Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

Disusun oleh :

Yohanes Novriadi N.S(180103056)

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA

KALIMANTAN TIMUR

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Dasar Keperawatan III yang berjudul “Makalah
Kesalahan Pemberian Obat.”.
Adapun maksud dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu cara guna
memperdalam materi IDK III yang merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas bimbingan ,dorongan, serta
bantuan yang tak terhingga nilainya dari berbagai pihak. Untuk itu tim penyusun menyampaikan
terimakasih setulusnya kepada:
1. Ns. Maria Wisnu Kanita,S.Kep, sebagai Dosen Mata Kuliah IDK III
2. Semua pihak yang telah membantu dalam jalan memberikan semangat untuk menyelesaikan
makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Harapan kami semoga
makalah ini mampu memberikan informasi kepada pembaca tentang Kesalahan Pemberian Obat.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan atas perhatian
pembaca kami ucapakan terimakasih.

Surakarta, 29 April 2014

Yohanes novriadi

..
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan.............................................................................................................. 3
1. Tujuan Umum ................................................................................................. 3
2. Tujuan Khusus................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Keselamatan Pasien......................................................................................... 4
1. Pengertian Keselamatan Pasien ....................................................................... 4
2. Keselamatan Pasien Menurut IPSG ................................................................ 4
3. Peran Perawat dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien ................................ 7
B. Kesalahan Pemberian Obat ............................................................................. 8
1. Definisi Obat ................................................................................................... 8
2. Pemberian Obat ............................................................................................... 8
3. Faktor Penyebab Kesalahan Pemberian Obat ................................................. 9
4. Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat ................................................... 10
5. Penatalaksanaan Obat ...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI, 2006).
Tingkat pencapaian patient safety merupakan indikasi dari kejadian medication error,
khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Kriteria medication error menurut
Lisby et al (2005) terjadi pada tahap order/permintaan, transkripsi, dispensing, administering,
dan discharge summaries.
Dalam penelitian Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11 % medication error di
rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis
atau obat yang keliru. Dalam penelitian Aiken dan Clarke (2002) menyatakan bahwa kesalahan
pengobatan dan efek samping obat terjadi pada rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit.
Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari kesalahan peresapan (eliminasi)
dan dapat dicegah. Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara
2001- 2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97 % pasien Intensive Care.
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan
dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang
dilaporkan (Kemenkes, 2008) (Andi, 2013).
Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih
berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan
seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat - obatan yang aman. Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat
yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontra indikasi bagi
status kesehatan klien. Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat
yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti, Daftar Obat Indonesia ( DOI
), Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontra indikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).
Dengan demikian pemberian obat merupakan bagian penting dalam keselamatan pasien.
Upaya pencegahan kesalahan pemberian obat akan efektif jika dilakukan bersama dengan tenaga
kesehatan lain terkait penggunaan obat, terutama dokter dan apoteker dan berdasarkan standar
dan sasaran menurut Internasional Patient Safety Goals (IPSG).
STUDI KASUS
a. Kasus
Kasus An. Az. di Rumah Sakit S umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012, pasien di
rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang . Sesuai order dokter
infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak mengikuti
operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi pasien tersebut
infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien mengalami kejang-kejang,
untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi tambah parah dan
infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin.
b. Analisis
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki tanggung
jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan tindakan
yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi kesalahan pemberian tindakan
sesuai dengan kondisi pasien.
Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order, namun
dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep patient
safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keselamatan pasien ?
2. Bagaimana penjelasan keselamatan pasien menurut IPSG?
3. Bagaimana peran perawat dalam mewujudkan keselamatan pasien?
4. Bagaimana penjelasan tentang pemberian obat dan kesalahan obat?
5. Apa saja faktor kesalahan pemberian obat?
6. Bagaiman cara mencegah kesalahan pemberian obat?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan pemberian obat?
8. Berikan contoh studi kasus serta analisis pada kesalahan pemberian obat!

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui indikator keselamatan pasien (patient safety) pada kesalahan pemberian obat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian keselamatan pasien.
b. Menjelaskan tentang keselamatan pasien menurut IPSG.
c. Menjelaskan tentang pemberian obat dan kesalahan obat.
d. Mengetahui faktor kesalahan pemberian obat.
e. Mengetahui cara mencegah kesalahan pemberian obat.
f. Mengetahui cara penatalaksanaan pemberian obat.
g. Memberikan contoh studi kasus sera analisis kesalahan pemberian obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


1. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKesRI, 2006).
Keselamatan pasien (patient safety) mempunyai tujuan yaitu terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
(DepKesRI,2006).
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera
di rumah sakitdi Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar
keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada ”Hospital Patient Safety
Standards”yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,
Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (DepKesRI, 2006).

2. MENURUT INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (IPSG) ATAU SASARAN


INTERNASIONAL KESELAMATAN PASIEN (SIKP)
International Patient Safety Goal (IPSG) merupakan syarat untuk implementasi di semua
rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar
Internasional IPSG digunakan untuk Rumah Sakit untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan
tertentu dalam soal keselamatan pasien (Soegiri, 2014).
Tujuan IPSG adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal
keselamatan pasien. Sasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam
perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat
para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang
aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat
mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan system (Soegiri, 2014).
Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar (pernyataan
sasaran), maksud dan tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga sama dengan penilaian
terhadap standar lain yaitu menggunakan kriteria “memenuhi,” “sebagian memenuhi,” atau
“tidak memenuhi”. Dalam Kaidah Keputusan Akreditasi tercakup juga syarat memenuhi
ketentuan SIKP sebagai kaidah keputusan yang terpisah. Daftar Sasaran, Persyaratan, Tujuan,
dan Elemen Penilaian :
 SIKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
 SIKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
 SIKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
 SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada
PasienYang Benar.
 SIKP.5 Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
 SIKP.6 Mengurangi Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

1. Standar SIKP.3
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan
yang harus diwaspadai.
2. Maksud dan Tujuan SIKP.3
Bilamana dalam rencana perawatan pasien terdapat juga pemberian obat-obatan, maka
untuk memastikan keselamatan pasien pengelolaan obat yang tepat menjadi sangat penting.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah: obat-obatan yang termasuk dalam sejumlah besar
kesalahan obat-obatan yang bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan risikonya lebih tinggi, begitu
pula obat-obatan yang mirip bentuk/bunyi dan namanya. Daftar obat berisiko tinggi dapat
diperoleh dari organisasi seperti misalnya WHO atau Institute for Safe Medication Practices.
Masalah kekeliruan obat yang kerap dikutip adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak
disengaja (misalnya, kalium klorida [sama atau lebih besar daripada 2mEq /ml], kalium fosfat
[sama atau lebih besar dari 3mmol /ml], natrium klorida [lebih besar dari 0,9%], dan magnesium
sulfat [sama atau lebih besar dari 50%]). Kesalahan dapat terjadi jika staf belum sungguh-
sungguh mengenal unit perawatan pasien, yang dipekerjakan adalah perawat kontrakan yang
tidak diberi pengenalan secara memadai, atau dalam keadaan darurat. Cara yang paling efektif
untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian ini adalah menyusun proses pengelolaan obat
yang patut diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit perawatan pasien
ke farmasi.
Rumah sakit bersama-sama menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi
obat-obatan yang patut diwaspadai apa saja yang dimiliki rumah sakit berdasarkan data yang ada.
Kebijakan dan prosedur juga menetapkan bagian mana saja secara klinis memang memerlukan
elektrolit konsentrat sesuai bukti dan praktik profesional yang ada, seperti misalnya bagian gawat
darurat atau kamar operasi, dan menetapkan cara pelabelannya yang jelas dan cara
penyimpanannya sedemikian rupa sehingga aksesnya terbatas agar terhindar dan pemakaian tak
sengaja.
3. Elemen Penilaian SIKP.3
a) Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah identifikasi, lokasi, pemberian
label, dan penyimpanan obat yang patut diwaspadai.
b) Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan.
c) Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara klinis
diperlukan dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian tidak sengaja di wilayah yang
diizinkan oleh aturan kebijakannya.Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit perawatan pasien
diberi label jelas dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak mudah diakses.
3. PERAN PERAWAT DALAM MEWUJUDKAN KESELAMATAN PASIEN TERUTAMA
PADA PEMBERIAN OBAT
Berdasarkan hasil penelitian Selleya tahun 2013 tentanghubungan pengetahuan dan sikap
perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap RSUD Liun
Kendage Tahuna dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage
Tahuna, dimana 95% perawat pelaksana mempunyai pengetahuan baik tentang pelaksanaan
keselamatan pasien, dan ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien
(patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, dimana 95%
perawatpelaksana mempunyai sikap yang baik dalam melaksanakan keselamatan pasien.
Mempunyai kemampuan untuk mengelola, mengontrol dan memberikan obat secara
aman (safety).Sebelum memberikan obat ke pasien, perawat harus mengetahui secara pasti
tentang:
a) Nama obat
b) Golongan obat / kelas farmakoterapi
c) Efek yang diinginkan & mekanisme aksi
d) Efek samping
e) Efek yang merugikan
f) Efek toksik
g) Interaksi
h) Kontraindikasi & tindakan pencegahannya
i) Regimen dosis & rute pemberian
j) Data farmakokinetika
Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?
- Segera mengakui kesalahan
- Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait
- Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan &tindakan pencegahan guna
mencegah terulangnya kesalahanyg sama / kesalahan lainnya.
- Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan :penjelasan kesalahan & langkah
yg sudah diambil untuk mengatasinya
B. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT
1. DEFINISI OBAT
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi(PerMenKes
917/Menkes/Per/x/1993).
Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71, obat adalah suatu bahan atau paduan
bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia.

2. KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


Kesalahan pemberian obat adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih
berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan
seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991).
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang
sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah atau memberi
obat yang benar pada rute yang salah, jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang
bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat senior
setelah kesalahan itu diketahuinya.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.Perawat harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah
tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan.Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang
diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status
kesehatan klien.Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang
diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia
(DOI), Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus
dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan (Kee and Hayes, 1996).

3. FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PEMBERIAN OBAT


a. Kurang menginterpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan.
Perawat juga sering tidak bertanggung jawab untuk melakukan interpretasi yang tepat
terhadap orde obat yang diberikan. Saat orde obat yang dituliskan tidak dapat dibaca,maka dapat
terjadi kesalahan interpretasi terhadap order obat yang akan diberikan.
b. Kurang tepat dalam menghitung dosis obat yang akan diberikan.
Dosis merupakan faktor penting, baik kekurangan atau kelebihan obat dapat
menyebabkan dan bisa membehayakan,sehingga perhitungan dosis yang kurang tepat dapat
membayakan klien.
c. Kurang tepat mengetahui dan memahami prinsip enam benar.
Dalam memberikan pengobatan,kita sebagai perawat sering melakukan kesalahan yang
fatal,hal tersebut bisa terjadi apabila kita kurang mengetahui dan memahami prinsip enam benar
yang tepat.
a. Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya alergi
obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek label obat,
mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat,hanya memberikan obat yang di siapkan
diri sendiri.
b. Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis
dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat.
c. Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadaluarsa
obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.
d. Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien yang
akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks ditempat tidur pasien
e. Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek
cara pemberian pada label/kemasan obat.
f. Tepat dokumentasi : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien,
nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat (Kozier,2000).
4. CARA MENCEGAH KESALAHAN PEMBERIAN OBAT
a. Baca label obat dengan teliti. Banyak produk tersedia dalam kotak,warna dan bentuk yang sama.
b. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal. Kebanyakan dosis terdiri
dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Interprestasi yang salah terhadap
program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi yang berlebihan.
c. Waspada obat-obatan bernama sama. Banyak nama obat yang terdengar sama(misalnya digoxin
dan digitoxin).
d. Cermati angka belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan perkalian
satu sama lain(contoh:tablet cumadin dalam tablet 2,5 dan 25mg).
e. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakan dosis di programkan
secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek teraupetik dan responnya.
f. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim di programkan,konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka resiko pemberian dosis yang tidak
akurat menjadi lebih besar.
g. Jangan beri obat yang di programkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak
resmi.Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang
sering di programkan.Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan tersebut obat
yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
h. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat di baca.Apabila ragu
tanya ke dokter kesempatan terjadinya interprestasi kecuali,perawat mempertanyakan program
obat yang sulit di baca.
i. Kenali klien yang memiliki nama sama juga minta klien,menyebutkan nama lengkapnya,cermati
nama yang tertera pada tanda pengenalan.
j. Sering kali satu atau dua klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip label khusus pada
buku,obat dapat memberi peringatan tentang peringatan masalah yang potensial.
k. Cermati ekuivalen.Saat tergesa-gesa salah baca ekuivalen mudah terjadi.Contoh:di baca
milligram padahal mililiter.

5. PENATALAKSANAAN OBAT
Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian
obatlangsung ke pasien dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.
1. Pemberian obat ke pasien
a. Prinsip-prinsip peberian obat
Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu persiaan
peberian dan evaluasi.
1) Persiapan
Pertama perawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian mengkaji obat
(tujuan pemberian, cara kerja, efek samping, dosis dan lainnya). Setelah itu melakukan persiapan
yang berkaitan dengan pasien yaitu mengkaji riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien
dan kondisi sebelum pengobatan.
2) Pemberian
Ada 6 benaryang harus diperhatikan perawat dalam pemberian obat.
3) Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhadap pengobatan. Untuk
obat-obatan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek samping biasanya terlihat sampai 1
jam setelah pemberian.
b. Metode pendekatan khusus dalam pemberian obat
Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus sesuai
dengan kasusnya seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien yang
ketergantungan obat.
1) Pendekatan khusus kepada pasien curiga
Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau pemberian yang
diberikan padanya.Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan treatment yang dilakukan ke
pasien tidaklah berbahaya dan bermanfaat bagi pasien. Secara verbal dan non verbal, perawat
harus dapat mengontrol perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena
tindakan ragu-ragu dari perawat akan menimbulkan kecurigaan pasien.
Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar pasien tidak
bingung, cemas dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan terlebih dahulu keadaan pasien
sebelum meminta pasien untuk meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan
dengan cara meminta pasien membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat apakah obat
disebunyikan. Hal ini terutama pada pasien yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di
bawah lidah dan membuangnya.Untuk pasien yang benar-benar menolak minum obat walaupun
sudah dilakukan pendekatan pemberian obat dilakukan melalui injeksi sesuai dengan instruktur
dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk menolak pengobatan dalam
keadaan darurat.
2) Pendekatan khusus kepada pasien yang potensial bunuh diri.
Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan pasien untuk
minum obat dengan maksud pasien untuk merusak dirinya.Perawat harus bersikap tegas dalam
pengawasan pasien untuk minum obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen
antara keinginan hidup dan mati.Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien
memunyai keinginan hidup, agar keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang karena
pasien merasa diperhatikan.
Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk meningkatkan motivasi
hidup.Dalam hal ini peran perawat dalam memberikan obat diintegrasikan dengan pendekatan
keperawatan diantaranya untuk meningkatkan harga diri pasien.
3) Pendekatan khusus pada pasien ketergantungan obat
Pada pasien yang mengalami ketergantungan obat biasanya menganggap bahwa obat
adalah segala-galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga perawat perlu memberikan
penjelasan kepada pasien tentang manfaat obat dan obat bukanlah satu-satunya cara untuk
menyelesaikan masalah. Terapi obat harus disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti
penjelasan cara-cara melewati proses kehilangan.
c. Pendidikan Kesehatan
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
dan keluarga. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi tentang penyakit
kemajuan pasien, obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
pemberian obat yaitu informasi tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.

STUDI KASUS
a. Kasus
Kasus An. Az. di Rumah Sakit S umur 3 tahun pada tanggal 14 februari 2012, pasien di
rawat di ruangan melati Rs. S padang dengan diagnosa Demam kejang . Sesuai order dokter
infus pasien harus diganti dengan didrip obat penitoin namun perawat yang tidak mengikuti
operan jaga langsung mengganti infuse pasien tanpa melihat bahwa terapi pasien tersebut
infusnya harus didrip obat penitoin. Beberapa menit kemudian pasien mengalami kejang-kejang,
untung keluarga pasien cepat melaporkan kejadian ini sehingga tidak menjadi tambah parah dan
infusnya langsung diganti dan ditambah penitoin.
b. Analisis
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki tanggung
jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan pasien dan tindakan
yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi kesalahan pemberian tindakan
sesuai dengan kondisi pasien.
Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada pasien sesuai order, namun
dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar obat.
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep patient
safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan pasien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting. Perawat
adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung
jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar.Obat yang diberikan
kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan.
Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.Setelah obat
diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis, cara/rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan.Bila pasien menolak diberikan obat, atau obat itu tidak dapat dapat
diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya dan dilaporkan kepada dokter
untuk tindakan selanjutnya.

B. Saran
Sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.Perawat
harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam pemberian obat kepada
pasien, agar tidak terjadi kesalahan.Meningkatkan motivasi dan kinerja perawat dengan
pengawasan, karena sebenarnya perawat sudah mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana
prinsip pemberian obat pada pasien yang benar.
Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera
menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan
itu diketahuinya, agar segera di atasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken L. H. dan Clarke S. .(2002). Hospital nurse staffing and patient mortality, nurse burnout, and job
dissatisfaction. JAMA.
Bawelle, Selleya Cintya, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaaan
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage
Tahuna.ejournal keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1.Agustus
2013.http://binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517912.pdf.(Diaksestanggal 29 April 2014).

Anda mungkin juga menyukai