Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRATIKUM

MIKROBIOLOGI FARMASI
TEKNIK PEWARNAAN

Anike Syahfitri
F1G021014
III B

Diketahui,
Asisten Dosen Praktikan

Putri Hazekiel C. Simanjutak Anike Syahfitri


F1D019006 F1G021014

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jasad hidup yang ukurannya kecil dikenal dengan istilah mikroorganisme
(jasad renik/ mikroba), bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga relatif
sulit dilihat dengan mata secara langsung, tetapi juga pengaturan kehidupannya
yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Ukuran mikroba
biasanya dinyatakan dalam mikron (µ), 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba
umumnya hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun
demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat
pembesar (Suryani et al., 2021)
Bakteri merupakan mikroorganisme yang jumlahnya paling banyak dan
tempat hidupnya tersebar luas mulai dari tanah, air, tubuh manusia, sampai hidup
di organisme lain. Bakteri yang terdapat di dalam tubuh manusia bersifat
komensal, namun ada juga beberapa yang bersifat patogen. Bakteri dapat
diklasifikasikan dari bentuk tubuhnya menjadi tiga kelompok utama, yaitu coccus
(bulat), basil (batang), dan spirochaetes (heliks). Bakteri ini juga dapat
membentuk formasi sepasang (diplo), rantai (strepto), dan rangkaian seperti
anggur (staphilo).
Bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil berkisar 0,2 µm sampai 5 µm
sehingga tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Struktur sel bakteri terdiri dari
dinding sel, membran sitoplasma, mesosom, sitoplasma, nukleosida, ribosom,
cytoplasmic inclusions, serta struktur eksternal yang terdiri dari flagella, fimbrae,
pili, glycocalyx dan kapsul. Kapsul merupakan salah satu struktur bakteri yang
amat penting untuk diamati dan dipelajari, karena hal ini berkaitan erat dengan
virulensinya pada manusia dan sel inangnya. Kapsul merupakan suatu lapisan
yang terdiri dari polisakarida yang mengelilingi bakteri dan berfungsi sebagai
media perlekatan bakteri pada jaringan manusia. Faktor virulensi yang berperan
di dalam patogenesisnya untuk menimbulkan penyakit.
Pengamatan terhadap bakteri sangat sulit bukan hanya karena ukurannya
yang kecil, juga karena strukturnya yang transparan dan tidak berwarna.
Kombinasi antara prosedur pewarnaan dan pencahayaan mikroskopis menjadi alat
utama pada bidang mikrobiologi untuk mempelajari sifat dan
mengelompokkannya ke dalam grup yang lebih spesifik.
Beragam teknik pewarnaan dapat digunakan untuk menggambarkan,
membedakan dan membagi bakteri ke dalam beberapa istilah morfologi dan
struktur sel. Tipe teknik pewarnaan yakni pewarnaan sederhana (simple staining)
yang menggunakan satu jenis zat warna untuk menggambarkan bentuk morfologi
dan formasi dari bakteri sedangkan differential staining menggunakan dua jenis
zat warna untuk membagi bakteri ke dalam kelas (pewarnaan gram) dan untuk
menggambarkan struktur bakteri (pewarnaan kapsul) (Muthiah et al., 2017).
Berdasarkan kelompok-kelompok tersebut, maka bakteri dibagi atas:
1. Monococcus; coccus sendiri-sendiri, yaitu setelah pembelahan bakteri terpisah
dari sel induknya.
2. Diplococcus atau Diplococci, yaitu setelah pembelahan bakteri tetap bertautan
dan berpasang-pasangan.
3. Tetracoccus; sel bakteri membagi diri dalam dua arah yang membentuk sudut
siku-siku dan tiap kelompok tersusun atas 4 sel
4. Sarcina; sel-sel bakteri membagi diri ke arah 3 bidang, dengan sudut siku-siku
satu sama lain, yaitu tiap-tiap kelompok bakteri tersusun sebagai kubus.
5. Streptococcus; coccus yang berantai, yaitu pembelahan sel terjadi konstan
paralel sehingga berbentuk rantai.
6. Staphylococcus; sel bakteri membagi diri dengan arah yang tidak menentu dan
bakteri-bakteri tersebut membentuk kelompok-kelompok seperti untaian buah
anggur.
7. Bacillus, Streptobacillus dan Sprillum; yaitu pembelahan melintang terhadap
axis longitudinal sel, lalu terbentuk sel anakan seperti bakteri coccus di atas.
8. Filamentus:; merupakan kelompok bakteri yang membentuk hifa palsu,
misalnya pada golongan Actinomycetes. Bakteri kelompok ini terkenal karena
dapat menghasilkan senyawa antimikroba berupa antibiotika, saperti streptomyces
mengasilkan antibiotika streptomisin (Hafsan, 2011).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang berdasarkan latar belakang tersebut pada pratikum kali ini
yang berjudul teknik pewarnaan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk dan penataan sel bakteri
2. Untuk menmbedakan karakter bakteri Gram negatif dan positif
3. Untuk mengetahui teknik-teknik pewarnaan bakteri.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pengertian Teknik Pewarnaan
Untuk mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba menggunakan
mikroskop dapat digunakan dua cara yaitu mengamati sel mikroba yang masih
hidup tanpa diwarnai dan mengamati sel mikroba yang telah mati dengan
diwarnai. Untuk lebih mudah dilihat sebaiknya bakteri diwarnai dengan zat warna,
beberapa zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri juga dapat digunakan untuk
mengamati struktur bagian dalam sel. Dengan adanya pewarnaan terutama bakteri
yang mempunyai sel dengan ukuran yang retif kecil akan lebih mudah terlihat di
bawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif minyak imersi yang
mempunyai tingkat pembesaran yang relatif tinggi. Berbagai macam tipe
morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan
dengan menggunakan pewarna sederhana.
Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel
bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah
bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat
basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu
fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat
warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian
dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat
juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu
spesies.
Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula mula
diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecatan atau pewarnaan,
salah satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah
satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan banyak bakteri.
Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk
sel, dan penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode
empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, Gram
positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisika dinding sel mereka,
metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans
Christian gram 1884.
Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena
menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial karena
pewarnaan ini mampu mendiferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri
dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram positif.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan
yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan
dasar yang berlaku. Oleh karena itu yang melatarbelakangi praktek ini yaitu untuk
mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam
melihat bagian-bagian bakteri.
1. Definisi Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme yang sangat sederhana yang tidak bernukleus dan
sifatnya berbeda dengan organisme yang mempunyai inti sel. selain itu bakteri
merupakan organisme yang sangat kecil (yang berukuran mikroscopis) akibatnya
pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat morfologinya maka
dari itu dilakukan pewarnaan bakteri yang biasa disebut pengenceran bakteri. Pada
umumnya larutan-larutan zat warna yang digunakan adalah larutan encer yang
lebih dari satu persen.
2. Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk mempermudah dalam
pengamatan morfologi bakteri dengan bantuan mikroskop. Bakteri umumnya
tidak berwarna dan hampir tidak terlihat karena kurang kontras dengan air dimana
mereka mungkin berada. Pewarnaan sangat dibutuhkan untuk melihat bakteri
dengan sangat jelas baik untuk pengamatan intraseluler maupun morfologi
keseluruhan.,
3. Pewarnaan bakteri hidup
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan dengan menggunakan bahan warna yang tidak
toksis tetapi jarang dikerjakan karena bakteri hidup sukar menyerap warna.
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan untuk melihat pergerakan bakteri, serta
pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan tetes gantung (hanging drop)
4. Pewarnaan bakteri mati
Pewarnaan terhadap bakteri yang telah dimatikan disebut fixed state.
Pewarnaan bakteri mati bertujuan untuk melihat struktur luar bahkan struktur
dalam bakteri, memperjelas ukuran bakteri dan melihat reaksi bakteri terhadap
pewarna yang diberikan sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisik dan kimia dari
bakteri tersebut (Putri et al., 2017).
2.2 Macam-macam Teknik Pewarnaan
Adapun beberapa macam teknik pewarnaan adalah sebagai berikut:
A. Teknik Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan yang paling sederhana adalah dengan menggunakan simple
staining atau metoda teknik pengecatan tunggal. Pewarnaan atau pengecatan
tunggal yaitu pengecatan dengan menggunakan satu reagen zat pewarna. Tujuan
dari pengecatan atau pewarnaan adalah untuk memasukkan zat warna ke dalam
tubuh bakteri dan sebagai deteksi awal untuk mendiagnosa bakteri secara
mikroskopis. Pewarnaan dasar dengan kromogen yang bersifat positif lebih
disenangi karena asam nukleat pada bakteri dan beberapa komponen dinding
bakteri mempunyai molekul negatif yang mengikat terhadap cationic chromogen
(Rahayuningtyas et al., 2017).
B. Teknik Pewarnaan Gram
Sifat Gram suatu bakteri sangat berkaitan erat dengan sifat fisik dan kimia
dinding sel suatu bakteri. Karakteristik bakteri Gram positif adalah mempunyai
kandungan peptidoglikan yang tebal sedangan bakteri Gram negative mempunyai
kandungan lipid yang tebal pada dinding selnya. Perbedaan struktur diding sel ini
menyebabkan bakteri Gram positif mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
Kristal violet sedangkan bakteri Gram negative mempunyai afinitas yang rendah.
Bakteri Gram positif mampu membentuk komplek antara Kristal violet-lugol,
sehingga ketika ditambah dengan pelarut yang berisi alkohol akan menyebabkan
sel mengalami dehidrasi yang menyebabkan pori-pori menciut dan daya serap
dinding sel menurun sehingga komplek Kristal violet-lugol tidak dapat keluar dari
sel akibatnya sel tetap berwarna ungu.
C. Teknik Pewarnaan Spora
Spora adalah bentuk dari bakteri untuk mempertahankan diri dari kondisi
yang kurang mendukung untuk kehidupan dari bakteri tersebut. Golongan bakteri
yang mampu membentuk spora antara lain adalah golongan Bacillus sp dan
Clostridium sp. Spora akan berwarna hijau dan sel vegetatif akan berwarna merah
(Purwaningsih et al., 2021).
D. Teknik Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan diferensial adalah pewarnaan yang mampu mendiferensiasi atau
membedakan bakteri, sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram
negatif dan Gram positif. untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri
Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri
gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci
dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram,
suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
E. Teknik Pewarnaan Negatif
Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam seperti
Negrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama. Pewarnaan negative
dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana seperti
spirochaeta. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada latar
belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi
karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam
dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga dimiliki
oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau
berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada permukaan sel
bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus
pandang)( Putri et al., 2017).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi dasar yang berjudul Teknik Pewarnaan ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Oktober 2022 pukul 13.00 WIB – selesai,
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Gedung Basic Science, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum berjudul Teknik Pewarnaan
adalah kaca objek, mikroskop, pipet tetes, spritus, kaca tutup,korek api, tusuk gigi,
jarum ose dan penangas air.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada topik ini antara lain tisu, sampel air,
larutan metil biru, larutan karbol fuksin, alkohol 70%, nigrosin, larutan iodium,
larutan safranin, larutan ungu kristal, minyak imersi, biakan bakteri, pewarna
hijau malakit, desinfektan, larutan tembaga sulfat, air panas, larutan mordant dan
alkohol 96%.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam teknik pewarnaan yang meliputi
pemeriksaan lekapan basah, pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif, pewarnaan
Gram, pewarnaan spora, pewarnaan tahan asam, pewarnaan kapsul dan pewarnaan
flagella.
3.3.1 Pewarnaan Sederhana
Adapun prosedur kerja dalam pewarnaan sederhana. Pertama kaca objek
difiksasi, kemudian suspensi mikrob dioleskan pada kaca objek. 1 tetes zat warna
biru metil/karbol fuksin dipipet ke olesan suspensi mikrob selama 1-2 menit. Kaca
objek dimiringkan, kemudian dibilas dengan air. Kelebihan zat warna pada
preparat diserap dengan tisu. Bentuk dan warna mikrob yang terlihat diamati di
bawah mikroskop.
3.3.2 Pewarnaan Negatif
Adapun prosedur kerja dalam pewarnaan negatif. Biakan bakteri diambil
dengan tusuk gigi streril dan diletakkan pada kaca objek. Satu tetes nigrosin
dipipet ke kaca objek dan disebarkan olesan gigi sampai ke pinggir kaca objek.
Penyebaran dilakukan dengan merata dan jangan sampai menumpuk, kemudian
kaca objek dikeringkan. Bentuk sel yang terlihat diamati di bawah mikroskop
3.3.3 Pewaarnaan Gram
Adapun prosedur kerja dalam pewarnaan gram. Disiapkan olesan suspensi
mikrob yang akan diamati pada kaca objek. Pewarna kristal violet dipipet 1 tetes
dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian dibilas dengan air selama 10 detik. 1
tetes iodium dipipet dan dibiarkan selama 2 menit, kemudian bilas dengan air
selama 10 detik. Dilakukan pemucatan dengan alkohol 96% selama 1 menit,
kemudian bilas dengan air selama 10 detik. Pewarna safranin dipipet 1 tetes dan
dibiarkan selama 30 detik, kemudian dibilas dengan air selama 10 detik, kelebihan
warna diserap dengan tisu. Bentuk dan warna mikrob yang terlihat diamati di
bawah mikroskop.
3.3.4 Pewarnaan Spora
Adapun prosedur kerja dalam pewarnaan spora. Olesan bakteri disiapkan
dengan fiksasi panas. Garis disepanjang pinggir kaca objek dibuat dengan pensil
lilin untuk menahan agar zat warna tidak meluap keluar. Kaca objek diletakkan
pada cincin besi dan diletakkan kira-kira 25 cm dari meja serta diletakkan kertas
di bawahnya untuk melindungi meja dari pewarna yang tercecer. 1 tetes hijau
malakit ditetes ke atas olesan bakteri, selama 10 menit sambil dipanasi langsung
di atas lampu spritus sampai beruap. Kaca objek dibiarkan dingin. Kelebihan
pewarna dicuci dengan air. 1 tetes pewarna safranin dipipet, dibiarkan selama 1
menit. Kaca objek dibilas dengan air. Kelebihan air diserap dengan tisu. Bentuk
dan warna sel diamati di bawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum terkait pewarnaan adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pewarnaan Gram
Kode Isolat Bentuk Sel Penataan Sel Gram +/-
25 Basil Streptobasil +
e.coli Basil Monobasil dan -
diplobasil
Ket: 25= Bakteri Asam Laktat (BAL)

Tabel 2. Hasil pewarnaan sederhana, pewarna negative, dan pewarnaan


endospora.
Kode Isolat Bentuk Sel Penataan Keterangan
e.coli Basil Streptobasil dan monobasil Sederhana
E.Faecalis Coccus Monococcus (Safranin)
Sederhana
(Metilen Blue)
ASAE 7 Coccus Monococcus, diplococcus, Endospora
dan streptococcus
25 Basil Monobasil Negatif
Ket: ASAE= Akar Sonneria Alba Enggano, 25= Bakteri Asam Laktat (BAL)

1 2 3
1= e.coli 2= BAL (25) 3= e.coli

4 5 6
4=ASAE 7 5= BAL (25) 6= E.Faecalis
4.2 Pembahasan
Pada pratikum kali ini yang berjudul teknik pewarnaan yang telah
dilakukannya beberapa teknik percobaan berbeda-beda teknik-teknik diantaranya
ada teknik pewarnaan sederhana, pewarnaan Gram, pewarnaan negatif dan yang
terakhir pewarnaan diferensial dimana kita telah mendapatkan hasil dan bentuk
penataan bakteri pada tabel.
Pada tabel pertama hasil dari pewarnaan Gram didapatkan pada percobaan
BAL(Bentuk asam laktat) bentuk sel seperti Basil dan penataan selnya seperti
Streptobasil pada Gram positif dan pada percobaan kedua e.coli bentuk sel seperti
basil dan penataan selnya seperti Monobasil dan Diplobasil pada Gram negatif.
Pada tabel kedua hasil dari pewarnaan sederhana, pewarnaan negative dan
pewarnaan endospora ada tiga percobaan, percobaan pertama dengan
menggunakan e.coli E.Faecalis didapatkan bentuk sel seperti Basil Coccus pada
penataanya seperti Streptobasil dan Monobasil Monococcus pada pewarnaan
sederhana dengan menggunakan zat warna safranin dan Metilent Blue. Pada
percobaan kedua yaitu dengan menggunakan ASAE 7 bentuk sel seperti Coccus
pada penataannya berbentuk Monococcus, Diplococcus dan Streptococcus pada
teknik pewarnaan endospora. Terakhir pada percobaan ketiga yaitu dengan
menggunakan BAL(Bakteri asam laktat) bakteri berbentuk Basil dan bentuk
penataan bakterinya Monobasil pada teknik pewarnaan negatif.
Pewarnaan Gram adalah tes taksonomi yang paling banyak digunakan
untuk bakteri Tekniknya relatif sederhana dalam tangan yang berpengalaman,
memberikan hasil yang dapat direproduksi. Yang ada teknik ini, bagaimanapun,
memiliki keterbatasan. Paling modifikasi pewarnaan Gram, seperti pada Hucker,
membutuhkan setidaknya empat solusi dan empat langkah pewarnaan. Selain itu,
noda yang digunakan dalam teknik ini, terutama pewarna primer (kristal violet),
terkonsentrasi dan dapat berantakan. Prosedur pewarnaan diperkirakan memakan
waktu sekitar tepat 3 menit (Hadi et al., 2018).
Pada praktikum ini membahas tentang teknik pewarnaan,Pewarnaan Gram
adalah teknik pewarnaan utama yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis
bakteri. Bakteri yang tidak diketahui dapat diklasifikasikan menjadi bakteri gram
positif dan gram negatif dimana kehilangan warna adalah perangkap utama,
karena beberapa bakteri gram positif mengalami kehilangan warna lebih cepat,
dan salah diidentifikasi sebagai gram negatif. Metode ini jauh lebih cepat
dibandingkan dengan kultur bakteri, dan sebagai pedoman awal untuk
memutuskan terapi antibiotik sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab
infeksi secara spesifik
(Advianita, 2020).
Perbedaan warna pada bakteri gram positif dan gram negatif menunjukkan
bahwaadanya perbedaan struktur dinding sel antara kedua jenis bakteri tersebut.
Bakteri gram positif memiliki struktur dinding sel dengan kandungan
peptidoglikan yang tebal sedangkan bakteri gram negatif memiliki struktur
dinding sel dengan kandungan lipid yang tinggi (Fitri dan Yasmin, 2011).
Pada pewarnaan Gram terdapat dua jenis bakteri yaitu Gram positif dan
Gram negatif. Tujuan dari pewarnaan Gram ini yaitu untuk mempermudah
melihat bakteri secara mikroskopik, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri,
melihat struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan
sifat-sifat fisik serta kimia khas dari bakteri dengan zat warna. Dalam pewarnaan,
bakteri Gram positif berwarna ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna
merah.Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu bacillus(batang), coccus (bulat),
dan spirilum (lengkung). Bakteri yang berbentuk bacillus dibagi atas diplobacillus
dan tripobacillus. Pada bentuk coccus dibagi atas monococcus, diplococcus,
sampai staphylococcus (bentuknya mirip buah anggur). Khusus pada spirilum
hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan tidak melengkung
(Bulele et al., 2019).
Bakteri pembentuk spora sangat resisten terhadap kondisi lingkungan
termasuk kekeringan, panas dan buruk pasokan nutrisi. Mereka juga sangat tahan
terhadap bahan kimia desinfektan, pengeringan, dan pH ekstrim, suhu,tekanan,
dan ultraviolet dan radiasi pengion. Spora adalah benda yang sangat refraktil,
terdiri dari inti pusat dikelilingi oleh lima lapisan membran plasma,dinding sel
germinal, korteks, mantel, dan eksosporium (Dwidjoseputro, 2019).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada pratikum Teknik Pewarnaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk dari bakteri adalah coccus, basil dan spiral dan mempunyai
penataan berbentuk coccus itu ada monococcus sama diplococcus, basil
berbentuk monobasil, diplobasil sama steptobasil.
2. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal
violet. Bakteri ini akan tampak berwarna ungu setelah dicuci dengan
alkohol. Berbeda dengan bakteri Gram negatif, ia akan kehilangan zat
pewarna kristal violet dan akan tampak berwarna merah sewaktu diberi
warna tandingan
3. Teknik pewarnaan ada 4 yaitu pewarnaan sederhana (endospora),
pewarnaan gram, pewarnaan diferensial dan pewarnaan negatif.
5.2 Saran
Adapun saran dari pratikum teknik pewarnaan kali ini yaitu disarankan un
tuk lebih teliti dan hati hati dalam melakukan pewarnaan, pembilasan zat pewarna,
dan fiksasi untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam mengidentifikasikan
bentuk dan penataan sel bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Hafsan. 2011. Mikrobiologi Umum. Makassar: Alauddin Press, P.17-18.

Muthiah, H., Dewi, W., & Sudjarwo, I. 2017. Pemanfaatan ekstrak etil asetat buah
merah sebagai zat warna primer pada teknik pengecatan negatif kapsul
bakteri. Utilization of ethyl acetate extract of red fruit as primary negative
staining substance for bacterial capsule. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran, 29(1).

Purwaningsih, D., & Wulandari, D. 2021. Uji Aktivitas Antibakteri Hasil


Fermentasi Bakteri Endofit Umbi Talas (Colocasia esculenta L) terhadap
Bakteri Pseudomonas aeruginosa: Potential of Antibacterial Compound
Fermentation of Endophytic Bacteria from Taro Tuber (Colocasia
esculenta L.) againts Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Sains Dan
Kesehatan, 3(5), 750-759.

Putri, M., Sukini, & Yodong. 2017. Mikrobiologi Keperawatan Gigi. Jakarta:
Kemenkes RI, P.307-317.

Rahayuningtyas, A. D., Dewi, W., & Sudjarwo, I. 2017. Pemanfaatan ekstrak etil
asetat buah merah sebagai zat pengganti pewarna primer pada teknik
pengecatan tunggal bakteri gram negatif batang Utilization of ethyl acetate
extract of Pandanus conoideus lam. as substitution for simple staining
techniques of gram-negative rods bacteria. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran, 29(2).

Suryani, Y., & Taupiqurrahman, O. 2021. Mikrobiolohi dasar. Bandung: LP2M


UIN SGD Bandung, P.1.
LAMPIRAN PRATIKUM

Gambar 1.1 Proses pengambilan Gambar 1.2 Bakteri yang telah


bakteri pada cawan petri ditempelkan pada kaca mikroskop

Gambar 1.3 Pemberian larutan pada Gambar 1.4 Pencucian kaca dengan air
kaca yang telah berisikan bakteri bersih

Anda mungkin juga menyukai