Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH IMUNO-SEROLOGI

IMUNOLOGI INFEKSI terhadap JAMUR

Dosen Pembimbing : Dra.Pestariati, M.Kes

Nama Anggota :

1. Husnul Hotimah (20130662078)


2. Dea Rezita Setyanto (20130662080)
3. Fatinatur Raidah (20130662081)
4. Ajeng Elok Suryani (20130662082)
5. Dadang Wahyudi (20130662083)
6. Siti Fatimah (20130662084)
7. Faris Ainur Rohim (20130662085)
8. Dewi Ruaqidah E. P. (20130662086)
9. Alfi Nazilatin Nafiah (20130662087)

D3 ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul IMUNOLOGI INFEKSI terhadap
JAMUR

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin

Surabaya, 12 Oktober 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya infeksi terhadap jamur (fungi) hanya terbatas diluar


tubuh, tetapi beberapa jamur dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya.
Misalnya, spora jamur yang masuk ke dalam paru, akibatnya dapat mengaktifkan
respon imun yang berupa manifestasi saluran nafas ringan, reaksi
hipersensitivitas berat sampai berujung pada kematian.

Mekanisme hidup jamur sama dengan bakteri, kapsul yang sulit dimakan
(Cryptococ), resistensi terhadap fagositosis (Histoplasma) dan destruksi sel
polimorfonuklear/Coccidiosis (Baratawidjaja, 1996). Beberapa jamur dapat
mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif, namun efek terhadap
kelangsungan hidupnya masih belum diketahui.

Jamur patogen telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari dan


melemahkan pertahanan host. Karakteristik utama dalam respon imun adalah
interdependensi berbagai senjata sistem kekebalan tubuh dan interaksi antara
pertahanan host (inang) dan mekanisme patogen mekanisme jamur. Beberapa
mekanisme pertahanan dalam merespon berbagai bentuk jamur, yaitu komponen
darah yang meliputi neutrofil, makrofag dan monosit. Fagosit sudah berada pada
organ targret pada saat infeksi sebagai upaya untuk membunuh atau membunuh
atau merusak jamur. Sedangkan neutrofil dan monosit membantu dalam hal
memberi sinyal inflamasi, seperti sitokin, kemokin, dan melengkapi komponen.
Setelah itu jamur dibunuh atau dirusak oleh pelepasan reaktif oksigen intermediet
dan peptida antimikroba. (Diamond at al, 1980; Mambula et al, 2000).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa infeksi terberat pada jamur ?
b. Apa sajakah jamur pada manusia menurut lokasi infeksi ?
c. Apa saja golongan klinis penyakit yang ditimbulkan jamur ?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui infeksi terberat pada jamur ?
b. Untuk mengetahui jamur pada manusia menurut lokasi infeksi ?
c. Untuk mengetahui golongan klinis penyakit yang ditimbulkan jamur ?
BAB II

PEMBAHASAN

Jamur adalah organisme eukariotik, tidak mengandung klorofi. Ada sekitar 100.000
spesies yang tumbuh sebagai saprofit (memerlukan bahan organik untukenergi), tetapi
dapat berguna dalam produksi makanan seperti keju, anggur dan bir. Jamur biasa
ditemukan dalam alam bebas sebagai spesies yang hidup bebas dalam bahan organik
mati, dalam tanah, vegetasi dan cairan tubuh. Untuk hidupnya, jamur tidak tergantung
dari interaksi dengan pejamu mamalia.

Kebanyakan jamur tidak berbahaya, namun sebagian kecil spesies jamur dapat
menimbulkan penyakit pada manusia yang disebut mikosis.

Klasifikasi penyakit jamur


Daerah infeksi Superfisial Epidermis, tidak ada inflamasi
Kutan Kulit, rambut, kuku
Subkutan Luka, biasanya ada inflamasi
Dalam atau sistemik Paru, visera abdomen, tulang, SSP
Rute infeksi Eksogen Lingkungan, lewat udara, kutan atau perkutan
Endogen Reaksivasi laten, organisme komensal
Virulensi Primer Pada dasarnya virulen, menginfeksi pejamu
sehat
Oportunistik Virulensi rendah, biasanya menginfeksi
subyek imunokompromais
Tabel Klasifikasi penyakit jamur

Penyakit tersebut, bervariasi antara relatif infeksi superfisial biasa sampai penyakit
sistemik yang membahayakan terutama pada pejamu imunodefesien. Hal tersebut
tergantung dari berbagai hal seperti kapsul yang sulit dicerna (kriptokok), resistensi
terhadap fagositosis (histoplasma) dan destruksi sel polimorfnuklear (koksidiosis).
Beberapa jamur mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif, tetapi efeknya
terhadap kelangsungan hidupnya belum diketahui.

Antibodi juga dapat ditemukan dan diduga mempunyai peran dalam respons
imun terhadap jamur. Spesies jamur terdiri atas molds, yeast dan fungi yang lebih tinggi.
Fungi memiliki struktur dinding sel kompleks yang terutama terdiri atas kitin
polisakarida, glukan dan manan.
Membran terdiri atas 2 lapisan yang mengandung sterol yang sebaliknya dengan
kolesterol yang ditemukanpada membran eukariosit yang lebih tinggi. Jamur mempunyai
2 bentuk,ragi (yeast) yang uniselular dan kapang (molds) yang tumbuh bercabang yang
disebut hife.

Gambar Morfologi jamur

Pada umumnya jamur tumbuh melalui beberapa fase : vegetatif dan reproduktif. Dalam
fase vegetatif, sel adalah haploid dan membagi diri dengan cara mitosis. Jamur
terbanyak ditemukan dalam bentuk mold dan hifa, tetapi bebrapa jamur ditemukan
dalam bentuk sel ragi uniselular. Beberapa jamur dapat mengubah morfologinya yang
disebut dimorfik. Dalam fase reproduktif jamur mengalami reproduksi aseksual
melepas spora.

Pertumbuhan jamur, pada umumnya melibatkan 2 fase yaitu vegetatif dan


reproduksi. Dalam fase vegetatif, sel berupa haploid dan membagi secara mitosis.
Kebanyakan jamur berupa molds dengan hife, tetapi beberapa ditemukan dalam bentuk
uniselular yaitu sel yeast. Beberapa jamur dapat mengubah morfologinya dan disebut
dimorfik. Dalam fase reproduksi, fungsi menunjukkan baik reproduksi aseksual atau
seksual. Reproduksi aseksual meliputi pembentukan spora.
Yang paling patogenik adalah genus aspergillus, genera, dimorfik kriptokok dan
histoplasma yang tumbuh sebagai jamur dalam alam atau sel dalam biakan tetapi dapat
tumbuh bercabang dalam jaringan manusia. Jamur superfisial sering menginfeksi kulit
(kurap), rambut dan kuku. Infeksi jamur ini adalah kronis, relatif tidak berat. Dalam
golongan ini juga termasuk infeksi membran mukosa oleh candida albicans. Meskipun
candida albicans dapat ditemukan normal dimulut, vagina dan saluran cerna, namun
pertumbuhan berlebihan dapat terjadi pada individu dengan imunokompromais atau
mendapatkan antibiotik. Mikosis subkutan dapat ditimbulkan oleh luka akibat tusukan
jarum dan ditandai oleh abses.

Infeksi jamur terberat adalah infeksi sistemik seperti histoplasmosis,


kriptokokosis dan koksidiomikosis yang biasanya bermula sebagai infeksi paru dan
diperoleh melalui inhalasi spora dari jamur yang hidup bebas. Kebanyakan infeksi tidak
menunjukkan gejala atau hanya berupa gejala influenza ringan, tetapi kadang menyebar
kejaringan lain dan sering fatal bila tidak diobati. Penyakit jamur sistemik cenderung
terjadi pada subyek imunodefisien antara lain karena pemberian dosis tinggi steroid,
kemoterapi pada kanker, penderita dengan AIDS dan kateter yang dipasang lama.

A. Sel efektor pada infeksi jamur


Resistensi alamiah terhadap banyak jamur patogen tergantung fagosit. Meskipun
dapat terjadi pembunuhan intraselular, jamur terbanyak diserang ekstraselular
oleh karena ukurannya yang besar. Neutrofil merupakan sel terefektif, terutama
terhadap candida dan aspergillus. Jamur juga merangsang produksi sitokin seperti
IL-1 dan TNF- yang meningkatkan ekspresi molekul adhesi di endotel setempat
yang meningkatkan infiltrasi neutrofil ketempat infeksi. Neutrofil membunuh
jamur yang oksigen dependen dan oksigen independen yang toksik.
Makrofag alveolar berperan sebagai sel dalam pertahanan pertama
terhadap spora jamur yang terhirup. Aspergillus biasanya mudahdihancurkan oleh
makrofag alveolar, tetapi Koksidioides imunitis dan Histoplasma kapsulatum
dapatditemukan pada orang normal dan resiten terhadap makrofag. Dalam
halinimakrofag masih dapat menunjukkan perannya melalui aktivasi sel Th1
untuk membentuk granuloma. Sel NK juga dapat melawan jamur melalui
penglepasan granul yang mengandung sitolisisn. Sel NK juga dapat membunuh
secara langsung bila dirangsang oleh bahan asal jamur yang memacu makrofag
memproduksi sitokin seperti TNF dan INF- yang mengaktifkan sel NK.
B. Imunitas nonspesifik
Sawar fisik kulit dan membran mukosa, faktor kimiawi dalam serum dan sekresi
kulit berperan dalam imunitas nonspesifik. Efektor utama imunitas nonspesifik
terhadap jamur adalah neutrofil dan makrofag. Penderita dengan neutropenia
sangat rentan terhadap jamur oportunistik. Neutrofil diduga melepas bahan
fungsidal seperti ROI dan enzim lisosom serta memakan jamur untuk dibunuh
intraselular. Galur virulen seperti Kriptokok neoformans menghambat produksi
sitokin TNF dan IL-12 oleh makrofag dan merangsang produksi IL-10 yang
menghambat aktivasi makrofag.

C. Imunitas spesifik
Imunitas nonspesifik kadang kurang efektif, tidak mampu membatasi
pertumbuhan jamur patogen. Tidak banyak bukti bahwa antibodi berperan dalam
resolusi dan kontrol infeksi. CMI merupakan efektor imunitas spesifik utama
terhadap infeksi jamur. Histoplasma kapsulatum, parasit intraselular fakultatif
hidup dalam makrofag dan dieliminasi oleh efektor seluler samayang efektif
terhadap bakteri intraselular. CD4+ dan CD8+ bekerja sama untuk menyingkirkan
bentuk K. Neoformans yang cenderung mengkolonisasi paru dan otak pada
pejamu imunokompromais.
Infeksi candida sering berawal pada permukaan mukosa dan CMI diduga
dapat mencegah penyebarannya ke jaringan. Pada semua keadaan tersebut,
respons Th1 adalah protektif sedangkan respons Th2 dapat merusak pejamu.
Inflamasi granuloma dapat menimbulkan kerusakan pejamu seperti pada infeksi
histoplasma. Kadang terjadi respons humoral yang dapat digunakan dalam
diagnostik serologik, namun efek proteksinya belum diketahui.

D. Penyakit jamur
Infeksi jamur atau mikosis menunjukkan morbiditas dan mortalitas penting pada
manusia. Beberapa infeksi diantaranya adalah endemik dan biasanya disebabkan
jamur yang ditemukan dalam lingkungan yang sporanya terhirup manusia. Infeksi
jamur sering disebut oportunistik yang dapat menimbulkan penyakit berat pada
subyek imunokompromais.
Dewasa ini ditemukan peningkatan infeksi jamur terutama pada subyek
imunokompromais yang disebabkan AIDS, yang mendapat terapi terhadap
kanker dan penolakan transplantasi yang menekan sumsumtulang dan respons
imun. Berbagai jamur menginfeksi manusia dan hidup dalam jaringan
ekstraselular dan dalam fagosit. Karena itu diperlukan efektor ekstraselular dan
intraselular. Menurut lokasi infeksi, jamur pada manusia dapat berupa:
Jamur permukaan yang hidup dalam komponen kulit yang mati, rambut
dan kuku yang mengandung keratin
Jamur subkutan yang hidup sebagai saprofit dan menimbulkan nodul
kronik atau tukak
Jamur saluran nafas yang berasal dari saprofit tanah dan menimbulkan
infeksi paru subklinis atau akut
Candida albicans yang menimbulkan infeksi superfisial pada kulit dan
membran mukosa
Penyakit yang ditimbulkan jamur dapat dibagi dalam 3 golongan klinis :
Mikosis superfisial, subkutan dan sistemik

Beberapa contoh jamur yang menginfeksi manusia


Infeksi Manifestasi klinis
Superfisial
T. rubrum Ringworm
Kaki atlet
Candida albicans Vulvovaginitis
Oral thrush
Subkutan
S. schenskii Tukak, abses
Sistemik
H. kapsulatum Infeksi paru
C. immitis Pneumonitis akut
Candida albicans Penyakit bronkopulmoner
Esofagitis
C. neoformans Meningitis, lesi paru padat
A. Fumigatus Aspergiloma
Abses serebral
Infeksi mata
P. carinii Pneumonia
Tabel Jamur yang menginfeksi manusia
E. Mekanisme imun terhadap jamur

Pada umumnya infeksi terhadap jamur (fungi) hanya terbatas diluar


tubuh, tetapi beberapa jamur dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya.
Misalnya, spora jamur yang masuk ke dalam paru, akibatnya dapat mengaktifkan
respon imun yang berupa manifestasi saluran nafas ringan, reaksi
hipersensitivitas berat sampai berujung pada kematian.

Mekanisme hidup jamur sama dengan bakteri, kapsul yang sulit dimakan
(Cryptococ), resistensi terhadap fagositosis (Histoplasma) dan destruksi sel
polimorfonuklear/Coccidiosis (Baratawidjaja, 1996). Beberapa jamur dapat
mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif, namun efek terhadap
kelangsungan hidupnya masih belum diketahui.

Jamur patogen telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari dan


melemahkan pertahanan host. Karakteristik utama dalam respon imun adalah
interdependensi berbagai senjata sistem kekebalan tubuh dan interaksi antara
pertahanan host (inang) dan mekanisme patogen mekanisme jamur. Beberapa
mekanisme pertahanan dalam merespon berbagai bentuk jamur, yaitu komponen
darah yang meliputi neutrofil, makrofag dan monosit. Fagosit sudah berada pada
organ targret pada saat infeksi sebagai upaya untuk membunuh atau membunuh
atau merusak jamur. Sedangkan neutrofil dan monosit membantu dalam hal
memberi sinyal inflamasi, seperti sitokin, kemokin, dan melengkapi komponen.
Setelah itu jamur dibunuh atau dirusak oleh pelepasan reaktif oksigen intermediet
dan peptida antimikroba. (Diamond at al, 1980; Mambula et al, 2000).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Infeksi jamur terberat adalah infeksi sistemik seperti histoplasmosis,
kriptokokosis dan koksidiomikosis yang biasanya bermula sebagai infeksi paru
dan diperoleh melalui inhalasi spora dari jamur yang hidup bebas.

Menurut lokasi infeksi, jamur pada manusia dapat berupa :


Jamur permukaan yang hidup dalam komponen kulit yang mati, rambut
dan kuku yang mengandung keratin
Jamur subkutan yang hidup sebagai saprofit dan menimbulkan nodul
kronik atau tukak
Jamur saluran nafas yang berasal dari saprofit tanah dan menimbulkan
infeksi paru subklinis atau akut
Candida albicans yang menimbulkan infeksi superfisial pada kulit dan
membran mukosa

Penyakit yang ditimbulkan jamur dapat dibagi dalam 3 golongan klinis :


Mikosis superfisial
Subkutan
Sistemik

B. SARAN

Diharapkan untuk para Mahasiswa terus berusaha mengembangkan pengetahuan


imunologik dalam bidang mikologi untuk kepentingan diagnostik karena cara-cara
menegakkan diagnosis secara metode yang konvensional, seringkali kita tidak
dapat mendeteksi adanya jamur di dalam tubuh pada tahap yang paling dini.
Secara mikroskopik pun tidak selamanya kita dapat menemukan jamur yang
dimaksud dan sering kali terlalu banyak membuang waktu untuk mencari ada-
tidaknya jamur di dalam tubuh.
Bagi masyarakat diharapkan agar selalu menjaga kesehatan seperti makan-
makanan yang bergizi agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi dengan baik
apabila mikroorganisme terutama jamur akan menginfeksi tubuh hospes.
DAFTAR PUSTAKA

Karnen Garna Baratawidjaja, Iris Rengganis. IMUNOLOGI DASAR Edisi ke-11. 2014.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

http://hasimupdate.blogspot.co.id/2012/11/mekanisme-imun-terhadap -jamur_8554.html

Anda mungkin juga menyukai