Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI 1

PEWARNAAN SEDERHANA

DISUSUN OLEH:
NAMA : RESTI RAMADHANTI. M
NIM : 18 3145 353 009
KELAS : 18 A
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : SRI SULASTRI

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGA REZKY
2018/201
LEMBAR PENGESAHAN
Judul pratikum : Pewarnaan Sederhana
Nama : Resti Ramadhanti. M
Nim : 18 3145 353 009
Hari /Tanggal : Kamis/ 28 Maret 2019
Kelompok :IV (Empat)
Rekan kerja : 1. Agung Maheza Putra
2. Irnawati
3. Nurlaela Ajijah
4. Nur Ismiati
5. Tri Agnes Malisa
Penilaian :

Makassar, 28 Maret 2019


Disetujui Oleh,

Asisten Dosen Praktikan

Sri Sulastri Resti Ramadhanti.M


NIM : 17 3145 353 133 NIM: 18 3145 353 009

Dosen Pembimbing

Nirmawati Anggria, S.Si.,M.Kes


NIDN : 09 180687 02
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran
panjang 0,5 – 10 µ dan lebar 0,5 – 2,5 µ. Karakteristik bakteri dilihat dari
bentuknya, seperti bulat (coccus), batang (spirilli), koma (vibrio). Tambahan
struktur bakteri yang terpenting diketahui cambuk (flagella), kapsul (capsule)
dan endospora (endospore) (Apri,dkk, 2017).
Bakteri memiliki struktur dan organisasi dasar yang sama meskipun
dengan bentuk yang berbeda, sel yang terdiri atas lapisan dinding sebagai luar
yang kaku dan di bawahnya terdapat membran sel yang semipermiabel
(Apri,dkk 2017).
Identifikasi bakteri dilakukan dengan cara mengamati morfologi koloni
meliputi bentuk koloni, warna koloni, tepi koloni, dan dan elevasi
kolonibakteri (Michelle, dkk,2017).
Identifikasi bakteri merupakan prosedur laboratorium yang digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa
dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu, untuk
mengenal nama bakteri. Disampng itu juga perlu pengenalan sifat-sfat
fisiologisnya bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor
tertentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri (Yunan, dkk, 2016).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya brsifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif). Teknik pewarnaan bakteri dapat
dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecetan sederhana, pengecetan
negatif, pengecetan diferensial, dan pengecetan struktural (Yunan, dkk, 2016).
Dengan demikian hal yang melatar belakangi dilakukannya praktikum
pewarnaan sederhana ini yaitu untuk melihat bentuk morfolog dari bakteri dan
juga untuk mengetahui teknikdalam melakuka pewarnaan sederhana positif
pada bakteri.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum pewarnaan sederhana positif ini adalah
untuk mengamati morfologi baik bentuk maupun ukuran dari sel bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merupakan organisme yang berjumlah paling banyak dan tersebar
luas dibandingkan makhuk hidup lain di muka bumi. Bakteri memiliki ratusan
ribu spesies yang hidup di darat hingga laut. Bakteri merupakan organisme
uniseluler, prokariotik, dan umumnya tidak memiliki klorofil. Ukuran tubuh
bakteri beragam, dari yang berdiameter 0,12 mikron hingga yang memiliki
panjang ratusan mikron. Karena bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil,
sebelum ditemukan mikroskop organisme ini sangat sulit dideteksi. Bakteri dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron (Devita,
dkk, 2016).
Bakteri merupakan salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti) namun bateri memiliki informasi genetik berupa DNA
yang berbentuk sirkuler, panjang dan bisa disebut nucleoid (Michelle, dkk 2017).
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran panjang
0,5 – 10 mikron dan lebar 0,5 – 2,5 mikron. Karakteristik bakteri dilihat dari
bentuknya, seperti bulat (cocci), batanf (spirilli), koma (vibrios). Tambahan
struktur bakteri yang terpentng diketahui cambuk (flagella), kapsul (capsule) dan
endospora (endospore). Flagella merupakan struktur tambahan diluar sel yang
berbentuk cambuk halus yang tidak terlihat di bawah mikroskop kecuali
menggunakan teknik pewarnaan khusus. Susunan flagella pada sel yang untuk
diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi dua golongan, yatitu flagella
petrichous dan flagella polar (Apri, dkk, 2017).
Struktur bakteri terdiri atas inti sel (nukleus), sitoplasma, membran
sitoplasma, dinding sel, kapsul, flagel, pili (fimbriae), dan endospora menurut
(Devita,dkk, 2016).
1. Inti sel (nukleus), badan inti tidak memiliki dinding inti/membran inti. Di
dalamnya terdapat benang DNA (kromosom) dengan panjang 1 mm.
2. Sitoplasma, tidak memiliki mitokondria atau kloroplas sehingga enzim untuk
transpor elektron bekerja di membran sel.
3. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma. Terdiri atas
fosfolipid dan protein. Berfungsi sebagai transpor bahan makanan, tempat
transpor elektron, biosintesis DNA dan kemotaktik.
4. Dinding sel, terdiri dari lapisan peptidoglikan (lapisan murein/ mukoeptida)
dan lipid. Berdasarkan komposisi dinding sel bakteri dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Berfungsi
menjaga tekanan osmotik, pembelahan sel, biosintesis, beberapa lapisan
tertentu pada dinding sel merupakan determinan dari antigen permukaan
bakteri.
5. Sitoplasma adalah cairan sel. Tidak memiliki mitokondria dan kloroplas.
6. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein
dan RNA.
7. Kapsul merupakan polimer ekstrasel (umumnya polisakarida) yang disintesis
oleh beberapa spesies bakteri.
8. Flagel merupakan alat gerak bakteri.
9. Pili (fimbriae) merupakan rambut pendek dan keras disekeliling badan sel
bakteri.
Bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat jika keadaan
menguntungkan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri,
yaitu suhu, pH, konsentrasi garam, sumber nutrisi, zat sisa metabolisme, dan zat
kimia. Jika faktor tersebut seimbang, akan terjadi pertumbuhan bakteri
(Devita,dkk, 2016).
Bakteri bereproduksi dengan belahan biner (binary fision), yaitu satu sel
induk membelah menjadi dua sel progeni sehingga menghasilkan pertumbuhan
eksponensial. Siklus ini memiliki empat fase utama yaitu fase lag (lag phase)
adalah aktivitas metabolik tanpa pembelahan sel, fase log atau eksponensial (log
or exponential phase) adalah pembelahan sel secara cepat, fase stasioner
(stationay phase) adalah deplesi nutrien atau adanya produk toksik menyebabkan
perlambatan pertumbuhan hingga tercapai suatu keseimbangan antar sel baru dan
sel yang mati, dan fase kematian (death phase) adalah penurunan jumlah bakteri
yang hidup dengan disertai fase penurunan yang memanjang (prolonged phase of
decline) (Benjamin, dkk, 2011).
Identifikasi bakteri merupakan prosedur laboratorium yang digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa
dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu, untuk
mengenal nama bakteri. Disamping itu juga pengenalan sifat-sifat fisiologisnya
bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor tertentu dalam
mengenal nama spesies suatu bakteri. Sedangkan konfirmasi bakteri yaitu untuk
mengetahui jenis bakteri dan koloninya (Yunan, dkk, 2016).
Konfirmasi jenis bakteri dapat menggunakan berbagai pewarnaan, reaksi
ensimatis atau reaksi biokimia, terutama jika identifikasi menggunakan media
masih meragukan/belum memuaskan. Kebanyaann bakteri mudah bereaksi
dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka
akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif) (Yunan,
dkk, 2016).
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan mejadi empat macam
yaitu pengecetan sederhana, pengecetan negatif, pengecetan diferensial, dan
pengecetan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau
olesan, yang sudah difiksasi, dnamakan pewarnaan sederhana (Yunan, dkk, 2016).
Prosedur pewarnaan yang menamplkan bagian sel bakteri disebut teknik
stuktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecetan ini adalah pengecetan
endospora, flagella dan pengecetan kapsul (Yunan, dkk, 2016).
Bakteri sulit dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, karena tidak
mengabsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan ilmiah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai bakteri atau latar belakangnya. Zat warna
mengabsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatkan (Yunan, dkk, 2016).
Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik
yang memberikan warna. Pewarna alami yaitu zat warna yang diperoleh dari
hewan. Pewarna buatan sering juga disebut dengan pewarna sintetik. Proses
pembuatan zat warna sintetik ini biasanya melalui perlakuan pemberian asam
sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontainasi (Yunan, dkk, 2016).
Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa atau asam. Pada
zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor
dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang
berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif. Zat warna basa lebih
banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan pada dinding sel,
membran sel, dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan. Muatan positif pada zat
warna basa akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga
mikroorganisme lebih jelas terlihat (Bibiana,1994).
Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk
mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk latar belakang
sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat
berikatan dengan muatannegatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat
warna negatif ini digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif.
Perlu diketahui bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat
berubah tergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan
(Bibiana,1994).
Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme
disebut pewarnaan positif, dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat
warna basa yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan
negatif (Bibiana,1994). Prosedur pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga
pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk, ukuran dan penataan
mikroorganisme.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a. Objek gelas
b. Pipet tetes
c. Ose
d. Gegep kayu
e. Bunsen
f. Mikroskop
2. BAHAN
a. Biakan bakteri
b. Methylen blue
c. Oil emersi
d. Tissue
e. Air fuchsin
B. PRINSIP PERCOBAAN
Adapun prinsip percobaan dari praktikum kali ini adalah zat warna
yang diguakan bersifat basolik dan bermuatan positif, dinding sel bakteri
bermuatan negatif sehingga ketika diberikan zat warna akan terjadi reaksi dan
yang terwarna adalah dnding sel bakterinya.
C. CARA KERJA
1. Difiiksasi ose dan objek gelas
2. Diambil bahan menggunakan ose dan buat suspensi di objek gelas
3. Difiksasi preparat sebanyak 3 kali
4. Diteteskan 1-2 tetes air fuchsin dan diamkan selama 1 menit
5. Dicam dan keringkan
6. Diamati di bawah mikroskop
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

Gambar 1.1 Pengfiksasian pada


alat objek gelas di atas api
bunsen sebanyak 2-3 kali.

Gambar 1.2 Pengfksasian apa


alat ose

Gambar 1.3 Pengambilan


biakan bakteri dengan
menggunakan ose
Gambar 1.4 Preparat difiksasi
diatas api bunsen sebanyak 2-3
kali

Gambar 1.5 Diteteskan zat


warna methilen blue sebanyak
1-2 tetes pada preparat,
diamkan sampai 1 menuit

Gambar 1.6 Bilas dengan air


mengalir
Gambar 1.7 Dikering anginkan

Gambar 1.8 Ditetesi oil


emersi sebanyak 1 tetes

Gambar 1.9 Diamati dengan


mikroskop pada perbesaran
10X
Gambar 1.10 Diamati
dengan mikroskop pada
perbesaran 100X

Diplococcus

Monococcus

Coccus

B. PEMBAHASAN
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum kali ini yaitu
pada hari Selasa, 26 Mater 2019 pukul 14.30 – 19.00 WITA bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi lantai 1 gedung D DIV Teknik Laboratorium
Medik Universitas Mega Rezky. Pada praktikum kali ini berjudul Pewarnaan
Sederhana Positif yang bertujuan untuk mengamati morfologi baik bentuk-
bentuk bakteri, dan ukuran sel bakteri.
Pewarnaan sederhana positif sering kali digunakan dalam melakukan
pengamatan morfologi dari sel-sel bakteri. Dimana pewarnaan sederhana itu
sendiri merupakan teknik pewarnaan yang hanya menggunakan satu macam
zat warna saja untuk mewarnai organisme tersebut. Pewarnaan ini dapat
menggunakan pewarna yang bersifat basa yang pada umumnya antara lain
kristal violet, methylen blue, dan air fuchin. Namun dalam praktikum kali ini
menggunakan zat warna jenis air fuchsin. Dilakukannya teknik pewarnaan
pada sel bakteri dikarenakan bakteri yang bersifat transparan akan sulit untuk
mengamati morfologi ataupun bentuk dari sel bakteri jika tidak dilakukan
teknik pewarnaan. Dengan adanya teknik pewarnaan, maka dengan mudah
sel-sel bakteri dapat terlihat jelas jika diamati di bawah mikroskop.
Bakteri dapat mengikat atau bereaksi jika diberikan zat warna,
dikarenakan sitoplasma bakteri itu sendiri bersifat basofilik (suka akan basa)
yang berarti bakteri tersebut bersifat asam, sedangkan zat warna yang
digunakan bersifat basa. Dimana prinsip kerja dari pewarnaan sederhana
positif ini yaitu zat warna yang digunakan bersifat basolik dan bermuatan
positif, dinding sel bakteri bermuatan negatif sehingga ketika diberikan zat
warna, akan terjadi reaksi dan yang terwarnai adalah dinding sel bakterinya.
Pada pengamatan ini, biakan bakteri yang digunakan yaitu media cair
sehingga tidak membutuhkan larutan NaCl 0,9 % untuk melarutkan atau
mencairkan media tersebut. Jika menggunakan media padat, maka harus
menggunakan NaCl 0,9 % untuk mencairkan media tersebut agar mudah
diamati morfologi baik bentuk sel bakteri atau ukuran sel bakterinya dibawah
mikroskop.
Hal yang pertama dilakukan dalam pengamatan morfologi bakteri
dengan menggunakan teknik pewarnaan sederhana ini adalah difiksasi ose
dan objek gelas dengan tujuan untuk menghilangkan atau mematikan
mikroorganisme yang terdapat pada ose dan objek gelas sehingga ose dan
objek gelas yang digunakan akan tetap steril dan tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme lain pada saat mengambil biakan bakteri. Kemudian,
mengambil biakan bakteri menggunakan ose yang sudah difiksasi dan dibuat
suspensi diatas objek gelas. Suspensi yang dibuat tidak terlalu padat atau
tebal dan juga tidak terlalu encer,dikarenakan akan mempersulit saat
mengamati bakteri dengan mikroskop. Tujuan dilakukannya suspensi adalah
untuk meratakan biakan pada objek gelas dengan maksimal agar pada saat
diamati dengan mikroskop, bakteri tidak bertumpuk atau tupang tindih
sehingga dapat dilihat morfologi baik bentuk-bentuk sel dan ukuran sel
bakteri dengan lebih maksimal.
Setelah itu, objek gelas yang telah bersisi suspensi atau biakan bakteri
tersebut difiksasi kembali dan juga ose untuk mematikan bakteri dan
melekatkan sel bakteri pada objek gelas tanpa merusak struktur selnya. Saat
melakukan pewarnaan sederhana ini, ada baiknya dilakukan didepan atau
didekat api bunsen untuk menjaga biakan bakteri tetap steril dan tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme lain.
Kemudian, preparat tersebut diberikan zat pewarna air fuchsin
sebanyak 1-2 tetes sampai suspensi tertutupi oleh zat warna secara merata,
lalu didiamkan selama 1 menit agar zat warna tercmampur rata dengan
bakteri dan zat warna dapat melekat pada preparat. Setelah itu, preparat
dibilas dengan air yang mengalir dan kemudian dikeringkan.
Pengamatan pertama dilakukan dengan menggunakan mikroskop
perbesaran 10X setelah preparat kering. Hal ini dilakukan untuk mencari
lapangan pandang pada preparat. Kemudian setelah lapangan pandang
ditemukan, selanjutnya mengamati morfologi dari bakteri dengan
menggunakan perbesaran 100X untuk melihat dan mengamati lebih jelas
morfologi baik bentuk dari sel bakter dan ukuran sel bakterii. Pada perbesaran
100X, preparat ditambahkan dengan oil emersi untuk memperjelas objek dan
melindungi mikroskop itu sendiri. Oil emersi memiliki identitas refraksi yang
tinggi dibandingkan dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati
dapat terlihat dengan jelas.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pewarnaan
sederhana positif ini, didapatkan morfologi yaitu bentuk dari sel bakteri
tersebut adalah bentuk coccus atau bulat. Kemudian setelah diamati lebih
jelas, terlihat ada beberapa jenis coccus yang ditemukan antara lain terdapat
bentuk monococcus dan diplococus. Dikatakan monococcus karena bentuk
bakteri tersebut hanya satu bulatan. Diplococcus yaitu bentuk bakteri yang
dua bulatan yang saling berikatan.
Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fiksasi,
pelunturan warna, substrat, identifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna
penutup. Senyawa ini digunakan untuk menghasilkan keadaan yang kontras
pada sel mikroba sehingga dengan jelas dapat dilihat dibawah mikroskop.
Berikut beberapa contoh bakteri yang berbentuk bulat atau coccus
antara lain Monococcus gonorhoeae, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus
lactis, Streptococcus salvarius, Streptococcus pneumoniae, Sarcina sp. Dan
Staphylococcus aureus.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu teknik pewarnaan
yang digunakan adalah pewarnaan sederhana positif dimana hanya
menggunakan satu macam zat warna saja dalam mewarnai bakteri untuk
mengamati morfologi dan bentuk dari bakteri dan juga hasil yang didapatkan
yaitu biakan ditumbuhi bakteri bentuk coccus atau bulat.
B. SARAN
Diharapkan kepada praktikan agar lebih tertib dalam melakukan
pengamatan di dalam laboratorium agar pengamatan dapat berjalan dengan
baik. Dan juga diharapkan untuk praktikum selanjutkan dapat menggunakan
teknik pewarnaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Apri, dkk. 2017. Jumlah Koloni Pada Media Kultur Bakteri Yang
Berasal Dari Thallus Dan Perairan Sentra Budidaya Kappaphycus
Alvarezii Di Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. Vol. 9. No. 1.
Universitas Trunojuyo Madura.
Holderman, Michelle V, dkk. 2017. Identifikasi Bakteri Pada Pegangan Eskalator
Di Salah Satu Pusat Perbelanjaan Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains. Vol.
17. No. 1. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Jiwintarum, Yunan, dkk. 2016. Buah Naga (Hylocereceus polyrhizus) Sebagai
Pewarna Alami Untuk Pewarnaan Bakteri. Jurnal Kesehatan Prima. Vol. 2.
No. 2. Poltekkes Kemenkes Mataram.
Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba Di Laboratorium. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Sears, Benjamin W, dkk. 2011. Intisari Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta :
EGC
Yusdiani, Devita, dkk. 2016. Bakteriologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai