Anda di halaman 1dari 5

CLOSTRIDIUM SP

I. SIFAT
1. MORFOLOGI
a. Berbentuk basil
b. Bersifat gram positif
c. Membentuk spora
Letak spora :
1. Terminal
2. Supterminal
3. Sentral/tengah

2. FISIOLOGIS
a. Termasuk bakteri anaerob
b. Menghasilkan eksotoksin
Masing-masing clostridium menghasilkan eksotoksin yang berbeda :
1. Clostridium tetani : menghasilkan dua eksotoksin yaitu, tetanospamin
dan tenanolysin.
2. Clostridium botulinum : eksotoksin berupa protease yang menyebabkan
paralisis flasit.
3. Clostridium perfingens : eksotoksin berupa gas gangrene.
4. Clostridium difficile : eksotoksin A dan eksotoksin B

A. Clostridium tetani
I. SIFAT
1. MORFOLOGI
a. Berbentuk basil
b. Bersifat gram positif
c. Membentuk spora yang terletak terminal seperti raket tenis

2. FISIOLOGIS
a. Termasuk bakteri anaerob
b. Menghasilkan dua eksotoksin yaitu :
1. Tetanospamin (neurotoksin) merupakan heat-labile protein yang diinaktivasi
dengan pemanasan 60°C selama 20 menit
2. Tenanolysin merupakan suatu oxygen-labile haimolysin

II. PATOGENESIS
1. Penyakit yang ditimbulkan : Tetanus
2. Gejala :
 Sakit tenggorokan
 Rasa lemah pada salah satu sisi tubuh
 Spasme otot kuat/ kejang otot
 Lock jaw(trismus)/ kaku pada rahang
 Risus sardonikus
 Opisthotonus
3. Toksin yang dihasilkan : tetanuspasmin atau (neurotoksin) dan tetanolysin.
4. Mekanisme :
Spora mengalami germinasi saat lingkungan anaerob didalam luka,
kemudian organisme membentuk eksotoksin (tetanospasmin) yang menghambat
pelepasan inhibitory neurotransmitter (glycine dan GABA) dari neuron spinal,
sedangkan eksitatory neuron tidak terhambat sehingga terjadi spasme otot hebat.
5. Cara penularan : terkena tusukan benda tajam dan luka terbuka.

III. ANALISA LABORATORIUM

IV. PENGOBATAN
1. Penisilin G dan obat spasmolitik bertujuan untuk membunuh bentuk vegetative dari
clostridium tetani bukan untuk toksin yang dihasilkannya
2. Antitoksin hiperimun human globulin bertujuan untuk menetralisir toksin.
V. PENCEGAHAN
1. Vaksin tetanus diberikan sebagai pencegahan.
2. Imunisasi tetanus termasuk wajib di Indonesia, dan harus dilakukan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan.

B. Clostridium botulinum
I. SIFAT
1. MORFOLOGI
a) Berbentuk basil
b) Bersifat gram positif
c) Membentuk spora yang terletak pada subterminal

2. FISIOLOGIS
a) Termasuk bakteri anaerob.
b) Menghasilkan eksotoksin protease yang menyebabkan paralisis flasit.
c) pH 5,5 - 8

II. PATOGENESIS
1. Penyakit yang ditimbulkan : botulisme
2. Gejala :
 Descending weeknes dan paralisis, termasuk diplopia, disfagia dan gagal napas, tidak
ada panas.
 Wond botulism dimana spora mengkontaminasi luka, germinasi dan membuat toksin
pada tempat luka
 Infant botulism, dimana organisme tumbuh dan membuat toksin di usus. Transmisi
melalui madu
3. Toksin yang dihasilkan : protease yang menyebabkan paralisis flasit.
4. Mekanisme :
Protease yang merusak protein yang terlibat dalam pelepasan asetil kolin pada
neuromuscular junction paralisis falsit. Heat-labile toksin sehingga dapat rusak dengan
pemanasan.
5. Cara penularan :
1. Toksin botulinum pada sisa makanan
2. Feses pasien
3. Serum pasien dengan test serologis
III. ANALISA LABORATORIUM
1. Sampel : Feses
2. Identifikasi :

IV. PENGOBATAN
1. Antitoksin terhadap tipe A, B, E
2. Bantuan pernapasan

V. PENCEGAHAN
1. Membuang makanan kaleng yang telah menggelembung
2. Sterilisasi adekuat.

C. Clostridium perfingens
I. SIFAT
1. MORFOLOGI
a. Berbentuk basil
b. Bersifat gram positif
c. Membentuk spora tahan panas yang terletak di subterminal atau sentral

2. FISIOLOGIS
a. Termasuk bakteri anaerob.
b. Menghasilkan eksotoksin berupa gas gangrene.
c. pH 5 - 8

II. PATOGENESIS
1. Penyakit yang ditimbulkan : enteritis (pig-bel) dan keracunan makanan
2. Gejala :
 Mengalami diare
 Kram perut
 Muntah
 Edema
 Selulitis pada area luka
3. Toksin yang dihasilkan : eksotoksin berupa gas gangrene.
4. Mekanisme :
Gas gangrene disebabkan organisme tumbuh pada jaringan yang terkena
trauma. Kondisi anaerob dan produksi fatok sitotoksik seperti alfa
toksin(lesitinase) yang merusak membrane sel, termasuk eritrosit dengan akibat
hemolysis. Gas dalam jaringan(CO2 dan H2) diproduksi oleh organisme saat
metabolisme anaerob.
5. Cara penularan : Adanya kontaminasi luka dengan tanah
atau feses.

III. ANALISA LABORATORIUM


1. Sampel : air laut
2. Identifikasi :
a. Isolasi :
- media selektif TSC
- Ciri koloni berwarna hitam
b. Pewarnaan : gram,
- hasil : berbentuk basil, susunan streptobasil, sel berwarna ungu.
c. Sifat fisiologis :
- Katalase : positif (+)
- Motilitas : negative (-)
- H2S : Positif (+)
- MR : Positif (+)
IV. PENGOBATAN
1. Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan, penderita diberi cairan dan
dianjurkan istirahat.
2. Pada kasus berat diberikan penisilin G.

V. PENCEGAHAN
Lakukan pemasakan dengan sempurna sebelum dihidang untuk mencegah
terjadinya infeksi maupun keracunan

D. Clostridium difficile
I. SIFAT
1. MORFOLOGI
a. Berbentuk basil
b. Bersifat gram positif
c. Membentuk spora terletak di subterminal atau terminal

2. FISIOLOGIS
a. Termasuk bakteri anaerob.
b. Menghasilkan eksotoksin A dan eksotoksin B
c. pH 5 - 8
II. PATOGENESIS
1. Penyakit yang ditimbulkan : peradangan usus/ kolitis
2. Gejala :
 Diare lunak tidak berbentuk
 Nyeri pada abdomen,
 Diare tidak berdarah,
 Sering panas dan
 Kram perut
 Nafsu makan menurun
 Berat badan menurun
3. Toksin yang dihasilkan : eksotoksin A dan eksotoksin B
4. Mekanisme :
Bakteri memproduksi eksotoksin A dan eksotoksin B sehingga
menyebabkan sekresi cairan dan kerusakan jaringan.
5. Cara penularan :
1. lewat tanah, air, kotoran manusia dan hewan, serta produk makanan layaknya
daging olahan.
2. Beberapa orang yang sehat juga secara alami membawa bakteri C. Diff di
usus, namun mereka tidak memiliki efek buruk dari bakteri tersebut.
3. Selain itu, paparan bakteri dan spora juga dapat tersebar melalui kontak
dengan kotoran dan permukaan atau makanan yang terkontaminasi termasuk
pispot, perabot, kain linen, dan dudukan toilet.

III. ANALISA LABORATORIUM


1. Sampel : feses
2. Identifikasi :
a. Isolasi :
b. Pewarnaan :
c. Sifat fisiologis :
IV. PENGOBATAN
1. Berhenti menggunakan antibiotik yang memicu infeksi.
2. Pengobatan dengan antibiotik baru (metronidazole atau vancomycin).
3. Perbanyak cairan apabila Anda mengalami dehidrasi.
4. Pengobatan lainnya adalah probiotik atau, untuk kasus yang lebih parah,
5. operasi untuk mengangkat usus besar yang terkena.

V. PENCEGAHAN
1. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air.
2. Gunakan antibiotik untuk C. diff sampai habis.
3. Minum banyak cairan yang mengandung air, garam, dan gula, misalnya jus buah
encer, minuman kaleng, dan kaldu.
4. Makan makanan yang mengandung karbohidrat jika terkena diare berair. Kentang,
mi, nasi, gandum, oatmeal, dan biskuit asin merupakan pilihan baik.

Anda mungkin juga menyukai