Anda di halaman 1dari 6

COCCIDIOIDES IMMITIS

Abstrak
Coccidioides Immitis adalah suatu jamur. Biasanya terdapat di tanah, sehingga disebut jamur
tanah. Jamur ini bersifat endemik dan dapat menyebabkan koksidioidomikosis. Infeksi yang
ditimbulkan jamur ini biasanya dapat sembuh sendiri tetapi juga dapat mematikan. Jamur jenis
ini juga dikenal sebagai jamur dimorfik karena jamur ini mempunyai daya adaptasi morfologik
yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada 37C. Coccidioides
immitis bentuknya seperti bola (=sferul) yang garis tengahnya 15 - 60m, dengan dinding tebal
berbias ganda. Hifa dari jamur ini juga mudah pecah dan mengeluarkan spora. Spora yang
dihasilkan inilah yang nantinya berpengaruh pada proses infeksinya. Infeksi oleh jamur ini
biasanya meliputi influenza, demam, lesu, batuk, dan adanya rasa sakit di seluruh tubuh. Gejala
gejala inilah yang biasanya disebut Valley fever dan biasanya gejala ini dapat seolah olah
sembuh sendiri yang dikenal dengan infeksi primer dan hanya dibutuhkan pengobatan suportif
atau dapat juga kronik. Koksidioidomikosis yang menyebar ini dapat disamakan dengan
tuberkolosis. Obat yang dipakai antara lain berupa Amphotericin B, Ketokonazol, Mikonazol.
Penyakit ini tidak dapat ditularkan dari orang ke orang. Dengan mengurangi debu, mengaspal

jalan jalan, menanam pepohonan dan menggunakan semprotan minyak adalah upaya efektif
untuk pencegahannya.
Klasifikasi Taksonomi
Kingdom

: Fungi

Filum

: Ascomycota

Kelas

: Euascomycetes

Ordo

: Onygenales

Family

: Onygenaceae

Genus

: Coccidioides

Definisi
Coccidioides Immitis adalah suatu jamur tanah yang menyebabkan koksidioidomikosis (Demam
San Joaquin, Demam Lembah). Demam Lembah, disebut demikian karena infeksi ini berasal
dari koksidioidomikosis yang sifatnya endemic pada beberapa daerah kering di Barat daya
Amerika Serikat dan Amerika Latin. Koksidioidomikosis biasanya menyerang paru-paru. Tetapi
infeksi ini biasanya sembuh sendiri, penyebaran jarang terjadi, tetapi sifatnya mematikan.
Morfologi
C. immitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan dalam biakkan suhu kamar C.immitis
membentuk koloni filamen. Hifa jamur ini membentuk artrospora dan mengalami fragmentasi.
Artrospora ini ringan dan mudah terbawa oleh angin dan terhirup ke dalam paru. Pada suhu 37 C,
C. immitis membentuk koloni yang terdiri dari sferul yang berisi endospora.

Siklus Hidup

Saat di dalam tubuh manusia

Daerah endemic C. immitis adalah daerah daerah kering. Jamur ini ditemukan dalam tanah dan
jaringan binatang pengerat. Di dalam tanah, terjadi pembentukan artrospora dan berkecambah.
Sedangkan di dalam jaringan binatang pengerat, terjadi pembentukan sferul dengan endospora.
Tetapi saat dilakukan penelitian, binatang pengerat yang terinfeksi jamur ini tidak menambah
penyebarannya dengan menularkannya pada manusia. Jadi peluang terbesar terhadap infeksi
C.immitis ini adalah lewat tanah. Miselium dari jamur ini ada di tanah. Miselium itu
mengandung hifa yang merupakan alat perkembangbiakan vegetative jamur. Hifanya berupa

Hifa aerial. Hifa ini memiliki banyak inti sel dengan jalur jalur sitoplasma berjalan melalui
septum spora diantara sel sel. Hifa ini secara bergantian membentuk artospora dan sel sel
kosong. Artrospora ini sifatnya ringan, mengapung di udara , dan sangat mudah menimbulkan
infeksi. Jika Artrospora ini terhirup oleh manusia, spora spora yang menular ini berkembang
menjadi sferul jaringan. Sferul ini bentuknya bulat seperti bola yang garis tengahnya 15 60 m
dengan dinding yang tebal dan berbias ganda. Endospora nantinya akan terbentuk dalam sferul
tersebut dan mengisinya. Waktu dindingnya pecah, endospora dikeluarkan ke dalam jaringan
sekitarnya (dalam tubuh manusia), dimana endospora membesar membentuk sferul yang baru. Di
dalam tubuh manusia terdapat bentuk bulatan bulatan kecil tempat tumbuhnya endospora.
Endospora dilepaskan saat sudah masak, lalu membengkak dan menjadi bulatan-bulatan baru.
Patogenesis dan Gambaran Klinik
Infeksi dari jamur ini didapat melalui inhalasi artrospora yang terdapat di udara. Infeksi
pernafasan yang nantinya timbul dapat bersifat asimptomatis dan mungkin hanya terbukti dengan
pembentukan antibody presipitasi dan tes kulit positif dalam 2-3 minggu. Disamping itu penyakit
yang menyerupai influenza, yang disertai demam, lesu, batuk, dan rasa sakit di seluruh tubuh
juga dapat terjadi. Kurang dari 1% orang yang terinfeksi C. immitis, penyakitnya berkembang
menjadi bentuk yang menyebar dan sangat fatal. Hal ini dapat sangat menyolok terlihat pada
wanita yang sedang hamil. Ini disebabkan karena kadar estradiol dan progesterone yang
meningkat pada wanita hamil dapat menambah pertumbuhan C. immitis. Sebagian besar orang
dapat dianggap kebal terhadap reinfeksi, setelah tes tes kulitnya menjadi positif. Akan tetapi,
bila individu seperti ini kekebalannya ditekan dengan obat atau penyakit, penyebarannya dapat
terjadi beberapa tahun setelah infeksi primernya. Koksidioidomikosis yang menyebar dapat
disamakan juga dengan tuberkolosis, dengan lesi pada banyak organ tubuh, tulang dan susunan
saraf pusat. Gejala yang ditimbulkan koksidioidomikosis antara lain:
1. Koksidioidomikosis primer akut
Koksidioidomikosis primer akut merupakan infeksi paru paru yang ringan, yang
biasanya tanpa gejala. Kalaupun ada baru timbul 1 3 minggu setelah terinfeksi.
Gejala gejalanya antara lain batuk berdahak, yang mungkin bisa sampai batuk
darah, nyeri dada, demam dan menggigil. Kompleks dari gejala gejala ini

dinamakan Valley fever atau Desert rheumatism, rematik padang pasir, yaitu
adanya konjungtivitis (peradangan pada selaput mata) dan arthritis (peradangan
sendi) disertai eritema nodosum (peradangan kulit).
2. Koksidioidomikosis Progresif
Pada koksidioidomikosis ini sifat dari infeksinya adalah menyebar dan berakibat
fatal. Bentuk ini biasanya merupakan pertanda bahwa seseorang yang telah
terinfeksi telah mengalami gangguan system kekebalan. Gejala gejalanya
biasanya berupa demam ringan, nafsu makan hilang, berat badan turun, dan badan
terasa lemah. Pada kasus ini, infeksi juga menyebar ke tulang, sendi, hati, limpa,
ginjal dan otak.
Diagnosis
Diagnosis koksidioidomikosis didasarkan atas:
1. Pemeriksaan langsung : kerokan kelainan kulit, dahak atau bilasan bronkus.
Pewarnaan khusus oleh jamur pada jaringan (terlihat bulatan bulatan kecil
berisi endospora: tidak terlihat sel sel ragi bertunas)
2. Biakan dari dahak, bilasan bronkus, biopsy atau kerokan kulit (bahan-bahan
ini sangat menular)
3. Serologi diagnostic yaitu:
-

Tes presipitin tabung untuk mengukur titer IgM

Reaksi peningkatan komplemen untuk mengukur titer IgG

Aglutinasi lateks dan uji imunodifusi sebagai alat penyaring pada daerah
endemic ternyata dapat mendeteksi 93% kasus

4. Tes kulit pada stadium awal infeksi


Pencegahan

Infeksi ini dapat dicegah dengan mengurangi debu, mengaspal jalan jalan dan lapangan
terbang dimana banyak debu debu berterbangan , menanam pepohonan, dan menggunakan
semprotan minyak.
Pengobatan
Pada koksidioidomikosis disseminate, Amfoterisin B diberikan secara intravena (0,4
0,8 mg/kg/hari). Amfoterisin B (AMB) merupakan suatu anti jamur polien yang diberikan secara
intravena dan meskipun dapat menyebabkan nefrotoksin, tetapi merupakan obat pilihan pada
infeksi jamur yang gawat. Pemberian Amfoterisin B(AMB) secara terus menerus selama
beberapa bulan dapat menimbulkan remisi. Mikonazol dan ketokonazol sistemik juga cukup
efektif dalam pengobatan koksidioidomikosis paru paru menahun tetapi efeknya sangat
terbatas pada penyakit yang menyebar. Ketokonazol adalah obat imidazol per os yang berguna
untuk infeksi jamur sistemik yang tidak gawat. Sedangkan Mikonazol adalah obat imidazol lain
yang perlu diberikan secara intravena dan lebih toksis daripada ketokonazol. Pada keadaan yang
disertai kelainan meningeal, dosis ketonazol 800mg/hari diberikan melalui mulut dengan
pemberian secara intravena ketokonazol telah memberikan efek yang memuaskan. Pada
meningitis oleh koksidioides, amfoterisin B juga diberikan intratekal, tetapi hasilnya dalam
jangka panjang seringkali kurang memuaskan.
Daftar Pustaka
Arthur,G.,dkk,1993, Mikrobiologi dan Imunologi, 167, 170, 175, 188, Binarupa Aksara, Jakarta
Jawetz,J.L., dkk, 1995, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan Edisi 16, 375 378, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
http://botit.botany.wise.edu/toms_fungi/jan2002.html diakses tanggal 5 Februari 2008
http://www.emedicine.com/MED/topic539.htm diakses tanggal 5 Februari 2008
Nama : Sri Ayuningsih sutanto
NIM

: 07 8114 023

Anda mungkin juga menyukai