Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara berkembang sedang gencar melakukan
perbaikan dan pengembangan di segala sektor. Mulai dari sektor ekonomi,
industri, politik, pertanian, hingga sektor kesehatan. Perbaikan dan
pengembangan segala sektor ditujukan agar Indonesia dapat menjadi negara
maju. Semua sektor yang mendukung keberlangsungan negara penting dan
memiliki peranan masing-masing (Deliarnov, 2006).
Salah satu sektor yang diperbaiki ialah sektor kesehatan. Sektor
kesehatan memiliki peranan yang amat penting. Sektor kesehatan penting
karena termasuk dalam salah satu kriteria negara maju, yang di dalamnya
tercakup tingkat mortalitas bayi rendah dan tingkat kesehatan serta angka
harapan hidup tinggi. Sektor kesehatan di Indonesia didukung oleh beberapa
bidang, salah satunya bidang keperawatan. Bidang keperawatan bekerja sama
dengan bidang kedokteran membentuk harmoni pelayanan kesehatan yang
berkualitas (Anna & Ferry, 2012).
Sebelum muncul gagasan program pendidikan keperawatan profesional,
perawat Indonesia bekerja jauh dari kata profesional. Namun, sejak tahun
1985 telah dirintis program pendidikan perawat profesional pertama di
Indonesia. Program pendidikan perawat profesional pertama di Indonesia
disebut dengan PSIK atau Program Studi Ilmu Keperawatan. PSIK pertama
diselenggarakan oleh Universitas Indonesia di bawah Fakultas Kedokteran
(Hidayat, 2007).
Meskipun demikian, sampai dengan sekarang perawat yang bekerja di
pelayanan rumah sakit belum dapat dikatakan profesional secara keseluruhan.
Tentu saja, banyak hal yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Salah
satunya, sebagian besar tugas di pelayanan keperawatan dilakukan oleh
perawat lulusan vokasional. Sementara, perawat-perawat vokasional tidak
mendapat materi esensial yang merupakan sentral dari praktik keperawatan
(Erma, 2009).

15
Materi esensial yang dimaksud ialah konsep caring. Konsep caring dapat
diaplikasikan kepada semua orang termasuk teman, kakak tingkat, dan
tentunya pasien. Konsep caring memegang peranan penting dalam praktik
keperawatan karena merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan tujuan
melakukan perawatan. Dengan konsep caring, terbangun hubungan yang baik
dan solid antara perawat dengan klien. Hubungan yang baik dan solid akan
memudahkan perawat mengkomunikasikan segala hal yang berkaitan dengan
proses kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2009).
Konsep caring ditunjang oleh konsep keluarga karena keduanya
sebenarnya berkaitan. Perawat dapat menerapkan kedua konsep tersebut untuk
menunjang keberhasilan misinya dalam melakukan perawatan. Konsep
keluarga akan membantu perawat memahami tidak hanya pasiennya, namun
juga keluarga pasien sebagai kesatuan yang holistik. Perpaduan konsep caring
dan konsep keluarga membantu perawat menghadirkan dirinya dalam proporsi
yang sesuai dan memenuhi kewajibannya sebagai perawat profesional (Potter
& Perry, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsep caring dan konsep keluarga ?
2. Bagaimana pengaplikasian konsep caring dalam hubungan mahasiswa
dan mahasiswa senior ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah “Memahami Konsep Caring, Konsep
Keluarga, Serta Aplikasi Konsep Caring Mahasiswa dengan Mahasiswa”,
adalah :
1. Mengetahui dan memahami konsep caring serta konsep keluarga
2. Memahami aplikasi konsep caring dalam hubungan mahasiswa dan
mahasiswa senior

15
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah Memahami
Konsep Caring, Konsep Keluarga, Serta Aplikasi Konsep Caring
Mahasiswa dengan Mahasiswa”, sebagai berikut :
1. Memberikan informasi, pengetahuan, dan wawasan kepada mahasiswa
Ilmu Keperawatan mengenai konsep caring dan konsep keluarga
sehingga mahasiswa terkait dalam memahami perannya dengan baik
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa Ilmu Keperawatan mengenai
cara atau bentuk penerapan konsep caring kepada orang lain termasuk
kepada mahasiswa senior

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Caring

2.1.1 Konsep Caring Menurut Beberapa Ahli


1. Caring adalah satu kata yang melintas dalam pikiran ketika berbicara
mengenai praktik keperawatan sebab merawat adalah nilai penting
dalam kehidupan pribadi dan profesional seorang perawat dan fokus
dari sebuah keperawatan adalah caring, bukan menyembuhkan
sebuah penyakit (Boykin, 2001 dalam Potter & Perry 2009).
2. Caring adalah moral keperawatan yang ideal ketika ada
perlindungan, peningkatan, dan menjaga martabat manusia. Caring
berhubungan dengan respon manusia antara kesehatan dengan
penyakit, pengetahuan tentang kesehatan penyakit, interaksi antara
lingkungan dengan pribadi, pengetahuan tentang proses kepedulian
perawat, pengetahuan diri, pengetahuan tentang kekuatan, dan
transaksi keterbatasan seseorang (Watson, 1988 dalam Potter &
Perry 2009).
3. Teori Caring Kristen Swanson diidentifikasi menjadi lima proses
yang melambangkan caring yaitu mengetahui, berada bersama,
melakukan untuk, memungkinkan, dan memelihara kepercayaan
(Cwarford, 2015).
4. Konsep Keperawatan sebagai inti dan sentral, gabungan, dan
dominan ruang lingkup yang membedakan keperawatan dari disiplin
ilmu kesehatan lainnya (Madeleine M. Leininger, 2006).

Dapat disimpulkan bahwa caring adalah perilaku seorang perawat


yang peduli dengan klien, tahu tentang semua pengetahuan yang
dibutuhkan untuk merawat klien, berada di dekat klien, dapat
merasakan apa yang dirasakan oleh klien, mau mendengarkan keluh
kesah klien, dan dapat berinteraksi baik dengan klien sehingga klien
tersebut nyaman dirawat sampai sembuh oleh perawat tersebut.

15
2.1.2 Persepsi Klien Tentang Caring

Teori Caring Swanson (1991) menyajikan permulaan yang baik untuk


memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Penelitian lain
mempelajari caring dari persepsi klien. Klien akan mengenali kebiasaan
perawat yang dirasakannya sebagai caring dan klien berharap perawat
memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang diinginkan seperti hadir
ketika klien membutuhkan, memiliki keunikan, menjaga kebersamaan dengan
klien, dan perhatian penuh dengan klien, dari situ klien menilai efektivitas
perawat dalam melaksanakan tugasnya (Perry's, 2005).

Semua pemikiran klien tentang pengalaman tersebut menjelaskan bahwa


klien melihat sistem pelayanan kesehatan dan pelayanan apa yang klien dapat
sebagai bentuk persepsi caring dalam keperawatan. Apabila klien dapat
merasakan pelayanan yang bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan
tertarik, maka sebenarnya klien semakin puas saat perawat melakukan Caring
terhadap mereka (Perry's, 2005).

2.1.3 Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Sikap Caring seorang pearawat dalam praktik keperawatan adalah


kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan klien, dan memahami
klien.

a. Kehadiran
Kehadiran sebagai perilaku Caring dalam praktik keperawatan adalah
pertemuan antara perawat dengan klien untuk lebih mendekatkan diri dan
untuk menyampaikan manfaat dari Caring. Menurut Fareed (1996) dan
Pederson (1993) jenis kehadiran merupakan sesuatu yang ditawarkan
perawat kepada klien dengan maksud untuk mendapatkan dukungan,
kenyamannan, atau dorongan, mengurangi intensitas perasaan yang tidak
diinginkan, atau untuk menenangkan hari (Perry's, 2005).
b. Sentuhan Kasih Sayang
Sentuhan kasih sayang sebagai perilaku Caring dalam praktik keperawatan
adalah salah satu cara pendekatan yang menenangkan di mana perawat

15
dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian,
semangat, dan dukungan (Perry's, 2005).
c. Mendengarkan Klien
Mendengarkan klien sebagai perilaku Caring dalam praktik keperawatan
merupakan kunci utama untuk memahami klien, mengerti apa yang
diinginkan klien, dan apa yang dibutuhkan klien. Klien akan menceritakan
apa yang klien rasakan dan perawat mendengarkannya, itu akan
mengurangi beban atau tekanan karena penyakitnya.
d. Memahami Klien
Memahami klien adalah salah satu proses yang dikemukakan oleh
Swanson (1991). Pemahaman dalam proses untuk memahami klien
bertujuan supaya perawat dapat mengetahui kondisi klinis klien.

2.1.4 Perbedaan Caring dan Curing

Perawat membutuhkan kemampuan khusus dalam melayani klien


yang sedang menderita sakit. Menurut Johnson (1989), kemampuan
khusus tersebut antara lain keterampilan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang terdapat dalam perilaku caring. Dalam teoricCaring,
human care adalah hal yang mendasar. Menurut Watson (1979) human
care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau
mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain, mencari arti
dalam sakit, penderitaan, dan keberadaan serta membantu orang lain untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri (Perry's, 2005).

2.2. Konsep Keluarga


2.2.1 Pengertian Keluarga Secara Teoritis
a. Menurut Friedman (1998)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup


bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga.

b. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998)

15
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.

c. Menurut Palvicion dan Ara Celis (1989)

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang terikat
karena adanya hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan kelangsungan hidupnya dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Berdasarkan pengertian dari teori di atas dapat disimpulkan


bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas dua orang atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan atau
pertalian yang hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan
seorang kepala keluarga yang setiap anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing sehingga diciptakan untuk mempertahankan
kebudayaan. Potter dan Perry (2009) menyatakan bahwa keluarga
juga memiliki kelemahan, kekuatan, sumber daya, dan tantangan
sendiri.

2.2.2 Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga dapat berubah dan tumbuh dengan seiringnya waktu dan


akan menjalani tingkatan tertentu. Setiap tingkatan memiliki tantangan,
kebutuhan dan sumber daya tersendiri serta meliputi tugas yang harus
diselesaikan sebelum keluarga tersebut dapat naik ketingkatan
selanjutnya. Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari
sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu yang terdiri dari
perubahan interaksi dan hubungan di antara keluarga dengan proses
yang panjang. Perkembangn ini terbagi menjadi beberapa tahapan,
setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilewati dengan baik. Menurut Friedman (1998),

15
tahap perkembangan keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga
dibagi menjadi delapan tahap, yaitu :

1. Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang


insan yang menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada
tahap ini mempunyai tugas perkembangan, yaitu membina
hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersam,
membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
dan merencanakan anak atau KB.

2. Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu


dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30
bulan. Mempunyai tugas perkembangan seperti persiapan bayi,
membagi peran dan tanggungjawab, adaptasi pola hubungan
seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua.

3. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak
pertama yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun.
Mempunyai tugas perkembangan, yaitu membagi waktu,
pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya
dan membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.

4. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama


berusia 13 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menyediakan aktivitas untuk anak, pengaturan keuangan,
kerjasama dalkam memnyelesaikan masalah, memperhatikan
kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertam 13


tahun sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini
adalah menyediakan fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda,

15
menyertakan keluarga dalam bertanggungjawab dan
mempertahankan filosofi hidup.

6. Keluarga denagn anak dewasa, yaitu keluarga dengan


anakpertama, meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan
keluarga, yaitu menata kembali sumber dan fasilitas, penataan
yanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi terbuka,
melepaskan anak dan mendapatkan menantu.

7. Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir


meninggalakan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun
tugas perkembangan, yaitu mempertahankan suasana yang
menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah
tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan
kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

8. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga


dimulai dari salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia. Adapun
tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi pensiun,
saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan
anak, cucu dan masyarakat.

2.2.3 Jenis atau Tipe Keluarga

Keluarga memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda antar


keluarga.
Horton dan Hunt (1968) menyatakan bahwa ada beberapa tipe
dari keluarga antara lain sebagai berikut:
1. Keluarga Inti (Nuclear family atau Conjugal family atau Basic
family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-
anaknya.

15
2. Keluarga Besar (Extended family atau Consanguine family atau
joint family) adalah keluarga yang tidak hanya terdiri dari
keluarga inti saja melainkan termasuk juga dengan orang-orang
yang ada hubungan darah seperti kakek, nenek, bibi, pamam,
keponakan, dan sebagainya.
3. Keluarga Berantai (Serial family) adalah keluarga yang terdiri
dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga Duda/Janda (Single family) adalah keluarga yang terjadi
karena perpisahan seperti perceraian atau kematian.
5. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan tinggal bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi
tanpa pernikahan tetapi membentuk sebuah keluarga.
7.
2.2.4 Struktur dan Fungsi Keluarga
2.2.4.1 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Mubarak (2009) adalah:
1. Struktur komunikasi
Komunikasi di dalam keluarga dapat terjadi karena jujur,
terbuka, melibatkan emosi konflik selesai dan ada hirarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim harus
memberikan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkain perilaku yang
diharapkan sesuai dengan situasi sosial yang sedang terjadi.
Sehingga pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal.
3. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu
untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku
orang lain.

15
4. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem dari gagasan, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.
Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

2.2.4.2 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal
keluarga, yang merupakan pusat kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga saling mempertahankan suasana yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Sehingga
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagian keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam
keluarga yang tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dilewati individu, yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosisalisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan
orang-orang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai

15
belajar besosialisasi dengan lingkungan disekitar meskipun
demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosisalisasi. Keberhasilan perkembangan individu dapat
dicapai interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosisalisasi. Anggota keluarga dapat belajar
disiplin, belajar norma-norma budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah untuk meneruskan keturunan.

2.2.5 Konsep Keperawatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang


ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesediaan
keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut:

1. Pemberi informasi

Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang


segala sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Penyuluh

Tunjuannya agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih


mendalam tentang kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka

15
perawat harus memberikan penyuluhan baik kepada perorangan
dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.

3. Pendidik

Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu,


keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan
tersebut perawat hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan
selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.

4. Motivator

Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan


perilaku positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar semangat
dan lebih berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai
motivator.

Peran-peran tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-


sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep caring merupakan gagasan ideal dalam praktik keperawatan yang


telah dikemukakan beberapa ahli keperawatan. Konsep caring hadir dirumuskan
untuk menjawab kebutuhan klien yang sesungguhnya. Caring tidak semata-mata
muncul begitu saja dalam ranah keperawatan. Ilmu keperawatan juga memiliki
dimensi filsafat seperti disiplin-disiplin ilmu yang lain. Dimensi filsafat tersebut
antara lain ontologi, epistemologi, dan aksiologi (Nursalam, 2008).
Konsep caring termasuk dalam ranah aksiologi. Aksiologi cenderung
membahas hal-hal berupa tindakan atau aksi. Aksiologi meliputi aspek etik dan
estetika. Aksiologi dalam keperawatan memunculkan suatu sifat yang harus
dimiliki seorang perawat yaitu, caring. Berawal dari caring lalu akan muncul
tindakan berikutnya yaitu, nursing. Caring memfasilitasi kegiatan pengkajian
kondisi pasien agar dapat menentukan intervensi yang tepat (Nursalam, 2008).
Caring menjadi begitu vital dan penting dalam praktik keperawatan karena
dampak dan manfaatnya yang luar biasa dalam berbagai aspek. Caring merupakan
esensi keperawatan sebagai identitas perawat yang sejati dan profesional. Perawat
profesional menerapkan caring. Caring dapat membangun hubungan yang baik
antara perawat dan kliennya sehingga memudahkan mengontrol perkembangan
kesehatan pasien (Potter & Perry, 2009).
Caring merupakan inti dari profesi keperawatan yang fokus dalam praktik
keperawatan besifat universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang
ditentukan oleh konteks budya. Sedangkan, care adalah upaya kesehatan dari
kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Hal tersebut
menjadikan caring sebagai tugas utama perawat dan curing adalah tugas sekunder
perawat. Curing adalah tugas utama seorang dokter sedangkan caring adalah
tugas sekunder dokter (Tone, 2015).
Konsep keluarga memiliki benang merah dengan konsep caring dalam
kaitannya dengan perawatan keluarga. Keluarga merupaka unit institusional dalam
masyarakat yang memiliki tipe serta bentuk yang beragam. Masing-masing
keluarga juga memiliki sisi uniknya yang tidak dapat disamakan satu sama lain.

15
Keunikan keluarga mendorong perawat melakukan caring dengan pendekatan dan
cara yang berbeda-beda tergantung dengan kliennya (Potter & Perry, 2009).
Baik konsep caring maupun konsep keluarga harus dipahami secara
keseluruhan untuk menunjang keberlangsungan perawatan yang baik. Perawat
melakukan caring kepada klien berarti melayani keluarga sebagai keseluruhan dan
melayani individu dalam struktur keluarga. Penerapan kedua konsep ini akan
menunjukkan hasil yang berbeda dari perawat yang hanya melakukan
pekerjaannya karena formalitas semata (Anna & Ferry, 2012).
Konsep caring dapat diaplikasikan kepada semua orang seperti teman
dengan teman dan perawat dengan pasien. Namun, memiliki titik berat yang
berbeda. Caring antara teman dengan teman merupakan hal yang baik dan
sebaiknya dilakukan. Sedangkan, caring antara perawat dengan pasiennya
merupakan suatu keharusan karena power terletak pada perawat yang
bersangkutan (Potter & Perry, 2009).
Pengaplikasian konsep caring antara teman dengan teman, dalam hal ini
mahasiswa dengan mahasiswa senior dapat dilakukan dengan beberapa bentuk.
Bentuk caring yang terpenting dalam konteks ini yaitu, memberikan rasa hormat
yang tulus dan konsisten. Menghormati mahasiswa senior merupakan anjuran agar
terjalin hubungan yang baik antara keduanya. Hubungan yang baik juga akan
memberi kebermanfaatan pada mahasiswa.
Pengaplikasian caring kepada mahasiswa senior dapat juga dilakukan
dengan cara menghargai mahasiswa senior. Menghargai mahasiswa senior berarti
bahwa mahasiswa junior mengakui keberadaannya dan mengakui bahwa
mahasiswa senior memiliki pengalaman lebih. Dengan mengakui keberadaan dan
pengalaman mahasiswa senior, mahasiswa junior menjadi lebih sopan dan tidak
sombong.
Bertegur sapa dan tersenyum kepada mahasiswa senior juga akan
menunjang hubungan yang baik. Sikap selalu peka dan peduli sehingga tidak
segan-segan membantu mahasiswa senior juga merupakan bentuk aplikasi konsep
caring. Kepedulian kepada mahasiswa senior menunjukkan rasa respect sehingga
mahasiswa senior pun merasa nyaman dan dihargai.

15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Caring merupakan bagian terpenting dalam praktik keperawatan,
karena caring menggunakan pendekatan yang dinamis
2. Caring berbeda dengan curing dalam hal perilaku pelayanan kesehatan
dan titik berat acuan perlakuan terhadap klien
3. Perawat mempunyai peran dan andil yang cukup besar dalam
pembangunan suatu negara melalui pembinaan kesehatan keluarga,

4.2 Saran
1. Perbaikan-perbaikan perlu segera dilakukan khususnya dalam
manajemen keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, maupun masyarakat.
2. Penerapan caring seorang perawat di Indonesia belum sepenuhnya
terlaksana. Oleh karena itu, penulis berharap adanya pelatihan-pelatihan
kepada perawat yang belum profesional dalam bekerja terutama yang
belum menerapkan konsep caring tersebut.

15

Anda mungkin juga menyukai