Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Mochammad Rizqi Ramadhan 132110101083
2. Riska Cornela Sari 132110101109
3. Denah Setya Imansari 132110101182
4. Lisa Puspita Sari 132110101131
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Logam berat .............................................................................................. 4
2.2 Merkuri ..................................................................................................... 4
2.3 Jenis Merkuri ............................................................................................ 5
2.4 Penggunaan Merkuri ................................................................................ 6
2.5 Merkuri di Lingkungan ............................................................................ 9
2.6 Batas Aman Merkuri .............................................................................. 12
2.7 Toksisitas Merkuri .................................................................................. 12
2.8 Bahaya Merkuri ...................................................................................... 14
2.9 Pencegahan ............................................................................................. 15
BAB 3. PEMBAHASAN ..................................................................................... 17
3.1 Sumber Masalah ..................................................................................... 17
3.2 Penyebab Masalah .................................................................................. 17
3.3 Dampak .................................................................................................. 17
3.4 Penanganan Yang Telah Dilakukan ....................................................... 20
3.5 Pencegahan dan Penanggulangan ........................................................... 21
BAB 4. PENUTUP............................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 22
4.2 Saran ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 25
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batasan Kadar Hg di Lingkungan ......................................................... 11
Tabel 2.2 Konsentrasi Hg Pada Beberapa Organ Induk dan Janin ....................... 13
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Antara Berbagai Bentuk Merkuri dan Sifat-Sifatnya
Didalam Tubuh...................................................................................................... 10
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Dengan luasnya wilayah yang terkontaminasi, penulis merasa perlu untuk
mengkaji dan menganalisis hal tersebut untuk mengetahui sumber masalah,
penyebab, dampak, dan penanganan yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah ini.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan yang ditimbulkan akibat pencemaran merkuri di
Tambang Emas Gunung Botak Kabupaten Buru, Maluku
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami tentang pengertian dari logam berat merkuri (Hg)?
2. Mengidentifikasi sumber dari pencemaran di Tambang Emas Gunung
Botak Kabupaten Buru .
3. Mengetahui faktor penyebab pencemaran di Tambang Emas Gunung
Botak Kabupaten Buru.
4. Memahami dampak dari pencemaran Tambang Emas Gunung Botak
Kabupaten Buru.
5. Mengetahui penanganan yang telah dilakukan dari pencemaran di
Tambang Emas Gunung Botak Kabupaten Buru
2
6. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan dari pencemaran di
Tambang Emas Gunung Botak Kabupaten Buru.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Makalah ini dapat digunakan untuk menambah referensi ilmu pengetahuan
mengenai kondisi pada pertambangan emas di Gunung Botak Kabupaten
Buru, Maluku.
b. Makalah ini dapat digunakan untuk diskusi dan informasi untuk
malaksanakan suatu penelitian mengenai kondisi pada pertambangan emas
di Gunung Botak Kabupaten Buru, Maluku.
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini secara praktis dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
pengambilan keputusan untuk instansi-instansi terkait khususnya di
Kabupaten Buru, Maluku dalam perencanaan dan pengembangan
program-program kesehatan lingkungan.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Merkuri
Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan.
Kebanyakan merkuri yang terdapat di alam terdapat dalam bentuk elemen
terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air
dan organisme hidup melalui proses fisika, kimia dan biologi yang kompleks.
Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak
digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut diantaranya
adalah:
a. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu
kamar (25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain,
yaitu -39oC.
b. Kisaran suhu di mana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar, yaitu
396oC, dan pada kisaran suhu ini merkuri mengembang secara merata.
c. Mempuyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
d. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupkan konduktor terbaik
dibanding semua logam lain.
4
e. Banyak logam yang dapat larut di dalam mrkuri membentuk komponen
yang disebut dengan amalgam.
f. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua
makhluk hidup.
Merkuri hampir semuanya diproduksi dengan cara pembakaran merkuri
sulfida (HgS) di udara melalui reaksi sebagai berikut:
HgS + O2 Hg + SO2
Merkuri dilepaskan sebagai uap, yang kemudian mengalami kondensasi,
sedangan gas-gas lainnya mungkin terlepas di atmosfir atau dikumpulkan.
Merkuri di alam terdapat dalam bentuk sebagai berikut:
a. Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg++) dan garam-garamnya
seperti merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO).
b. Merkuri organik atau oeganomerkuri, yang terdiri dari:
1) Aril Merkuri, mengandung hidrokarbon aromatik
2) Alkil Merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan merupakan merkuri
yang paling beracun, misalnya metil merkuri, etil merkuri.
3) Alkoksialkil Merkuri (R-O-Hg).
5
Selain itu, biasa digunakan pada beberapa krim pencerah kulit serta
beberapa obat-obatan tradisional (EPA, 2013). Merkuri anorganik
mempunyai tendensi untuk terakumulasi di dalam jaringan dan ginjal. Hal
ini dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan tersebut, akan tetapi
pembuangan keluar tubuh juga lebih cepat melalui sistem urine (Kristanto,
2002).
c. Merkuri organik
Senyawa merkuri organik yang paling umum ditemukan di lingkungan
adalah metil merkuri (MeHg) yang berbentuk pada saat merkuri
bergabung dengan karbon. Organisme renik mengkonversi merkui
inorganik menjadi metil merkuri. Metil merkuri dapat terakumulasi dalam
rantai makanan, seperti pada ikan (EPA, 2013). Metil merkuri merupakan
komponen yang paling beracun, dapat mencemari lingkungan melalui
berbagai cara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja
maupun tidak sengaja. Pencemaran merkuri secara langsung dan sengaja
misalnya penggunaan metil merkuri pada benih atau biji-bijian.
Pencemaran secara langsung dan tidak sengaja misalnya metil merkuri
yang digunakan dalam industri atau yang berbentuk sebagai bahan
buangan dalam proses industri dibuang ke badan air dan sekitarnya.
Pencemaran secara tidak langsung terjadi jika komponen merkuri lainnya
ditransformasi oleh organisme tertentu. Biasanya merkuri organik dalam
bentuk komponen tidak tinggal di dalam tubuh untuk waktu yang cukup
lama sehingga tidak terakumulasi dalam jumlah yang membahayakan
(Kristanto, 2002)
6
untuk penerangan jalan dan pabrik karena mempunyai biaya instalasi dan operasi
yang lebih rendah daripada lampu pijar dan dapat dioperasikan pada tegangan
tinggi. Penggunaan lainnya, misalnya pada baterai merkuri yang mempunyai
umur relatif panjang dan dapat digunakan pada kondisi suhu dan kelmbapan yang
tinggi.
Pengguna terbesar ketiga dari merkuri beserta komponen-komponennya
adalah sebagai fungisida. Dalam hal ini merkuri digunakan untuk membunuh
jamur di dalam cat, pulp, kertas dan industri-industri pertanian. Cat yang
digunakan untuk kapal sering ditambah dengan merkuri okside (HgO) sebagai
antijamur atau merkuri osetat sebagai antilapuk.
Fenil merkuri asetat (FMA) merupakan komponen organomerkuri yang
banyak digunakan secara komersil untuk mencegah pembentukan lendir pada pulp
kertas yang masih basah selama pengolahan dan penyimpanan. Tetapi
penggunaan organomerkuri untuk kepentingan tersebut telah dilarang oleh Food
and Drug Administration (FDA) karena dapat mengkontaminasi makanan yang
dibungkus dengan kertas tersebut.
Logam merkuri juga digunakana sebagai katalis dalam industri kimia,
terutama pada industri vinil klorida yang merupakan bahan dasar berbagai plastik.
Kasus keracunan merkuri yang terbesar terjadi di Teluk Minamata, dalam tahun
1953-1960 disebabkan oleh buangan merkuri dari pabrik vinil kloride.
Logam merkuri juga digunakan di dalam termometer dan alat-alat pencatat
suhu dengan bentuk cairnya ada pada kisaran suhu yang lebar, sifatnya uniform,
koefisien muai panasnya besar, dan konduktivitas listriknya besar.
Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran
lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara.
Merkuri yag terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri
tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk
ganggang dn tumbuhan air. Selanjutnya ikan-ikan kecil dan makhluk lainnya
mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih besar,
atau masuk ke dalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan
merkuri di dalam rumahnya, ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian
dikonsumsi manusia sehingga manusiapun dapat mengumpulkan merkuri di
7
dalam tubuhnya. FDA menetapkan batasan kandungan merkuri maksimum adalah
0,005 ppm untuk makanan, sedangkan WHO (World Health Organization)
menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah, yaitu 0,0001 ppm untuk
air.keracunan merkuri terutama disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar
merkuri atau konsumsi biji-bijian yang diberi perlakuan dengan merkuri.
Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan
jelas, tetapi bebrapa hal mengenai daya racun merkuri dalam jumlah yang cukup
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup beracun terhadap tubuh.
b. Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik
dalam daya racunnya, distribusi, akumulasi atau pengumpuan dan waktu
resistansinya di dalam tubuh.
c. Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh
di mana komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Pemakaian bahan merkuri digunakan dalam berbagai bidang
(Lestarisa,2010 dalam Djunaid, 2014), yaitu:
1. Bidang perindustrian
Dalam industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil
merkuri asetat) yang digunakan untuk mencegah pembentukan kapur pada
pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Logam natrium tersebut
dapat ditangkap oleh merkuri melalui proses elektrolisa dari larutan garam
natrium klorida (NaCl). Merkuri juga digunakan dalam industri cat untuk
mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen pewarna. Selain
itu, merkuri juga digunakan dalam industry pembuatan klor alkali yang
menghasilkan klorin (Cl2), dimana perusahaan air minum memanfaatkan
klorin untuk penjernihan air dan pembasmi kuman (proses kronisasi).
Penggunaan terbanyak pada bidang Industri yaitu adanya pabrik-pabrik alat-
alat listrik yang menggunakan lampu-lampu merkuri untuk penerangan jalan
raya.
8
2. Bidang pertambangan
Pada bidang pertambangan Logam merkuri digunakan untuk membentuk
amalgram, yaitu logam merkuri tersebut digunakan untuk mengikat dan
memurnikan emas.
3. Bidang kedokteran
Merkuri digunakan sejak abad 15 diamana merkuri digunakan untuk
pengobatan penyakit kelamin (sifilis), digunakan untuk obat diuretika,
sebagai bahan untuk kosmetik, logam merkuri digunakan untuk campuran
penambal gigi. Kalomel (HgCl) digunakan sebagai pembersih luka dan
kemudian diketahui bahwa bahan tersebut beracun sehingga tidak digunakan
lagi.
4. Bidang fisika
Merkuri digunakan dalam thermometer, barometer, pengatur tekanan gas dan
alat-alat listrik.
5. Bidnag pertanian
Merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Contohnya, senyawa metil
merkuri disiano diamida (CH3-Hg-NH-CHHNHCN), metil merkuri siano
(CH3-Hg-CN), metil merkuri asetat (CH3-Hg-CH2-COOH), dan senyawa etil
merkuri khorida (C2H5-HgCl).
9
yang sangat beracun, dimana dengan adanya rantai makanan
dimungkinkan untuk terakumulasi di dalam tubuh hewan dan manusia.
Hg anorganik
Semua
beracun dalam Merusak ginjal, semua jaringan termasuk
jumlah yang otak. Waktu retensi lama
cukup
Merkuri merupakan unsur alami yang dapat ditemukan di udara, air, dan
tanah yang dapat diditribusikan ke seluruh lingkungan baik secara alami maupun
karena adanya kegiatan manusia (antropogenik) (UNEP dan WHO, 2008 dalam
Junita, 2013).
a. Hg anorganik: berasal dari air hujan atau aliran sungai, memiliki sifat stabil
pada pH yang rendah.
b. Hg organik: berasal dari kegiatan pertanian, yaitu penggunaan pestisida.
c. Terikat: suspended soil
d. Logam Hg: berasal dari kegiatan industri (Budiono, 2002 dalam Junita, 2013)
10
Sebagian besar merkuri yang berada di atmosfer Hg0 uap, yang dapat
berada/beredar di atmosfer hingga satu tahun sehingga dapat tersebar ribuan mil
dari sumber emisi. Sebagian besar merkuri dalam air, tanah, sedimen, atau
tanaman dan hewan berada dalam bentuk merkuri ionik (seperti merkuri klorida)
(US EPA, 1997, UNEP dan WHO, 2008 dalam Junita, 2013). Sedangkan untuk
metil merkuri utamanya terdapat dalam ikan. Merkuri dapat berakumulasi di
rantai makanan sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi suatu organisme
dalam rantai makanan yang secara otomatis semakin tinggi juga tingkat trofiknya,
maka akan menyebabkan semakin tinggi pula konsentrasi metil merkuri pada
organisme tersebut (Watras et al., 1998; UNEP dan WHO, 2008 dalam Junita
2013)
Terdapat berbagai pertauran mengenai batasan kadar Hg di lingkungan.
Peraturan mengenai kadar Hg di lingkungan yang berlaku di Indonesia sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Batasan Kadar Hg di Lingkungan
No. Peraturan Kadar Hg yang Diperbolehkan
1. Kadar Hg dalam air minum pada 0,001 mg/l
Permenkes No.907/2002
2. Kadar Hg dalam air bersih pada 0,001 mg/l
Permenkes No.416/1990
3. Kadar Hg dalam udara tempat kerja 0,1 mg/l
pada Kepmenkes No.261/1998
4. Kadar Hg dalam makanan dan Dalam ikan segar: 0,5 mg/kg
minuman pada KepBPOM Dalam sayur-sayuran: 0,03
No.3725/B/SK/VII/89 mg/kg
Dalam biji-bijian: 0,05 mg/kg
5. Kadar Hg dalam air sungai Kepmen Golongan A (baku mutu air
LH No.02/1998 minum): 0,001 mg/l
Golongan B (Untuk
perikanan): 0,001 mg/l
Golongan C (untuk pertanian):
0,002 mg/l
11
Golongan D (yang tidak
termasuk golongan A,B, dan
C): 0,005 mg/l
Sumber: Inswiari (2008) dalam Junita (2013)
12
menembus darah-otak dan plasenta. Diketahui pula bahwa pada anak-anak
peningkatan risiko toksisitas pada paru-paru mungkin terjadi dan dapat
berkembang menjadi gangguan dalam pernafasan (sulit bernafas).
Menurut silalahi (2005) dalam Junita (2013), Hg berpengaruh terhadap
proses aterosklerosis karena Hg dapat membentuk radikal bebas yang dapat
merusak sel. Kandungan tinggi, yaitu sebesar >2,0 mg/g pada rambut pria dewasa
dapat berkolerasi dengan peningkatan risiko PJK dan/atau infarksi miokardial 2-3
kali lipat dibandingkan dengan yang memiliki kandunagn merkuri rendah.
Tabel 2.2 Konsentrasi Hg Pada Beberapa Organ Induk dan Janin
Organ Hg pada induk (g/g) Hg pada janin (g/g)
Ginjal 518 5,8
Paru-paru 77,5 0,6
Hati 8 10,1
Cerebrum 10,9 0,05
Cerebellum 5,8 0,24
Jantung 3,2 0,15
Limpa 5,2 1,8
Darah 15 g/100 ml 2,35 g/100 ml
Sumber: Widowati et al. (2008) dalam Junita (2013)
Menurut Agus, dkk (2005) dalam Djunaid (2014), salah satu logam berat
yang memiliki bahaya potensial adalah merkuri baik terhadap manusia maupun
hewan karena: (1) bersifat sebagai racun dan meracuni; (2) tidak dapat
dirombak/sukar dihancurkan oleh organisme. Toksisitas merkuri dapat terjadi
pada bentuk organik maupun anorganik. Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk
kimianya, misalnya merkuri anorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan
merkuri organik seperti metil merkuri bersifat toksik pada sistim syaraf pusat.
Menurut Wurdiyanto (2007) dalam Djunaid (2014), merkuri apapun
jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi
pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Penggunaan merkuri dalam waktu lama
menimbulkan dampak gangguan kesehatan hingga kematian pada manusia dalam
jumlah yang cukup besar.
13
Toksisitas akut dari uap merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan
kesadaran, mulut terasa tebal, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses,
oliguria, albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatis. Toksisitas garam
merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran alat pencernaan,
eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan tekanan darah.
Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan system syaraf,
antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok,
anemia, albuminuria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan
mukosa usus (Djunaid, 2014).
14
d. Tidak berfungsinya otak (gangguan syaraf seperti parestesia, ataxia,
dysarthria)
e. Kanker,
f. Kerusakan saluran pencernaan,
g. Gangguan kardiovaskuler
h. Gangguan psikologik berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat agresi,
i. Kegagalan ginjal akut ,
j. Kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir), dan
k. Kematian.
2.9 Pencegahan
Bila memungkinkan, merkuri hendaknya dikelola dalam sistem bersekat
rapat dan higiene yang ketat ditekankan di tempat kerja. Lebih lanjut, penting pula
dicegah:
a. terlepasnya merkuri dari kontainer
b. penyebaran percikan merkuri di udara
c. infiltrasi merkuri pada retakan dan celah-celah lantai atau meja kerja (ini
menyebabkan penguapan yang berlangsung lama).
Uap merkuri dan debu yang mengandung senyawa merkuri hendaknya
ditekan dengan langkah-langkah pengendalian teknis. Pada keadaan darurat
termasuk pajanan terhadap kadar merkuri yang tinggi, peralatan pelindung nafas
hendaknya dipakai (Lubis, 2002).
Batas-batas pajanan unsur merkuri berbeda di berbagai negara antara 0,01
3
mg/m hingga 0,05 mg/m3. Batasan paparan berdasarkan kesehatan yang
dianjurkan oleh suatu Kelompok Studi WHO adalah 25 g/g kreatinin dalam
kemih (WHO, 1995 dalam Lubis, 2002).
Pencegahan bila mungkin adalah substitusi merkuri dengan bahan lain
yang kurang berbahaya. Satu contoh substitusi, pembuatan cermin yang dulu
memakai amalgam timah putih diubah dengan menggunakan larutan amoniakal
perak nitrat, dan ternyata cermin yang dihasilkan lebih baik (Sumamur, 1986
dalam Lubis, 2002).
Pencegahan harus dijalankan di tambang-tambang tempat bijih merkuri
diambil, yaitu dengan ventilasi, pengeboran basah, dan pemakaian masker yang
15
dapat menahan uap merkuri (La Dou, 1990 dan WHO 1995 dalam Lubis, 2002).
Di pabrik-pabrik yang membuat barometer dan termometer, lantai harus rata,
licin, tidak boleh retak sehingga kalau terjadi penumpahan merkuri akan segera
dapat dibersihkan. Ventilasi umum di pabrikpabrik yang menggunakan merkuri
tidaklah baik, karena ventilasi memperhebat terjadinya penguapan merkuri.
Pemeriksaan kesehatan berkala, permasuk pemeriksaan gigi dan mulut sangat
membantu dalam menentukan keracunan sedini mungkin (Sumamur, 1986
dalam Lubis, 2002).
16
BAB 3. PEMBAHASAN
3.3 Dampak
1. Kandungan merkuri yang berasal dari tong pengolahan limbah tambang
emas menyebabkan dua sapi milik warga mati. Kematian sapi milik warga
dimungkinkan makanan dan minuman yang dikonsumsi telah tercemar.
Padahal menurut Permenkes No.907 tahun 2002, kadar Hg dalam air
minum sebesar 0,001 mg/l. Kadar Hg dalam air bersih menurut Permenkes
No.416 tahun 1990 sebesar 0,001 mg/l pula. Sapi juga sangat
dimungkinkan mengkonsumsi sayur-sayuran. Dimana kadar Hg dalam
sayur-sayuran menurut KepBPOM No.3725/B/SK/VII/89, yaitu sebesar
0,03 mg/kg
2. Pencemaran merkuri dari pengolahan limbah tambang emas mulai
berpengaruh pada kesehatan warga, misalnya penyakit kulit, penyakit
persendian, dan sakit kepala. Keluhan kesehatan warga sangat
dimungkinkan terjadinya akumulasi makanan yang berasal dari hewan dan
17
sayur-sayuran serta minuman hingga air bersih yang digunakan sehari-hari
telah tercemar dan melebihi ambang batas yang telah ditetapkan
3. Penjualan padi milik warga anjlok karena para pembeli khawatir dengan
kandungan merkuri dalam bahan pangan dari Kecamatan Waelata.
Merkuri mempunyai sifat translokasi di dalam tumbuhan. Dimana terdapat
perpindahan materi dalam sistem tumbuhan sehingga sangat
memungkinkan semua bagian tumbuhan tercemar oleh merkuri. Selain itu,
merkuri berbentuk cair sehingga mudah menyebar di permukaan air dan
penghuni habitat air bisa tercemar oleh merkuri, seperti ikan. Hal yang
paling berbahaya adalah komponen merkuri yang dapat diubah oleh
mikroorganismes yang terdapat di dalam laut, sungai, dan danau menjadi
metil merkuri yang sangat beracun. Dimana dengan adanya rantai
makanan dimungkinkan untuk terakumulasi di dalam tubuh hewan dan
manusia. Metil merkuri utamanya terdapat dalam ikan. Merkuri dapat
berakumulasi di rantai makanan sehingga dapat dinyatakan bahwa
semakin tinggi suatu organisme dalam rantai makanan yang secara
otomatis semakin tinggi juga tingkat trofiknya, maka akan menyebabkan
semakin tinggi pula konsentrasi metil merkuri pada organisme tersebut
4. Penelitian pada tahun 2012 menunjukkan kandungan merkuri di dalam air
sungai di sekitar tambang sudah masuk kadar yang membahayakan. Kadar
merkuri di sedimen sungai sudah sangat tinggi yaitu 9 mg/kg lumpur,
melebihi ambang batas 1 mg/kg lumpur. Sedangkan penelitian pada tahun
2014, ditemukan merkuri telah masuk ke rantai makanan. Merkuri dari
tambang emas Gunung Botak yang mengalir ke Teluk Kayeli ditemukan
pada hewan laut yang biasa dikonsumsi warga setempat seperti udang,
kepiting kerang, dan ikan.
Menurut Kepmen LH No.02 tahun 1998, kadar Hg dalam air sungai
golongan A (baku mutu air minum) sebesar 0,001 mg/l, golongan B
(Untuk perikanan) sebesar 0,001 mg/l, golongan C (untuk pertanian)
sebesar 0,002 mg/l, golongan D (yang tidak termasuk golongan A,B, dan
C) sebesar 0,005 mg/l. Kadar merkuri sedimen sungai di sekitar tambang
emas Gunung Botak sudah melampaui batas yang telah ditetapkan oleh
18
Kepmen LH sehingga sangat memungkinkan terjadinya gangguang
kesehatan terhadap makhluk hidup.
Menurut KepBPOM No.3725/B/SK/VII/89, kadar Hg dalam makanan dan
minuman, yaitu ikan segar sebesar 0,5 mg/kg, sayur-sayuran sebesar 0,03
mg/kg, dan biji-bijian sebesar 0,05 mg/kg. Tetapi, didalam studi kasus
tidak disebutkan besar kadar Hg dalam makanan laut yang telah tercemr
oleh logam berat tersebut. Di dalam studi kasus disebutkan bahwa ikan-
ikan mati akibat ekstraksi emas.
Kadar merkuri dalam tubuh warga yang berada di Desa Parbulu harus
diperiksa sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan dengan cepat.
Kadar merkuri dapat dilihat melalui darah yang harus bekisar antara 5-10 mg/l,
rambut bekisar antara 1-2 ppm, dan untuk urin konsentrasi merkuri maksimum
adalah 50 mg/g kreatinin. Sedangkan dosis letal akut merkuri inorganik untuk
orang dewasa adalah 1-4 gram atau 14-57 mg/kg berat badan untuk seseorang
yang memiliki berat badan sebesar 70 kg. Sedangkan dosis letal minimum metil
merkuri untuk seseorang yang memiliki berat badan sebesar 70 kg adalah berkisar
antara 20-60 mg/kg berat badan.
Pengaruh toksisitas merkuri terhadap warga di Desa Parbulu harus dilihat
dari bentuk komposisi merkuri di tambang emas Gunung Botak, rute masuknya ke
dalam tubuh, dan lamanya terpajan warga. Pekerja dan bukan pekerja sangat
dimungkinkan terjadi toksisitas pada organ tubuhnya sehingga penyakit gangguan
pernafasan, penyakit yang menyerang otak, aterosklerosis, risiko PJK, dan
neuroasthenia bisa terjadi. Hal tersebut dikarenakan lokasi pengolahan yang tidak
jauh dari permukiman warga dan aliran air serta makhluk hidup lain yang telah
tercemar oleh merkuri.
Merkuri anorganik yang berada di tambang emas Gunung Botak bersifat
toksik pada ginjal. Sedangkan konsentrasi Hg pada organ ginjal induk sebesar 518
g/g dan pada organ ginjal janin sebesar 5,8 g/g. Penggunaan merkuri dalam
waktu lama menimbulkan dampak gangguan kesehatan hingga kematian pada
manusia dalam jumlah yang cukup besar.
19
3.4 Penanganan Yang Telah Dilakukan
Dengan adanya kegiatan pertambangan emas ilegal di Gunung Botak
Kabupaten Buru, Maluku tersebut ada beberapa tindakan yang telah dilakukan
untuk meminimalisir pencemaran merkuri yang mengalir di saluran air
masyarakat sekitar hingga pencemaran merkuri yang telah masuk ke rantai
makanan, yakni dengan pengukuran kadar merkuri di sedimen sungai sudah
sangat tinggi yang telah melewati ambang batas normal, yaitu sebanyak 9
miligram (mg) per kilogram (kg) lumpur , sedangkan ambang batas merkuri di
lingkungan yang aman adalah 1 mg per 1 kg tersebut pemerintah merencanakan
upaya penanganan dalam bentuk normalisasi lingkungan. Berdasarkan informasi
yang dikutip dari sumber berita lain menyatakan bahwa pemerintah kerap
melakukan penutupan tambang emas ilegal yang beroperasi di sekitar Gunung
Botak Kabupaten Buru, Maluku. Hingga inspeksi secara besar-besaran dilakukan
oleh pihak berwenang dengan membakar tenda penambangan serta memulangkan
para penambang dari liar pulau Buru.
Selain aksi tersebut pemerintah kabupaten Buru berencana membangun
tambang emas legal di kawasan tersebut. Seperti yang dilansir pada sumber berita
lain Bupati mengatakan bahwa pekerja yang boleh bekerja dalam tambang rakyat
tersebut adalah penduduk yang tergabung dalam koperasi daerah dan diperlukan
pendataan penduduk agar dapat dipastikan siapa saja yang dapat bergabung dalam
koperasi. Sistem koperasi tersebut diharapkan tidak akan merusak lingkungan,
yakni mekanisme pengambilan tidak menggunakan alat berat, membatasi
kedalaman galian, serta cara pengambilan tidak menggunakan merkuri, yakni
mensubstitusi dengan bahan yang ramah lingkungan.
Dikeluarkannya Izin Pertambangan Rakyat atau IPR, Undang-Undang No.
4 Tahun 2009 tentang Minerba, Pasal 67, menyatakan bahwa Bupati dapat
memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, baik perorangan maupun
kelompok masyarakat atau koperasi, yang mana sebelumnya pemohon wajib
menyampaikan surat permohonan kepada Bupati. Pasal 72; mengenai tata cara
pemberian IPR diatur dengan peraturan daerah kabupaten. Kedua ketentuan ini
dapat menjadi dasar pertimbangan pembentukan suatu peraturan daerah di
20
kabupaten Buru yang mengatur tentang masalah pertambangan guna
menanggulangi kegiatan penambangan liar.
Pengelolaan penambangan liar di Gunung Botak dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan membuat kebijakan-kebijakan terkait pemberian ijin
atas penambangan dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah No 23 Tahun
2010 tentang Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara, Pasal 48,
setiap usaha pertambangan rakyat pada wilayah pertambangan rakyat dapat
dilaksanakan apabila telah mendapatkan izin pertambangan rakyat. Izin pemohon
harus memenuhi; a. persyaratan administratif. b. persyaratan teknis. c. persyaratan
finansial.
21
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Merkuri (Hg) merupakan logam berat yang berbahaya dan sering mencemari
lingkungan. Merkuri dapat digunakan untuk membentuk almagam, yaitu
logam merkuri tersebut digunakan untuk mengikat dan memurnikan emas.
2. Aktivitas pertambangan emas di Desa Parbulu, Kecamatan Waelata,
Kabupaten Buru menimbulkan pencemaran lingkungan. Kandungan merkuri
yang terdapat pada lumpur limbah pengolahan emas dapat terakumulasi
dalam tubuh manusia sehingga mengganggu kesehatan manusia.
3. Kandungan merkuri pada limbah pengolahan emas di Desa Parbulu,
Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru menutup saluran air yang menjadi
sumber air minum ternak dan irigasi di sawah sehingga berpengaruh pada
kesehatan dan lahan pertanian.
4. Lumpur limbah pengolahan emas di Desa Parbulu, Kecamatan Waelata,
Kabupaten Buru yang mengandung merkuri berdampak pada matinya hewan
ternak, gangguan kesehatan pada warga, dan terganggunya hasil dari
pertanian dan perikanan milik warga.
5. Penanganan yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Buru terkait
pencemaran dari tambang emas antara lain pengukuran kadar merkuri yang
menunjukkan telah melewati ambang batas normal, penutupan tambang emas
ilegal, inspeksi secara besar-besaran dengan membakar tenda penambangan
serta memulangkan para penambang dari liar pulau Buru. Selain itu,
pemerintah kabupaten Buru berencana membangun tambang emas legal di
kawasan tersebut, dan dikeluarkannya Izin Pertambangan Rakyat atau IPR,
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Minerba, Pasal 67.
6. Solusi yang dapat diajukan untuk mengurangi kadar merkuri akibat limbah
tambang emas di Desa Parbulu, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru antara
lain memberikan karbon aktif dalam perairan, dengan pertukaran ion, dengan
adanya PROKASIH (Program Kali Bersih ), penanggulangan secara non-
teknis dan secara teknis, dan dapat dilakukan jauh dari pemukiman
penduduk.
22
4.2 Saran
1. Perlu adanya pengoptimalan dalam pembuatan saluran pembuangan limbah
cair berupa saluran dengan lapisan impermeable sehingga limbah cair tidak
meresap mencemari tanah dan air tanah dan menutup saluran irigasi dan
sumber air minum.
2. Perlu ada penelitian intensifdan lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat lebih
jauh dampak yang ditimbulkan dari pertambangan emas rakyat tentang
kandungan logam berat merkuri (Hg) terhadap pertanian maupun kesehatan
masyarakat agar dapat diadakan pencegahan.
3. Pemerintah daerah juga dapat mengeluarkan berbagai peraturan yang lebih
meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat adat yang didalamnya
memuat pembagian zona wilayah pertambangan.
4. Untuk mengurangi limbah merkuri yang dibuang begitu saja harus ada
penertiban dan tindakan keras dari pemerintah karena pertambangan yang
ada adalah pertambangan tanpa izin usaha sehingga pemerintah mempunyai
wewenang dan hak untuk mengaturnya yang dilindungi oleh badan hukum.
5. Melihat bahwa pertambangan emas memberikan dampak buruk terhadap
penurunan kualitas lingkungan dan juga termasuk dalam pertambangan emas
illegal atau tanpa ijin usaha, maka seharusnya pertambangan ini ditutup.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
Warga Gunung Botak alami gangguan kesehatan
Mustaslimah menunjukkan kepada saya saluran air yang kering akibat tumpukan
sisa lumpur limbah tambang emas yang diolah di lokasi tak jauh dari
kediamannya.
Bekas saluran air yang semula mengalir ke sungai kecil yang menjadi sumber air
minum ternak dan irigasi di sawah itu tampak kering karena ditutupi endapan
lumpur berwarna putih.
Dia mengatakan kandungan merkuri yang berasal dari tong pengolahan limbah
tambang emas itu yang menyebabkan dua sapi miliknya mati.
Dulu-dulu itu juga tak ada penyakit aneh, sekarang ada penyakit kulit udah
dirasa kayak gatal-gatal udah dikasih obat, kambuh lagi, kayak saya abis nyuci di
sungai gatal-gatal, sapi saya dua mati, takutnya kena anak-anak kena orang kan
berbahaya, jelas Mustalimah .
25
Limbah pengolahan tambang emas yang mengandung bahan berbahaya hanya
berjarak sekitar 300 meter dari permukiman dan aliran irigasi.
Tulang-tulang itu kayak pretel itu bagaimana, kepala pusing, linu-linu ga sama
dengan yang dulu, kasianlah apalagi kami tak bisa pindah dari sini, jelas
Karminah yang merupakan transmigran yang berasal dari Blitar Jawa Timur.
Mereka mengaku sejumlah tetangganya juga mengalami rasa sakit yang sama.
Ganti rugi yang diberikan para pemilik pengolahan tambang emas ilegal itu tak
sampai lima persen dari harga sapinya. Upaya warga agar tempat pengolahan
emas ditutup pun tidak mendapatkan jawaban dari pemerintah.
Meski tambang emas di Gunung Botak yang berjarak sekitar puluhan kilometer
dari Desa Parbulu, tetapi aktivitas pengolahan emas dan juga limbahnya dilakukan
di tengah permukiman penduduk dan lahan pertanian.
Penelitian Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA dari
Universitas Pattimura, Yusthinus T Male, pada 2012 lalu menunjukkan
kandungan merkuri di dalam air sungai di sekitar tambang sudah masuk kadar
yang membahayakan.
Dan pada penelitian selanjutnya, pada 2014, ditemukan merkuri telah masuk ke
rantai makanan.
"Merkuri dari tambang emas gunung Botak yang mengalir ke Teluk kayeli,
ditemukan pada hewan laut
26
yang biasa dikonsumsi warga setempat seperti udang, kepiting kerang dan ikan,"
jelas Yusthinus.
Sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/11/150915_indonesia_tamb
angemas
27