Anda di halaman 1dari 9

OLEH :

SUBHAN, M.A
Pengertian Thaharah (Bersuci)

Thaharah menurut bahasa berasal dari kata (Thohur), artinya


”bersuci” atau “bersih”. Baik itu suci dari kotoran lahir dan
batin berupa sifat dan perbuatan tercela

• Menurut istilah, thaharah adalah:


• “Mensucikan diri dari najis dan hadats yang
menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya
dengan air atau batu. Penyucian diri disini tidak terbatas
pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan
tempat.”
Pengertian Hadats
Hadats menurut bahasa artinya: “Berlaku” atau “terjadi”
Menurut istilah, hadats adalah: “sesuatu yang terjadi
atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan
diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah”.
Persamaan Dan Perbedaan Hadats dan Najis

“ Persamaan Hadats dan Najis adalah: kedua hal


tersebut dapat menyebabkan shalat, thawaf dan
beberapa ibadah lainnya menjadi tidak sah.”
Macam-macam Hadats:

Hadas kecil adalah: “Adanya sesuatu yang terjadi dan


mengharuskan seseorang berwudu apabila hendak
melaksanakan salat.”

Hadats besar adalah: “Sesuatu yang keluar atau terjadi


sehingga mewajibkan mandi besar atau junub.”
Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :
 Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
 Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.
 Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan
tanpa pembatas.
 Hilang akal karena sakit atau mabuk.

Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah


sebagai berikut :
• Bersetubuh (hubungan suami istri)
• Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
• Keluar darah haid
• Nifas
• Meninggal dunia
Tata Cara Bersuci Bagi Orang Yang Sakit (Pasien) :

 Orang sakit memiliki kewajiban yang sama dengan orang yang sehat
dalam bersuci yaitu berwudhu’ dari hadats kecil dan mandi karena
hadats besar.
 Sebelum wudhu’ harus beristinja dengan air, atau dengan batu
atau benda lain yang bisa menggantikan batu setalah buang air kecil
atau buang air besar
Apabila si sakit tidak sanggup berwudhu’ menggunakan air karena
tidak sanggup, takut akan bertambah sakitnya, atau memperlama
masa penyembuhannya, maka dia boleh bertayammum.
 Apabila sakitnya ringan sehingga air tidak berbahaya
baginya, tidak menyebabkan sakit, tidak memperlama proses
penyembuhan, maka tidak diperbolehkan tayammum

 Bila tidak mampu bersuci sendiri maka ia bisa diwudhu’ kan


atau ditayammumkan orang lain.
 Jika pada sebagian anggota badan yang harus disucikan terluka,
maka ia tetap dibasuh dengan air. Jika hal itu membahayakan maka di
usap sekali, caranya tangannya dibasahi dengan air lalu diusapkan di
atasnya. Jika mengusap luka juga membahayakan maka ia bisa
bertayammum.
Jika pada tubuhnya terdapat luka yang di gips atau di balut, maka
mengusap balutan tadi dengan air sebagai pengganti dari
membasuhnya.

 Wajib bagi si sakit untuk memperhatikan kebersihan badan, pakaian,


dan tempatnya dari najis sebelum shalat. Jika tidak sanggup
membersihkannya dia boleh shalat apa adanya .
 Wajib bagi si sakit untuk memperhatikan kebersihan badan,
pakaian, dan tempatnya dari najis sebelum shalat. Jika tidak sanggup
membersihkannya dia boleh shalat apa adanya .
 Apabila orang yang sakit tersebut tidak sanggup mengontrol buang
air kecil, maka dia harus beristinja dan berwudhu’ setiap kali hendak
shalat setelah masuk waktunya.
Catatan :
“ Orang Junub yang tidak bisa mandi karena tidak
memiliki air, dia wajib mandi setelah menemukan air.”

Anda mungkin juga menyukai