Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Imunologi ini.

Adapun makalah yang sederhana ini membahas tentang IMUNOLOGI NEURO-


ENDOKRIN makalah ini saya susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang sistem
saraf dan sistem endokrin, yang kami sajikan dengan berdasarkan pengamatan dari berbagaai
sumber, walau sedikit ada rintangan namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari
Tuhan akhirnya Makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah kami dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada para pembaca .Demi perbaikan makalah ini, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat kami harapkan.

Jember, April 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Neuron ...........................................................................................................

2.2 Sistem Endokrin ........................................................................................................

2.2.1 Mekanisme Sistem Kerja Endokrin ............................................................

2.3 Hubungan Sistem Neuron Dan Sistem Endokrin ......................................................

2.4 Neuromediator ...........................................................................................................

2.4.1 Neurotransmiter ..........................................................................................


2.4.2 Neuropeptida ..............................................................................................
2.5 Stres Dan Imunitas ....................................................................................................
2.5.1 Stres Dan Stresor .....................................................................................
2.5.2 Sistem Kekebalan Tubuh ........................................................................
2.5.3 Interaksi Antara Stres Dengan Sistem Imun ...........................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunitas adalah keadaan kebal (imun) terhadap satu infeksi atau efek patologik suatu
substansi. Kekebalan (imunitas) itu merupakan daya ketahanan tubuh terhadap segala suatu
yang asing bagi tubuh. Imunitas bukanlah perlindungan yang statis, seperti halnya dengan
tengkorak yang melindungi otak, tetapi suatu ketahanan yang dinamis. Setiap kali ada bahaya
unsur-unsur tertentu dari tubuh digiatkan untuk mengadakan perlawanan/pembelaan. Reaksi
tubuh tersebut dinamakan reaksi imunologik dan respon imunologik.
Hubungan antara susunan saraf, sistem imunologik, dan susunan endrokinologik banyak
menarik perhatian ilmuwan, sehingga banyak memberikan sumbangan pengetahuan
imunologi mengenai neuro-endokrin. Ketiga susunan itu ternyata saling berkomunikasi
melalui sekresi masing-masing yang merupakan pembawa pesan yang dapat menghasilkan
respons selular. Disana di jumpai dijumpai fenomena dimana sebuah sel susunan saraf
melepaskan suatu zat kimiawi yang berperan bagaikan alat komunikatif untuk menyampaikan
suatu pesan atau komando kepada sebuah sel susunan imunologik (Mardjono, 2004).
Diatas merupakan gambaran umum atau garis besar dari bentuk imunologi dan
hubungannya dengan sistem neuro-endorkin yang merupakan pembahasan dari makalah kami
ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem Neuron dan sistem Endokrin?
2. Bagaimana hubungan antara sistem Neuron dan Endokrin?
3. Bagaimana mekanisme dari Imunologi Neuro-Endokrin?
4. Apa yang dimaksud dengan Neuromediator?
5. Apa yang dimaksud dengan Stres dan Imunitas?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem Neuron dan sistem Endokrin.
2. Mengetahui hubungan antara sistem Neuron dan Endokrin.
3. Mengetahui pengertian dan mekanisme dari Imunologi Neuro-Endokrin.
4. Mengetahui pengertian dari Neuromediator.
5. Mengetahui interasksi antara Stres dengan sistem Imun.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SISTEM NEURON

Sistem neuron atau sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem
saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkugan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar

Bagian bagian sel saraf :

a) Badan sel

Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf
terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan sel.

b) Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke
badan sel.

c) Akson

Akson disebut juga neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
penjuluran sitoplasma badan sel. Benang-benang halus yang terdapat di dalam neurit disebut
neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Pada bagian
luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann
yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di
seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi
mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak
terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:

(1) Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor
yaitu alat indera.

(2) Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor
yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan
sumsum tulang belakang.

(3) Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu
dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Saraf
yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut
sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan
dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim
kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.

Impuls

Impuls adalah rangsang atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa
elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut:

a) Perubahan dari dingin menjadi panas.

b) Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.

c) Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.

d) Suatu benda yang menarik perhatian.

e) Suara bising.

f) Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor.

Susunan Sistem Saraf

Di dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf. Sistem
saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri
atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf
somatis dan sistem saraf otonom.

a. Sistem saraf pusat

1) Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari
segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang
1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil
(Cerebellum), dan batang otak.
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Berpikir, berbicara,
melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk kegitan tubuh yang disadari. Otak
besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.

Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan
kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri
mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan.

Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak
kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna
putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang
dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh
dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.

Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang otak
terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar
dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung.
Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna kelabu karena
banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi
dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung,
suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.

2) Sumsum tulang belakang

Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai
dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang
belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam
berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung
badan saraf.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf
penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai
pusat pengatur gerak refleks.

b. Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem
saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan cepat
dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan
menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

1) Sistem saraf somatis

Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya
mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas
tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan
otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf
pusat, dan otot-otot
rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk
menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini.
Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut.

Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak.
Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan
mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu.
Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan menyampaikan informasi
tersebut ke otak. Kemudian otak mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan
kipas angin.
Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan informasi tersebut
ke otak, otak akan menterjemahkan informasi tersebut dan mengisyaratkan tangan dan
kaki untuk bergerak membersihkan kamar.

2) Sistem saraf otonom

Contohnya apabila kita kejatuhan cicak, kita merasa kaget ketakutan, dan
menjerit keras. Jantung berdetak dengan cepat, Pikiran kacau. Reaksi yang membuat
respon dalam situasi ketakutan ini dikontro oleh sistem saraf otonom. Sistem saraf
otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak
dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom
adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik
dan sistem saraf parasimpatik.

Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini
berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang
belakang yang terletak di sepanjang tulang belakang sebelah depan, dimulai dari ruas tulang
leher sampai tulang ekor. Masing-masing simpul saraf dihubungkan dengan sistem saraf
spinal yang keluar menuju organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal, pembuluh
darah, dan pencernaan. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut.
Mempercepat denyut jantung.
Memperlebar pembuluh darah.
Memperlebar bronkus.
Mempertinggi tekanan darah
Memperlambat gerak peristaltis.
Memperlebar pupil.
Menghambat sekresi empedu.
Menurunkan sekresi ludah.
Meningkatkan sekresi adrenalin

Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf
preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa
jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh
tubuh. Saraf parasimpatetik menuju organ yang dikendalikan oleh saraf simpatetik, sehingga
bekerja pada efektor yang sama. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh
susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan
fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat
denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat
denyut jantung.

2.2 SISTEM ENDOKRIN

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati
duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.

Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon
tunggal) disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau
hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.

Fungsi kelenjar endokrin :


1. Menghasilkan hormon-hormon yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan oleh
jaringan-jaringan dalam tubuh tertentu.
2. Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh.
3. Merangsang aktifitas kelenjar tubuh.
4. Merangsang pertumbuhan jaringan.
5. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada usus halus.
6. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral dan air.
2.2.1 KELENJAR ENDOKRIN PADA MANUSIA

A. KELENJAR HIPOFISE
Suatu kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak .yang memegang peranan
penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin.
Dapat dikatakan sebagai kelenjar pemimpin sebab hornon-hormon yang dihasilkannya
dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus.
1. Hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh.
2. Hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan
hormon tiroksin.
3. Hormon adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks keler jar suprarenal.
4. Hormon gonadotropik berasal dari Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang
merangsang perkembangan folikel degraf dalam ovarium dan pembentukan sper-
matozoa dalam testis.
5. Luteinizing Hormone (LH), mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam
ovarium dan testosteron dalam testis. Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH).

Lobus posterior disebut juga Neurohipofise. Mengeluarkan 2 jenis hormon ;

1. Hormon anti diuretik (ADH), mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal membuat
kontraksi otot polos ADH disebut juga hormon pituitrin.
2. Hormon oksitoksin merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan
dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Kelenjar hipofise terletak di dasar
tengkorak, di dalam foss hipofise tulang spenoid.

B. KELENJAR TIROID
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat bersama oleh
jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan. Merupakan kelenjar yang
terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat pada dinding Taring.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar
tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
2. Mengatur penggunaan oksidasi
3. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
4. Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

C. KELENJAR PARATIROID
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini
bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon atau
hormon para tiroksin. Kelenjar paratiroid berjumlah 4 buah.
Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid
menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam
tubuh.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1. Mengatur metabolisme fospor.
2. Mengatur kadar kalsium darah.
Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Hiperfungsi, mengakibatkan kelainan-kelainan
seperti; Kelemahan pada otot-otot, sakit pada tulang, kadar kalsium dalam darah meningkat
begitu juga dalam urin, dekolsifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi patch tulang spontan.

D. KELENJAR TIMUS
Terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus hanya
dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di dalam toraks kira-
kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada
bayi baru lahir sangat kecil danberatnya kira-kira 10grarn atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut lagi.
Fungsi kelenjar Timus :
1. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
2. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

E. KELENJAR SUPRA RENALIS / ADRENAL


Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan
kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar suprarenal ini
terbagi atas 2 bagian yaitu:
1. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut
korteks.
2. Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor adrenalin (nor
epinefrin).
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks terdiri dari ;
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam.
2. Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein.
3. Mempengaruhi aktifitas jafingan limfoid.

F. KELENJAR PIENALIS (EPIFISE)


Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel berbentuk kecil merah seperti
sebuah Gemara. Terletak dekat korpus. Fungsinya belum diketahui dengan jelas, kelenjar
ini menghasilkan sekresi interns dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin.

G. KELENJAR PANKREATIKA
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri dari sel-
sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-sel beta
menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan diabetes, insulin
merupakan sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencernaan
protein.

H. KELENJAR KELAMIN
Kelenjar testika. Terdapat pada pria terletak pada skrotum menghasilkan hormon
testosteron.
Fungsi hormon testosteron. Menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya jenggot,
kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta mengontrol
pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.
Kelenjar ovarika. Terdapat pada wanita, terletak pada ovarium di samping kiri dan
kanan uterus.
Menghasilkan hormon progesteron clan estrogen, hormon ini dapat mempengaruhi
pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu
sempit dan lain-lain.

2.2.2 MEKANISME KERJA SISTEM ENDOKRIN

Ketika sel menerima perintah dari 2 atau lebih dalam waktu yang sama mka ada 4
kemungkinan yaitu : ke-2 hormon bekerja antagonis, sinergis, permissive effect, atau
integrative. Untuk menimbulkan efek pada organ target maka hormon harus berikatan
dengan reseptor yang spesifik baik yang terdapat di permukaan luar membran maupun yang
berada di dalam sel. Reseptor yang berada di luar membran membutuhkan perantara yang
dikenal dengan second messenger. Hormon steroid merupakan hormon turunan lipid
sehingga mudah melewati membran. Hormon tersebut memiliki reseptor di dalam sitosol
atau di nukleus.

Konsep Mekanisme Kerja Hormon

Konsep klasik : kelenjar endokrin mensekresikan hormon melalui sistem sirkulasi dan akan
diterima oleh sel target.

Autokrin : sel target mensekresikan hormon dan akan diterima kembali oleh sel target
tersebut.

Parakrin : sel target mensekresikan hormon, dan hormon tersebut akan diterima oleh sel
target lainnya.

Untuk menimbulkan efek pada sel target, hormon harus berikatan dengan reseptor
yang spesifik. Setiap sel mempunyai reseptor untuk merespons beberapa hormon yang
berbeda. Bagi setiap sel, ada tidaknya reseptor yang spesifik menentukan sensitivitas sel
tersebut terhadap hormon. Reseptor hormon terdapat di membran plasma atau di dalam sel.
2.3 HUBUNGAN SISTEM NEURON DAN SISTEM ENDOKRIN

Sistem saraf bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam


tubuh. Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan
sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas perintah dari sistem
sarafdan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah
hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control). Kedua sistem ini saling bertanggung jawab dalam sistem
koordinasi tubuh untuk menjaga homeostatis.

Hormon berfungsi dalam mengatur homeostasis, metabolisme, reproduksi dan


tingkah laku. Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar kelangsungan
hidup dapat dipertahankan. Contohnya pengendalian tekanan darah, kadar gula dalam darah,
dan kerja jantung.

Neural kontrol hormon

Sistem saraf mengontrol sistem endokrin dalam 2 jalur yaitu hipotalamus dan sistem saraf
autonom ( sipatik dan parasimpatik )

Sistem endokrin sering beraksi lebih lama keluar dari otak sebagai pelengkap respon cepat
dari saraf. Seperti tiga respon stress :

Noradrenalin dilepaskan dari paraasimpatik

Adrenalin dilepaskan medula adrenal

Cortisol disintesis oleh kortek adrenal

Hormon kontrol neuron

Hormon dapat mengontrol saraf sebagai contoh umpan balik negatif yang mempengaruhi
hipotalamus. Beberapa hormon mempengaruhi otak :

-tiroid menurunkan depresi

-leptin dan insulin mengatur rasa lapar

-adrenalin meningkatkan aktivitas mental

-melatonin mengatur kelelahan

Perbandingan antara sistem saraf dan sistem hormon :


Sistem saraf

Sinyal kimia bersifat lokal dengan perantaraan sinapsis melalui pemindahan


depolarisasi membran neuron. Efek cepat dalam waktu pendek, ( mempengaruhi metabolisme
, misal neurotransmiter,dan depolarisasi butuh energi besar ). Target sel spesifik ditentukan
oleh lokasi reseptor dimana sinyal kimia dilepaskan.

Sistem endokrin

Menggunakan sinyal kimia, meskipun beberapa jaringan endokrin dapat melalui


depolarisasi. Lebih sedikit energi digunakan, melalui peredaran darah, Target sel ditentukan
oleh adanya dan kespesifikan reseptor. Sinyal lebih lambat, dalam waktu lama.

Kedua sistem ini mempunyai hubungan yang sangat erat. Walaupun sistem
endokrin/sistem hormon diatur oleh master of glands/kelenjar hipofisis tetapi hal tersebut
tidaklah mutlak atau bersifat otonom. Hal ini karena kerja dari kelenjar hipofisis tersebut
dipengaruhi oleh hypothalamus.

2.4 NEUROMEDIATOR
2.4.1 NEUROTRANSMITER
Neurotransmiter merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang meneruskan
informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel efektor. Sifat neurotransmiter
adalah sebagai berikut:
Disintesis di neuron presinaps
Disimpan di vesikel dalam neuron presinaps
Dilepaskan dari neuron di bawah kondisi fisiologis
Segera dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau degradasi
Berikatan dengan reseptor menghasilkan respon biologis.
Macam-macam neurotransmiter yaitu :
1. Asetilkolin (CH3COOCH2CH2N+(CH3)3)
Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari
koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian
substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika kemudian gelembung
melepaskan asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali
asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum
proteoglikan dan mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang
dan kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan kembali
bagi keperluan sintesis asetilkolin baru.
2. Noepinefrin, epinephrine, dan dopamine
Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines.
Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis
cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol
(umpan balik negatif oleh hasil akhirnya).
a. Dopamin (NO2C8H11)
Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi
proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan
kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan
keseimbangan. Jika kekurangan dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan
seperti kasus pada penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine
dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan dalam
skizofrenia
b. Norepineprin (C8H9NO3)
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada batang
otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di
lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak
dan akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan
kewaspadaan.
c. Epinefrin (C9H23NO3)
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka
pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya.
Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu
ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak
dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan
kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula
darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat
bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam
mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal,
mengatur laju metabolisme, kontraksi otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi,
vasokonstriksi, dll
3. Glutamate (C5H9NO4)
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf pusat,
jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting dalam hal memori.
Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak. Terkadang kerusakan otak atau stroke
akan mengakibatkan produksi glutamat berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri
dengan banyak sel-sel otak mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai
penyakit Lou Gehrigs, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin
juga cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan mencari cara
untuk meminimalisir efek.
4. Serotonin (C10H12N2O)
Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmiter
monoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat
(CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan.
Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter yang
berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality, selera
makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah.
Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan variasi genetic pada reseptor
serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki kemampuan untuk reuptake yang jika
terganggu akan memiliki dampak pada kelainan neurologist.
Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya
digunakan sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga
merupakan salah satu dari pusat penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri.

2.4.2 NEUROPEPTIDA

Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya


bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada transmitter
molekul kecil.

Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar


peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan
memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum
dapat dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan
dalam fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal.
Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian
hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli
meyangka bahwa peptida dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak,
namun saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai
neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.

Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun demikian, zat
ini disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam
badan sel neuron. Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum endoplasma
badan sel dan kemudian ke aparatus golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan berikut:

a. Protein secara enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan
dengan demikian melepaskan neuropeptidanya sendiri atau prekursornya.

b. Aparatus golgi mengemas neuropeptida menjadi gelembung-gelembung transmitter


berukuran kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma.

c. Gelembung transmitter ini dibawa ke ujung serabut saraf lewat aliran aksonal dari
sitoplasma akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya beberapa sentimeter per hari.

d. Akhirnya gelembung ini melepaskan trasnmitternya sebagai respon terhadap potensial


aksi dengan cara yang sama seperti untuk transmitter molekul kecil. Namun gelembung
diautolisis dan tidak digunakan kembali.

2.5 STRES DAN IMUNITAS


Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat populer dalam percakapan sehari-
hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu proses
modernisasiyang biasanya diikuti oleh proliferasi teknologi, perubahan tatanan hidup serta
kompetisi antar individu yang makin berat.

2.5.1 STRES DAN STRESOR

Dalam ilmu psikologi stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi
secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan. Taylor (1995)
mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi
biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau
menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan atas 3
golongan yaitu :

a. Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain. Cermin
Dunia Kedokteran No. 154, 2007 13

b. Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta dan
lain-lain.

c. Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain. Stres dapat
mengenai semua orang dan semua usia

Stres yang merusak sering disebut distress, adalah ketika seseorang mendapat impuls
rangsangan secara terus-menerus dan berulang kali yang melampaui batas adaptasi. Telah
dilaporkan bahwa pekerja yang berada atau bekerja di tempat yang mempunyai tingkat
kebisingan tinggi sering mengalami gangguan kesehatan dan mudah terserang infeksi
(Budiman, 2004).

Sistem saraf, endokrin, dan sistem imun saling berhubungan dengan memanfaatkan
berbagai substansi penghantar sinyal stres dan reseptor sinyal, yang berakibat terjadi
pengaturan perilaku sel pada sistem imun. Stres dapat menyebabkan peningkatan kortisol dan
katekolamin sehingga akan menekan aktivitas sel imunokompeten yang berakibat pada
penurunan ketahanan tubuh
Psikoneuroimunologi sebagai ilmu yang digunakan untuk menjelaskan tentang respons imun
pada kondisi stres mulai dikembangkan.Holden (1980) dan Ader (1981) menyatakan bahwa
psikoneuroimunologi adalah kajian yang melibatkan berbagai segi keilmuan, neurologi,
psikiatri, patobiologi dan imunologi. Martin (1938) mengemukakan 2 konsep dasar
psikoneuroimunologi yaitu:

1. Status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan

2. Stres dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi dan karsinom.

2.5.2 SISTEM KEKEBALAN TUBUH


Keutuhan tubuh dipertahankan oleh sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas sistem imun
nonspesifik (natural /innate/ native) dan spesifik (adaptive / acquired)

Sistem imun spesifik

Sistem imun spesifik terdiri dari sistem imun spesifik humoral dan selular. Yang
berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B yang jika
dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi menjadi sel plasma yang dapat membentuk
antibodi (imunoglobulin).Selain itu juga berfungsi sebagai Antigen Presenting Cells
(APC).Sedangkan yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau
sel T yang berfungsi sebagai regulator dan efektor Fungsi regulasi terutama dilakukan oleh
sel T helper (sel TH, CD4+) yang memproduksi sitokin seperti interleukin-4 (IL-4 dan IL-5)
yang membantu sel B memproduksi antibodi, IL-2 yang mengaktivasi sel-sel CD4, CD8 dan
IFN yang mengaktifkan makrofag. Fungsi efektor terutama dilakukan oleh sel T sitotoksik
(CD8) untuk membunuh sel-sel yang terinfeksi virus, sel-sel tumor, dan allograft. Fungsi
efektor CD4+ adalah menjadi mediator reaksi hipersensitifitas tipe lambat pada organisme
intraseluler seperti Mycobacterium.

Pada keadaan tidak homeostasis, bangkitnya respon imun ini dapat merugikan kesehatan,
misal pada reaksi autoimun atau reaksi hipersensitifitas (alergi) Beberapa penyakit seperti
diabetes melitus, sklerosis multipel, lupus, artritis rematoid termasuk contoh penyakit
autoimun. Kondisi ini terjadi jika sistem imun disensitisasi oleh protein yang ada dalam tubuh
kemudian menyerang jaringan yang mengandung protein tersebut. Mekanisme terjadinya
masih belum jelas (Bambang dan Sumadiono, 2007)..

Sistem imun nonspesifik

Sistem imun nonspesifik dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sesuai dengan
namanya, sistem imun nonspesifik ini tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Komponen sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahanan fisik dan mekanik, biokimiawi,
humoral dan seluler.

Sistem pertahanan fisik dan mekanik meliputi kulit, mukosa, silia pada saluran nafas, batuk
dan bersinHal diatas berfungsi sebagai preventif way dalam mencegah masuknya berbagai
benda asing yang bersifat patogen ke dalam tubuh. Sedangkan pertahanan tubuh secara
kimiawi berupa bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, telinga,
spermin dalam semen dan lain-lain.

Pertahanan non-spesifik humoral terdiri dari berbagai bahan seperti komplemen-yang


berperan meningkatkan fagositosis (opsonisasi) dan mempermudah destruksi bakteri dan
parasit-, interferon, fagosit (makrofag, neutrofil), tumor necrosis factor (TNF) dan C-Reactive
protein (CRP)

Interferon menyebabkan sel jaringan yang belum terinfeksi menjadi tahan virus Di samping
itu interferon dapat meningkatkan aktifitas sitotoksik Natural Killer Cell (sel NK). Sel yang
terinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan di permukaannya sehingga
dikenali oleh sel NK yang kemudian membunuhnya.

Natural Killer Cell (sel NK), adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak
mempunyai ciri sel limfoid dari sistem imun spesifik, sehingga disebut sel non B non T (sel
NBNT) atau sel populasi ke tiga Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus
atau sel neoplasma.
Fagosit atau makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun nonspesifik seluler
Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik.
Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat, yaitu kemotaksis, menangkap,
memakan (fagositosis), membunuh dan mencerna (Bambang dan Sumadiono, 2007).

2.5.3 INTERAKSI ANTARA STRES DENGAN SISTEM IMUN

Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi yang
terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui saraf
otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadilah perubahan
keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan fungsional berbagai
organ target.

Konsekuensi tidak langsung dari proses pengaturan interaksi saraf pusat dengan
sistem imun. Sistem imun menerima sinyal dari otak dan sistem neuroendokrin melalui
sistem saraf autonom dan hormon, sebaliknya mengirim informasi ke otak lewat sitokin.
Bukti yang sudah jelas di antaranya adalah penurunan respon limfoproliferatif terhadap
mitogen (PHA, Con-A), aktifitas sel natural killer (NK), Interleukin (IL-2R mRNA), TNF-
dan produksi interferon gama (IFN-). Pendekatan psikoneuroimunologi akan sangat
bermanfat untuk mengungkap patogenesis, dan memperbaiki prognosis suatu penyakit.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Sistem saraf bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam tubuh.
Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan
sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas perintah dari sistem
sarafdan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah
hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control).

Hormon berfungsi dalam mengatur homeostasis, metabolisme, reproduksi dan tingkah laku.
Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar kelangsungan hidup dapat
dipertahankan. Contohnya pengendalian tekanan darah, kadar gula dalam darah, dan kerja
jantung

Stres merupakan kondisi fisik maupun emosional yang mengancam homeostasis. Oleh
karena itu, harus ada penyesuaian baik hormonal mupun fisiologis. Hormon yang berperan
dalam mengatasi stress adalah: epineprin, ADH, GH dan ACTH, glukokortikoid serta
aldosteron.
DAFTAR PUSTAKA

http://dewi-sartika-sinaga.blogspot.com/2013/04/neurotransmitter.html
http://yaniahmmad.blogspot.com/2009/08/stres-dan-imunitas.html
http://praktekbkelas.blogspot.com/2012/09/hubungan-sistem-saraf-dengan-endikrin.html
http://explore-3p.blogspot.com/2012/01/macam-macam-neurotransmitter.html'

Anda mungkin juga menyukai