perubahan psikologis yang berat. Periode adaptasi psikologi masa

nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu:

a. Taking in Period

1) Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu

umumnya menjadi pasif dan sangat tergantung dan

fokus perhatian terhadap tubuhnya.

2) Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan

persalinan yang dialami

3) Tidur yang tidak terganggu sangat penting buat ibu

untuk mencegah efek kurang baik yaitu kurang tidur,

kelemahan fisik, gelisah, gangguan proses pemulihan

kesehatan.

4) Tambahan makanan kaya gizi sangat penting

dibutuhkan sebab nafsu makan biasanya akan

meningkat. Kurang nafsu makan memberi indikasi


7

bahwa proses pemulihan kesehatan tidak berlangsumg

normal.

b. Taking Hold Period

1) Periode ini berlangsung pada 3-4 hari setelah

persalinan, ibu menjadi berkonsentrasi pada

kemampuannya menjadi ibu yang sukses, dan

menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayinya

2) Fokus perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh

misalnya proses defekasi dan miks, kekuatan, dan

daya tahan tubuh ibu

3) Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat

bayinya seperti menggendong, memandikan,

menyusui bayinya dan mengganti popok

4) Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga

mungkin membutuhkan bimbingan dan dorongan

perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu

5) Bidan sebaiknya memberikan penyuluhan dan support

emosional pada ibu

c. Letting go Period

1) Periode ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba

dirumah dan secara penuh merupakan waktu

pengaturan
8

2) Kumpul bersama keluarga

3) Ibu telah menerima tanggung jawab sebagai ibu dan

ibu merasa menyadari kebutuhan bayinya sangat

tergantung kesiapannya sendiri sebagai ibu,

ketergantungannya kepada orang lain, serta

dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya keluarga.

E. Tujuan Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas terdiri dari :

1. Kunjungan I

6 - 8 jam setelah persalinan, tujuannya :

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila

perdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4. Pemberian ASI awal.

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2. Kunjungan II

6 hari setelah persalinan, tujuannya :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.
9

b. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda -

tanda penyakit.

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.

3. Kunjungan III

2 minggu setelah persalinan, tujuannya : Sama dengan di atas ( 6 hari

setelah persalinan )

4. Kunjungan IV

6 minggu setelah persalinan, tujuannya:

a. Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)

Maka secara garis besar tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu :

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya


10

F. Perawatan Masa Puerperium

Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “

mobilisasi dini ”( early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunyai

keuntungan :

1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium

2. Memperlancar involusi alat kandungan

3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

4. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

G. Peran dan tanggung jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post

partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

antara lain:

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang

berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan

administrasi
11

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya

mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda

bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan

yang aman

7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara

mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan

serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama priode nifas.

8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.

H. Metode Penyimpanan ASI Perah

Menyusui adalah memberikan makanan kepada bayi yang secara

langsung dari payudara ibu sendiri. Menyusui merupakan proses alamiah,

dimana berjuta-juta ibu melahirkan diseluruh dunia berhasil menyusui

bayinya tanpa pernah membaca buku tentang pemberian ASI. Walupun

demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang

sifatnya alamiah tidaklah selalu mudah untuk dilakukan oleh para ibu-ibu

menyusui.Pemberian ASI eksklusif dapat dilakukan langsung dari buah

dada ibu ke anak, selain itu ada pula keadaan tertentu yang sulit

memberikan ASI eksklusif sehingga diberikan bentuk perahan. ASI

Perah merupakan ASI yang sudah diperah kemudian disimpan dan


12

diberikan sesuai kebutuhan bayi. Berikut adalah metode yang dapat

dilakukan untuk menyimpan ASI, diantaranya :

1. ASI Segar

ASI yang baru saja diperah atau ASI segar, bisa bertahan rata-rata

4 jam dalam suhu ruangan. Kolostrum berbentuk cairan

kekuningan yang lengket dan kental, keluar pada beberapa hari

setelah kelahiran hingga hari ke lima setelah persalinan, kolostrum

masih aman disimpan selama 4 jam setiap kali perah dalam suhu

ruang kurang dari 250 C.Level suhu dan durasi waktu penyimpanan

yang aman untuk ASI perah yaitu:

a. ASI yang disimpan dalam suhu ruang 16-29oC aman

dikonsumsi dalam 3-6jam.

b. ASI yang disimpan dalam kulkas dengan suhu 0-4oC bisa

bertahan hingga 3-8 bulan dan masih amandikonsumsi.

c. ASI yang disimpan dalam freezer lemari es satu pintu dengan

suhu kurang dari 15oC aman dikonsumsi hingga 2 minggu.

Jika ASI disimpan dalam freezer lemari es dua pintu dengan

suhu kurang dari 18oC waktu penyimpanan bisa lebih lama,

yaitu hingga 3-6bulan.

d. ASI yang disimpan dalam freezer tunggal/khusus dengan suhu

kurang dari 18 oC, ASI aman disimpan hingga 6-12 bulan

(Riksani,2011).
13

2. ASI Beku

ASI yang sudah disimpan dalam jangka waktu tertentu dalam

freezer dan menjadi beku. ASI yang menjadi beku sebelum

diberikan pada bayi, sebaiknya dihangatkan ke dalam mangkuk

yang diisi air hangat dan segera diberikan kepada bayi. Batas

maksimal penyimpanan ASI beku dalam suhu ruangan rata-rata

selama 4 jam, meskipun 5-6 jam masih ditoleransi jika kondisinya

sangat bersih. ASI yang masih tersisa jangan disimpan dalam

freezer kembali tapi harus segeradibuang.Berikut cara-cara

menyimpan ASI dalam lemari es atau freezer yaitu:

a. ASI perah disimpan dalam botol kaca dan pengisian maksimal

3/4 dari daya tampung botol.

b. Pastikan botol yang akan digunakan telah dibersihkan dan

disterilkan.

c. Menempelkan label jam dan tanggal pada botol kaca atau

tempat yang akan digunakan untuk menyimpan ASIperah.

d. Pisahkan ASI dengan bahan makanan lain yang tersimpan

dalam lemari es, lebih baik lagi jika mempunyai lemari es

khusus untuk menyimpanASI.

e. Bila ASI keluar dalam jumlah banyak, simpan sebagian di

freezer untuk jangka panjang dan sebagian dilemari es bagian

bawah untuk pemakaian jangkapendek.

f. Menyimpan ASI di bagian dalam freezer atau lemari es, bukan


14

dibagian pintu. Karena bagian pintu berpeluang mengalami

perubahan dan variasi suhuudara.

g. ASI beku yang tersimpan di freezer dan akan diberikan kepada

bayi, sehari sebelumnya diturunkan ke lemari es bagian bawah

agar pelelehan ASI perah yang sudah beku berjalanperlahan.

h. Jika ASI perah belum benar-benar meleleh sempurna,

masukkan botol yang berisi ASI ke dalam mangkuk yang

berisi air hangat (Riksani, 2011).

3. ASI yang Sudah Dihangatkan dengan AirHangat

ASI perah yang sudah dicairkan dengan air hangat sebaiknya

langsung diberikan kepada bayi atau sampai jadwal minum ASI

berikutnya. Menyimpan dalam botol di lemari es selama 4 jam.

Cara menghangatkan ASI perah, yaitu :

a. Berikan ASI dengan hari dan tanggal yang paling lama

disimpan dalam freezer.

b. Amati bau dan rasanya, jika tercium basi jangan gunakan

ASI tersebut untuk dikonsumsi.

c. Cairkan ASI yang sudah beku dengan memindahkannya

dari freezer ke dalam lemari pendingin, simpan selama 12

jam sebelum diberikan kepadabayi.

d. Hangatkan ASI dengan cara meletakkan botol atau wadah

ASI kedalam mangkuk berisi airhangat.

e. Tidak memanaskan atau merebus ASI diatas kompor, atau


15

memanaskan ASI dalam wicrowave (Riksani,2011).

f. Periksa suhu ASI yang sudah dihangatkan dan mencicipi

ASI tersebut sebelum diberika kepadabayi.

4. ASI yang SudahDiminum

Pentingnya menyimpan ASI sesuai takaran pemakaian. Jika

menyimpan ASI dalam botol atau wadah yang melebihi takaran

penggunaan (tersisa), sebaiknya ASI harus dibuang. Jangan

menyimpan sisa ASI yang sudahdiminum bayi dari botol yang

sama ke dalam lemari es dan freezer. (Riksani, 2011).


16

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masa nifas atau puerpurium merupakan suatu yang normal dan

setiap saat dapat berubah menjadi abnormal. Dengan pencegahan yang

semaksimal mungkin saat kehamilan,persalinan dan nifas,keadaan yang

abnormal dapat ditekan seminimal mungkin.Untuk itu sangat

diperlukan sekali penyebaran informasi dan kesadaran bagi ibu hamil

dan keluarga untuk melakukan ANC (antenatal care) secara rutin,dan

melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, baik dokter ataupun

bidan.

Dengan adanya asuhan postnatal akan membantu kesiapan ibu utuk

belajar dan menjalani masa nifas secara fisiologis. Ibu meyakin bahwa

bidan memperhatikannya sebagai individu. Berdasarkan kebutuhan

yang diutarakan pasien, keadaan wanita pada saat itu dan hal-hal yang

dibutuhkan. Tinjauan ulang tentang sistem-sistem tubuh perlu

dilakukan setiap pertemuan. Setiap tanda harus dikaji secara mendalam,

identifikasi rasa tidak nyaman yang mencerminkan rasa tidak nyaman

pada masa nifas . Pengkajian akan kemungkinan adanya infeksi pada

organ reproduksi, terjadinya bendungan ASI dan lain-lain. Respon

psikososial terhadap masa nifas dan pendekatan menjadi orang tua.


17

B. SARAN

Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan

mengerti tentang asuhan pada ibu nifas termasuk konseling terhadap

metode penyimpanan ASI terutama untuk ibu yang bekerja sehingga

dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post

partum agar keadaan ibu dan janin tetap baik.

.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2,

EGC, Jakarta.

Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC,

Jakarta.

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonata. Yayasan Bidan Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP. Suradi

R, Hegar B, Partiwi IGAN dkk. Indonesia Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit

IDAI. 2010.

World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding counselling. A

training course. Geneva: WHO. 2009.

Anda mungkin juga menyukai