Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOMEDIK

PENYAKIT CACINGAN

Disusun oleh :

kelompok 2

Aprilia Puji Utami (10011381924185)

Ayu Zahra (10011181924203)

Nabiella Syifa Syafira (10011381924177)

Jenny Selsa Triana (10011381924177)

Shintania Dwi Putri(10011181924032)

Zahra Petrica (10011381924165)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Cacingan” ini sesuai dengan waktu yang
penulis rencanakan.

Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen Biomedik 2 yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih mengerti
dan memahami tentang penyakit cacingan, tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada seluruh pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
biomedik 2 di Universitas Sriwijaya. Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah
materi yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau
membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Dan semoga bisa memberi
tambahan pengetahuan bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kekhilafan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini ke depan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima Kasih.

Indralaya, 25 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, antara 45 – 65%, bahkan pada
daerah –daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk bisa mencapai 80%, angka tersebut
tergolong tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah pedalam belum semua
mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang kronik banyak
ditemukan di daerah pedalaman yang secara latar belakang pengetahuan kesehatan dan
pendidikan rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan pada masyarakat
Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga karena factor kersadaran untuk
melakukan pola hidup bersih dan sehat, rendahnya pengetahuan kesehatan, dan kurangnya
penyuluhan kepada masyarakat terutama di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya angka
kecacingan di Indonesia.
Apabila dicermati lebih lanjut, infeksi cacing ini sepele, tetapi pengaruhnya bisa sangat
mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, infeksi ringan
mengakhibatkan anemia dengan berbagai manifestasi kilinis, baik yang terlihat secara nyata
maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang sampai berat bisa mengakhibatkan
adanya gangguan penyerapan pada usus dan gangguan beberapa fungsi organ dalam. Apabila hal
ini terjadi pada masa anak-anak terutama disekolah, maka akan sangat mengganggu proses
belajar mengajar, secara nyata anak bisa mengalami kemunduran prestasi, yang disadari atau
tidak hal tersebut mempengaruhi masa depan mereka. Kasus infeksi pada orang dewasa
biasanya tidak disadari, contoh kasus pada infeksi filaria, membutuhkan waktu yang cukup
panjang dari infeksi sampai terjadinya elephantiasis (Kaki gajah) beberapa kasus menunjukkan
bahwa orang yang terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena elephantiasis setelah kakinya
membesar.
Fenomena infeksi cacing ini seperti gunging es, yang muncul ke permukaan kecil, tetapi
sebenarnya banyak kasus dan kejadian infeksi cacing yang tidak terekspos. Kita sebagai warga
masyarakat kesehatan yang mengetahui tentang hal ini idealnya turut memberi sumbangan
terhadap peningkatan derajat kesehatan, dalam hal ini adalah menekan kejadian infeksi cacing.
Penyakit yang sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga sangat
penting untuk mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini. Gagguan yan
ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai
mengancam jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi pada penderita. Hal
ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak adalah
pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di antaranya menyerang anak
usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor. Data tersebut diperoleh melalui
survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006.
Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi
antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk Indonesia cacingan, dengan
kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta liter darah per tahun. Penderita
tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena itu, cacingan masih
menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan kami bahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian cacingan
2. Cacing-cacing apa sajakah yang menyebabkan caingan ?
3. Bagaimana gejala-gejala jika manusia mengalami cacingan ?
4. Bagaimana dampak dari cacingan ?
5. Bagaimana cara penularan cacingan ?
6. Bagaimana cara pencegahan agar terhindar dari penyakit cacingan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Pembaca dapat memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan penyakit cacingan.
2. Pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis cacing yang menyebabkan
cacingan.
3. Dapat mengetahui gejala-gejala pada manusia jika mengidap penyakit cacingan.
4. Mengetahui dampak dari penyakit cacingan.
5. Mengetahui cara pencegahan untuk menghindari penyakit cacingan.
D. Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami mengenai penyakit cacingan, sehingga dapat mencegah
untuk terpapar penyakit cacingan. Makalah ini juga dapat dijadika referensi bagi makalah
selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang di
sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh inangnya.
Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkantubuh inangnya dan
menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap diri sendiri
ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan &
masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong &
panjang yang berawaldari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing
dapat menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru,
ataupun usus/saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya pada anak sering dianggap
sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini bisa
menurunkan tingkatkesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak
bergairah,ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan rendah.
B. Jenis-Jenis Cacing
Cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan cacing pipih.
Berikut jenis-jenis cacing :
1. CACING GELANG (Ascaris lumbricoides)
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 - 30 cm
Hidup di : Usus kecil
Cara Penularannya:
· Telur cacing masuk melalui mulut
· Menetas di usus kecil menjadi larva
· Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
· Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus kecil
danmenjadi dewasa di sana.
· Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.
2. CACING CAMBUK(Tricuris Trichiura)
Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 - 5 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
· Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
· Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
· Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini.
3. CACING TAMBANG(Ancylostomiasis)
Warna : MerahBesarnya : 8 - 13 mm
Hidup di : Usus keciL
Cara Penularannya:
· Larva menembus kulit kaki
· Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
· Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya
untuk mengisap darah.
· Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan anak-
anak.Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah). Cacing tambang
dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.
4. CACING KREMI (Enterobius Vermicularis)
Warna : PutihBesarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
· Cacing betina bertelur pada malam hari di anus
· Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur cacing ini menyebar. Melaluikontak
dengan tempat tidur, bantal, sprei, pakaian, telur cacing kremi dibawa ke tempatlain.
· Jika telur-telur ini termakan, terunglah siklus ini.
C. Gejala – Gejala Cacingan
Secara khususnya :
Cacing kremi : Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva(kemaluan
wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremibiasanya akan keluar
dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar anus/vulva. Cacing juga biasanya
dapat terlihat di feses.
Cacing gelang : Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis Toxocaracanis
dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karenamenimbulkan
radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapatberpindah ke bagian paru-paru
menyebabkan timbulnya batuk & asma, sertamenimbulkan bengkak di organ tubuh lain.
Cacing Tambang : Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak. Selain hal tersebut di atas, gejala lain
yang mungkin timbul adalah :
· Rasa mual
· Lemas
· Hilangnya nafsu makan
· Rasa sakit di bagian perut
· Diare
· Turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.

Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke
organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala :
· Demam
· Adanya benjolan di organ/jaringan tersebut
· Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing
· Infeksi bakteri
· Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.
D. Dampak
Anak-anak akan mengalami berbagai dampak psikologis bila mereka terkena penyakit
cacingan. Dampak psikologis yang terjadi pada si anak bila menderita penyakit cacing
kremi, si anak akan merasakan gatal di anusnya pada malam hari sehingga si anak akan
menagis dan terganggu waktu tidurnya. Pada anak yag menderita penyakit karena cacing
tambang, Cacing tambang ini merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan
anak-anak. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah), sehingga
sianak akan lemas untuk beraktivitas jadi terganggu aktivitas sehari-harinya, Konsetrasi dan
daya ingat anak yang menurun sehingga anak sulit mencerna pelajaran di sekolah.
Penderita cacingan di kalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Menurut survei yang
pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD) menyebutkan sekitar
49,5 persen dari 3.160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan. Siswa perempuan
memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan siswa laki-laki
yang hanya 48,5 persen. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan mengalami
kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak
terhadapkemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak.
Akibatnya, penderita cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme
jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik
dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang
dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan
gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini kecil sekali
perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot
anggaran cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap
masyarakat sendiri juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

E. Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan
ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,
membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk
protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Cacing
cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan
darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000
telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup
memproduksi 600.000 telur.

F. Pencegahan
· Cucilah tangan sebelum makan.
· Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila
orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya
telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak
cacing di perut kita.
· Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya
pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus
ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing
yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui
trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva
Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva:
larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini
tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh
sebab itu Anda akan anemia. *Lha wong berbagi darah dan hidup dengan cacing
· Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
· Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran
baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih
banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini
maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari
lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang
bulu. Orang yang sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat
dihinggapi parasit cacing ini.
· Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik
mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
· Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika
air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur
cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke
meja makan.
· Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang
mengalir. Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang
mengalir, di samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang
mengalir. Cara mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas
mengolah Sayuran : Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
· Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk.
Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita
makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita
rasakan manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat
dilihat pada artikel Diet Sunda ini.
· Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau
anjing pada tempat pembuangan khusus
· Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda
yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering
bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering
berhubungan dengan tanah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
· Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang
di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya
dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi
daritubuh inangnya.
· Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi adalah
CACING GELANG: (Ascaris lumbricoides)
CACING CAMBUK: (Tricuris Trichiura)
CACING TAMBANG: (Ancylostomiasis)
CACING KREMI: (Enterobius Vermicularis)
· Gejala umum jika terinfeksi cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya nafsu
makan, rasa sakit di bagian perut, diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan
nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan. Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing
sudah berpindah tempat dari usus ke organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ
& jaringan, dapat timbul gejala demam, adanya benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat
timbul reaksi alergi terhadap larva cacing, infeksi bakteri, kejang atau gejala gangguan
syaraf apabila organ otak sudah terkena.
· Penderita cacingan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme
jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik
dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang
dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan
gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual. Infeksi usus akibat cacingan, juga
berakibat menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh
menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria.
· Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus
yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
· Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan sehat, menjaga
kesehatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali, dan
konsultasi kesehatan apabila ada gejala yang tidak beres di dalam tubuh kita dan keluarga
kita.
B. Saran
Sebaiknya pengobatan diberikan kepada seluruh anggota keluarga untuk mencegah atau
mewaspadai terjadinya cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan cacingan
ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke toilet atau
sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menutup mulut dengan tangan yang belum
dicuci. Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk mencegah timbulnya cacingan
kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Aivi. 2012. Penyakit Kecacingan. http://aivi-blogger-remaja.blogspot.com/, diakses pada tanggal


09 April 2013.
Judarwanto, Widodo. 2013. Permasalahan Penyakit Cacing Pada Anak.
http://clinicforchild.wordpress.com/, diakses pada 13 April 2013.
NN. 2011. Kecacingan. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/, diakses pada tanggal 13
April 2013.
NN. 2011. Kecacingan. http://id.wikipedia.org/, diakses pada tanggal 09 April 2013.
Wahyudi, Didik. 2012. Pencegahan Infeksi Cacing. http://aaknasional.wordpress.com/, diakses
pada tanggal 13 Appril 2013.

Anda mungkin juga menyukai