kelainan retrogresif
Kel 4 :
1. Alfi Sahrina Sirait
2. Aulia Nabilla br.Tarigan
3. Betesda Yohana Sihotang
4. Sri Bescy Hutasoit
Kelainan retrogresif
A. DEFINISI KELAINAN RETROGRESIF
Retrogresif adalah proses kemunduran atau degenerasi/kembali kearah yang
kurang kompleks dari sebuah jaringan atau organ yang sebelumnya telah
tumbuh mencapai batas normal.
B. MACAM KELAINAN RETROGRESIF
1. Atropi
Atrofi adalah berkurangnya ukuran suatu sel atau jaringanakibat
berkurangnya substansi sel sehingga jaringan menjadi lebih kecil. Atrofi
merupakan respons adaptif yang timbul sewaktu terjadi penurunan beban
kerja sel atau jaringan. Adanya penurunan beban kerja menyebabkan
kebutuhan akan oksigen dan nutrisi berkurang yang menyebabkan sebagian
besar struktur intrasel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel
intrasel, dan protein kontraktil menyusut.
Atrofi terjadi akibat sel, jaringan atau organ yang tidak digunakan seperti otot
anggota gerak yang mengalami imobilisasi. Atrofi juga dapat timbul akibat
penurunan hormon atau rangsang saraf terhadap sel, jaringan atau organ
seperti pada payudara dan lapisan endometrium pada wanita yang memasuki
periode pasca menopause.Selain itu, atrofi lemak dan otot dapat terjadi
sebagai akibat defisiensi nutrisi seperti pada individu yang menderita
malnutrisi atau kelaparan. Demikian halnya akibat hambatan dan gangguan
suplai darah ke sel terjadilah atropi karena sel kekurangan zat gizi dan
oksigen.
Atropi bisa dibagi menjadi 2 kategori yaitu atropi fisiologik
dan atropi patologik.
a. Atropi fisiologik
Atropi fisiologik adalah sebuah proses normal yang dialami
manusia mulai dari awal kehidupan embriologik sampai
memasuki usia lanjut. Sebagai contoh atropi yang
terjadi pada pembuluh darah umbilikus pada seorang
bayi.Sedangkan pada usia lanjut terjadi atropi organ tubuh
seperti pada payudara.
Istilah atropi jika terjadi pada seluruh organ tubuh disebut
atropi general. Sedangkan atropi yang terjadi pada orang tua
disebut atropi senilis dengan beberapa penyebabnya sebagai
berikut:
1) Involusi
Kejadian yang disebabkan oleh menghilangnya stimulus
pertumbuhan, seperti mengecilnya payudara dan kulit
menjadi keriput.
2) Berkurangnya rangsang endokrin
Terjadi karena menurunnya sekresi hormon estrogen pada
wanita sehingga menjadi menopause atau berkurangnya
hormon kortisol yang menyebabkan tulang rapuh seperti pada
penyakit osteoporosis.
3) Arteriosclerosis
Terjadi pada orang tua menyebabkan suplai darah terganggu
dan mengakibat darah ke sel, jaringan dan organ seperti otak
berkurang. Akibatnya sel, jaringan dan organ tersebut
mengalami atropi.
b. Atropi patologik
Sebelum kita bahas berbagai jenis atropi patologis sebaiknya kita bahas terlebih dahulu
kondisi patologis penyebab atropi sebagai berikut:
1) Berkurangnya fungsi
Atropi bisa disebabkan karena berkurang fungsi suatu organ tubuh. Sebagai contoh
pasien yang dirawat dengan kasus fraktur tungkai, maka harus bedrest total. Akibatnya
akan mengalami atropi otot karena berkurangnya fungsi otot untuk menggerakkan kaki.
2) Hilangnya persarafan
Atropi bisa dialami pasien manakala terjadi hilangnya pesarafan ke organ atau jaringan
tersebut. Sebagai contoh atropi yang terjadi pada otot penderita poliomielitis terjadi
karena hilangnya sel tanduk anterior pada medula spinalis.
3) Hilangnya suplai darah
Anoksia pada jaringan karena hilangnya suplai darah dapat menjadi penyebab terjadinya
atropi pada jaringan tersebut. Sebagai contoh tungkai bawah mengalami atropi karena
adanya aterom atau varises.
4) Tekanan
Tekanan yang berasal dari luar (eksternal) tubuh seperti tekanan terhadap daerah sakrum
serta tekanan dari dalam tubuh seperti tekanan oleh tumor terhadap pembuluh darah
dapat menyebabkan terjadinya atropi.
5) Kekurangn nutrisi
Kekurangan nutrisi ke dalam tubuh dapat menyebabkan atropi pada jaringan lemak, usus,
pankreas juga otot sebagaimana dapat kita lihat pada penderita marasmus atau
kwashiokor.
Gambar anak marasmus dan kwashiorkor dan polimerase
6) Hilangnya rangsang endokrinSebuah organ tujuan
(target organ) akan mengalami atropi manakala
rangsang
endokrin berkurang atau hilang. Hal tersebut dapat kita
lihat pada kelenjar adrenal sebagai target organ yang
mengalami atropi karena hilangnya rangsang dari
hormon ACTH (adeno corticotropi hormon) yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitari.
7) Hormonal
Hormon yang diberikan pada tubuh seperti
penggunaan kortikosteroid topikal pada kulit dapat
menyebabkan atropi dermis dan epidermis.Baiklah
saudara para mahasiswa yang budiman kita
kembalikepada awal
a. Atropi disuse
Atropi disuse adalah atropi yang terjadi pada organ atau jaringan
yang tidak beraktivitas dalam jangka waktu lama. Contoh yang
paling nyata yaitu atropi pada otot akibat hilangnya persyarafan
seperti pada penderita penyakit poliomyelitis. Atropi ini
juga dapat terjadi pada tulang seperti pada penderita yang harus
berbaring lama sehingga selalu dalam kondisi inaktifitas. Tulang
penderita yang demikian akan nampak berlubang lubang karena
kehilangan kalsium. Demikian halnya pada pankreas yang
mengalami inaktifitas karena adanya sumbatan pada saluran
keluar maka bagian eksokrin pankreas akan mengalami atropi
disuse.
b. Atropi tekanan
Atropi tekanan dapat terjadi pada suatu organ tubuh yang terdesak dalam
waktu lama. Atropi tekanan dapat bersifat fisiologik seperti gusi yang
tertekan oleh gigi yang akan tumbuh. Sedangkan atropi desakan patologis
terjadi seperti pada penyakit hidroneprosis di mana sel ginjal mengalami
desakan akibat obstruksi ureter oleh batu.
c. Atropi endokrin
Atropi endokrin terjadi pada organ tubuh yang aktivitasnya tergantung pada
rangsang hormon tertentu seperti penyakit Simmonds. Pada penyakit ini
kelenjar hipofisis tidak aktif mengakibatkan kelenjar adrenal, kelenjar gondok
dan ovarium yang aktivitasnya bergantung pada kelenjar hipofisis tersebut
mengalami atropi.
d. Atropi vaskuler
Atropi vaskuler terjadi pada organ yang mengalami penurunan aliran darah
hingga dibawah nilai krisis. Akibatnya organ atau jaringan tersebut
mengalami atropi karena kekurangan oksigen dan zat nutrisi yang dibawa
darah.
e. Atropi payah (exhaustion atrophy)
f. Atropi serosa
Atropi ini terjadi pada jaringan lemak pasien malnutrisi berat atau kakheksia.
Hal tersebut terjadi karena metabolisme pembentukan energi dilakukan dari
bahan selain glukosa yaitu lemak. Sehingga jaringan lemak akan mengalami
atropi dan menjadi encer seperti air atau lendir.
g. Atropi denervasi
Atropi yang terjadi akibat adanya kerusakan sistem persarafan pada sebuah
jaringan atau organ sehingga organ mengalami gangguan dan menjadi atropi.
h. Atropi coklat memiliki hubungan dengan malnutrisi berat atau kakheksia dan
organ yang mengalami atropi adalah jantung dan hati.
2. Degenerasi dan Infiltrasi
a. Degenerasi
Degenarasi ini disebut juga cloudy swelling atau disebut juga degenerasi
albumin. Sel akan nampak bengkak dan keruh karena adanya sitoplasma
yang menjadi butir butir. Jaringan yang terkena akan membesar, padat dan
berwarna pucat seperti yang terjadi pada tubulus ginjal, hati dan jantung.
Penyebab dari degenerasi ini antara lain cidera yang reversible sehingga
kondisi sel dapat pulih kembali seperti sel yang mengalami infeksi,
keracunan, suhu ekstrim, anoksia, gizi buruk dan gangguan sirkulasi.
2) Degenerasi hidropik
3) Degenerasi lemak
(a) Hati orang yang terbiasa minum alkohol akan terlihat membesar
karena perlemakan, kuning dengan konsistensi lembek.
(c) Ginjal orang yang mengalami infeksi seperti glomerulo nefritis akan
terlihat ginjalnya membesar karena perlemakan dan pucat.
4) Degenerasi musin
1) Infiltrasi glikogen
Glikogen akan ditemukan dalam sel yang normal tidak
berlebihan seperti dalam sel otot dan sel hati. Tetapi sering
sel mendapatkan glikogen yang mengumpul berlebihan
sehingga akan mengganggu aktivitas sel.
Penumpukan tersebut dapat terjadi karena jumlah glukose
yang berlebihan sehingga dibentuk menjadi glikogen. Selain
itu juga bisa disebabkan karena gangguan pada
mekanisme mobilisasi dan penggunaan glikogen. Kondisi
seperti ini dapat kita temukan pada penderita diabetes
melitus.
2) Stromal fatty infiltration
Stromal fatty infiltration adalah pengumpulan lemak di
dalam sel jaringan ikat (stroma) sehingga jaringan
tersebut menjadi sel lemak. Kita dapat temukan pada
jantung yang diliputi lemak sampai ke otot myocard.
Sebagai kesimpulan yaitu bahwa degenerasi terjadi akibat
cidera sel yang kemudian menimbulkan perubahan
metabolisme. Sedangkan infiltrasi terjadi akibat adanya
perubahan metabolisme yang diikuti gangguan pada sel.
Degenerasi dan infiltrasi dapat terjadi akibat adanya
gangguan yang bersifat biokimiawi atau biomolekuler.
Sebagaimanacontoh diatas telah disebutkan bahwa
degenerasi dapat terjadi akibat anoxia yang berarti
bersifat biokimiawi sedangkan infiltrasi terjadi akibat
penumpukan glikogen didalam sel yang berarti bersifat
biomolekuler.
3. Gangguan Metabolisme
Nekrosis ini terbatas pada pembuluh darah yang kecil, arteriol, danglomeruli
akibat penyakit autoimun atau hipertensi maligna. Tekanan yang tinggiakan
menyebabkan nekrosis dinding pembuluh darah sehingga plasma masuk
kedalam lapisan media. Fibrin terdeposit disana. Pada pewarnaan
hematoksilin eosinterlihat masa homogen kemerahan.
Contoh penyakit dan jenis nekrosis :
oGumma (sipilis stadium III), infark
miokardtergolong Nekrosis Coagulativa
oInfark otak tergolong Nekrosis
Liquefaction
oTuberkulosa tergolong Nekrosis Caseosa
oAppendiksitis tergolong Gangren /
Nekrosis Iskemia + bakteri saprofit.
oPancreatitis akut hemoragia termasuk
Nekrosis Enzimatik
Beberapa penyebab nekrosis:
1. Iskemia
Terjadi akibat anoksia (hambatan total pasokan
oksigen) atau hipoksiaseluler (kekurangan
oksigen pada sel). Dapat disebabkan oleh
berbagai hal:
a. Obstruksi aliran darah
b. Anemia (eritrosit pembawa oksigen
berkurang jumlahnya)
c. Keracunan karbon monoksida.
d. Penurunan perfusi jaringan dari darah yang
kaya oksigene.
e. Oksigenasi darah yang buruk, sebagai akibat
penyakit paru, obstruksisaluran nafas,
konsentrasi oksigen udara yang rendah.
2. Agen biologic
Toksin bakteri dapat mengakibatkan
kerusakan dinding pembuluh darah dan
trombosis. Toksin biasanya berasal dari bakteri
yang virulensinya tinggi baik endogen maupun
eksogen. Virus dan parasit juga dapat
mengeluarkan beberapaenzim dan toksin yang
secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi jaringan dan menyebabkan
nekrosis
3. Agen kimia
Natrium dan glukosa merupakan zat kimia
yang berada dalam tubuh. Namun ketika
konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan
nekrosis akibat gangguan keseimbangan
osmotik sel. Beberapa zat tertentu dapat pula
menimbulkan nekrosis ketika konsentrasinya
rendah
4. Agen fisik
Trauma, suhu yang
ekstrim (panas maupun
dingin), tenaga listrik,
cahaya matahari, dan
radiasi dapat
menimbulkan kerusakan
inti sehingga
menyebabkan nekrosis .
5.Apoptosis
Apoptosis (dari bahasa Yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah
mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel
terprogram.Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk
membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh.Apoptosis
berbeda dengan nekrosis dan piroptosis. Apoptosis pada umumnya
berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh,
sedangkan nekrosis adalah kematian sel yang disebabkan oleh
kerusakan sel secara akut; dan proptosis adalah kematian sel
terprogram yang terjadi pada infeksi patogen intraseluler dan
menimbulkan inflamasi.Contoh nyata dari keuntungan apoptosis adalah
pemisahan jari pada emembri.Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang
terletak di antara jari menyebabkan masing-masing jari menjadi terpisah
satu sama lain.Bila sel kehilangan kemampuan melakukan apoptosis
maka sel tersebut dapat membelah secara tak terbatas dan akhirnya
menjadi kanker.
Apoptosis memiliki ciri morfologis yang khas seperti
membran plasma yang melepuh, sel yang mengerut,
kondensasi kromatin dan fragmentasi DNA, dan
dimulai dengan enzim kaspase dari kelompok sisteina
protease membentuk kompleks aktivasi protease
multi sub-unit yang disebut apoptosom. Apoptosom
disintesis di dalam sitoplasma setelah terjadi
peningkatan permeabilitas membran mitokondria sisi
luar dan pelepasan sitokrom c ke dalam sitoplasma,
setelah terjadi interaksi antara membran ganda
sardiolipin mitokondria dengan fosfolipid anionik yang
memicu aktivitas peperoksidas.Apoptosom
merupakan kompleks protein yang terdiri dari
sitokrom c, Apaf-1, dan prokaspase-9.Selain sitokrom
c, mitokondria juga melepaskan protein apoptotik lain
seperti apoptosis Inducing Factor, endonuclease G,
Omi, dan Smac/Diablo.
Perkembangan SuntingPada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ
atau jaringan harus bersifat konstan pada rentang tertentu. Sel darah dan
kulit, misalnya, selalu diperbarui dengan pembelahan diri sel-sel
progenitornya, tetapi pembelahan diri tersebut harus dikompensasikan
dengan kematian sel yang tua. Diperkirakan 10 miliar sel mati setiap harinya
karena apoptosis pada manusia dewasa. Keseimbangan (homeostasis)
tercapai ketika kecepatan mitosis (pembelahan sel) pada jaringan yang
disamai oleh kematian sel.Bila keseimbangan ini terganggu, salah satu dari
hal berikut ini akan terjadi: bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi
daripada kecepatan kematian sel, akan terbentuk tumor. Bila kecepatan
pembelahan sel lebih rendah daripada kecepatan kematian sel, akan terjadi
penyakit karena kekurangan sel. Kedua keadaan tersebut dapat bersifat
fatal atau sangat merusak.
Regulasi sistem imun Sunting Sel B dan sel T adalah pelaku utama
pertahanan tubuh terhadap zat asing yang dapat menginfeksi
tubuh, maupun terhadap sel-sel dari tubuh sendiri yang
mengalami perubahan menjadi ganas. Dalam melakukan
tugasnya, sel B dan T harus memiliki kemampuan untuk
membedakan antara "milik sendiri" (self) dari "milik asing" (non-
self), dan antara antigen "sehat" dan "tidak sehat". "Sel T
pembunuh" (killer T cells) menjadi aktif saat terpapar potongan-
potongan protein yang tidak sempurna (misalnya karena mutasi),
atau terpapar antigen asing karena adanya infeksi virus. Setelah
sel T menjadi aktif, sel-sel tersebut bermigrasi keluar dari nodus
limfa untuk menemukan dan mengenali sel-sel yang tidak
sempurna atau terinfeksi, dan merangsang sel-sel tersebut
melakukan kematian sel terprogram.
Secara morfologi Sunting Sel yang mengalami
apoptosis menunjukkan morfologi unik yang dapat
dilihat menggunakan mikroskop[butuh rujukan]:Sel
terlihat membulat. Hal itu terjadi karena struktur
protein yang menyusun cytoskeleton mengalami
pemotongan oleh peptidase yang dikenal sebagai
caspase. Caspase diaktivasi oleh mekanisme sel
itu sendiri.Kromatin mengalami degradasi awal
dan kondensasi.Kromatin mengalami kondensasi
lebih lanjut dan membentuk potongan-potongan
padat pada membran inti.Membran inti terbelah-
belah dan DNA yang berada didalamnya
terpotong-potong.Lapisan dalam dari membran
sel, yaitu lapisan lipid fosfatidilserina akan
mencuat keluar dan dikenali oleh fagosit, dan
kemudian sel mengalami fagositosis, atauSel
pecah menjadi beberapa bagian yang disebut
badan apoptosis, yang kemudian difagositosis.
Uji laboratorium untuk apoptosis
SuntingPenilaian apoptosis dapat
dilakukan melalui berbagai uji
sebagai berikut: uji TUNEL, uji
caspase, uji Annexin, dan DNA
laddering. Pada uji TUNEL (terminal
transferase mediated dUTP-biotin
nick end labelling) mendasarkan
pada keadaan inti sel yang
terfragmentasi.
6.Postmortal
Kaku mayat (bahasa Latin: Rigor mortis) adalah salah satu tanda fisik kematian.
Kaku mayat dapat dikenali dari adanya kekakuan yang terjadi secara
bertahap sesuai dengan lamanya waktu pasca kematian hingga 24 jam
setelahnya.
Kaku mayat terjadi akibat hilangnya adenosina trifosfat (ATP) dari otot-otot
tubuh manusia. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin
pada otot sehingga otot dapat berelaksasi,serta hanya akan beregenerasi
bila proses metabolisme terjadi. Apabila seseorang mengalami kematian,
proses metabolismenya akan berhenti dan suplai ATP tidak akan terbentuk,
sehingga tubuh perlahan-lahan akan menjadi kaku seiring menipisnya
jumlah ATP pada otot.
Ikatan antara aktin dan myosin di otot manusia akan menetap
(menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Kaku mayat
akan mulai muncul 2 jam postmortem (setelah kematian). Ciri fisik
akan semakin dapat teridentifikasi hingga mencapai mencapai titik
maksimal pada 12 jam postmortem. Namun setelah itu, ciri ini
akan berangsur-angsur menghilang sama seperti dengan
kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam
postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi. Faktor-faktor
yang memengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh,
volume otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin
cepat terjadi kaku jenazah. Kaku mayat diperiksa dengan cara
menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh persendian
tubuh.
Hal-hal memiliki tanda fisik sama namun berbeda dari kaku
mayat adalah:Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang
terjadi pada saat kematian dan menetap sesudah kematian akibat
hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum mati.Heat stiffening, yaitu kekakuan otot
akibat koagulasi protein karena panas sehingga serabut otot
memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang
tersimpan dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu
yang lama.Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat
lingkungan yang dingin sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh
dan pemadatan jaringan lemak pada lapisan subkutan sampai
otot.
7.Penimbunan Pigmen
Pigmen adalah zat pewarna tubuh manusia, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan. Banyak atau sedikitnya pigmen memengaruhi warna
kulit seseorang. Namun, ada kalanya warna kulit berubah karena
penyakit kelainan pigmen.Macam-macam warna kulit manusia
dipengaruhi oleh zat pigmen tubuh yang disebut melanin. Melanin
juga turut berperan dalam memberi warna rambut dan mata. Jika
melanin dalam tubuh terlalu banyak, maka warna tubuh akan
semakin gelap. Begitu pula sebaliknya, jika tubuh memproduksi
sedikit melanin maka warna kulit pun menjadi lebih pucat.
disebut melanosit. Ketika melanosit
rusak atau tidak sehat, produksi
melanin bisa terganggu, yang
kemudian akan memengaruhi warna
kulit akibat gangguan pigmentasi. Ada
gangguan pigmentasi yang hanya
memengaruhi sebagian kecil area
kulit, semisal tanda lahir. Namun, ada
juga gangguan pigmentasi yang
menyerang seluruh tubuh. Berikut
adalah beberapa gangguan pigmen
yang umum terjadi:
• Melasma adalah masalah kulit ketika timbul bercak-
bercak hitam di kulit pipi, dahi, batang hidung, dagu, leher,
dan tangan. Melasma bisa muncul di area tubuh yang
sering terkena sinar matahari, dan lebih umum terjadi
pada wanita, meskipun bisa juga terjadi pada pria. Jika
terjadi pada wanita hamil, melasma juga disebut
chloasma. Chloasma dapat hilang dengan sendirinya
setelah masa kehamilan selesai atau bisa juga diobati
dengan krim kulit.Apabila Anda menderita melasma,
disarankan untuk tidak terlalu sering atau terlalu lama
terpapar sinar matahari. Lindungi kulit dengan
mengoleskan tabir surya SPF 30 atau lebih tinggi setiap
beraktivitas di luar ruangan, memakai topi bertepi lebar,
dan berobat ke dokter spesialis kulit jika kondisi ini tidak
membaik.
• Vitiligo adalah penyakit autoimun yang menyerang sel
penghasil pigmen. Kondisi ini menyebabkan hilangnya warna
kulit sehingga timbul bercak-bercak putih di kulit. Vitiligo
terjadi karena berkurangnya melanin secara lokal hanya di
daerah kulit tertentu. Biasanya, perubahan warna muncul
pertama kali pada daerah yang terpapar sinar matahari,
seperti tangan, lengan, kaki, wajah dan bibir.Tanda-tanda
penyakit pigmen ini antara lain adalah munculnya uban pada
rambut, bulu mata, alis, atau jenggot sebelum berusia 35
tahun, berubah atau hilangnya warna pada retina (lapisan
dalam bola mata) serta jaringan yang melapisi bagian dalam
mulut dan hidung (selaput lendir), dan timbulnya bercak putih
di sekitar ketiak, pusar, alat kelamin, dan dubur.
• Albinisme adalah kelainan genetik akibat mutasi gen
yang menyebabkan tidak berfungsinya sel-sel yang
memproduksi melanin. Mutasi genetik ini membuat kulit,
rambut, atau mata pada albinisme menjadi tidak
berwarna, serta menimbulkan masalah pada mata.
Albinisme tidak bisa diobati, dan penderita kelainan
pigmen ini harus menggunakan tabir surya setiap saat.
Karena tanpa melanin, kulit penderita albinisme lebih
berisiko rusak akibat paparan sinar matahari atau
bahkan menderita kanker kulit.
• Hiperpigmentasi pasca inflamasiMerupakan kondisi
berubahnya warna kulit menjadi lebih gelap atau lebih terang
setelah mengalami peradangan atau iritasi. Kondisi ini bisa
diawali oleh infeksi pada kulit, luka bakar, atau paparan zat
iritatif yang merusak kulit. Biasanya keadaan ini akan membaik
dalam waktu beberapa bulan.