Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ANALISIS LOGAM-LOGAM RENIK

“Analisis Logam Merkuri (Hg)”

OLEH

DWI PRATIWI OKTAVIA SAPUTRA


F1C1 08 039

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga penyusunan dan penulisan makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Salam dan doa tak lupa pula penulis haturkan
kepada suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW.

Selama melakukan penyusunan dan penulisan makalah ini penulis banyak menghadapi tantangan
dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat bantuan dan dukungan dosen, orang tua, dan
terutama adalah ridho Allah SWT. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah turut memberikan andil dan membantu
penulis hingga selesainya penyusunan dan penulisan karya tulis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak menampilkan kekurangan. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak bagi perbaikan makalah ini dan
menjadi masukan yang sangat berguna dalam penyusunan makalah berikutnya.

Dan akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberi sumbangsi
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemaslahatan umat dan alam.
Kendari, Februari 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1 KATA


PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3 BAB I.


PENDAHULUAN

Latar Belakang 4

Tujuan 5
Manfaat 5

BAB II. PEMBAHASAN

Logam Merkuri (Hg) Dan Sifatnya 6

Keberadaan Logam Merkuri (Hg) Di Alam 8

Pemanfaatan Logam Merkuri Di Alam 10

Peranan Dan Pengaruh Logam Merkuri Bagi Tubuh 14

Sumber Pencemaran Dan Dampak Logam Merkuri 20

Penanganan Dan Analisis Logam Merkuri 29

BAB III. KESIMPULAN 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kegiatan penambangan emas tradisional di Indonesia dicirikan oleh penggunaan teknik eksplorasi
dan eksploitasi yang sederhana dan murah. Untuk pekerjaan penambangan dipakai peralatan
cangkul, linggis, ganco, palu dan beberapa alat sederhana lainnya. Batuan dan urat kuarsa
mengandung emas atau bijih ditumbuk sampai berukuran 1-2 cm, selanjutnya digiling dengan alat
gelundung (trommel, berukuran panjang 55-60 cm dan diameter 30 cm dengan alat penggiling 3-5
batang besi). Proses pengolahan emasnya biasanya menggunakan teknik amalgamasi, yaitu dengan
mencampur bijih dengan merkuri untuk membentuk amalgam dengan media air. Selanjutnya emas
dipisahkan dengan proses penggarangan sampai didapatkan logam paduan emas dan perak
(bullion). Produk akhir dijual dalam bentuk bullion dengan memperkirakan kandungan emas pada
bullion tersebut.

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata
lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan
manusia, binatang dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti
sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia,
sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula. Lingkungan yang
terkontaminasi oleh merkuri dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai
makanan. Merkuri terakumulasi dalam mikro-organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut)
melalui proses metabolisme. Bahan-bahan yang mengandung merkuri yang terbuang kedalam
sungai atau laut dimakan oleh mikro-organisme tersebut dan secara kimiawi terubah menjadi
senyawa methyl-merkuri. Mikro-organisme dimakan ikan sehingga methyl-merkuri terakumulasi
dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi
oleh manusia. Berdasarkan penelitian, konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam tubuh ikan
diperkirakan 40-50 ribu kali lipat dibandingkan konsentrasi merkuri dalam air yang terkontaminasi.
Oleh karenanya, usaha pengolahan emas dengan menggunakan merkuri seharusnya tidak
membuang limbahnya (tailing) kedalam aliran sungai sehingga tidak terjadi kontaminasi merkuri
pada lingkungan disekitarnya, dan tailing yang mengandung merkuri harus ditempatkan secara
khusus dan ditangani secara hati-hati.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

Mengetahui sifat logam merkuri

Mengetahui keberadaan logam merkuri di alam

Mengetahui pemanfaatan logam merkuri

Mengetahui peranan dan pengaruh logam merkuri bagi tubuh

Mengetahui sumber pencemaran dan dampak logam merkuri


Mengetahui penanganan dan analisis logam merkuri

C. Manfaat

Berdasarkan latar belakang di atas maka keluararn yang diharapkan dari pembuatan makalah ini
adalah :

Dapat mengetahui sifat dari logam merkuri

Dapat mengetahui keberadaan logam merkuri di alam

Dapat mengetahui pemanfaatan logam merkuri

Dapat mengetahui peranan dan pengaruh logam merkuri bagi tubuh

Dapat mengetahui sumber pencemaran dan dampak logam merkuri

Dapat mengetahui penanganan dan analisis logam merkuri

BAB II

PEMBAHASAN

A. Logam Merkuri (Hg) Dan Sifatnya

Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti “perak cair” (liquid silver)
adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-
keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat
konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.9oC dan mendidih pada
temperatur 357oC (Stwertka, 1998). Dengan karakteristik demikian, merkuri sering dimanfaatkan
untuk berbagai peralatan ilmiah, seperti termometer, barometer, termostat, lampu fluorescent,
obat-obatan, insektisida, dsb. Sifat penting merkuri lainnya adalah kemampuannya untuk
melarutkan logam lain dan membentuk logam paduan (alloy) yang dikenal sebagai amalgam. Emas
dan perak adalah logam yang dapat terlarut dengan merkuri, sehingga merkuri dipakai untuk
mengikat emas dalam proses pengolahan bijih sulfida mengandung emas (proses amalgamasi).
Amalgam merkuri-emas dipanaskan sehingga merkuri menguap meninggalkan logam emas dan
campurannya (Setiabudi, 2005).
Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak
berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida,
hydrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak
tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam
carbide dan amine.

Merkuri adalah unsur kimia dengan nomor atom 80. Isotop merkuri terentang dari nomor massa 193
hingga 205. Adapun sifat nuklir untuk tiap-tiap isotop merkuri dapat dilihat pada Tabel. Merkuri yang
memiliki nomor massa 203 atau disebut Hg-203 merupakan unsur yang memiliki inti tidak stabil
sehingga memancarkan radiasi. Radiasi yang dipancarkan adalah partikel beta yang dilanjutkan
dengan memancarkan gelombang elektromagnet berupa sinar gamma dengan energi 279,19 keV
yang berintensitas 100 %. Waktu paro dari unsur ini adalah 46,8 hari.

Merkuri dapat bercampur dengan enzim di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya
kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam
merkuri ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifat
beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap, meskipun dalam
jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri
yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya.

Toksisitas merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya, misalnya merkuri inorganik bersifat toksik pada
ginjal, sedangkan merkuri organik seperti metil merkuri bersifat toksis pada sistim syaraf pusat.
Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:

Merkuri elemental (Hg) : terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi,
alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik
dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium klorida.

Merkuri inorganic : dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous) Misalnya:

a) Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dan
digunakan sebagai desinfektan

b) Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan laksansia (calomel)

c) Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.


Merkuri organik: terdapat dalam beberapa bentukm :

a) Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai
sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat
menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.

b) Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida.

B. Keberadaan Logam Merkuri (Hg) Di Alam

Merkuri dalam batuan

Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) di alam dan biasanya
membentuk mineral sinabar (cinnabar) atau merkuri sulfida (HgS). Merkuri sulfida terbentuk dari
larutan hidrothermal pada temperatur rendah dengan cara pengisian rongga (cavity filling) dan
penggantian (replacement). Merkuri sering berasosiasi dengan endapan logam sulfida lainnya,
diantaranya Au, Ag, Sb, As, Cu, Pb dan Zn, sehingga di daerah mineralisasi emas tipe urat biasanya
kandungan merkuri dan beberapa logam berat lainnya cukup tinggi. Kelimpahan rata-rata merkuri
dan beberapa logam berat dalam batuan yang tidak termineralisasi dapat dilihat pada Tabel berikut.

Kelimpahan rata-rata beberapa unsur logam berat pada berbagai jenis batuan
(Sumber: Field Geologists’ Manual)

(Setiabudi, 2005).

Merkuri dalam sediment sungai

Kontaminasi merkuri dalam sediment sungai terjadi karena proses alamiah (pelapukan batuan
termineralisasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun proses industri
yang menggunakan bahan baku mengandung merkuri. Untuk mengetahui sumbernya, kontaminasi
merkuri ini perlu diperhatikan dengan cermat karena tidak adanya standar baku mutu untuk kadar
merkuri dalam sedimen sungai. Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 baku mutu zat pencemar dalam
limbah untuk parameter merkuri adalah 0,01 mg/L atau 10 ppb. Nilai ambang batas ini sangat
rendah jika dipakai untuk mengevaluasi hasil analisa Hg dalam sedimen sungai (Setiabudi, 2005).

Merkuri dalam tanah

Berdasarkan pengamatan lapangan, banyak proses pengolahan bijih emas dengan gelundung
dilakukan di lokasi pemukiman, di halaman rumah atau kebun pemiliknya. Hal ini tentu menjadi
perhatian, khususnya dalam melihat kemungkinan kontaminasi Hg di lingkungan tempat tinggal
masyarakat, sehingga pengetahuan tentang konsentrasi merkuri dalam tanah menjadi cukup
penting. Meskipun di beberapa tempat, limbah tailing yang diperkirakan masih mengandung emas
dan merkuri diangkut dan dijual keluar desa, tetapi masih ada sisa tailing tercecer dan sebagian
kolam tailing yang penuh, sehingga masih ada kemungkinan terjadinya kontaminasi merkuri di
sekitar lokasi gelundung. Selain itu proses penggarangan yang dilakukan disamping rumah juga
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, karena uap merkuri yang bebas akan
mengkontaminasi lahan di sekelilingnya. Seperti halnya dengan conto sedimen sungai, sampai saat
ini belum tersedia standar nilai baku mutu Hg dalam tanah (Setiabudi, 2005).
Merkuri dalam air permukaan

Konsentrasi merkuri dapat disebabkan oleh partikel halus yang terbawa bersama limbah akibat
proses amalgamasi dan pelarutan dari sedimen sungai yang mengandung merkuri. Dalam jangka
waktu yang cukup lama logam merkuri dapat teroksidasi dan terlarut dalam air permukaan. Dari
penelitian konsentrasi Hg dalam air dari lokasi tambang di daerah Jawa Barat, pada umumnya kadar
merkuri dalam air sangat kecil dan berada dibawah nilai ambang batas, kecuali di beberapa lokasi
yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan emas rakyat (Setiabudi, 2005).

C. Pemanfaatan Logam Merkuri Di Alam

Pada umumnya merkuri berbentuk logam padat dan merupakan salah satu elemen alami yang dapat
ditemukan di berbagai lingkungan. Siklus merkuri secara luas terjadi pada lingkungan, dan ketika di
udara, merkuri akan terangkut secara global, secara regional maupun lokal. Sumber utama merkuri
di atmosfir adalah penguapan dari tanah dan air, disamping itu pembakaran fossil fuels terutama
batubara. Kadar merkuri di udara akan naik dapat juga disebabkan oleh pembuangan sampah padat
seperti termometer Hg, switch listrik, baterai, juga pemakaian cat yang mengandung Hg, anti jamur
dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama pada air adalah buangan limbah
industri (terutama industri tambang emas) dan proses pelapukan batuan karena pengaruh iklim.

Merkuri banyak sekali digunakan dalam berbagai macam aktivitas manusia, seperti pada industri klor
dan soda tajam. Karena merkuri adalah sejenis logam, merkuri dapat menghantarkan listrik,
sehingga merkuri digunakan pada perangkat elektronik. Sumber merkuri yang disebabkan oleh
aktivitas manusia yang berpotensi mencemari udara dan air dapat berasal dari:

Industri khlor-alkali

Produksi energi

Pemprosesan gas dan petroleum

Penambangan emas

Penambangan dan penghasil metal

Pembuangan limbah dengan pembakaran

Sektor dental

Air kotoran

Produk-produk yang menggunakan merkuri biasanya adalah:


Baterai

Kosmetik

Dental Amalgam

Amalgam mengisi

Peralatan elekronik dan lampu

Cat

Pestisida

Pharmacheutical

Thermometer

Bola dari -dalam-kaca termometer merkuri

Violet cahaya mendalam dari debit uap merkuri dalam lampu kuman , yang kaya spektrum radiasi
ultraviolet yang tak terlihat.

Kulit penyamak kulit yang mengandung merkuri tekanan rendah lampu uap dan dua lampu
inframerah, yang bertindak baik sebagai sumber cahaya dan pemberat listrik
Berbagai macam jenis lampu fluorescent.

merkuri Old switch

Mercury manometer untuk mengukur tekanan

Peralatan-peralatan kendaraan bermotor

Sumber merkuri yang berasal dari alam dan yang disebabkan oleh aktivitas manusia ini akan masuk
ke laut, danau dan sungai, akan diubah menjadi metilmerkuri oleh bakteri tertentu dan kemudian
akan terakumulasi pada ikan dan hewan-hewan laut lainnya (Wurdiyanto, 2007).

D. Peranan Dan Pengaruh Logam Merkuri Bagi Tubuh

Merkuri (Hg), adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Merkuri, baik logam
maupun metil merkuri (CH3Hg+), biasanya masuk tubuh manusia lewat pencernaan. Bisa dari ikan,
kerang, udang, maupun perairan yang terkontaminasi. Namun bila dalam bentuk logam, biasanya
sebagian besar bisa diekresikan. Sisanya akan menumpuk di ginjal dan sistem saraf, yang suatu saat
akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak. Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu
berbahaya, karena hanya 15% yang bisa terserap tubuh manusia. Tetapi begitu terpapar ke alam,
dalam kondisi tertentu ia bisa bereaksi dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa
organic membentuk metil merkuri yang bersifat toksis. Dalam bentuk metil merkuri, sebagian besar
akan berakumulasi di otak. Karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat bisa menyebabkan
berbagai gangguan. Mulai dari rusaknya keseimbangan tubuh, tidak bisa berkonsentrasi, tuli, dan
berbagai gangguan lain seperti yang terjadi pada kasus Minamata. Merkuri yang terhisap dapat
lewat udara berdampak akut atau terakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya,
menyebabkan bronkitis, hingga rusaknya paru-paru. Pada keracunan merkuri tingkat awal, pasien
merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah
lelah, dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel-
sel saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi saraf, gangguan pada luas pandang, degenerasi
pada sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil (Edward. 2008).

Berdasarkan sifat fisika – kimia, bahaya utama logam merkuri bagi kesehatan terdiri dari :
Merkuri elemental (Hg)

a) Inhalasi: paling sering menyebabkan keracunan. Inhalasi gas merkuri dapat menyebabkan
bronkhitis korosif yang disertai febris, menggigil, dispnea, hemoptisis, pneumonia, edema paru
(Adult Respiratory Distress Syndrome), sianosis bahkan fibrosis paru. Keluhan gastrointestinal
berupa: mual, muntah, ginggivitis, keram perut dan diare. Kerusakan sistim syaraf pusat berupa
kelainan neuropsikiatrik (erethism), tremor, iritabilitas, emosi yang labil, hilang ingatan, cemas,
depresi. sakit kepala, reflek abnormal dan perubahan EEG. Rash kemerahan dengan deskuamasi kulit
terutama pada tangan dan kaki dijumpai terutama pada anak-anak. Kelainan pada ginjal dapat
berupa proteinuria, kelainan elektrolit urine, disuria dan sakit ejakulasi. Efek psikiatri berupa depresi,
perasaan malu, marah, iritabilitas, cemas, nafsu makan menurun atau agresif.

b) Tertelan ternyata tidak menyebabkan efek toksik karena absorpsinya yang rendah kecuali jika
ada fistula atau penyakit inflamasi gastrointestinal atau jika merkuri tersimpan untuk waktu lama di
saluran gastrointestinal.

c) Intravena dapat menyebabkan emboli paru. Menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis
dan salivasi, tremor dan perubahan neuropsikiatri. Gangguan psikiatri berupa depresi, perasaan
malu, marah, cemas, iritabilitas, agresif, hilang ingatan, hilangnya kepercayaan diri, sukar tidur, tidak
nafsu makan atau tremor ringan. Selain itu dapat dijumpai kelainan pada ginjal berupa proteinuri.

Karena bersifat larut dalam lemak, bentuk merkuri ini mudah melalui sawar otak dan plasenta. Di
otak ia akan berakumulasi di korteks cerebrum dan cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi
bentuk merkurik (Hg++ ) ion merkurik ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim dan
protein seluler sehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel. Pemanasan logam merkuri
membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif pada kulit, selaput mukosa mata, mulut, dan
saluran pernafasan.

Merkuri inorganik:

Sering diabsorpsi melalui gastrointestinal, paru-paru dan kulit. Pemaparan akut dan kadar tinggi
dapat menyebabkan gagal ginjal sedangkan pada pemaparan kronis dengan dosis rendah dapat
menyebabkan proteinuri, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan
imunologis.

Setelah menelan zat ini timbul gejala iritasi mukosa berupa stomatitis, rasa logam, rasa panas,
hipersalivasi, edema laring, erosi oesofagus, mual, muntah, hematemesis, hematokhezia, keram
perut, ARDS, shock dan gangguan ginjal berupa proteinuri, hematuri dan glikosuri. Gagal ginjal akut
dapat terjadi dalam 24 jam. Perdarahan gastrointestinal dapat menyebabkan anemia dan syok
hipovolemi.

Kontak pada kulit akibat penggunaan krem yang mengandung garam merkuri dapat menimbulkan
pigmentasi, rasa terbakar dan dapat menyebabkan toksisitas sistemik. HgCl2 dapat menyebabkan
iritasi kulit sedangkan merkuri fulminat dan merkuri sulfida menyebabkan dermatitis kontak.
Penggunaan calomel (HgCl) dapat menyebabkan Pink’s disease pada anak-anak yang ditandai: rash
eritematosus, febris, splenomegali, iritabilitas dan hipotonia.

Menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis dan salivasi, tremor dan perubahan neuropsikiatri
Aplikasi garam merkuri pada kulit dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan neuropati
perifer, nefropati, eritema, dan pigmentasi.

Merkuri organik: terutama bentuk rantai pendek alkil (metil merkuri) dapat menimbulkan
degenerasi neuron di korteks cerebri dan cerebellum dan mengakibatkan parestesi distal, ataksia,
disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang. Metil merkuri mudah pula melalui plasenta dan
berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan kematian dalam kandungan dan cerebral palsy.

a) Pemaparan akut

Menyebabkan iritasi gastrointestinal berupa mual, muntah, sakit perut dan diare. Keracunan Phenyl
mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise, mialgia dan
syndrome mimic viral. Keracunan metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih
ringan tetapi menimbilkan toksisitas neurologis yang berat berupa: rasa sakit pada bibir, lidah dan
pergerakan (kaki dan tangan), konfusi, halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, ataxia, hilang ingatan,
sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, pendengaran rusak, lapangan
penglihatan mendekati konsentris, emosi tidak stabil, tidak mampu berpikir, stupor, coma dan
kematian (Clarkson, 1990 ; Marsh et al, 1987 ).

b) Pemaparan kronis

Menyebabkan suatu sindroma yang kronis. Penelanan kronik bentuk alkil yantai pendek (metil
merkuri) menyebabkan disartria, parestesi, ataxia dan tuli. Dapat pula terjadi Tunnel vision dan
skotoma multipel atau erethism. Keracunan Fenil merkuri dan methoxyethil merkuri menimbulkan
gangguan yang sama dengan pemaparan kronis merkuri inorganik.

Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup, walaupun beberapa diantaranya
diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti udara, makanan, maupun air
yang terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia
dan sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka
waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia (Supriyanto, dkk.,
2007).

Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi
pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada produk-produk kosmetik dapat
menyebabkan perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintikbintik hitam pada
kulit, iritasi kulit, hingga alergi, serta pemakaian dalam dosis tinggi bias menyebabkan kerusakan
otak secara permanen, ginjal, dan gangguan perkembangan janin, bahkan pemakaian dalam jangka
pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah, diare, kerusakan paru-paru, dan
merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan kanker.

Penggunaan merkuri dalam waktu lama menimbulkan dampak gangguan kesehatan hingga kematian
pada manusia dalam jumlah yang cukup besar. Meskipun kasus kematian sebagai akibat
pencemaran merkuri belum terdata di Indonesia hingga kini namun diyakini persoalan merkuri di
Indonesia perlu penanganan tersendiri. Tentu saja hal ini sebagai akibat dari pengelolaan dan
pemanfaatan yang tidak mengikuti prosedur.

Pengaruh merkuri terhadap kesehatan manusia dapat diurai sebagai berikut :

Pengaruh terhadap fisiologis.

Pengaruh toksisitas merkuri terutama pada Sistem Saluran Pencernaan (SSP) dan ginjal terutama
akibat merkuri terakumulasi. Jangka waktu, intensitas dan jalur paparan serta bentuk merkuri sangat
berpengaruh terhadap sistem yang dipengaruhi. Organ utama yang terkena pada paparan kronik
oleh elemen merkuri dan organomerkuri adalah SSP. Sedangkan garam merkuri akan berpengaruh
terhadap kerusakan ginjal. Keracunan akut oleh elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek
terhadap system pernafasan sedang garam merkuri yang tertelan akan berpengaruh terhadap SSP,
efek terhadap sistem cardiovaskuler merupakan efek sekunder.

Pengaruh terhadap sistem syaraf.

Merkuri yang berpengaruh terhadap system syaraf merupakan akibat pemajanan uap elemen
merkuri dan metil merkuri karena senyawa ini mampu menembus blood brain barrier dan dapat
engakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen.
Metilmerkuri yang masuk ke dalam pencernaan akan memperlambat SSP yang mungkin tidak
dirasakan pada pemajanan setelah beberapa bulan sebagai gejala pertama sering tidak spesifik
seperti malas, pandangan kabur atau pendengaran hilang (ketulian).

Pengaruh terhadap ginjal.

Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang diakibatkan oleh masuknya garam inorganik atau
phenylmercury melalui SSP akan menyebabkan naiknya permiabilitas epitel tubulus sehingga akan
menurunkan kemampuan fungsi ginjal (disfungsi ginjal). Pajanan melalui uap merkuri atau garam
merkuri melalui saluran pernafasan juga mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadi proteinuria
atau nephrotik sindrom dan tubular nekrosis akut.

Pengaruh terhadap pertumbuhan.

Terutama terhadap bayi dan ibu yang terpajan oleh metilmerkuri dari hasil studi membuktikan ada
kaitan yang signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu yang makan gandum yang diberi fungisida, maka
bayi yang dilahirkan mengalami gangguan kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan
lapangan pandang, microcephaly, cerebral palsy, ataxia, buta dan gangguan menelan (Wurdiyanto,
2007).

Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas mikro
organisme menjadi komponen methyl merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang
kuat disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut
mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam
jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik
bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang makan hasil tangkap hewan-hewan air
tersebut. Sanusi (1980) mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh
hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat
dibandingkan dengan proses ekresi.

Diantara berbagai macam logam berat, merkuri digolongkan sebagai pencemar paling berbahaya.
Sedang unsur-unsur logam berat lainnya juga memiliki potensi yang membahayakan lingkungan
perairan. Disamping itu, ternyata produksinya cukup besar dan penggunaannya di berbagai bidang
cukup luas. Djojosoebagio (1978) di dalam Widodo (1980) mengatakan bahwa pencemaran yang
disebabkan oleh logam-logam berat yang juga merupakan unsur-unsur langka (seng, timah,
kadnium, merkuri, arsen, nikel, vanadium dan berilium) merupakan masalah yang serius dewasa ini.
Pengaruh merkuri sebagai pollutan terhadap kehidupan biota laut dapat bersifat langsung maupun
tidak langsung, misalnya dengan melalui penurunan kualitas air. Adanya kemampuan
mengakumulasi merkuri di dalam tubuh biota laut dapat membahayakan kehidupan biota yang
bersangkutan maupun biota lainnya misalnya melalui rantai makanan atau food chain (Budiono,
2002).

E. Sumber Pencemaran Dan Dampak Logam Merkuri

Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar
dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik.
Umumnya kadar dalam tanah, air dan udara relatif rendah. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat
meningkatkan kadar ini, misalnya aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan merkuri
sebanyak 10.000 ton/tahun. Pekerja yang mengalami pemaparan terus menerus terhadap kadar
0,05 Hg mg/m3 udara menunjukkan gejala nonspesifik berupa neurastenia, sedangkan pada kadar
0,1 – 0,2 mg/m3 menyebabkan tremor. Dosis fatal garam merkuri adalah 1 gr.

Merkuri telah digunakan pada penambangan emas sebagai pemisah dari batubatuan selama
berabad-abad karena merkuri harganya murah, mudah digunakan, dan relative efisien. Selain itu
merkuri juga berasal dari aktivitas berbagai jenis industri dan pembakaran bahan-bahan yang
mengandung merkuri.

Merkuri yang terdapat dalam udara jatuh ke bumi baik di dekat sumber penghasil merkuri sebagai
akibat kegiatan industri maupun di lokasi yang sangat jauh dari sumbernya. Bila merkuri tertimbun
dalam tanah yang berair maka oleh mikro organisme akan diubah menjadi metal merkuri yang mana
merupakan bentuk merkuri yang memiliki toksisitas tinggi. Limbah dari semua pengguna merkuri ini
akan terkumpul pada perairan/laut.

Merkuri yang terdapat di perairan/laut di ubah menjadi metilmerkuri oleh bakteri tertentu. Hewan
laut akan terkontaminasi metilmerkuri apabila laut tersebut tercemar oleh merkuri dengan cara
meminum air tersebut atau dengan memakan hewan lain yang mengandung merkuri. Merkuri yang
terdapat dalam tubuh hewan laut adalah dalam bentuk metil merkuri.

Organisme kecil ini akan memangsa metilmerkuri dan membawanya ke organisme lain dengan cara
bila hewan pemangsanya memakan organisme kecil ini, mereka juga membawa metil merkuri dalam
tubuh mereka. Proses ini dikenal sebagai bioakumulasi dan berlanjut terus dengan kadar merkuri
yang semakin meningkat. Hewan pemangsa seperti ikan memiliki posisi yang tertinggi dalam mata
rantai pembawa merkuri. Bila manusia mengkonsumsi ikan ini maka akan turut terpapar oleh
merkuri. Gambar 1 memperlihatkan terjadinya bioakumulasi merkuri pada hewan laut.

(Wurdiyanto, 2007).

Selain dari proses pertambangan, merkuri juga dapat berasal dari proses industri. Industri yang
memberikan efluents Hg adalah yang memproses chlorine, produksi coustic soda, tambang dan
prosesing biji Hg, metalurgi dan electroplating, pabrik kimia, pabrik tinta, pabrik kertas, penyamakan
kulit, pabrik tekstil, dan perusahaan farmasi.

Selain banyak digunakan pada penambangan emas, merkuri juga berfungsi sebagai pemutih dan
penghalus pada kulit manusia. Oleh sebab itu banyak sekali perusahaan kosmetik mencampurkan
merkuri ke dalam bahan kosmetik. Merkuri yang terdapat pada kosmetik biasanya dalam bentuk
berbagai senyawa organic atau inorganik. Kosmetik yang mengandung merkuri ini dapat terserap
oleh kulit dan masuk ke dalam tubuh. Merkuri ini akan mudah sekali terikat dengan protein dan
enzim yang ada di dalam tubuh, karena protein dan enzim tubuh memiliki group thiol, sehingga
merkuri tersebut akan mengkontaminasi tubuh dan menyebabkan berbagai macam penyakit
(Wurdiyanto, 2007).

Merkuri dilingkungan perairan

Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh buangan industri (industrial
wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-senyawa merkuri di bidang pertanian.
Merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawasenyawa anorganik dan senyawa organic.
Terdapatnya merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama oleh kegiatan
perindustrian seperti pabrik cat, kertas, peralatan listrik, chlorine dan coustic soda; kedua oleh alam
itu sendiri melalui proses pelapukan batuan dan peletusan gunung berapi. Namun pencemaran
merkuri yang disebabkan kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi tidak
significant.

Di antara beberapa sumber polutan yang menyebabkan penimbunan merkuri di lingkungan laut,
menurut Mandlli di dalam Portmann (1976) yang terpenting adalah industri penambangan logam,
industri biji besi, termasuk metal plating, industri yang memproduksi bahan kimia, baik organic
maupun anorganik, dan offshore dumping sampah domestik, Lumpur dan lain-lain.
Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga kehadirannya di
lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian pada manusia karena sifatnya yang mudah larut
dan terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri
mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil
dalam sendimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terkumpul
dalam jaringan tubuh organisme air, baik melalui proses bioaccumulation maupun biomagnification
yaitu melalui food chain. Dikatakan pula bahwa fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di
daerah estuarin dan daerah pantai ditentukan oleh proses precification, sedimentation, floculation
dan reaksi adsorpsi desorpsi. Akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, yaitu phytoplankton
(Chlorella sp), Mussel (genus Vivipare) dan ikan herbivore Gyrinocheilus aymonieri (fam.
Gyrinochelidae) karena up take rate merkuri oleh organisme air lebih cepat dibandingkan proses
eksresi (Setiabudi, 2005).

Hamidah (1980) mengatakan bahwa merkuri di alam umumnya terdapat sebagai methyl merkuri
(CH3-Hg), yaitu bentuk senyawa organic dengan daya racun tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat
asalnya. FAO (1971) mengemukakan bahwa merkuri yang dapat diakumulasi adalah merkuri yang
berbentuk methyl merkuri, yang mana dapat diakumulasi oleh ikan atau shellfish, dan juga
merupakan racun bagi manusia.

Proses methylasi terpengaruh dengan adanya dominasi unsur sulfur (S), yaitu pada keadaan anaerob
dan redokpotensial yang rendah. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh di dalam pembentukan
methyl merkuri antara lain :suhu, kadar ion Cl-, kandungan organic, derajad keasaman (pH), dan
kadar merkuri.

Gavis dan Ferguson (1972) di dalam Sanusi (1980) mengemukakan beberapa kemungkinan bentuk
merkuri yang masuk ke dalam lingkungan perairan alam, yaitu:

a) Sebagai inorganic merkuri, melalui hujan, run-off ataupun aliran sungai. Unsur ini bersifat stabil
terutama pada keadaan pH rendah.

b) Dalam bentuk organic merkuri, yaitu phenyl merkuri (C6H5-Hg), methyl merkuri (CH3-Hg) dan
alkoxyalkyl merkuri atau methyoxy-ethyl merkuri (CH3O-CH2-CH2-Hg+). Organik merkuri yang
terdapat di perairan alam dapat berasal dari kegiatan pertanian (pestisida).

c) Terikat dalam bentuk suspended solid sebagai Hg2+2 (ion merkuro), mempunyai sifat reduksi
yang baik.
d) Sebagai metalik merkuri (HgO), melalui kegiatan perindustrian dan manufaktur. Unsur ini
memiliki sifat reduksi yang tinggi, berbentuk cair pada temperatur ruang dan mudah menguap.

Transfer dan transformasi merkuri dapat dilakukan oleh phytoplankton dan bakteri, disebabkan
kedua organisme tersebut relatif mendominasi suatu perairan, dan juga oleh sea grasses. Bakteri
dapat merubah merkuri menjadi methyl merkuri, dan membebaskan merkuri dari sendimen. Dalam
kegiatannya bakteri membutuhkan bahan organic atau komponen-komponen karbon, nitrogen dan
posphat sebagai makanannya.

Windom (1974) lihat Mandelli di dalam Portmann (1976) mengemukakan bahwa sea grasess system
mendominasi penyerapan merkuri dari sendimen dan dari air laut. Pada proses tersebut merkuri
yang bebas dari sendimen dengan jalan lain dapat kembali ke dalam jaring makanan melalui
akarnya. Gavis dan Ferguson, 1972) ; (Shin dan Krenkel , 1976) di dalam Sanusi (1980), mengatakan
bahwa methyl merkuri yang terbentuk dalam sediman bersifat tidak stabil, sehingga mudah
dilepaskan ke dalam perairan yang kemudian diakumulasi oleh hewan maupun timbuh-tumbuhan
air.

Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration (FDA) menentukan
pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air,
yaitu sebesar 0,005 ppm. Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan kimia, dalam
hal ini merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Bila dalam air atau
makanan, kadar merkuri sudah melampaui NAB, maka air maupun makanan yang diperoleh dari
tempat tertentu harus dinyatakan berbahaya. WARDOYO (1981) menyatakan NAB air yang
mengandung merkuri total 0,002 ppm baik digunakan untuk perikanan.

Pencemaran perairan oleh merkuri akibat kegiatan alam mempunyai kisaran antara 0,00001 sampai
0,0028 ppm, kecuali pada beberapa tempat seperti sungai-sungai di Itali dimana terdapat sumber
endapan logam merkuri alamiah, kadarnya dapat mencapai 136 pph. Secara kualitatif pergerakan
lokal unsur merkuri di perairan umum dapat digambarkan berikut ini :

(Budiono, 2002).

Teknologi Amalgamasi dan Penggarangan (Penggunaan Merkuri)


Pada kegiatan amalgamasi terjadi kehilangan logam merkuri cair yang terbawa ampas. Sejalan
dengan waktu ada sebagian dari merkuri cair yang larut dalam air dan masuk ke air sungai. Merkuri
terlarut ini kemudian masuk, misalnya, ikan di sungai ini. Apabila air sungai tercemar ini diminum
atau ikan yang hidup di sungai (kolam) tercemar dimakan manusia, maka persenyawaan merkuri
akan berada dalam badan manusia. Sementara itu, pada kegiatan penggarangan terbuka, uap
merkuri akan terhirup pekerja dan orang-orang disekitarnya. Dalam kegiatan penyimpanan atau
pengambilan logam merkuri ke/dari tempatnya juga akan ada uap merkuri yang keluar (Ardiwilaga).

Merkuri elemen atau logam merkuri tidak terlalu beracun apabila tertelan, karena penyerapan yang
amat rendah oleh usus. Namun, uap merkuri yang terhisap akan diserap sempurna oleh paru-paru
dan kemudian dioksidasi menjadi ion merkuri Hg2+. Dalam beberapa jam endapan uap merkuri yang
terhisap menyerupai apa yang terjadi apabila menelan garam merkuri. Perbedaannya adalah bahwa
uap merkuri menembus membrane jauh lebih cepat dari pada ion merkuri Hg2+, kemudian sejumlah
uap memasuki otak sebelum dioksidasi. Jadi keracunan system pusat saraf akan lebih nyata setelah
terhisap uap merkuri daripada Hg2+.

Gejala-gejala yang muncul setelah beberapa jam adalah lemah, perasaan dingin, rasa logam,
perasaan sakit, muntah, diare, napas berat, batuk dan rasa berat di dada. Keseringan menghirup uap
merkuri menimbulkan gejala yang ditandai oleh menggigil, depresi spikis, mudah terusik atau cepat
marah, malu berlebihan, tidak dapat tidur, ketidakstabilan emosi, sering lupa, bingung, keringat
berlebihan dan muka merah (Ardiwilaga).

Beberapa kasus pencemaran merkuri telah menorehkan tinta hitam negeri yang ramah gemah ripah
loh jinawi ini dalam kurun waktu dua dekade terakhir. Tercatat, kasus pencemaran merkuri di
Sulawesi Utara terutama Teluk Buyat dan Teluk Manado, sungai-sungai di Kalimantan terutama
Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan, Sungai Citarum dan Cisadane di Jawa Barat, Sungai-sungai di DKI
Jakarta hingga teluk Jakarta dan beberapa daerah di Sumatera barat dan Jambi.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Sulawesi Utara telah melaporkan
adanya kontaminasi merkuri yang telah meracuni sejumlah kawasan laut dan sungai di Sulawesi
Utara minimal sejak tahun 1990. Demikian juga telah dilaporkan oleh para peneliti dari Universitas
Sam Ratulangi, Manado pada tahun 1996. Bapedalda Sulut juga melaporkan bahwa kontaminasi
merkuri itu berasal dari limbah adanya aktivitas pertambangan emas rakyat. Diperkirakan sekitar
40% merkuri yang digunakan para penambang emas rakyat itu merembes ke laut, melalui pencucian
tromol dan pada proses pemanggangan batuan.

Penambangan emas di Teluk Buyat, telah dimulai sejak tahun 1887 hingga tahun 1922 oleh
perusahaan Belanda, Nederland Mynbow Maschapai. Setelah itu masyarakat local mengambil alih
penambangan tersebut dan pada pertengahan tahun 1980 terdapat sekitar 4000 penambang di
kawasan itu. Limbah penambangan emas tersebut mengalir ke Sungai Totok hingga bermuara di
Teluk Buyat. Praktek tersebut menimbulkan pencemaran yang serius. Tahun 1995 terdeteksi
kandungan merkuri di atas ambang batas pada hati ikan kerong-kerong (terapon jarbua) yaitu 9,1
mg/g berat hati, atau senilai 18 kali lebih tinggi dari panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selanjutnya, pada tahun 2004, FMIPA – Universitas Indonesia melakukan analisa sample darah
terhadap warga Buyat, hasilnya menunjukkan bahwa kadar total merkuri dalam darah mereka
melebihi batas normal rata-rata. Bahkan ada penduduk yang mempunyai kadar merkurinya
mencapai 23,9 mikrogram per liter. Kadar normal rata-rata menurut IPCS (International Programme
on Chemical Safety) adalah 8 mikrogram per liter.

Selain itu telah dilakukan pemeriksaan terhadap sampel rambut penduduk di Teluk Buyat dan Teluk
Totok oleh Dr. Mineshi Sakamoto di Laboratorium National Institute for Minamata Disease, Japan.
Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan merkuri rata-rata penduduk disana adalah 2,65 mikrogram
per gram berat sample atau sekitar 1 per 20 dari standar WHO.

Dari kedua peneliti tersebut menyimpulkan bahwa kandungan tersebut belum mencapai dosis yang
dapat menimbulkan gejala penyakit minamata. Meskipun demikian bila pencemaran tersebut
dibiarkan tanpa tindakan penanggulangan yang memadai, maka dalam jangka waktu tertentu akan
terjadi degradasi lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya kondisi kesehatan
masyarakat sekitar. Beberapa contoh kasus akibat pemakaian merkuri dipaparkan pada Tabel.

(Wurdiyanto, 2007).

F. Penanganan Dan Analisis Logam Merkuri

Beberapa ketentuan/peraturan tentang batasan nilai kandungan merkuri pada suatu bahan dari
berbagai lembaga maupun instansi yang berwenang sebagai berikut :

Nilai batas kandungan merkuri untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) yang diijinkan adalah 0,001
mg/liter air.

Berdasar pada Pedoman Baku Mutu Lingkungan, kandungan merkuri dalam makanan yang tanpa
diolah maksimum 0,001 ppm (part per millions)

Kandungan merkuri dalam darah yang aman maksimum 0,04 ppm (part per millions)

Untuk bahan kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang penggunaan
merkuri meskipun dengan konsentrasi kecil.
Beberapa catatan diketahui bahwa kadar merkuri dalam jaringan sebesar 0,1 – 1 ppm sudah dapat
menyebabkan gangguan fungsi tubuh sedangkan kadar merkuri dalam darah para pekerja tambang
rakyat mencapai 0,16 ppm. Selanjutnya menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety)
paparan merkuri pada tubuh manusia mencapai 200 s/d 500 (Wurdiyanto, 2007).

Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis logam merkuri dalam suatu
zat.

Metode spektrometri nyala serapan atom (SSA)

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik antara lain berbagai logam berat yang
berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehari-hari
dan secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan apabila sudah
melebihi batas yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Logam-logam berat yang berbahaya yang
sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd),
khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam-logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam
tubuh suatu mikroorganisme, dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun. Peristiwa
yang menonjol dan dipublikasikan secara luas akibat pencemaran logam berat adalah pencemaran
merkuri (Hg) yang menyebabkan Minamata desease di teluk Minamata, Jepang dan pencemaran
kadmium (Cd) yang menyebabkan Itai-itai disease di sepanjang sungai Jinzo di Pulau Honsyu, Jepang.

Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat pencemaran
yang terjadi di dalam perairan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang
tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan dapat sebagai indikator terjadinya suatu
pencemaran dalam lingkungan. Menurut Adnan, kandungan logam berat dalam ikan erat kaitannya
dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai, danau,
dan laut. Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung pada bentuk
senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis dan unsur
ikan yang hidup di lingkungan tersebut.

Peralatan dan wadah yang akan digunakan untuk analisis, dicuci dengan sabun kemudian dibilas dan
dibersihkan dengan akuades. Peralatan dan wadah yang sudah bersih direndam dalam asam nitrat 1
: 3 selama 24 jam, kemudian dibilas dengan akuatrides 3 – 4 kali sampai diperoleh pH air bilasan
normal (pH 7). Hasil pencucian dikeringkan dalam oven dan dipanaskan pada suhu 50 – 60 0C.
Setelah kering, alat ini dimasukkan dalam kantong plastik dan disimpan dalam ruang bebas debu.

Uji kepekaan dan presisi alat uji (AAS) dilakukan dengan membuat 1 buah larutan campuran yang
terdiri atas larutan standar Cu 1000 ppm, HNO3 1 N, dan akuatrides sedemikian rupa sehingga
konsentrasi Cu dalam larutan 2 ppm, dan konsentrasi HNO3 dalam larutan 0,1 N. Kepekaan alat uji
ditentukan dengan mengukur serapan larutan tersebut dengan 3 kali pengukuran, sedangkan presisi
alat uji ditentukan dengan menghitung simpangan baku dari pengukuran 6 kali serapan larutan itu.
Kondisi optimum analisis masing-masing unsur diperoleh dengan mengukur serapan maksimum
masing-masing unsur pada setiap perubahan parameter panjang gelombang, arus lampu, lebar
celah, laju alir cuplikan, laju alir asetilen, dan tinggi pembakar. Larutan yang digunakan adalah 25 mL
larutan Pb 5 ppm. 25 ml larutan Cd konsentrasi 5 ppm, dan 25 mL larutan Cu 5 ppm,

Kurva kalibrasi unsur Pb, Cu, dan Cd diperoleh dengan mengukur serapan larutan standar masing-
masing unsur pada kondisi optimum unsur. Kisaran larutan standar masing-masing unsur adalah Pb
0,5 – 2,5 ppm, Cd 0,05 – 0,25 ppm, Cu 0,1 – 0,50 ppm. Kurva kalibrasi diperoleh dengan membuat
kurva antara konsentrasi terhadap serapan masing-masing unsur.

Cuplikan ikan dicuci, diambil dagingnya, dikeringkan dan ditumbuk dengan menggunakan lumpang
dan alu, diayak sampai lolos 100 mesh dan dihomoginkan, cuplikan ikan yang telah homogen
ditimbang 0,5 g dalam teflon bom digester, dibasahi sedikit akuatrides, kemudian ditambahkan 1 ml
asam nitrat pekat. Setelah itu, teflon bom digester ditutup rapat kemudian dimasukan dalam tungku
pemanas dan dipanaskan pada suhu 1500C selama 4 jam. Hasil pelarutan setelah dingin dituang
kedalam gelas beker dipanaskan di atas pemanas listrik dengan penambahan akuatrides secara
berulang-ulang. Hasil pelarutan setelah dingin dimasukkan labu takar 10 ml dan ditepatkan sampai
batas tanda dengan penambahan akuatrides, cuplikan siap untuk dilakukan analisis unsur
(Supriyanto, dkk., 2007).

Metode Analisa Aktivasi Neutron.

Pengukuran tingkat kandungan merkuri di dalam suatu hasil produk yang ditawarkan menggunakan
metode Analisa Aktivasi Neutron. Preparasi sampel dilakukan dengan metode gravimetri yang sudah
tidak diragukan keandalannya karena mempunyai ketelitian yang sangat tinggi dan menggunakan
alat semi mikro balance yang terkalibrasi oleh laboratorium terakreditasi. Hasil aktivasi diukur
menggunakan metode spektrometri gamma sehingga memungkinkan unsur-unsur lain dapat
dianalisa. Analisa yang dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga dapat mengetahui
unsur dan besarnya dalam satuan tertentu. Standar yang digunakan tertelusur dalam Standar
Internasional.

(Wurdiyanto, 2007).
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikur :

Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti “perak cair” (liquid silver)
adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-
keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat
konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.9oC dan mendidih pada
temperatur 357oC. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hydrogen bromida dan
hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan
oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine.

Di alam, merkuri terdapat dalam batuan, sediment sungai, tanah, air permukaan.

Logam merkuri dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Baterai, Kosmetik, Dental
Amalgam, Peralatan elekronik dan lampu, Cat, Pestisida, Pharmacheutical, Thermometer dan
Peralatan-peralatan kendaraan bermotor

Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi
pada tubuh dan bersifat neurotoxin.

Dampak logam merkuri pada tubuh akan berpengaruh terhadap fisiologis, sistem syaraf, ginjal,
dan pertumbuhan.

Analisis logam merkuri dapat dilakukan dengan Metode spektrometri nyala serapan atom (SSA)
dan Metode Analisa Aktivasi Neutron.

DAFTAR PUSTKA

Ardiwilaga, Suryadi. Pengolahan Bahan Galian Emas Berskala Kecil dan Hubungannya dengan
Kekayaan Alam dan Lingkungan.

Budiono, Achmad. 2002. Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air. Makalah Pengantar
Falsafah Sains. Bogor.

Edward. 2008. Pengamatan Kadar Merkuri di Perairan Teluk Kao (Halmahera) dan Perairan Anggai
(Pulau Obi) Maluku Utara. Makara, Sains, Volume 12, No. 2. Maluku.
Setiabudi, Bambang Tjahjono. 2005. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di
Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Kolokium Hasil Lapangan – DIM.

Supriyanto C., Samin, dan Kamal, Zainul. 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada
Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Seminar Nasional III SDM
Teknologi Nuklir. Yogyakarta.

Wurdiyanto, Gatot. 2007. Merkuri, Bahayanya dan Pengukurannya. Buletin Alara, Volume 9, Nomor
1 dan 2. Jakarta.
MERKURI (Hg); LOGAM CAIR TOKSIK MEMATIKAN.
Juni 24, 2008 admin wawasan

Oleh : Arifin

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis
pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan
efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana
keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat
racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek
kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam
tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga
proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai
penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah
melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.

Berdasarkan daya hantar panas dan listriknya merkuri (Hg) dimasukkan dalam golongan
logam. Sedangkan berdasarkan densitasnya, dimasukkan ke dalam golongan logam berat.
Merkuri memiliki sifat-sifat :

1. Kelarutan rendah;

2. Sifat kimia yang stabil terutama di lingkungan sedimen;

3. Mempunyai sifat yang mengikat protein, sehingga mudah terjadi biokonsentrasi pada
tubuh organisme air melalui rantai makanan;

4. Menguap dan mudah mengemisi atau melepaskan uap merkuri beracun walaupun pada
suhu ruang;

5. Logam merkuri merupakan satu-satunya unsur logam berbentuk cair pada suhu ruang
25oC;
6. Pada fase padat berwarna abu-abu dan pada fase cair berwarna putih perak;

7. Uap merkuri di atmosfir dapat bertahan selama 3 (tiga) bulan sampai 3 (tiga) tahun
sedangkan bentuk yang melarut dalam air hanya bertahan beberapa minggu.

Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari minyak mineral, dengan bantuan kontinental
yang rata-rata mengandung sekitar 80 ppb atau lebih kecil lagi. senyawa-senyawa alkil
merkuri lebih tahan urai daripada senyawa alkil atau merkuri anorganik, oleh karena itu
senyawa alkil merkuri lebih berbahaya sebagai bahan pencemar. Merkuri masuk ke
lingkungan perairan berasal dari berbagai sumber yang timbul dari penggunaan unsur itu oleh
manusia seperti buangan laboratorium kimia, batu baterai bekas, pecahan termometer,
fungisida kebun, tambal gigi amalgam dan buangan farmasi.

Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas
mikro-organisme menjadi komponen metil-merkuri (Me-Hg) yang memiliki sifat racun
(toksik) dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh
hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi baik melalui proses
bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan (food chain) dalam
jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang
berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia yang makan hasil
tangkap hewan-hewan air tersebut. Terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh
hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih
cepat dibandingkan dengan proses ekresi, yaitu karena metil-merkuri memiliki paruh waktu
sampai beberapa ratus hari di tubuh hewan air, sehingga zat ini menjadi terakumulasi dan
konsentrasinya beribu kali lipat lebih besar dibanding air disekitarnya.

Bioakumulasi adalah peningkatan konsentrasi suatu zat sepanjang rantai makanan. Berikut ini
adalah gambaran bagaimana perjalanan metil-merkuri dari air hingga masuk ke dalam tubuh
manusia dan binatang :

1. Metil-merkuri di dalam air dan sedimen dimakan oleh bakteri, binatang kecil dan
tumbuhan kecil yang dikenal sebagai plankton;

2. Ikan kecil dan sedang kemudian memakan bakteri dan plankton tersebut dalam jumlah
yang sangat besar sepanjang waktu;

3. Ikan besar kemudian memakan ikan kecil tersebut, dan terjadilah akumulasi metil-
merkuri di dalam jaringan. Ikan yang lebih tua dan besar mempunyai potensi yang lebih besar
untuk terjadinya akumulasi kadar merkuri yang tinggi di dalam tubuhnya;
4. Ikan tersebut kemudian ditangkap dan dimakan oleh manusia dan binatang,
menyebabkan metil-merkuri berakumulasi di dalam jaringannya.

Ikan dapat mengabsorbsi metil-merkuri melalui makanannya dan langsung dari air dengan
melewati insang. Oleh karena merkuri terikat dengan protein di seluruh jaringan ikan,
termasuk otot, maka tidak ada metoda pemasakan atau pencucian ikan untuk mengurangi
kadar merkuri di dalamnya.

Pengaruh langsung pollutan terhadap ikan biasa dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu
akibat-akibat yang timbul pada waktu kurang dari 96 jam atau sublethal (kronis), yaitu
akibat-akibat yang timbul pada waktu lebih dari 96 jam (empat hari). Sifat toksis yang lethal
dan sublethal dapat menimbulkan efek genetik maupun teratogenik terhadap biota yang
bersangkutan. Pengaruh lethal disebabkan gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak
bergerak atau bernapas akibatnya cepat mati. Pengaruh sub lethal terjadi pada organ-organ
tubuh, menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk perkembang-biakan,
pertumbuhan dan sebagainya. Seperti peristiwa yang terjadi di Jepang, dimana penduduk
disekitar teluk Minamata keracunan metil-merkuri akibat hasil buangan dari suatu pabrik.
Metil-merkuri yang terdapat dalam ikan termakan oleh penduduk disekitar teluk tersebut.
Ikan-ikan yang mati disekitar teluk Minamata mempunyai kadar metil merkuri sebesar 9
sampai 24 ppm.

Faktor-faktor yang berpengaruh di dalam proses pembentukan metil-merkuri adalah


merupakan faktor-faktor lingkungan yang menentukan tingkat keracunannya. Merkuri yang
diakumulasi dalam tubuh hewan air akan merusak atau menstimuli sistem enzimatik, yang
berakibat dapat menimbulkan penurunan kemampuan adaptasi bagi hewan yang
bersangkutan terhadap lingkungan yang tercemar tersebut. Pada ikan, organ yang paling
banyak mengakumulasi merkuri adalah ginjal, hati dan lensa mata.

Toksisitas logam-logam berat yang melukai insang dan struktur jaringan luar lainnya, dapat
menimbulkan kematian terhadap ikan yang disebabkan oleh proses anoxemia, yaitu
terhambatnya fungsi pernapasan yakni sirkulasi dan eksresi dari insang. Unsur-unsur logam
berat yang mempunyai pengaruh terhadap insang adalah timah, seng, besi, tembaga,
kadmium dan merkuri.

Keracunan merkuri pertama sekali dilaporkan terjadi di Minamata, Jepang pada tahun 1953.
Kontaminasi serius juga pernah diukur di sungai Surabaya, Indonesia tahun 1996. Pengaruh
pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka panjang, yaitu meliputi kerusakan
struktur komunitas, keturunan, jaringan makanan, tingkah laku hewan air, fisiologi, resistensi
maupun pengaruhnya yang bersifat sinergisme. Sedang pengaruhnya yang bersifat linier
terjadi pada tumbuhan air, yaitu semakin tinggi kadar merkuri semakin besar pengaruh
racunnya. Metil-merkuri diketahui mengganggu perkembangan janin, mengakibatkan cacat
lahir pada janin yang ibunya terpajan merkuri.

Pengaruh dari toksisitas merkuri terhadap tubuh antara lain : kerusakan syaraf, termasuk
menjadi pemarah, paralisys, kebutaan atau ganguan jiwa, kerusakan kromosom dan cacat
bayi dalam kandungan. gejala-gejala ringan akibat keracuna merkuri adalah depresi dan suka
marah-marah yang merupakan sifat dari penyakit kejiwaan, sakit kepala, sukar menelan,
penglihatan menjadi kabur, daya dengan menurun, merasa tebal di bagian kaki dan
tangannya, mulut terasa tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan disertai diare, lemah
badan, dan cacat pada janin manusia.

Merkuri dengan konsentrasi tinggi kadang kala di dapatkan di perairan dan jaringan ikan
yang berasal dari pembentukan ion monoetil merkuri yang larut, CH3Hg+ dan (CH3)2 Hg,
oleh bakteri anaerobik di dalam sedimen, merkuri dari senyawa-senyawa ini menjadi pekat di
dalam lemak jaringan ikan (penguat biologis) dapat mencapai 103.

Sebagai hasil dari kuatnya interaksi antara merkuri dan komponen tanah lainnya, penggantian
bentuk merkuri dari satu bentuk ke bentuk lainnya selain gas biasanya sangat lambat. Proses
methylisasi merkuri biasanya terjadi di alam di bawah kondisi terbatas, membentuk satu dari
sekian banyak elemen berbahaya, karena dalam bentuk ini merkuri sangat mudah
terakumulasi pada rantai makanan. Karena berbahaya, penggunaan fungisida alkylmerkuri
dalam pembenihan tidak diizinkan di banyak negara.

Anda mungkin juga menyukai