Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI 1

“PEWARNAAN SEDERHANA POSITIF”

NAMA : ASRINI ANGRIANI


NIM : 18 3145 353 158
KELAS : 18 D
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : RIZKY AMALIA YUNUS

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Pewarnaan sederhana positif
Nama : Asrini Angriani
Nim : 18 3145 353 158
Hari/Tanggal : Kamis, 04 April 2019
Kelompok : I (Satu)
Rekan Kerja : 1. Ali Irfan
2. Aulia Firdausia
3. Julia Metuduan
4. Vony Gita Angraeni
5. Wardatul Hadawiyah
6. Zaitul Rezki Maulidya
Penilaian :

Makassar, 08 April 2019


Disetujui Oleh,
Asisten Praktikan

Rizky Amalia Yunus Asrini Angriani


NIM : 17 3145 353 035 NIM : 18 3145 353 158
Dosen Pembimbing

Nirmawati Angria, S.Si.,M.,Kes


NIDN : 09 180687 02
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bakteri merupakan salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti) namun bakteri memiliki informasi genetik berupa
DNA yang berbentuk sirkuler, panjang dan bisa disebut nucleoid. Tes
biokimia pewarnaan gram merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi
(Holderman, dkk 2017).
Bakteri merupakan salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti) namun bakteri memiliki informasi genetik berupa
DNA yang berbentuk sirkuler, panjang dan bisa disebut nucleoid. Tes
bokimia pewarnaan gram merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi.
Hasil pewarnaan akan menunjukkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel
bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2
kelompok yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif (Holderman,
dkk 2017).
Pewarnaan sederhana hanya dapat menggunakan satu pewarna dan
ditunjukkan terutama untuk mengetahui morfologi bakteri. Beberapa pewarna
yang sering digunakan pada pewarna sederhana adalah methilen biru,
carbolfuchin (karbol fuksin), crystal violet (kristal violet) dan safrain
(Murwani, 2015).
Pewarnaan sederhana adalah pewarna yang menggunakan satu macam
zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk
mengetahui morfologi dan susunaln sel. Prinsip dasar dari pewarnaan ini
adalah adanya ikan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa
aktif dari pewarna disebut kromagen. Terjadi ikatan ion karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna (Yusdiani,
dkk 2016).
Oleh karena itu, pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan sederhana
positif agar kita dapat mengetahui morfologi atau bentuk-bentuk dari bakteri
dengan menggunakan zat warna yang mimiliki muatan io positif yaitu
methylene blue dan air fuchsin.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui morfologi atau bentuk-bentuk dari bakteri
menggunakan pewarnaan sederhana positif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran
panjang 0,5-10 μ dan lebar 0,5-2,5 μ. Karakteristik bakteri dilihat dari bentuknya,
seperti bulat (cocci), batang (spirilli), koma (vibrios). Tambahan struktur bakteri
yang terpenting diketahui cambuk (flagella), kapsul (capsule) dan endospora
(endospore). Flagella merupakan struktur tambahan di luar sel yang berbentuk
cabuk halus yang tidak terlihat di bawah miskroskop kecuali menggunakan teknik
perwarnaan khusus. Susunan flagella pada sel yang untuk diidentifikasi dan
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu flagella peitrichous dan flagella
polar (Asriandi, dkk 2017).
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat
oleh mata langsung. Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam bentuk morfologi
yaitu bulat, batang dan spiral (Fifendy dan M.biomed, 2017).
Banteri bentuk batang

Bakteri berbentuk batang dikenal sebagai basil. Kata basil berasal daribacillus
yang berarti batang. Bentuk basil dapat pula dibedakan diatas:
1. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal,
misalnya salmonella typhi, penyebab penyakit tipus
2. Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergang dengan dua-dua.
3. Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergang dengan memanjang
membentuk rantai misalnya bacillus anthracis penyebab penyakit antraks
(Fifendy dan M.biomed, 2017).
Bakteri bentuk bola

Bakteri berbentuk bola dikenal sebagai coccus, bateri ini juga dapat dibedakan
atas;
1. Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya neisseria
gonorrhoeae, penyebab kencing nanah
2. Diplokokus adalah bakteri berbentuk bola yang bergang dengan dua-dua,
misalnya diplococcus pneumonia penyebab penyakit pneumonia atau radang
paru-paru
3. Sakina yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat sehingga
bentuknya mirip kubus
4. Streptokokus yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang
membentuk rantai
5. Stafilakokus yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk
sekelompok sel tidak teratur sehingga bentuknya mirip kumpulan buah
anggur (Fifendy dan M.biomed, 2017).
Baktteri bentuk spiral
Ada tiga macam bentuk spiral:
1. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral misalnya
spirillum.
2. Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna misalnya vbrio
cholera penyebab pengakit kolera.
3. Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat luntur. Pada
saat bergerak, tubuhnya dapat memanjang dan mengerut (Fifendy dan
M.biomed, 2017).
Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi
ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna
digunakan untuk mewarnai bakteri atau latar belakangnya. Zat warna
mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatkan. Identifikasi bakteri merupakan prosedur laboratorium
yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri
dapat diperiksa dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini
perlu, untuk mengenal nama bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-
sifat fisiologisnya bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor
tertentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri. Sedangkan konfirmasi
bakteri yaitu untuk mengetahui jenis bakteri dan koloninya (Yunan dan Dewa,
2016).
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan 1 macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazimnya,
prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti kristal violet, biru
metilen, karbol fuksin basa, safrain atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat
warna negatif untuk pewrnaan sederhana; zat warna asam yang sering dugunan
adalah nigrosin dan merah kongo (Bibiana,1994).
Prosedur pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini
sering digunakan untuk melihat bentuk, ukuran dan penataan mikroorganisme.
Pada bakteri dikenal sebagai bentuk yaitu bulat (kokus), batang (basilus) dan
spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada
kokus dapat terlihat penataan seperti rantai (streptokokus), buah nggur
(stafilakokus), pasangan (diplokokus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8
kokus (sarcinae). (Bibiana,1994).
Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat asam atau basa. Pada zat
wana basa, bagian yag berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan
mempunyai muatan fositif. Sebaliknya, pada zat wan asam baian yang berperan
memberikan zat rna mempunyai muatan negatif. Zat warna basa lebih banya
digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan pada dinding sel, membran
dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan. Muatan positif pada zat warna basa
akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih
jelas terlihat (Bibiana,1994).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna
yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromofiknya bermuatan positif). Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan
menjadi empat macam yaitu pengecetan sederhana, pengecetan negatif,
pengecetan diferensial dan pengecetan struktural. Pemberian warna pada bakteri
atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna
pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan
sederhana (Yunan dan Dewa, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM


1. Waktu
Adapun waktu yang dugunakan dalan praktium kali ini adalah
Hari : kamis
Tanggal : 04 April 2019
Pukul : 13.00 – 17.00 WITA
2. Tempat
Adapun tempat dilaksanakan praktikum kali ini adalah di
Laboratorium Mikrobiologi DIV Analis Kesehatan lantai 1 gedung D,
Universitas Mega Rezky Makassar.
B. PRINSIP KERJA
Adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa
aktif yang ada pada pewarna ikatan ini disebut kromogen.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) Objek glass
b) Ose bulat
c) Pipet tetes
d) Mikroskop
e) Gegep/ penjepit tabung
f) Gelas kimia
g) Bunsen
2. Bahan
a) Air fuchsin
b) Methylen blue
c) Biakan bakteri
d) Oil emersi
e) Tissue
D. PROSEDUR KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Difiksasi objek glass dan ose
3. Diambil biakan bakteri menggunakan ose
4. Dibuat ulasan pada objek glass
5. Difiksasi preparat sebanyak 2-3 kali diatas api bunsen
6. Diteteskan zat warna methylen blue 1-2 tetes dan didiamkan selama 1
menit
7. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
8. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x, 40x, dan
100x(pakai oil mersi)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Tabel
No Teknik Pewarnaan Sederhana Pengamatan Keterangan
1 Methylen blue Pembesaran 10X Belum terlihat
morfologi dari
bakteri
Pembesaran 40X Basil
Pembesaran Diplobaccilli
100X

2. Gambar
a) Pembesaran 10X

Belum terlihat bentuk dari


morfologi bakteri

b) Pembesaran 40X

yang terlihat yaitu bakteri


bentuk Basil (batang)
c) Pembesaran 100X

yang terlihat yaitu bakteri


bentuk Diplobaccili

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada pukul 13.00-17.00 WITA di
Laboratorium Mikrobiologi, gedung D, lantai 1 Universitas Maga Rezky Makassar.
Dapat kita ketahui bahwa pada pewarnaan sederhana positif ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk atau morfologi dari bakteri.
Pada pewarnaan sederhana positif ini menggunakan satu zat warna yang memiliki
sifat muatan ion positif pada zat warna. Bakteri yang memiliki muatan ion negatif
akan saling berikatan dengan zat warna yang memiliki ion positif sehingga terbentuk
warna pada bakteri. Zat warna yang dapat digunakan pada pewarnaan sederhana
positif ini yaitu metilan blue, air fuchsin, safranin dan kristal violet. Pada parktikum
ini kita hanya menggunakan dua zat warna yaitu metilan blue dan air fuchsin.
Metilan blue memilki sifat basa dan akan memberikan warna biru pada bakteri
sedangkan air fuchsin merupakan campuran dari fuchsin fenol yang sebagai pewarna
dasar yang menggandung fenol untumembantu melarutkan dinding sel.
Langkah awal yang dilakukan yaitu difiksasi objek glass dan ose bulat, objek
gelas difiksasi guna untuk menghilangkan lemak dengan cara melewatkan objek
glass diatas api bunsen selama 2-3 kali sedangkan pada ose bulat difiksasi agar tidak
ada mikroorganisme lain pada ose tersebut dengan cara dilewatkan diatas api bunsen
sampai membara mulai dari ujung sampai pangkal.
Selanjutnya kita menggambil bakteri pada media biakan dengan membuka tutup
tabiakan kemudian dilewatkan diatas bunsen agar tidak terkontaminasi oleh bakteri
lain. Setelah itu dibuat ulasan pada objek glass dengan melingkar seperti lingkaran
obat nyamuk bertujuan untuk melihat bentuk yang jelas dari bakteri tersebut, lalu
difiksasi kembali objek glass agar ulasan bakteri merekat pada objek glass dan juga
difiksasi kembali ose bulat dengan melawatkan diatas api bunsen mulai dari
panggkal ke ujung agar bakteri terdorong keluar.
Kemudian diteteskan zat warna methylen blue sebanyak 1-2 tetes lalu diamkan
selama 1 menit agar zat warna menyerap masuk kedalam sel bakteri. Pada saat
diteteskan zat warna yang bersifat positif maka bakteri yang memiliki sifat negatif
akan saling berikatan satu sama lain sehingga terbentuklah warna pada bakteri
tersebut. Komposisi methylene blue yaitu crystal methylan blue dan aquades.
Setelah itu dicuci menggunakan air mengalir kemudian dikeringkan. Selanjutnya
amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10X dimana untuk mencari lapangan
pandang, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 40X guna untuk melihat
morfologi atau bentuk dari bakteri tersebut, selanjutnya pada pembesaran 100X kita
menggunakan oil emersi guna untuk memperjelas morfologi atau bentuk dari bakteri.
Hasil yang didapatkan pada pembesaran 10X yaitu lapangan pandang dari bakteri
tersebut disini belum terlihat bentuk atau morfologi dari bakteri, selanjutnya kita
menggunakan pembesaran 40X, pada pembesaran ini mulai terlihat bentuk dari
bakteri yaitu bentuk basil untuk melihat lebih jelasnya kita menggunakan
pembesaran 100X dengan menggunakan oil emersi yang memperjelas bentuk
benteri, bakteri yang didapatkan yaitu bakteri bentuk Diplobacilli atau dua basil,
Basil dapat juga disebut sebagai bakteri bentuk batang.
Kesalahan yang biasa terjadi yaitu kurangnya ketelitian pada saat melihat
morfologi bakteri, kurang teliti dalam penggunaan zat warna, dan terlalu tebal dalam
pemberiaan zat warna sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal. Contoh
bakteri bentuk Diplobaccilli yaitu Diplobacillius Pneumonie, dan Renibacterium
Salmoninarum
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, Hasil yang didapatkan yaitu
pada pembesaran 10X lapangan pandang, pada pembesaran 40X yaitu mulai
terlihat bakteri bentuk Basil (batang), pada pembesaran 100X yang
menggunakan oil mersi guna untuk memperjelas bekteri, hasilnya yaitu
bakteri bentuk Diplobacilli(dua bentuk batang).
B. SARAN
Saran pada praktikum kali ini adalah diharapkan kepada praktikan dalam
memperhatikan penggunaan APD(alat pelindung dari) yang baik dan dan
semoga praktikum selanjutnya menggunakan zat pewarna lainnya seperti
safranin dan hijau malikat
DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Apri dkk, 2017. Jumlah koloni pada media kultur bakteri yang berasal
dari thallus dan perairan sentral budidaya kappaphycus alvarezii di
sumenep, Madura: Jurnal ilmiah perikanan dan kelautan (vol.9 no.1)
Fifendy Mades, Biomed M, 2017. Mikrobiologi, Depok: Kencana
Holderman, Michelle dkk, 2017. Identifikasi Bakteri pada Pegangan eskalator di
salah satu pusat pembelajaran di kota Manado, Manado: Jurnal ilmiah
sains (vol.17 no.1)
Jiwintarum, Yunan dkk, 2016. Buah Naga (Hycereusm polyrhizus) sebagai
pewarna alami untuk keperawanan bakteri, Prima: JKP (Vol.10 No.2)
Lay W, Bibiana, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Murwani Sri, 2015, Dasar-dasar Mikrobiologi Veteriner, Malang:UB Press
Yusdiani Devita, dkk, 2016, Bakteriologi, Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai