Anda di halaman 1dari 6

Nama : Advent Cahyo Jati PJP : Ir. Tri Heru Widarto M.Sc.

NIM : F4401201007 Asisten Praktikum :


Kelas / Kelompok : ST07/11 1. Meta Dwi Yanti E44170013
Hari, Tanggal : Selasa, 16 Februari 2021 2. Farell Pramuja G34170101
3. Lulu Siti Hanifa A24180077
4. Talitha Gladiola A14170036

KEANEKARAGAMAN ORGANISME MIKROSKOPIS

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari organisme yang tidak kasat mata dari kelompok
bakteri, protista dan cendawan dengan bantuan alat pembesar, yaitu mikroskop cahaya.

Hasil Pengamatan

A. Bakteri
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, E. coli merupakan bakteri
yang berbentuk batang. Sesuai yang dikatakan oleh Sutiknowati bahwa bakteri E.
coli memiliki panjang sekitar mikrometer, diameter 0.5 mikrometer dan volume
berkisar 0.6-0.7 m³ (Sutiknowati, 2016). Sedangkan Staphylococcus berbentuk bu-
lat dan hidup berkoloni menyerupai anggur (Adreani, 2014).

2. Ya sangat perlu, karena pewarnaan bakteri ini pada dasarnya bertujuan untuk men-
gidentifikasi morfologi bakteri dengan antuan mikroskop. Teknik pewarnaan bak-
teri yang dikenal diantaranya pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan
pewarnaan khusus (Prihartono, 2010).

3. Pada umumnya bakteri tidak berwarna dan hampir tidak terlihat karena kurang kon-
tras dengan air dimana mereka mungkin berada. Oleh karena itu dibutuhkan metode
pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana dan pewarnaan gram untuk mempermudah
dalam pengamatan morfologi bakteri dengan bantun mikroskop. Jadi, pewarnaan
sederhana dan pewarnaaan gram memiliki persamaan yaitu mempermudah untuk
melihat bakteri melalui mikroskop. Adapun perbedaan diantara keduanya, yaitu :
Pewarnaan sederhana :
1. Pewarnaan menggunakan pewarna tunggal
2. Pewarna tunggal yang biasa dipakai adalag Methylene, Blue, Basic Fuchsin,
dan Crystal Violet.
3. Pewarnaan sederhana dilakukan untuk mengetahui bentuk dan ukuran sel bak-
teri.
4. Dapat terlihat bentuk morfologi bakteri (kokus, basil, spirilium, dan se-
bagainya.

Pewarnaan gram :
1. Pewarnaan gram adalah pewarnaan yang mampu membedakan bakteri, se-
hingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram
positif.
2. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan
setelah metil ungu.
3. Menggunakan lebih dari satu macam warna.

4. Perbedaan klasifikasi antara bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel (Aditya, 2010) lebih tepatnya pada
peptidoglikan. Hal ini juga diperkuat oleh Lay (1994) bahwa ada perbedaan struktur
dinding sel antara kedua jenis bakteri tersebut. Bakteri gram positif memiliki
struktur dinding sel dengan kandungan peptidoglikan yang tebal sedangkan bakteri
Gram negatif memiliki struktur dinding sel dengan kandungan lipid yang tinggi.

5. Perbedaan warna ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur dinding sel.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposa-
karida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai
dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dind-
ing sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet,
pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding
sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).

6. Pewarnaan khusus, yaitu pewarnaan kapsul. Dengan cara menggabungkan


pewarnaan sederhana dengan pewarnaan negatif.

7. Prosedur yang digunakan :


 Secara aseptis menggunakan ose yang lurus bagian ujungnya,
 Isolat bakteri ditusukkan ke Nutrient Both yang mengandur agar 0,5% (semi solid)
 Selanjutnya diinkubasi pada suh 35°C selama 48 jam.
 Bila diamati dengan mikroskop, pertumbuhan koloni menyebar dan timbul kekeru-
han seperti kabut menandakan bakteri bergerak

8. Perbesaran yang dapat digunakan untuk mengamati bakteri adalah 10x, 40x dan
100x.

9. Perbesaran objektif mikroskop yang harus digunakan saat memakai minyak imersi
harus yang ukuran 100x. Karena apabila pemakaian minyak imersi pada ukuran
10x dan 40x akan merusak mikroskop secara permanen.
10. Berdasarkan video yang telah disediakan dalam praktikum biologi, saya menyim-
pulkan bahwa jika lensa perbesaran 10x dan 40x terkena minyak imersi, maka lensa
harus segera dibersihkan guna mencegah kerusaka lensa secara permanen. Namun
ketika lensa perbesaran 100x terkena minyak imersi, lensa bisa dibersihkan setelah
percobaan selesai. Untuk pembersihannya pun tidak boleh sembarangan, untuk
mencegah kerusakan gunakan kertas bibulous dengan cara ditepuk-tepuk halus
pada lensa yang terkena minyak imersi.

B. Protista
1.

Gambar 1 Morfologi Paramecium dan bagian-bagiannya


Sumber : usaha321.net

2. Dalam mendapatkan nutrisi di lingkungan sekitarnya, paramecium akan bergerak


melayang-layang dengan menggetarkan silianya dan menyerap materi halus me-
lalui tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitoplasma (mulut
sel).
3. Fungsi vakuola kontraktil, makronukleus dan mikronukelus
Paramaecium!
 Vakuola kontraktil yang berfungsi untuk memompa kelebihan air keluar
dari sel sehingga mempertahankan konsentrasi ion dan molekul yang sesuai
di dalam sel (Campbell et.al., 2008).
 Makronukleus berfungsi untuk menyintesis RNA, mengatur aktivitas dan
pertumbuhan sel, dan alat reproduksi aseksual (pembelahan biner),
 Mikronukleus berfungsi sebagai alat reproduksi seksual (konjugasi) (Irnan-
ingtyas, 2014).

4. Euglenia disebut organisme mesetrof karena dia bisa menyintesis sendiri berbagai
senyawa organic esensial dan juga memakan partikel makanan eksternal. Se-
dangkan paramecium merupakan organisme heterotrof karena tidak mempunyai
kloroplas. Makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan tubuhnya
dengan menggetarkan silianya. Namun materi makanan yang besar akan masuk ke
sitostoma (mulut sel).
5.

Gambar 2 Morfologi Euglena dan bagian-bagiannya


(Euglena, kuncup bio et al 2011)

C. Cendawan
1.

Gambar 3 Morfologi Rhizopus dan bagian-bagiannya


(Fardiaz S. 1989)

2. Sebutan spora seksual Rhizopus ialah Zygospora dan sebutan spora aseksualnya
ialah Sporangium.\

3. Rhizopus memiliki dua jenis spora yaitu seksual dan aseksual. Spora seksual, yaitu
Zygospora merupakan spora yang diploid. Sementara, untuk spora aseksual, yaitu
Sporangium adalah haploid.

4. Dalam memperoleh makanan, Rhizopus dan Pilobolus melakukannya dengan cara


menyerap zat organic dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya. Rhizopus
menguraikan protein menjadi protein sederhana dan asam amino dengan enzim
yang dikeluarkan. Sementara jamur Pilobolus harus terlebih dahulu masuk ke da-
lam kotoran ternak. Ternak akan menelan spora Pilobolus ketika mereka sedang
merunput. Spora yang memiliki dinding sel yang tebal sangat sulit dicernakan, se-
hingga hewan ternakpun tidak dapat mencernanya. Spora tersebut akan melewati
sistem pencernaan ternak dan dikeluarkan dalam kotoran , di mana mereka akan
tumbuh.
5. Sebutan spora pada Pilobolus adalah sporangiospore.

6. Topi yang ditembakkan oleh Pilobolus adalah sporangium.

7. Pilobolus menunjukkan adanya mekanisme fototropisme dimana sporangiumnya


menembekkan spora kea rah datangnya cahaya (Shot-gun Fungi) yang dimana per-
tumbuhan jamur ini sangat di pengaruhi oleh sinar matahari.

8. Jamur yang hidup pada kotoran hewan adalah jamur koprofil.

9. Rhizopus dan Pilobolus termasuk dalam divisi Zygomycota sehingga jenis sel so-
matiknya adalah hifa asepta.
Daftar Pustaka

Sutiknowati, Lies, 2016. Bioidikator pencemar, bakteri escherichia coli. Oseana. Vol.41, No.4 :
63-67.

Sri S, Faturrahman, Mursal G. 2015. Deteksi bakteri patogen yang berasosiasi dengan kappaphy-
cus alvarezii (Doty) bergejala bepnyakit ice-ice. Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan.
2(1): 26-27.

Sudjarwo I, Dewi W, Muthiah H. 2017. Pemanfaatan ekstrak etil asetat buah merah sebagai zat
warna primer pada teknik pengecatan negative kapsul bakteri. Jurnal Kedokteran Gigi Un-
pad. 29(1):35-40.

Putri M. H, Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Jakarta Selatan : Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

Purnamasari R, Santi DR. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya (60237): Program Studi Arsitektur
UIN Sunan Ampel.

Urry LA, Cain ML, Minorsky PV, Wasserman SA, Reece J. 2016. Campbell Biology Elevent Edi-
tion. New York (US): Pearson.

Hartanti AT, Hanggopertiwi A, Gunawan AW. 2019. Identifikasi Rhizopus pada Oncom Hitam
dari Berbagai Daerah di Indonesia. Jurnal Mikologi Indonesia 3(2): 75-83..

Irnaningtyas. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai