Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TOKSIKOLOGI

MERKURI

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Agustia Puji Rahmadhani (PO.71.34.1.18.003)


2. Anggilta Maya Sari (PO.71.34.1.18.006)
3. Aulia Afifah Moharroma (PO.71.34.1.18.009)
4. Aulia Firza Syahriana (PO.71.34.1.18.011)
5. Dandy Diaz Wijaya (PO.71.34.1.18.013)
6. Dewi Anggraini Hutauruk (PO.71.34.1.18.015)
7. Gahasda Putri (PO.71.34.1.18.018)
8. Maria Rina Simanjuntak (PO.71.34.1.18.022)
9. Prabella Yunike Putri (PO.71.34.1.18.026)
10. Rieke Dwi Ramadhany (PO.71.34.1.18.029)
11. Shafa Putri Tama (PO.71.34.1.18.032)
12. Shania Ersana Girsang (PO.71.34.1.18.033)

Dosen Pembimbing: Diah Navianti, S.Pd, M.Kes

Tingkat : 2 A

Program Studi DIII Analis Kesehatan


Poltekkes Kemenkes Palembang
Tahun 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Merkuri”.
Makalah ini disusun guna memenuhi matakuliah toksikologi. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu. Kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca
bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Palembang, 03 Maret 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Merkuri...................................................................................4

BAB III PENTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................26

3.2 Saran.......................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merkuri metalik sebagai air raksa satu satunya Logam yang berbentuk cairan
dalam keadaan biasa menarik perhatian bagi sarjana dan ilmiah sejak zaman
dahulu. Dengan digunakannya merkuri secara umum dalam industri selama 200
tahun yang lalu, telah pula ditemukan bentuk toksisitas baru yang berhubungan
dengan senyawa anorganik dari elemen atau dengan logamnya sendiri. Pada tahun
1953, suatu epidemi misterius ditemukan di perkampungan nelayan Minamata di
jepang. Perkampungan ini berlokasi dekat anak sungai tempat aliran limbah
pabrik besar yang memproduksi plastik vinil. Epidemi keracunan ini telah
ditelusuri ke daerah dimana dikonsumsi ikan yang terkontaminasi limbah dari
pabrik ini. Zat yang menyebabkan hal ini adalah metil merkuri yang mana
terbentuk oleh air laut oleh proses dari bakteri pada anorganik pada limbah
Merkuri merupakanlogam berat yang sangat berbahaya. Keracunan
merkurimenyebabkanbanyakefekmerugikanpada makhlukhidup,termasuk
manusia. Sayangnyamanusiadapat terpaparmerkuri secaramudahdan tidak
disadari.Halitudikarenakanmerkuriterdapatdalamhal-halyang dekatdengan
kehidupan manusia,sepertipadapenambanganemas skalakecil,konsumsiikan yang
terpapar merkuri, termometer air raksa, baterai, kosmetik, proses
penambalan dalam kedokterangigi, dan lain-lain.
Merkuri merupakan unsure dan logam yang dapat ditemukan di air, udara,
dan tanah. Di alam, merkuri terdapat dalam 3 bentuk yang berbeda dalam sifat,
kegunaan, dan toksisitasnya. Ketiga bentuk itu adalah merkuri elemental,
merkuri inorganik, dan merkuri organik. Merkuri elemental berwarna abu-abu

dan berwujud cair pada suhu 250C. Penggunaannya antara lain dalam
termometer air raksa, penambalan gigi, dan beberapa proses industri. Merkuri
inorganik terbentuk apabila merkuri terkombinasi dengan unsure lain, seperti
sulfur atau oksigen untuk membentuk senyawa atau garam yang larut dalam

1
air.Pada suhu 250C berwujud padat dengan bentuk bubuk atau kristal.
Penggunaannya antara lain dalam kosmetik. Merkuri organic terbentuk apabila
merkuri terkombinasi dengan karbon.Merkuri jenis ini mampu masuk dalam
rantai makanan.
Paparanterhadapmerkurimenyebabkanancamankesehatanyang serius pada
berbagai bagiantubuh. Paparanterhadapmerkurielementalmenyebabkan
kerusakanterutamapadasusunan syaraf pusat.Merkuriinorganikdigunakanpada
hal-halyang sering ditemuidalamkehidupanmanusia,sepertiuntukkosmetikdan
pengawetobat. Paparanterhadapmerkuri inorganikmenyebabkankerusakan
terutamapadaginjal.Merkuriorganikmerupakanmerkuriyang dapatmasukke
dalamrantai makanan.Merkurijenisinimerupakan penyebab kasuskeracunan di
Minamata, PerfekturKumamoto, Jepang. Pada tahun1953-1960dilaporkan
terdapat53.612orangyangterkenaefekpaparanmerkuri.Gejalanyaantara lain
kelumpuhan di kaki dan lutut, sertakelumpuhanbicarayangsulitdikembalikan ke
keadaansemula.Penyebabkasusituadalahaktivitasindustriyang membuang
limbahmengandung merkurikeperairan. Hal itu mengkontaminasiikanyang
kemudiandimakanmanusia sehinggaterjadibioakumulasi,biotransfer, dan
biomagnifikasi merkuridalam rantai makanan. Akhirnya, manusiaterpapar
merkuridalamjumlahyang besardantimbulefek-efekmerugikanyangsudah
disebutkantadi.Darihasilpenelitian,ditemukanbahwa kadarmerkuripada ikan
berkisarantara0,01-1,7mg/L pada daerahtidaktercemar Hg,danantara10-55
mg/Lpadadaerahtercemar. Dibandingkan bagian dunia lain, Asia Tenggara
(termasukIndonesia) menempati peringkat teratas dalam penggunaan merkuri,
terutama akibat penambangan emas skala kecildan industri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu merkuri ?

2. Bagaimana pengaruh merkuri terhadap tubuh manusia dan lingkungan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang merkuri

2
2. Untuk mengetahui pengaruh merkuri terhadap tubuh manusia dan
lingkungan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merkuri
A. Pengertian Umum
Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta

mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan

7.640 Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik

o o
beku - 39 C, dan titik didih 356,6 C.

Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen

lainnya pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam,

tetapi berupa bijih cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Hg dari cinnabar,

dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan logam Hg

(Widowati, 2008).

Menurut Lubis (2002) yang mengutip dari Carl Zekk (1994) dan Joseph La

Dou (1990), produksi air raksa diperoleh terutama dari bijih cinnabar (86,2% air

o
raksa). Salah satu cara melalui pemanasan bijih dengan suhu 800 C dengan

menggunakan O2 (udara), sulfur yang dikombinasi dengan gas O 2, melepaskan

merkuri sebagai uap air yang mudah terkonsentrasi. Cinnabar juga dapat

dipanaskan dengan kapur dan belerang bercampur kalsium akan melepaskan uap

logam merkuri. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan

bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak.

Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat luas.

Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatan-

peralatan elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian, bahan

4
kosmetika dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri,

mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri

(Palar, 2008).

Untuk bahan kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

melarang penggunaan merkuri meskipun dengan konsentrasi kecil. Beberapa

catatan diketahui bahwa kadar merkuri dalam jaringan sebesar 0,1 – 1 ppm sudah

dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh sedangkan menurut IPCS

(InternationalProgramme on Chemical Safety) paparan merkuri pada tubuh

manusia mencapai 200s/d 500 (Wurdiyanto, 2007).

Dikenal 3 bentukmerkuri, yaitu:

1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air

raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan

sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta

untuk produksi klorin dari sodium klorida.

2. Merkuri anorganik: dalam bentuk Hg++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous)

Misalnya:

a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat

toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder

danlaksansia (calomel)

c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.

3. Merkuri organik : terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :


a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai
pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.

5
Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan
gangguan neurologis dan kongenital.
b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai
antiseptik dan fungisida.

B. Sumber Merkuri
1. Terdapat di Alam

Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang

disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang

terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak di distribusikan

sebagai batuan, abu, dan larutan.

2. Hasil Aktifitas Manusia

Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber

merkuri dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing pengolahan

emas tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami

perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan, sehingga sebagian

merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam (Au, Ag, Pt) dan

sebagian hilang dalam proses.

C. Toksikologi Merkuri di Lingkungan


Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal

dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit

merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber

keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan

tertentu secara alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan bagi

6
lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan

pencemar sejak manusia mengenal industri, kemudian menggali sumber daya

alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar,

2008).

Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran

lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara.

Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-

industri tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya,

termasuk ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan dan hewan air tersebut

kemudian dikonsumsi manusia sehingga manusia terpapar merkuri di dalam

tubuhnya. FDA (Food and DrugAdministration) menetapkan batasan

kandungan merkuri maksimum adalah 0,005ppm untuk makanan, sedangkan

WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum untuk air,

yaitu 0,001 ppm (Kristanto, 2002).

D. Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali,

dimana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis

garam NaCl. Kedua bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi

dalam jumlah tinggi setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah

sebagai katode dari sel elektrolisis (Kristanto,2002).

Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara

itu, di laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai

contoh adalah termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang

7
mengalami keracunan merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari

tumpahan merkuri yang tidak terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para

pekerja.

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai

fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam

peristiwa keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan

yang dilakukan secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya

yang terkena senyawa racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida

tersebut tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup

lainnya.

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil

merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah

pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan.

Hal ini menjadi sangat berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai

alat pembungkus makanan (Palar, 2008).

E. Kinetika Merkuri
Merkuri merupakan elemen dari kerak bumi. Manusia tidak dapat

membuat atau memusnahkan merkuri. Merkuri murni adalah logam cair,

kadang-kadang disebut sebagai raksa yang mudah menguap. Secara tradisional

telah digunakan untuk membuat produk seperti termometer dan beberapa bola

lampu. Sumber utama merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg dari

tanah dan air, disamping itu pembakaran fosil terutama batu bara. Kadar Hg

diudara naik dapat disebabkan oleh pembuangan sampah padat seperti

termometer Hg, baterai, pemakaian cat yang mengandung Hg, anti jamur dan

8
pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama pada air dari

buangan industri (terutama industri tambang emas) dan proses pelapukan

batuan karena pengaruh iklim. Merkuri dari udara yang masuk kedalam air atau

tanah dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan, mikroorganisme tertentu

dapat mengubahnya menjadi metil merkuri, bentuk yang sangat beracun yang

terdapat pada ikan, kerang, dan hewan yang makan ikan. Kerang dan ikan

adalah sumber utama metil merkuri eksposur ke manusia. Metil merkuri

terbentuk lebih banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang daripada yang lain.

Tingkat metil merkuri di kerang dan ikan tergantung pada apa yang mereka

makan, berapa lama mereka hidup dan berapa tinggi mereka dalam rantai

makanan (Anonimous, 2011).

Manusia dapat terpajan uap Hg bila bernafas dalam lingkungan yang

terkontaminasi oleh uap Hg, menelan atau makan makanan atau minum air

yang terkontaminasi oleh Hg, dan melalui kulit yang kontak dengan Hg yang

terdapat dalam krim pemutih kulit. Jadi pajanan dapat melalui udara, air,

makanan dan kontak dengan kulit. Ketika manusia menelan Hg dalam jumlah

kecil <0,01% dari Hg tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan

dan tidak menimbulkan sakit. Bila jumlah lebih besar tertelan oleh seseorang

sangat kecil yang akan terserap oleh tubuh. Ketika terhirup uap Hg, 80% Hg

masuk ke dalam aliran darah secara langsung melalui paru-paru, kemudian

dengan cepat akan menyebar ke bagian-bagian lain termasuk otak dan ginjal.

Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang

diabsorpsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia dan kerentanan pada

9
individu, dan dapat diaplikasikan apakah dari makanan, lingkungan, atau

tempat kerja. Biomarker pajanan yang umum digunakan adalah pemeriksaan

kadar Hg dalam darah, urine, dan rambut. Alat yang digunakan untuk

pemeriksaan kadar Hg adalah Atomic Absorpion Spectrophotometer (AAS)

untuk memeriksa total merkuri dalammakanan, darah, urine, rambut dan

jaringan (Inswiasri, 2008).

Kriteria World Heath Organization (WHO) tahun 1990 menyatakan

bahwa kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 µg/l – 10 µg/l, dalam

rambut berkisar antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4

µg/l.

F. Sifat Merkuri

Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak

digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di

antaranya adalah:

1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu

kamar (25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam

lain, yaitu -39oC.

2. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini

telah terjadi pemuaian secara menyeluruh.

3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan

dengan logam lain.

4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan

terhadap basa.

10
5. Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor

terbaik dibanding semua logam lain.

7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk

komponen yang disebut dengan amalgam.

8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua

makhluk hidup (Kristanto, 2002).

G. Senyawa Merkuri Anorganik


Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri anorganik. Dalam

bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dan sangat mudah menguap. Uap

merkuri dapat menyebabkan efek samping yang sangat merugikan bagi

kesehatan. Diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri

(Hg) merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap,

merkuri tidak terlihat dan dengan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan

pernafasan yang dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri, sekitar 80%

dari logam merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur

pernafasan untuk kemudian ditransfer ke dalam darah (Palar, 2008).

Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim

hidrogenperoksida katalase sehingga berubah menjadi ion Hg 2+. Ion merkuri

ini selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah.

Hgo E.Hidrogenperoksida katalase Hg2+

11
Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1% dari jumlah

yang diserap ini akan terakumulasi di otak. Jumlah merkuri yang menumpuk

tersebut, 10 kali lebih besar bila dibandingkan dengan senyawa merkuri lain

yang masuk ataudimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain

penumpukan merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan menumpuk

pada ginjal dan hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ

ginjal dan hati masih dapat dikeluarkan bersama urin dan sebagian akan

menumpuk pada empedu. Selain menumpuk pada organ tubuh tersebut,

merkuri juga mampu menembus membran plasenta (Palar, 2008).

Toksisitas akut dari merkuri anorganik meliputi gejala muntah,

kehilangan kesadaran, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses,

albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatitis. Sementara toksisitas

kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan sistem saraf, antara

lain tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, dan gejala

lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).

H. Senyawa Merkuri Organik


Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama akrab dengan kehidupan

manusia. Yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri.

Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama di kawasan

negara-negara sedang berkembang adalah metil merkuri khlorida (CH2HgCl)

dan etil khlorida (C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai

pestisida dalam bidang pertanian.

Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari senyawa-

senyawa alkil-merkuri. Keracunan yang bersumber dari senyawa ini adalah

12
melalui pernafasan. Peristiwa keracunan melalui jalur pernafasan tersebut

disebabkan karena senyawa-senyawa alkil-merkuri sangat mudah menguap.

Uap merkuri yang masuk bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang

dari paru-paru dan berikatan dengan darah (Palar, 2008).

Dalam penyebaran senyawa merkuri organik dalam organ tubuh,

biasanya berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Metil merkuri pada

umumnya terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat. Akumulasi paling

tinggi ditemukan pada bagian cortex dan cerebellum, yaitu bagian dari otak.

Lebih lanjut, hanya sekitar 10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam

sel otak. Pada proses metabolisme, sebagian dari alkil-merkuri akan diubah

menjadi senyawa merkuri anorganik. Seperti halnya senyawa merkuri

anorganik lainnya, senyawa merkuri anorganik yang berasal dari senyawa alkil-

merkuri tersebut akan terakumulasi pada organ hati dan ginjal.

Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari.

Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh

sebagai hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan

sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri

yang masuk ke dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang

dikeluarkan sebagai hasil samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan

sisanya 99% terakumulasi dalam berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).

Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem saraf pusat

berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bias

mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, koma, dan kematian

(Widowati, 2008).

13
I. Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh

Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida, klorida,

dan nitrat) dan organic (alkil dan aril).Logam merkuri dan uap merkuri

termasuk kedalam merkuri anorganik (Palar, 2004). Adapun mekanisme kerja

merkuri dalam tubuh adalah sebagai berikut :

1. Absorbsi

Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk

uap atau debu. Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi.

Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah

kecil yang dapat di abaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah

diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi

melalui kulit.

2. Biotransformasi
Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion

Hg2+, yang memiliki afinitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya

gugus tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen)

dan hati. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plesenta. Metal merkuri

mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah

terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa dengan

metabolisme merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa fenil dan

metoksietil merkuri di metabolisme dengan lambat.

3. Ekskresi

14
Sementara unsur merkuri dan senyawa anorganiknya di eliminasi lebih

banyak melalui kemih daripada feses, senyawa merkuri anorganik terutama

diekskresimelalui feses sampai 90%. Waktu paruh biologis merkuri anorganik

mendekati 6 minggu.

J. Toksisitas Merkuri Dalam Tubuh


Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk

komposisi merkuri, rute masuknya kedalam tubuh dan lamanya ekspose.

Intoksikasi keracunan merkuri dapat terjadi secara lokal maupun sistemik

melalui panghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit

(Darmono, 2001)

Unsur merkuri yang ada pada krim pemutih akan diserap kulit, kemudian

akan di alirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap

di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Walau tidak seburuk

efek apabila tertelan, merkuri yang diserap oleh kulit akan menimbulkan efek

yang buruk bagi tubuh. Meskipun hanya dioleskan di permukaan kulit, merkuri

mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh (Dipi,

2007).

Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim pemutih kulit

muncul sebagai gangguan sistem syaraf, seperti tremor (gemetar), insomnia

(tidak bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak

normal), gangguan emosi, depresi, dan sebagainya. Produk kosmetik

khususnya krim pemutih wajah yang digunakan akan menyebabkan iritasi

15
parah pada kulit yang terpapar, yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan

menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal (Dipi, 2007).

1. Pada Syaraf : Logam merkuri dan metal merkuri dengan mudah

memasuki susunan saraf dan menambah efek racun. Senyawa merkuri

mempengaruhi sistem Hem. Sistem Hem merupakan sistem yang

mengandung zat pentingbagi haemoglobin dan sitokrom. Pada tingkat

pemakaian yang tinggi, senyawa-senyawa ini dapat menambah

ensefalopati yang mengakibatkan gangguan fungsi kejiwaan pada anak-

anak kecil, seperti gangguan kesadaran dan kelakuan.

2. Pada Ginjal : Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal menjadi

organ sasaran keracunan logam merkuri. Merkuri memengaruhi sel

tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein

molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama urin. Merkuri

terkumpul dalam lisosom sel tubulus proksimal ginjal serta

mengahambat enzim proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cidera

pada sel.

3. Pada Pernapasan : Sistem pernapasan merupakan organ sasaran utama

bagi sebagian besar logam, salah satunya logam merkuri. Banyaknya

logam merkuri yang terpajan menyebabkan iritasi dan radang saluran

pernapasan.

16
Tabel 1(Bentuk , Absorbsi,Organ sasaran,Metabolisme Keracunan Merkuri)
Merkuri Elemen Saluran SSP (di mana SSP Elemen Urine
Merkuri nafas terjebak sebagai Hg (mayor)
Hg2+), ginjal diubah , tinja
(diikuti perubahan menjadi (minor).
elemen Hg menjadi Hg2+.
Hg2+).

Anorgani Saluran Ginjal(Predominan) (neuropsikiatr Hg2+


k: Hg+ cerna, , darah , otak i karena ditamba
(kurang kulit (minor) elemen h R-SH
toksik) (minor) metabolit Hg diubah
Hg2+ dan Hg2+-nya) menjadi
(lebih ,ginjal Hg+ -
S-
toksik). (penting R, Hg(S-
karena R)2
perubahan
elemen Hg
menjadi
Hg2+).
Organik; Saluran Ginjal, otak, darah Ginjal, R-Hg+ Urine
alkil, aril, cerna, saluran cerna diubah
alkoksilk kulit menjadi
il (penting Hg2+
) ditamba
h R
(lambat)

K. Efek Merkuri Terhadap Manusia Dan Lingkungan

17
Sebagian besar merkuri di alam ini di hasilkan oleh sisa industri dalam

jumlah kira-kira 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas

dimana 3000 jenis penggunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia,

proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai

bahan dasar pembuatan insektisida untuk pertanian (Christian et, al., 1970

dalam Zul Alfian, 2006).

Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan bentuk alkil yang

masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan menyebabkan

kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger et, al., 1984 dalam Zul

Alfian, 2006)

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses

pretisipati protein menghambat aktifitas enzin dan bertindak sebagai bahan

yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, karboksil, amida,

amina dan fosforil, dimana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat

fungsi enzim. Efek toksisitas merkuri pada manusia tergantung pada bentuk

komposisi merkuri, jalan masuknya kedalam tubuh dan lamanya berkembang

(Zul Alfian, 2006).

L. Efek Merkuri Pada Manusia


a. Keracunan akut

Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg)

3
uap sebesar 0,5-1,2 mg/m . Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri

3
(Hg) 28,8 mg/m mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ

ginjal, hati, otak, jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena

18
terhirupnya uap merkuri (Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam

industri pengolahan logam merkuri serta penambangan emas (Widowati,2008).

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui

dengan mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual,

muntah, sakit perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis)

menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan

metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi

menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir,

lidah dan pergerakan (kaki dan tangan),halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur,

sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, dan

pendengaran rusak( Rianto,2012).

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui

dengan mengamati gejala-gejala berupa :

a. Gejala reaksi yang timbul pada alat pencernaan seperti :

- Dalam rongga mulut timbul kelainan-kelainan seperti pembengkakan

gusi yang terasa sakit, gigi mudah rapuh, koropos dan mudah terlepas.

- Sembelit dan muntah-muntah

- Perasaan mual-mual pada lambung

b. Gejala reaksi yang timbul pada jaringan saraf seperti :

- Tremor

- Sukar konsentrasi dalam berpikir

- Gugup

- Gangguan kejiwaan dan sering lelah

19
c. Gejala reaksi yang timbul pada kulit seperti :

- Pada kulit yang tidak ditutupi seperti muka, lengan, kaki menjadi peka

terhadap sinar matahari

- Menimbulkan gelembung-gelembung yang mudah pecah

- Mudah terjadi infeksi pada kulit

d. Pengeluaran air seni terus menerus dapat menimbulkan gangguan

terhadap fungsi faal ginjal.

M. Keracunan Kronis

Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan

berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Penderita keracunan kronis

biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dala

tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang

telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja.

Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya

sama dengan keracunan alat, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan

tetapi pada kercunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit

sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian

masuknya merkuri ini berlangsung terus-menerus. Sehingga lama kelamaan,

jumlah merkuri yang masuk dan mengendap dalam tubuhnmenjadi sangat besar

dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejela keracunan

mulai terlihat (Palar,2008).

20
N. Identitas Merkuri (Hg)

No. CAS : 7487-94-7 (Mercury Chloride); 1600-27-7 (Mercury Acetate);


1344-48-5 (Mercury Sulfide); 21908-53-2 (Mercury Oxide)(EPA,
2007)

No atom : 80 (SPU, 2007)

Nama kimia : Hg/Hydrargyrum (SPU,2007)

Sinonim : Raksa, mercury chloride, mercury acetate, mercury sulfide,


mercury oxide, mercury bichloride, corrosive sublimate,
mercury(II)chloride, mercury perchloride, mercurous(I)chloride
(EPA, 2007)

O. Sifat Fisikokimia Merkuri (Hg)


Pemerian : Cairan berat mengkilat, putih keperakan (DepKes, 1979)

Titik lebur : 234.32 K (Horas, 1985)

Titik didih : 629.88 K (Horas, 1985)

Berat jenis : 13.55 (Horas, 1985)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam khlorida, larut

Sempurnadalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat(DepKes,

1979)

Jenis :

1) Uap merkuri (unsur merkuri), mempunyai tekanan uap yang tinggi dan

sukar larut dalam air. Paparan kronis uap merkuri ialah akibat

kontaminasi yang tidak disengaja dalam ruangan dengan ventilasi yang

buruk, misalnya dalam laboraturium.

21
2) Merkuri anorganik lebih reaktif yang dapat membentuk dengan ligan

organic

3) Merkuri organik, mengandung merkuri dengan satu ikatan kovalen

dengan atom karbon, contoh : metil merkuri. Dianggap lebih berbahaya

dan dapat larut dalam lapisan lemak yang menyelimuti korda syaraf

(Zulalfian, 2006)

P. Metode Analisis Merkuri

A. AAS (Atomic Absoption Spectrophotometry)

Teknik AAS ini berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom

(atomisasi) dengan energy dari api atau arus listrik (Harmita, 2006)

Dalam mendeteksi merkuri digunakan AAS yang khusus, dilengkapi

dengan perekam respon cepat dan dapat mengukur radiasi yang diserap oleh

uap merkuri pada garis resonansi merkuri pada panjang gelombang 253,6 nm.

Berikut merupakan prosedur menurut farmakope Indonesia edisi IV :Pasang

alat erasi dan labu perangkap dalam keadaan kosong, dank ran pada posisi

langsung ke labu perangkap. Hubungkan alat dengan sel penyerap dan atur laju

aliran udara atau nitrogen sehingga diperoleh penyerapan dan reprodusibilitas

maksimum tanpa busa berlebih dalam larutan uji. Usahakan pembacaan larutan

garis dasar yang lurus pada 253,6 nm sesuai petunjuk penggunaan alat.

Perlakukan larutan baku dan larutan uji dengan cara yang sama sebagai

berikut : Hilangkan kelebihan permanganat dengan tambahan tetes demi tetes

larutan hidroksilamina hidroklorida sampai larutan tidak berwarna. Segera

masukkan larutan kedalam bejana aerasi, bilas dan encerkan dengan air hingga

22
100 ml. tambahkan 2 ml larutan timah II khlorida, dan segera hubungkan

kembali bejana dengan alat aerasi, putar kran dari posisi langsung ke labu

perangkap ke posisi aerasi dan teruskan aerasi sampai puncak serapan telah

terlampaui dan pena pencatat kembali ke garis dasar. Lepaskan bejana aerasi

dari alat dan cuci alat setelah digunakan. Setelah dikoreksi dengan blanko

pereaksi, serapan larutan uji tidak boleh lebih dari larutan baku (DepKes,

1995).

B. Spektrofotometer UV-Vis

Sampel yang sering di analisis dengan UV-Vis adalah senyawa organic.

Dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang

mempunyai gugus kromoform dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus

fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau

cahaya tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap, seperti

alkena, benzene dan lain-lain. Sedangkan auksokrom adalah gugus yang

mempunyai elektron nonbonding dan tidak mengabsorbsi radiasi yang lamda

diatas 200 nm, akan tetapi mengabsorbsi sinar UV jauh.

Metode analisis kuantitatif yang menggunakan spektrofotometer pada

daerah tampak/visible (380-780 nm) sering disebut dengan kalometri.

Kalometri dapat didefinisikan sebagai metode analisis kuantitatif suatu zat

berdasarkan intensitas warna yang timbul dari konsentrasi yang berbeda. Pada

kalometri yang ditentukan adalah serapan cahaya oleh larutan yang

berwarna.Panjang gelombang dalam suatu sistem berwarna spesifik (Harmita,

2006).

23
C. Titrasi Ditizon

Untuk menentukan kadar merkuri dengan titrasi ditizon, pertama-tama

dilakukan dengan pembuatan pereaksi, lalu dibuat larutan hidroksilamina

hidroklorida, larutan baku raksa, lerutan pengekstrasi ditizon dan pembakuan

titran ditizon. Setelah itu buat larutan uji dengan menimbang 2 g, lalu

masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20 ml

campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dengan volume yang sama,

hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1 jam,

dinginkan, encerkan hati-hati dengan air dan didihkan sampai asam nitritnya

habis. Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan ke dalam

labu 200 ml, encerkan hingga tanda batas, campur kemudian saring. Masukkan

50 ml larutan uji ke dalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa kali dengan

sedikit kloroform pekat, sampai ekstrak kloroform terakhir tidak berwarna.

Buang ekstrak kloroform dan tambahkan 50 ml asam sulfat 1 N pada larutan

yang tertinggal, ditambah 90 ml air, 1 ml asam asetat glacial dan 10 ml larutan

hidroksilamina hidroklorida pekat (1 dalam 5). Hitung jumlah merkuri

(DepKes, 1995).

D. Kompleksometri (Day dan Underwood, 2002)

Untuk menentukan merkuri dapat menggunakan metode

kompleksometri dengan cara, pertama ion Hg2+ ditentukan dengan cara titrasi

kembali, larutan uji direaksikan dengan larutan natrium EDTA berlebih dan

kelebihannya dititrasi dengan larutan seng khlorida dan larutan seng sulfat.

Sehingga ion merkuri yang bervalensi dua yang ada merupakan atom pusat

khelat melalui penambahan suatu bahan terselubung didesak dari kompleks.

24
Dengan penambahan kalium iodide akan terjadi kompleks tetraiodida

merkurat(II) yang stabil.Pada titrasi pertama dan kedua secara teoritis harus

digunakanjumlah larutan EDTA yang sama atau jumlahnya harus ditentukan.

Perhitungan ditentukan dari larutan garam seng yang digunakan pada titrasi

kedua.Pada penentuan raksa (II) khlorida sebagai reduktor ditambahkan kalium

iodida.Sedangkan untuk penentuan raksa dalam salep presipitatum

ditambahkan natrium tiosulfat sebagai bahan penyelubung.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Merkuri merupakan logam berat yang sangat berbahaya. Keracunan

merkuri menyebabkan banyak efek merugikan pada makhluk hidup, termasuk

manusia.Paparan terhadap merkuri menyebabkan ancaman kesehatan yang serius

pada berbagai bagiantubuh. Paparan terhadap merkuri elemental menyebabkan

kerusakan terutama pada susunan syaraf pusat.

3.2 Saran
Lebih memperhatikan dalam penggunaan merkuri agar tubuh tidak
teracuni.

26
DAFTAR PUSTAKA

Logam - logam berat pencemar lingkungan dan efek terhadap manusia. (2009,
September). jurnal kesehatan masyarakat, 4. Dipetik maret 2020
Alfian, Z. (2006). Merkuri : Antara manfaat dan efek penggunaannya bagi
kehatan manusia dan lingkungan. USU e-Repository.
Hadi, M. c. (2013). bahaya merkuri di lingkungan kita. skala husada, 175-183.
Hamzah, M. B., & Rahman, N. (2013). kandungan merkuri (Hg) dalam air laut,
sedimen, dan jaringan ikan belanak (liza melinoptera) di perairan Teluk
Palu. jurnal akademika kimia, 140-145.
Hutagalung, H. P. (1985). RAKSA (Hg). oseana, 93 - 105.
WHO. (1995). Basic Analytical Toxicology. Geneva: World Health Organization.
Yanuar, A. (2008, maret). Toksikositas merkuri di sekitar kita. Diambil kembali
dari http://staff.blog.ui.ac.id/arry_yanuar/files/2008/03/mercuri.pdf
Flanagan, RJ, dkk. 1995. Dasar Analisis Toksikologi. World Health Organization.
Geneve.
Navianti, Diah. dkk. 2019. Kumpulan Modul Praktikum Toksikologi Klinik.
Palembang : Poltekkes Kemenkes Palembang. Program Studi DIII Analis
Kesehatan.

27
28

Anda mungkin juga menyukai