MODUL 3
Kelompok 2
Anggota Kelompok/NIM : Cantika Dina Feza/104223047
Anggota Kelompok/NIM : Alvina Damayanti/104223049
Abstrak : Pada percobaan praktikum kali ini yang berjudul “Pengamatan Mikroorganisme”. Pengamatan secara
visual merupakan aspek penting dalam mempelajari mikroba. Dalam upaya pengamatan secara visual
diperlukan alat bantu berupa mikroskop. Pemahaman dan ketrampilan dalam menggunakan mikroskop menjadi
tuntutan penting dalam dunia mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan salah satu kompleks terbesar dari ilmu
biologi yang mempelajari tentang kehidupan mikroba beserta interaksinya yang berukuran mikroskopis, yaitu
beberapa mikron atau bahkan lebih kecil. Peranan mikroorganisme di bidang lingkungan diantaranya adalah
sebagai biosensor terhadap adanya polutan di alam. Pada praktikum ini digunakan mikroba Baccillus Subtilis,
Rhizopus sp, dan Staphylococcus Aureus. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan morfologi bakteri dengan
mewarnai latar belakang nya dalam metode pewarnaan sederhana asam, menentukan morfologi bakteri dengan
mewarnai sel bakteri nya dalam metode pewarnaan sederhana basa, menentukan morfologi sel dan jenis gram
bakteri, menentukan bentuk spora dan sel vegetatif bakteri, serta menentukan struktur jamur mikroskopis. Hasil
yang telah didapatkan pada praktikum kali ini yaitu pewarnaan sederhana asam menghasilkan bentuk baccil
berwarna putih, pewarnaan basa menghasilkan bentuk coccus dan berwarna biru, pewarnaan gram menghasilkan
bentuk baccil, berwarna ungu dan memiliki gram positif, pewarnaan spora menghasilkan warna sel vegetatif
merah, warna spora hijau, dan endospora berwarna hijau didalam merah, serta pengamatan pada jamur
mikroskopis menghasilkan bakteri Sporangiophore dan Sporangiospore.
Kata Kunci : Bacillus Subtilis, Mikroba, Mikroskopis, Rhizopus sp, Staphylococcus Aureus.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi bakteri dengan mewarnai latar belakang nya dalam metode
pewarnaan sederhana asam?
2. Bagaimana morfologi bakteri dengan mewarnai sel bakteri nya dalam metode
pewarnaan sederhana basa?
3. Bagaimana morfologi sel dan jenis gram bakteri?
4. Bagaimana bentuk spora dan sel vegetatif bakteri?
5. Bagaimana struktur jamur mikroskopis?
C. Tujuan
1. Menentukan morfologi bakteri dengan mewarnai latar belakang nya dalam metode
pewarnaan sederhana asam.
2. Menentukan morfologi bakteri dengan mewarnai sel bakteri nya dalam metode
pewarnaan sederhana basa.
3. Menentukan morfologi sel dan jenis gram bakteri.
4. Menentukan bentuk spora dan sel vegetatif bakteri.
5. Menentukan struktur jamur mikroskopis.
D. TEORI DASAR
Pengamatan secara visual merupakan aspek penting dalam mempelajari
mikroba. Dalam upaya pengamatan secara visual diperlukan alat bantu berupa
mikroskop. Pemahaman dan ketrampilan dalam menggunakan mikroskop menjadi
tuntutan penting dalam dunia mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan salah satu
kompleks terbesar dari ilmu biologi yang mempelajari tentang kehidupan mikroba
beserta interaksinya yang berukuran mikroskopis, yaitu beberapa mikron atau bahkan
lebih kecil. Mikroorganisme umumnya dapat ditemukan di dalam tubuh manusia,
hewan, tumbuhan, serta lingkungan. Peranan mikroorganisme di bidang lingkungan
diantaranya adalah sebagai biosensor terhadap adanya polutan di alam (Prayitno, 2017).
Sedangkan dalam bidang kehutanan, mikroorganisme turut berperan penting yaitu
sebagai pengurai serasah menjadi unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh
tanaman (Lambui, 2017).
Mikroskop cahaya merupakan salah satu alat yang berperan sangat penting
untuk mengamati sebuah objek yang berukuran mikroskopis yang menggunakan
sumber cahaya untuk mengirimkan gambar ke mata. Pada mikroskop cahaya, bayangan
akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan, semu, terbalik, dan lebih lagi
diperbesar (Pramudita, 2012). Mikroskop cahaya ini terdiri dari dua bagian yaitu optik
dan non-optik. Mikroskop cahaya bekerja dengan cara membiaskan cahaya lampu
dengan lensa kondenser, yang dimana sinarnya akan mengenai spesimen dan diteruskan
oleh lensa objektif. Lensa objektif merupakan bagian terpenting dari mikroskop yang
berfungsi untuk mengetahui perbesaran mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa
objektif ditangkap oleh lensa okuler, kemudian diteruskan pada mata.
Pada praktikum ini digunakan mikroba Baccillus Subtilis, Rhizopus sp, dan
Staphylococcus Aureus. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang dapat
membentuk endospora berbentuk oval di bagian sentral sel. Bakteri ini mampu
mempertahankan zat warna Kristal Violet yang akan menghasilkan warna ungu ketika
ditetesi dengan larutan KOH (Aini et al. 2013). Staphylococcus aureus adalah bakteri
gram positif, yang memiliki diameter dari 0,5 hingga 1,5 mikrometer, non motil, dan
anaerob fakultatif yang biasanya berbentuk klister (UTA, 2019). Bakteri ini adalah
bagian dari flora manusia, yang pada umumnya ditemukan pada hidung dan kulit
manusia. Isolat Rhizopus spp. berhasil diisolasi dari kedelai sebagai salah satu bahan
pakan konsentrat setelah ditumbuhkan dan dimurnikan pada media PDA yang
diinkubasi selama 4 hari. Rhizopus spp. merupakan jamur kosmopolitan yang sering
ditemukan di tanah, berbagai substrat organik seperti buah dan sayuran serta produk
hasil fermentasi (Endrawati & Kusumaningtyas, 2017). Faktor yang menyebabkan
jamur ini dapat mudah ditemukan keberadaannya adalah karena dalam
pertumbuhannya tidak memerlukan nutrisi yang spesifik, namun di penelitian ini
Rhizopus spp. hanya ditemukan pada kedelai dari beberapa bahan pakan konsentrat
yang telah diisolasi. Hal ini diduga disebabkan oleh tidak adanya kontaminasi pada
bahan pakan yang lain dan atau faktor kelembapan pada bahan pakan konsentrat
tersebut (Park et al. 2016). Jamur tingkat rendah seperti Rhizopus spp. umumnya
memerlukan lingkungan dengan tingkat kelembapan relatif yang tinggi yaitu (Rh) ≥
90% untuk dapat tumbuh. Salah satu enzim yang dihasilkan oleh Rhizopus spp. adalah
enzim β-glukanase (Celestino et al., 2006).
Prinsip dasar dari teknik pewarnaan adalah ikatan ion antara senyawa aktif dari
pewarna dan komponen seluler bakteri. Jika pewarna bermuatan positif disebut
pewarna basa. Sebaliknya, pewarna bermuatan negatif disebut pewarna asam. pH yang
mendekati netral, sel bakteri memiliki muatan yang cenderung negatif. Sehingga jika
diberi pewarna yang memiliki ion negatif, bakteri tidak akan terwarnai dan jika diberi
pewarna yang memiliki ion positif maka akan terjadi ikatan ion antara sel bakteri dan
zat aktif pewarna yang akan menghasilkan bakteri yang terwarnai. Teknik pewarnaan
bakteri memiliki beberapa cara, diantaranya pewarnaan sederhana dan pewarnaan
diferensial. Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling sering
digunakan karena dapat diterapkan pada semua jenis sel bakteri dan hanya
menggunakan satu jenis pewarna (Moyes et al., 2009). Salah satu pewarna tunggal atau
sederhana yang sering digunakan pada bakteri adalah Methylene Blue. Pewarna
Methylene Blue bersifat toksik, dapat menyebabkan mutasi genetik, iritasi saluran
pencernaan, sianosis jika terhirup, iritasi pada kulit dan berpengaruh pada reproduksi
(Fathoni dan Rusmini, 2016). Teknik pewarnaan sederhana pada bakteri digunakan
dalam diagnosis penyakit salah satunya adalah penyakit infeksi. Penyakit infeksi
merupakan penyebab utama angka morbiditas dan mortalitas di dunia. Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli adalah penyebab utama berbagai penyakit infeksi pada
manusia dan hewan.
Metode pewarnaan diferensial, yang biasanya membutuhkan lebih dari satu
pewarnaan dan beberapa langkah, karena memungkinkan diferensiasi jenis sel atau
struktur sel. Salah satu contoh pewarnaan diferensial adalah pewarnaan Gram. Pada
tahun 1884, dokter Hans Christian Gram mempelajari penyebab penyakit pernapasan
seperti pneumonia. Dia mengembangkan prosedur pewarnaan yang memungkinkannya
mengidentifikasi bakteri di jaringan paru-paru yang diambil dari pasien yang meninggal
sebagai agen etiologi dari jenis pneumonia yang fatal. Meskipun tidak banyak
membantu pengobatan untuk penyakit ini, metode pewarnaan Gram membuatnya lebih
mudah untuk mendiagnosis penyebab kematian seseorang pada otopsi. Sifat diferensial
pewarnaan Gram didasarkan pada kemampuan beberapa sel bakteri untuk
mempertahankan pewarnaan primer (kristal violet) dengan menolak proses
dekolorisasi.
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan ketika pengamatan mikroorganisme menggunakan metode
pewarnaan sederhana asam, pewarnaan sederhana basa, dan pewarnaan gram adalah
jarum ose, kaca objek, penutup kaca, pembakar bunsen, dan mikroskop. Alat yang
diperlukan ketika pengamatan mikroorganisme menggunakan metode pewarnaan
spora adalah jarum ose, kaca objek, penangas air, penutup kaca, pembakar bunsen,
dan mikroskop. Alat yang diperlukan ketika pengamatan jamur Mikroskopis adalah
jarum ose, kaca objek, kaca penutup, cawan petri, penangas air, pembakar bunsen,
inkubator, dan mikroskop.
B. Cara Kerja
1. Pewarnaan Sederhana Asam
Satu tetes Nigrosin atau Eosin diletakkan pada kaca objek. Dilakukan 1 atau
2 kali pengambilan kultur bakteri Staphylococcus Aureus menggunakan jarum
ose lalu dilarutkan dengan pewarna. Kemudian, campuran bakteri dan pewarna
pada kaca objek dihapuskan lalu dibiarkan mengering dan jangan dipanaskan.
Diamati dengan mikroskop.
3. Pewarnaan Gram
Metode ini dilakukan dengan cara satu akuades diletakkan di kaca objek.
Dilakukan 1 atau 2 kali pengambilan kultur bakteri Staphylococcus Aureus
menggunakan jarum ose. Kemudian kaca objek digerakkan dengan di fiksasi
diatas pembakar bunsen. Setelah itu, Kristal Violet ditetesi sampai menutupi
semua apusan sambil diletakkan diatas penangas air dan dibiarkan selama
selama 1-2 menit. Warna dasar tersebut dicuci dengan air mengalir lalu ditetesi
larutan Iodine dan didiamkan selama 1-2 menit. Kemudian larutan dicuci
dengan alkohol 96% selama 30 detik. Setelah itu, warna pembanding ditetesi
Safranin sampai menutupi apusan dan didamkan selama 1-2 menit. Lalu, warna
pembanding tersebut dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan teknik
dihisap menggunakan tissue bukan di lap.
4. Pewarnaan Spora
Metode ini dilakukan dengan cara satu tetes akuades diletakkan dikaca
objek. Dilakukan 1 atau 2 kali pengambilan kultur bakteri Bacillus Subtilis
menggunakan jarum ose. Kemudian kaca objek digerakkan dengan di fiksasi
ditas pembakar bunsen. Setelah itu, Malachite Green ditetesi sampai menutupi
semua apusan sambil diletakkan diatas penangas air dan dibiarkan selama
selama 3-5 menit. Pewarna jangan sampai menguap, sehingga perlu terus
ditetesi. Preparat dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tissue lalu
apusan ditetesi dengan Safranin dan didiamkan selama 30 detik sampai 1 menit.
Kemudian apusan dicuci dengan air lalu dikeringkan dengan tissue dan diamati
di mikroskop.
1. Metode
Pewarnaan
Sederhana
Asam
B. Pembahasan
Pewarnaan pada bakteri dibedakan menjadi empat, yaitu pewarnaan
sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negatif dan pewarnaan spora. Pewarnaan
sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan pada praktikum
mikrobiologi. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat untuk
mewarnai mikroba yang akan diamati. Zat warna yang di gunakan adalah Methylen
blue, Crystal violet, basic fuchin atau safranin ( Sutedjo, 1991 ). Pewarnaan sederhana
bertujuan untuk memberikan kontras antara bakteri dan latar belakang dan mengetahui
informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri.
Perwarnaan sederhana asam bertujuan untuk melihat bakteri dengan mewarnai
bakteri nya. Pada percobaan pewarnaan sederhana asam yang telah dilakukan
didapatkan hasil bakteri berbentuk coccus dan berwarna putih dikarenakan pewarnaan
sederhana yang menggunakan bakteri Staphylococcus Aureus. Pewarnaan sederhana
basa bertujuan untuk melihat bakteri dengan mewarnai sel bakteri nya, Pada percobaan
pewarnaan sederhana basa yang telah dilakukan didapatkan hasil bakteri berbentuk
coccus dan berwarna biru dikarenakan pewarnaan sederhana yang menggunakan
bakteri Staphylococcus Aureus yang ditetesi warna zat metilen blue. Bakteri adalah
mikroba yang memiliki bentuk bervariasi seperti coccus, bacillus, dan spiral. Dan pada
umumnya, bakteri tidak memiliki pigmen sehingga bakteri tidak berwarna. Untuk itu
perlu dilakukan pewarnaan agar bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop
(Dwidjoseputro, 1994). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif) ( Pelczar, 2007 ).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Pada percobaan yang
telah dilakukan, didapatkan gram positif yang berbentuk baccil berwarna ungu yang
disebabkan bakteri Staphylococcus Aureus yang ditetesi warna Kristal Violet kemudian
dicuci dengan Iodine dan alkohol 96% serta ditetesi dengan Safranin. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol.
Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri
gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis
bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri
(Aditya,2010). Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan
yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit
akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria,
2009). Kristal violet dapat digunakan sebagai pewarna utama (primer) yang digunakan
sebagai pewarna histologi dan metode klasifikasi bakteri gram menghasilkan warna
ungu pada pewarnaan gram. Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme
seperti mikrobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan
sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti alkohol. Alkohol asam ini merupakan
pemucat yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-
aseton yang banyak digunakan dalam prosedur pewarnaan Gram (Hadioetomo, 1993).
Tujuan dari pewarnaan spora adalah untuk mengidentifikasi bakteri yang
mampu menghasilkan spora. Spora akan lebih tahan dalam kondisi yang ekstrim
misalnya dalam kondisi kering, panas dan adanya senyawa kimia yang bersifat racun
terhadap bakteri tersebut. Cat yang digunakan untuk mewarnai spora adalah malachite
green. Spora yang berhasil diwarnai akan mengikat kuat cat warna tersebut sehingga
ketika ditutup kembali dengan cat warna lain (Safranin) spora akan tetap
mempertahankan warna awalnya. Hasil pewarnaan spora menunjukkan spora akan
berwarna hijau sedangkan sel vegetatif akan berwarna merah. Seperti pada percobaan
yang telah dilakukan, pewarnaan spora mendapatkan hasil bakteri yang warna sel
vegetatif nya merah, warna spora nya hijau, warna endospora nya hijau didalam merah.
Warna tersebut dikarenakan jenis bakteri yang dipakai adalah Bacillus Subtilis.
Pewarnaan spora memerlukan pemanasan agar zat warna dapat meresap ke dalam
spora. Zat warna pertama mengandung hijau malakit (malachite green) yang akan
mewarnai endospora menjadi hijau dan safranin sebagai zat warna kedua akan
mewarnai sel vegetatif menjadi merah. Zat warna ini tidak berikatan erat dengan
dinding sel dan sitoplasma sehingga mudah terlepas sewaktu pencucian dengan air.
Sebaliknya, air tidak dapat menembus dinding endospora sehingga spora tetap bewarna
hijau sewaktu pencucian dengan air (Lay, 1994).
SIMPULAN