Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari organisme yang tidak kasat mara dari
kelompok bakteri, Protista, dan cendawan dengan bantuan alat pembesar, yaitu mikroskop
cahaya.
Hasil Pengamatan
6. Jenis pewarnaan manakah yang dapat digunakan untuk mengamati keberadaan kapsul
pada bakteri.
Jawab : Pewarnaan negatif. Karena pewarnaan ini mampu mengadsorpsi dan
membiaskan cahaya. (Muthiah H, et al. 2017)
8. Sebutkan secara umum perbesaran minimum pada mikroskop yang dapat digunakan
untuk mengamati bakteri.
Jawab : dalam video dijelaskan bahwa perbesaran minimum pada mikroskop bisa
dilakukan pada Mag 10x 100
9. Sebutkan perbesaran lensa objektif mikroskop yang digunakan harus memakai minyak
imesi
Jawab : dalam video dijelaskan pada perbesaran Mag 100x100 menggunakan lensa
objektif
10. Haruskan dibersihkan lensa objektif yang menyentuh minyak imersi? Jelaskan jawaban
Anda.
Jawab : Ya, harus dibersihkan. Karena, dengan adanya minyak imersi dalam lensa bisa
menyebabkan kurang fokusnya lensa ketika sedang melakukan percobaan. Maka dari
itu ketika minyak imersi menyentuh lensa maka harus dibersihkan dan pembersihan
lensa dari sisa imersi cukup sulit sehingga harus lebih hati-hati ketika menggunakan
minyak imersi.
Hasil pengamatan pada Paramecium dan Euglena:
1. Gambarkan Morfologi Paramecium dan tunjukkan bagian-bagiannya
Jawab:
2. Sebutkan spora seksual Rhizopus ialah … dan sebutan spora aseksualnya adalah …
Jawab : spora seksual Rhizopus adalah zigosporangium, sedangkan aseksualnya spora
4. Jelaskan cara Rhizopus dan Pilobolus memperoleh nutrisi dari substrat tempat
hidupnya.
Jawab : Rhizopus dan Pilobolus sama-sama zygomicota dimana cara mereka
memperoleh nutrisi berasal dari sisa sisa organisme yang sudah mati.
5. Sebutan spora Pilobolus ialah
Jawab: Pilobolus termasuk kedalam zigomicota sehingga spora dari Pilobulus adalah
sporangiospora
7. Pilobulus menembakkan topinya (soal no6) ke arah manakah? Jelaskan jawaban Anda.
Jawab : Pilobolus ini menemembakkan topinya keaarah cahaya, karena cahaya
merupakan faktor utama dalam penembakkan spora, karena cahaya menstimulasi
pembentukan trophocyts (Hafizhin F.A, et al. 2019)
8. Sebutkan cendawan yang tumbuh pada kotoran hewan dikenal dengan istilah …
Jawab : cendawan koprofil. Cendawan koprofil merupakan kumpulan dari substrat
semua kotoran hewan. Beberapa cendawan koprofil termasuk kedalam zygomycota.
Penggunaan mikroskop bertujuan untuk mengetahui beberapa bentuk organisme yang tidak
bisa dilihat secara langsung dengan mata karena bentuknya yang sangat kecil, salah satunya
adalah untuk melihat bentuk bakteri, Protista, maupun cendawan. Dalam proses pengamatan
bakteri terjadi pewarnaan, pewarnaan itu terbagi menjadi beberapa bagian, pewarnaan
sederhana, terbagi menjadi dua pewarnaan negative dan positif. Sedangankan pewarnaan Gram
terbagi menjadi dua, Gram positif dan Gram negative. Dalam pengamatan kedua ada
Paramecium dan Euglena yang merupakan protozoa, yang membedakannya adalah cara
memperoleh makanan, Paramecium bersifat heterotroph sedangkan Euglena bisa heterotroph
maupun autotroph. Dalam pengamatan cendawan terdapat rhizopus dan pilobolus yang masuk
ke dalam saprofit yang sama yaitu zygomycota. Keduanya melakukan proses reproduksi secara
seksual dan aseksual, dan memiliki hifa yang sama.
Daftar Pustaka
Bhamare S.N, Nikam S.V, dan Jadhav B.N. 2012. Morphological Study of Paramecium
caudatum from Fresh Water of Nashik District oh Maharashtra, India. Journal of
Chemical Information and Modeling. 1(2):41-51.
Damayanti S.S, Komala O, Effendi E.M. 2018. Identifikasi Bakteri dari Pupuk Organik Cair
Isi Rumen Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup. 18(2):63-71. DOI:
10.33751/ekol.v18i2.1627
Fatimatuzahro D, Tyas D.A, Hidayat S. 2019. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Ubi Jalar Ungu
(Ipomea Batatas L.) sebagai Bahan Pewarna Alternatif untuk Pengamatan
Mikroskopis Paramecium sp. dalam Pembelajaran Biologi. Al-Hayat: Journal of
Biology and Applied Biology. 2(1): 106-112. DOI: 10.21580/ah.v2i1.4641
Hafzhin F.A, Hasby R, Nurjanah D. 2019. Jamur Pilobolus (Jamur pada Kotoran Kuda).
Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Muthiah H, Dewi W, dan Sudjarwo I. 2017. Pemanfaatan Ekstrak Etil Asetat Buah Merah
sebagai Zat Warna Primer pada Teknik Pengecatan Negatif Kapsul Bakteri. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. 29(1):35-40. DOI:
10.24198/jkg.v29i1.18602
PENDAHULUAN
Sel merupakan unit dasar yang menyusun organisme. Berdasarkan organisasi internalnya,
sel dapat dibedakan menjadi sel prokariot dan sel eukariot. Sel prokariot tidak memiliki
membran inti, materi genetik tersebar di sitoplasma, dan tidak memiliki sistem endomembran.
Sel prokariot dijumpai pada domain Archaea dan Bacteria. Sel eukariot memiliki membrane
inti, materi genetik terdapat di dalam inti sel, dan memiliki sistem endomembran. Sel eukariot
dijumpai pada domain Eukarya. Contoh anggota Eukarya adalah cendawan, Protista, hewan,
dan tumbuhan. Dalam praktikum ini kita akan mempelajari tentang sel tumbuhan.
Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, inti, dan sitoplasma. Keberadaan
dinding sel membedakan sel tumbuhan dari sel hewan. Berdasarkan perkembangan dan
struktur jaringan tumbuhan, dinding sel dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu lamella
tengah, dinding primer, dan dinding sekunder. Inti sel umumnya berbentuk bola. Inti dikelilingi
oleh membran inti dan berisi matriks inti yang disebut nukleoplasma, dan satu atau beberapa
nukleolus. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria, plastid, apparatus golgi, retikulum
endoplasma, mikrotubul, ribosom, vakuola, dan zat-zat ergastik. Mitokondria berhubungan
dengan proses perubahan energi dan berisi berbagai enzim. Plastid merupakan organel khas
yang terdapat pada tumbuhan dan tidak dijumpai pada hewan. Tipe utama plastid adalah
kloroplas, kromoplas, dan leukoplas. Kloroplas berwarna hijau karena adanya klorofil dalam
jumlah yang banyak. Kromoplas dapat berwarna kuning, jingga, atau merah karena ada
kandungan karotenoid. Leukoplas merupakan plastid yang tidak berpigmen, dijumpai pada
jaringan yang tidak terkena cahaya, dan merupakan tempat penimbunan cadangan makanan,
contohnya pati. Aparatus golgi disebut juga badan golgi, kompleks golgi, atau diktiosom.
Retikulum endoplasma (RE) merupakan sistem kompleks yang terdiri atas dua membrane unit
yang membatasi ruangan sempit, muncul dalam bentuk sisternae yang melebar atau lembaran.
Retikulum endoplasma terdiri atas RE kasar bila di permukaannya terdapat ribosom; dan RE
halus bila tidak ada ribosom yang melekat. Mikrotubul merupakan organel sel yang berbentuk
silinder panjang yang berongga, panjangnya bervariasi dari beberapa nanometer sampai
beberapa mikrometer. Ribosom adalah partikel-partikel kecil dengan ukuran 17-20 nm yang
terdapat bebas dalam sitoplasma. Vakuola menempati sebagian besar sel dewasa tumbuhan.
Di dalamnya terdapat cairan yang dibatasi oleh membrane yang disebut tonoplas. Cairan yang
terdapat di dalam vakuola dapat berupa gula, protein, asam organik, pigmen flavonoid, dan
kalsium oksalat.
Pada sel tumbuhan dapat dijumpai bahan-bahan yang disebut zat ergastik yaitu bahan
cadangan dan bahan buangan yang diproduksi oleh sel. Contoh zat ergastik adalah pati, protein,
minyak, lemak, lilin, kristal, benda silika, tannin, dan pigmen-pigmen tanaman. Pati muncul
dalam bentuk butiran, umumnya akan berwarna kebiru-biruan bila diberi larutan I2KI. Butir
pati terdiri atas lapisan yang mengelilingi suatu titik yang disebut hilum. Lapisan-lapisan yang
mengelilingi hilum disebut lamella. Protein dijumpai pada lapisan endsperma paling luar yang
disebut aleuron. Minyak dan lemak sering dijumpai pada biji dan buah. Kristal pada tumbuhan
dapat dijumpai dalam berbagai bentuk seperti kristal piramid, prisma, kristal bentuk jarum
(rafid), atau Kristal berbentuk durian. Benda silica terbentuk dalam epidermis sel tumbuhan.
Tannin dapat dijumpai pada daun, jaringan pembuluh, kulit biji, dan periderm. Pigmen-
pigmen tumbuhan dapat dijumpai dalam plastid dan vakuola.
Sel yang masih hidup memiliki protoplas, mampu melakukan aktivitas metabolism, dan
dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Sel yang telah mati tidak memiliki organel-
organel, di dalamnya hanya ada ruang-ruang kosong.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari organel-organel dan zat ergastik yang
terdapat dalam sel tumbuhan.
Sel mati
Dinding sel
2. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis bawang merah dan
organel berupa inti sel di dalamnya, dan sertakan gambarnya !
Jawab : Sel epidermis bawang merah memiliki bentuk kotak-kotak rapi, meskipun tidak
sempurna. (Handayani, S. 2019)
Dinding sel
Inti sel
Sitoplasma
3. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis daun Hydrilla dan
organel berupa kloroplas di dalamnya, dan sertakan gambarnya !
Jawab : Dari mikrogaraf terlihat epidermis didalam daun Hydrilla memiliki banyak
kloroplas yang berfungsi sebagai pemberi pigmen pada daun dan untuk fotosintesis,
dan terdapat sitoplasma yang berfungsi sebagai tempat aktivasi sel. Ruang antar selnya
dibatasi dinding sel yang tebal.
4. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis daun Rhoeo discolor, zat
warna di dalamnya, dan sertakan gambarnya !
Jawab : Pada daun Rhoeo discolor, sel epidermisnya berbentuk segi enam. terdapat
warna ungu pada bagian epidermisnya dibagian bawah daun. Karena adanya
kandungan pigmen warna pada vakuola.
Dinding sel
Sitoplasma
Kloroplas
Celah stomata
Guard cell
Stomata
Butir-butir amilum
7. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk kristal pada tangkai daun Begonia, dan
sertakan gambarnya !
Jawab : kristal yang berada pada tangkai daun Begonia adalah Kritsal Ca Oksalat atau
yang biasa disebut dengan kristal druse yang memiliki bentuk majemuk seperti bintang.
Kristal Ca Oksalat
8. Carilah informasi yang menggambarkan bentuk kristal pada tangkai daun bunga pukul
4 (Mirabilis jalapa) dan sertakan gambarnya !
Jawab : Kristal yang berada pada tangkai daun bunga pukul empat adalah Kristal Ca
Oksalat yang berbentuk seperti jarum atau lidi
Kristal Ca Oksalat
Gambar 8 Kristal pada tangkai daun Mirabilis jalapa
Sumber: Wahyuni et al. 2019
2. Bagaimanakah bentuk sel epidermis bawang merah dan bentuk inti selnya ?
Jawab : menurut (Handayani 2019) sel epidermis bawang merah memiliki bentuk
kotak-kotak rapi meskipun tidak sempurna, dan inti selnya berbentuk oval.
4. Bagaimanakah bentuk epidermis daun R. discolor ? Apa warna dari sel epidermisnya?
Mengapa berwarna demikian? Zat warna tersebut terdapat pada organel ……..
Jawab : Sel epidermis pada daun Rhoeo discolor memiliki bentuk segienam. Warna
merah atau keunguan yang dihasilkan dari daun ini berasal dari antosianin dan pigmen
klorofil (Ratnasari S. et al. 2019)
6. Bagaimana bentuk sel parenkima kentang? Di dalam umbi kentang terdapat butir pati.
Bagaimanakah bentuk butir dari kentang? Butir pati terdapat pada organel yang
disebut…………
Jawab : Sel parenkim pada kentang memiliki bentuk segienam, berdinding tipis dan
memiliki ruang antar pati yang berada pada sitoplasma sebagai tempat penyimpanan
amilum. (Sari et al. 2017). Didalam kentang juga terdapat amiloplasma sebagai tempat
penyimpanan butir-butir pati. (Silalahi dan Adinugraha 2019)
7. Kristal pada tangkai daun Begonia berada pada sel parenkima. Bagaimanakah bentuk
sel parenkima dan bentuk kristalnya ?
Jawab : bentuk sel parenkim pada daun Begonia tidak terlalu rapat, selain itu daunnya
memiliki ruang antar sel. Sedangkan kristalnya berbentuk majemuk seperti bintang
yang biasa disebut druse (Wahyuni et al. 2019)
8. Kristal pada tangkai daun Bunga pukul 4 terdapat pada sel parenkima, kristalnya berupa
apa?
Jawab : kristal pada tangkai daun bunga pukul 4 berbentuk seperti jarum atau lidi.
(Wahyuni et al. 2019)
SIMPULAN
Zat ergastik adalah bahan cadangan makanan dan bahan buangan yang diproduksi oleh sel. Zat
ergastik sering ditemukan pada sel tumbuhan. Contoh dari zar ergastik adalah pati, protein,
minyak, lemak, lilin, tannin, dan pigmen-pigmen tanaman. Dari hasil pengamatan diatas
ditunjukan hampir semua tumbuhan mempunya zat ergastik. Dengan adanya amilum, klorofil,
kristal ca oksalat,dan antosianin membuktikan bahwa hampir semua tanaman memilik zat
ergastik.
DAFTAR PUSTAKA
Azalia H, Rahmat A, Nuraeni E. 2018. Students’ visual-spatial ability in representing single
cell epidermis of rhoeo discolour leaf. International Conference on Mathematics and
Sciene Education of Universitas Pendidikan. 3:44-49
Evans, Willicam C. 2009. Trease and Evans’ Pharmacognosy (16th Edition). Nottingham
(UK): Saunders Ltd. Hlm: 551-562. 551-562. DOI: 10.1016/B978-0-7020-2933-
2.00042-3
Fah WK. 2013. Tissue Culture Studies, Secondary Metabolites and Pigment Extraction from
Allamanda cathartica L[disertasi]. Malaysia: University of Malaya
Handayani, S. 2019. Penerapan Mikroskop Digital dengan Bantuan Smartphone Android
sebagai Media Pembelajaran IPA. SAP (Susunan Artikel Pendidikan). 4(1):46-52. DOI:
10.30998/sap.v4i1.3611
Majumdar A, Kar R.K. 2016. Intergrated role of ROS and Ca+2 in blue light-induced
chroloplast avoidance movement in leaves Hydrilla verticillata (L.f.) Royle.
Protoplasma. 253: 1529-1539. DOI: 10.1007/s00709-015-0911-5.
Ratnasari S, Suhendar D, Amalia V. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa (Rhoeo
discolour) Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Chimica et Natura Acta. 4(1): 39-46.
DOI: 10.24198/cna.v4.n1.10447
Rondonuwu, S.B. 2014. Fitroremediasi Limbah Merkuri Menggunakan Tanaman dan Sistem
Reaktor. Jurnal Ilmiah Sains. 14(1): 52-59. DOI: 10.35799/jis.14.1.2014.4951
Sari A.K., Indriyani S., Ekowati G., Batoro J. 2017. Keragaman Struktur Butir Amilum, Kadar
Tepung, dan Clustering Delapan Taksa Tanaman Berumbi di Desa Simo Kecamatan
Kendal Kabupaten Ngawi. Jurnal Biotropika. 5(1): 14-21.
Silalahi M, Adinugraha F. 2019. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi dan Pekembangan
Tumbuhan I. Jakarta: Uki press.
Wahyuni S, Purwanti E, Hadi S, Fatmawati D. 2019. Anatomi Fisiologi Tumbuhan. Malang:
Universitas Muhammadiyyah Malang. Hlm 27.
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 3 Maret 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
PERMEABILITAS MEMBRAN
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Sel merupakan satuan unit paling kecil pada makhluk hidup. Sel juga merupakan bagian
dasar penyusun tubuh. Sel pertama kali ditemukan oleh ilmuwan asal Inggris yang bernama
Robert Hooke pada tahun 1665. Dalam sel terdapat membran sel yang merupakan tempat
terjadinya beberapa reaksi enzimatis sel. Membrane sel juga memiliki beberapa fungsi, yaitu
sebagai penjaga bentuk sel agar inti sel tiddak keluar dari sel dan untuk mengatur zat yang
keluar masuk ke dalam sel. (Muljowati dan Sucianto 2012). Selain itu, penyusun utama
membrane sel adalah lipid, protein, dan karbohidrat. Lipid yang berperan sebagai penyusun
membrane sel disebut fosfolipid.
Fosfolipid merupakan struktur penting dan paling berfungsi dari suatu membrane sel.
Fosfolipid merupakan molekul yang bersifat amfipatik, artinya molekul ini memiliki daerah
hidrofobik dan hidrofilik. (Putri et al. 2018). Pada praktikum ini juga akan dibuat larutan sabun
yang akan menghasilkan lapisan gelembung. Lapisan gelembung ini memiliki struktur yang
mirip dengan membrane sel yaitu memiliki lipid yang ganda, yang artinya lapisan membrane
ini bermuatan tipis yang terdiri atas dua lapisan lipid. Menurut (Yamaura et al. 2018),
membrane lipid ganda ini menyediakan sistem yang terdefinisi dengan baik yang berfungsi
untuk menyelidiki sifat dasar protein membrane, termasuk saluran ion dan untuk memilah
bahan kimia yang akan masuk ke dalam sel tersebut.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati lapisan ganda fosfolipud pada lapisan gelembung
sabun.
BAHAN METODE
Bahan
1. Sabun cuci piring
2. Air
3. Gula
4. Minyak goreng
5. Botol PVC yang diganti dengan botol plastic
6. Wadah
7. Sedotan plastic
Metode
1. Cara membuat larutan sabun
a. Campurkan air, gula, dan sabun didalam wadah dengan perbandingan 1: 1 : 10
dimana satu sendok sabun, satu sendok gula, dan 10 sendok air. Pengamatan ini
menggunakan 10 sendok makan sabun 10 sendok makan gula dan 100 sendok
makan air
b. Larutan gula dan sabun tersebut didiamkan selama semalam
2. Cara membuat bingkai
a. Bingkai dibuat dari sedotan plastic yang bisa dibengkokkan
b. Bengkokkan ujung sedotan plastic dan sambungkan satu sama lain antar sedotan
plastik, sampai sedotan berbentuk persegi
3. Cara melakukan perlakuan 1
a. Siapkan wadah dan larutan sabun
b. Masukkan bingkai kedalam wadah yang sudah terisi larutan sabun dan rendam
seluruhnya.
c. Angkat bingkai dengan perlahan sampai posisi berdiri
d. Pastikan bingkai terdapat gelembung
e. Setelah itu pindahkan bingkai ke latar polos, dan tiup bingkai dengan lembut.
f. Amati dan catat peristiwa yang terjadi
4. Cara melakukan perlakuan 2
a. Siapkan wadah dan larutan sabun
b. Masukkan bingkai kedalam wadah yang sudah terisi larutan sabun dan rendam
seluruhnya.
c. Angkat bingkai dengan perlahan sampai posisi berdiri
d. Pastikan bingkai terdapat gelembung
e. Sentuh gelembung dengan jari yang kering
f. Ulang langkah dari a-d, kemudian sentuh gelembung dengan jari yang telah
dimasukkan ke dalam air
g. Ulang langkah dari a-d, kemudian sentuh gelembung dengan jadi yang telah
dimasukkan ke dalam larutan sabun
h. Ulang langkah dari a-d, kemudian sentuh gelembung dengan jari yang telah
dioleskan minyak goreng
i. Amati dan catat peristiwa yang terjadi
5. Cara melakukan perlakuan 3
a. Siapkan wadah, botol, dan larutan sabun
b. Masukkan bingkai kedalam wadah yang sudah terisi larutan sabun dan rendam
seluruhnya.
c. Angkat bingkai dengan perlahan sampai posisi berdiri
d. Pastikan bingkai terdapat gelembung
e. Sentuh gelembung dengan botol yang kering
f. Sentuh gelembung dengan botol yang sudah dimasukkan kedalam larutan sabun
g. Sentuh gelembung dengan botol dengan pulpen yang ada di dalam botol
h. Amati dan catat peristiwa yang terjadi
HASIL PEMBAHASAN
Perlakuan 1
Pada perlakuan pertama gelembung sabun ketika ditiup menggelembung karena permukaan
gelembung itu sendiri merupakan lapisan cairan yang tipis dan memiliki tegangan permukaan.
Selain itu, gelembung juga mengandung surfaktan yang menyebabkan ikatan antara molekul
air menjadi lemah sehingga gelembung sabun bersifat elastis. Hal ini sesuai dengan sifat
membran plasma yang elastis atau dimanis, sifat ini disebabkan karena adanya struktur seperti
air pada membran plasma yang memungkinkan bergeraknya molekul lipid dan protein.
Perlakuan 2
Tabel 1 Reaksi lapisan gelembung pada masing-masing perlakuan
No Perlakuan Lapisan Gelembung
Pecah Tidak Pecah
1 Jari Kering
2 Jari dilapisi (dibasahi) air
3 Jadi dilapisi (dibasahi) larutan sabun
4 Jari dilapisi (dibasahi) minyak
goreng
Gambar 2 Gelembung disentuh jari kering Gambar 3 Gelembung disentuh jari basah
Gambar 4 Gelembung disentuh jari sabun Gambar 5 Gelembung disentuh jari minyak
Pada perlakuan dua ini menunjukan bahwa ketika gelembung disentuh oleh jari yang kering
gelembung tersebut akan pecah dibandingkan dengan ketika gelembung disentuh oleh jari yang
dilapisi air, cairan sabun, dan minyak. Hal ini terjadi karena larutan sabun memiliki sifat yang
sama dengan fosfolipid pada membran plasma, yaitu sama-sama bersifat amfipatik, dimana
gelembung sabun dan membran plasma sama-sama memiliki bagian yang bersifat hidrofilik
dan hidrofobik. Pada gelembung sabun keberadaan bagian hidrofilik dan hidrofobik ada karena
terdapat surfaktan didalam gelembung sabun. (Reningtyas dan Mahreni 2015). Pada bagian
kepala atau hidrofilik atau bisa disebut suka air ini terdapat fosfat sedangkan pada bagian ekor
bersifat hidrofobik atau tidak suka air. (Sundawati 2018). Bagian kepala atau ujung yang polar
pada surfaktan larut dalam air sehingga bagian ekor atau ujung nonpolar dapat larut dalam
pelarut nonpolar seperti minyak dan larutan sabun. Karena ini ketika jari yang dilapisi minyak
dan larutan sabun dapat menembus lapisan gelembung. Selain itu jari yang dibasahi oleh air
dapat menembus lapisan gelembung karena air bersifat polar dan air juga memiliki ukuran
molekul sangat kecil sehingga memungkikan untuk masuk melewati lapisan gelembung
dengan cara osmosis. (Anthara dan Suartha 2011). Lalu, pada jari yang tidak dapat menembus
lapisan gelembung karena jari yang kering bersifat polar dan memiliki ukuran molekul yang
besar. Hal ini sama dengan sifat membran sel yang bersifat selektif permeable dimana pada
membran sel hanya molekul hidrofobik (CO2, O2) dan molekul polar yang sangat kecil
(air,etanol) yang dapat melewati membran sel dengan mudah dibandingkan molekul polar
dengan ukuran yang besar. (Andriyani et al. 2015)
Perlakuan 3
Gambar 6 gelembung disentuh botol kering Gambar 7 Gelembung disentuh botol air sabun
Pada perlakuan 3, dimana botol yang dimodifikasi menjadi botol plastik lalu diberi perlakuan
disentuh dengan botol kering, botol yang dibasahi larutan sabun, dan ditambah botol sebagai
pembatas pensil untuk masuk ke dalam lapisan gelembung. Pada praktikum ini botol yang
kering dan botol yang dibasahi larutan sabun memiliki penjelasan yang sama dengan perlakuan
sebelumnya yang membedakan adalah adanya pensil dan botol sebagai pembatas antara lapisan
gelembung dan pensil. Maksudnya adalah botol ini diibartakan sebagai protein integral yang
mampu menembus kedua lapisan lipid pada membran sel. Lalu pensil diibaratkan sebagai
molekul polar dan bermuatan yang hanya bisa menembus lapisan lipid bagian dalam, dengan
adanya protein integral ini dapat berperan sebagai protein transmembran yang membentang
melintasi bilayer, proses ini disebut endositosis. (Emriyuni et al. 2018)
SIMPULAN
Pada praktikum ini dapat diketahui bahwa membran plasma memiliki lapisan ganda fosfolipid
dimana lapisan gelembung sabun juga memiliki karakteristik yang sama dengan membran sel,
yaitu keduanya memiliki sifat elastis, sifat amfipatik dan semipermabel. Sifat elastis ini dapat
diliha dari perlakuan pertama terhadap lapisan gelembung. Lalu sifat amfipatik dapat dilihat
dari adanya bagian hidrofobik dan hidrofilik pada gelembung sabun yang membuat beberapa
zat tidak dapat melewati gelembung sabun sifat ini juga dapat dikatakan sebagai
semipermeabel. Maka dari itu zat yang tidak dapat masuk ke membran sel membutuh beberapa
teknik khusus seperti bantuan botol yang dilapisi larutan sabun sebagai perantara agar zat
tersebut dapat melewati lapisan gelembung. Sifat-sifat ini mencerminkan karakter fosfolipid
pada membran sel. Dan botol yang dilapisi sabun ini bisa diibaratkan sebagai protein integral.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani R, Triana A, Juliarti W. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan Perkembangan.
Sleman(ID): Deepublish. Hlm 217.
Anthara IMS, Suartha IN. 2011. Homeostasis cairan tubuh pada anjing dan kucing. Buletin
Veteriner Udayana. 3(1) : 23-37.
Emriyuni S, Ardi, Rahmi YL. 2018. Identifikasi menggunakan materi transport zat pada
mahasiswa tahun pertama menggunakan certainty of response (CRI) di program studi
pendidikan biologi UNP. Bioeducation Jurnal. 11(1) : 41-50.
Muljowati JS, Sucianto ET. 2012. Penggunaan ekstrak rimpang lengkuas untuk mengendalikan
busuk leher akar pada tanaman terong (Solanum melongena L.) BIOSFERA. 29(2) :
102-108.
Putri DN, Hidayat C, Hastuti P. 2018. Fraksinasi dan karakterisasi fosfolipid dari biji
nyamplung (Calophyllum inophyllum). REKA PANGAN. 12(1):12-17
Reningtyas R, Mahreni. 2015. Biosurfaktan. Eksergi. 12(2): 12-22
Sundawati NMK. 2018. Penggunaan media sosial dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan
motivasi siswa kelas xi pada materi sel [skripsi]. Bandung: Universitas Pasundan
Bandung.
Yamaura D, Tadaki D, Araki S, Yoshida M, Arata K, Ohori T, Ishibashi K, Kato M, Ma T,
Miyata R, et al. 2018. Amphiphobic septa enhance the mechanical stability of free-
standing bilayer lipid membranes. LANGMUIR. 34(19):2
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 10 Maret 2021
2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
PERUBAHAN ENERGI CAHAYA MENJADI ENERGI KIMIA: HASIL
FOTOSINTESIS
PENDAHULUAN
Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan energi matahari oleh tumbuhan hijau yang
memiliki klorofil dimana proses ini terjadi di kloroplas tanaman yang bertujuan untuk
menghasilkan makanan. (Saputro 2011). Proses fotosintesis juga dapat dikatakan sebagai proses
sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan
bantuan cahaya matahari dengan persamaan reaksi kimia berikut ini.
6 𝐶𝑂2 + 6 𝐻2 𝑂 → 𝐶6 𝐻12 𝑂6 + 6𝑂6
Dari reaksi tersebut CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi fotosintesis yang
dibantu dengan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis (klorofil atau pigmen yang lain) yang
akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen. Cahaya matahari pada proses ini diubah
menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis. (Ai NS 2012).
TUJUAN
Mengamati pengaruh cahaya dan ketersediaan CO2 terhadap laju fotosintesis dengan
mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.
METODE
Alat dan Bahan
1. Tanaman Hydrilla
2. Air (250) mL
3. Na bikarbonat (NaHCO3) (2 gr)
4. Lampu
5. Thermometer
6. Tabung Reaksi
7. Tabung beaker
8. Pipa kapiler
9. Penggaris
Metode
Percobaan ini dilakukan sebanyak enam kali dengan masing-masing lima kali
pengulangan. Setiap percobaan dilakukan dengan memasukkan hydrilla ke dalam tabung reaksi
yang diletakkan di dalam tabung beaker yang diisi air (250 mL). di dalam tabung beaker tersebut
dimasukkan NaHCO3 yang memiliki konsentrasi sebesar 1-3 gram/250 mL. Pada percobaan
pertama dan keempat konsentrasi NaHCO3 yang digunakan adalah 1 gram/250 mL, pada
percobaan kedua dan kelima menggunakan konsentrasi NaHCO3 sebesar 2 gram/250 mL, dan
pada percobaan ketiga dan keenam sebesar 3 gram/250 mL. Lalu thermometer di masukan ke
dalam tabung beaker untuk mengukur suhu air agar stabil pada suhu ruang. Setelah itu lampu
dinyalakan dan diarahkan ke Hydrilla dengan jarak yang telah ditentukan, pada perobaan ke-1
sebesar 120 cm, percobaan ke-2 sebesar 90 cm, percobaan ke-3 sebesar 60 cm, percobaan ke-4
sebesar 30 cm, percobaan ke-5 sebesar 15 cm, dan percobaan ke-6 sebesar 5 cm. Setelah masa
adaptasi berakhir pengamatan jumlah gas yang terkumpul pada pipa kapiler dilakukan selama lima
menit. Gas yang terkumpul pada pipa kapiler diasumsikan sebagai O2 catat hasil pengamatan dari
masing-masing percobaan dan pengulangan, lalu olah data tersebut. Lalu identifikasi hubungan
antara volume gelembung dengan konsentrasi sodium bikarbonat dan intensitas cahaya.
HASIL PERCOBAAN
Dari percobaan fotosintesis menggunakan daun Hydrilla yang dipengaruhi larutan
NaHCO3 dan intensitas cahaya. didapatkan volume gelembung yang terkumpul setiap lima menit
pengamatan dengan enam percobaan dan lima kali pengulangan.
Rata-rata dari data volume gelembung yang dihasilkan pada enam percobaan tersebut
dapat disajikan menggunakan grafik untuk mengidentifikasi keterikatan antar variable.
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6
Percobaan ke-
Berdasarkan grafik dan tabel diatas, menunjukan gelembung oksigen yang dihasilkan dari
setiap percobaan. Jika dilihat secara seksama seharusnya gerak grafik batang bergerak naik seperti
trendline tetapi yang terjadi adalah grafik tersebut mengalami peningkatan lalu mengalami
penurunan secara drastis. Jika dihubungkan antara grafik dan tabel diatas mengapa terjadi
penurunan pada grafik adalah terjadinya penurunan konsentrasi larutan NaHCO3 pada percobaan
ke-4 sehingga gelembung yang dihasilkan tidak banyak walaupun jarak antara cahaya dengan
tanaman tidak sejauh percobaan sebelumnya. Selain itu jika dilihat lebih seksama lagi percobaan
pertama juga diawali dengan grafik yang rendah. Selain karena memiliki konsentrasi yang rendah
percobaan pertama memiliki jarak antara cahaya dengan tanaman yang jauh sehingga gelembung
yang dihasilkan tidak banyak. Ketika hasil percobaan pada tabel diatas dihubungkan dengan gerak
grafik ini dapat ditarik kesimpulan bahwa gelembung yang dihasilkan dari proses fotosintesis
dipengaruhi oleh jarak antara cahaya dengan tanaman dan juga tinggi rendahnya konsentrasi
NaHCO3 yang berperan sebagai CO2 pada percobaan tersebut. Jadi, laju fotosintesis dipengaruhi
oleh intensitas cahaya, CO2, dan H2O.
PERTANYAAN
1. Buat pembahasan untuk peran cahaya dan ketersediaan CO2 pada fotosintesis
a. Berdasarkan data yang ada, faktor apa yang paling besar pengaruhnya terhadap laju
fotosintesis
Jawab: berdasarkan data faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap laju
fotosintesis adalah cahaya. dapat dilihat dari data percobaan dan diagram yang
disajikan bahwa ketika cahaya memiliki jarak yang jauh maka volume gelembung yang
dihasilkan lebih sedikit, sedangkan ketika jarak cahaya dengan daun Hydrilla lebih
dekat volume gelembung yang dihasilkan lebih banyak, dapat dibandingkan antara
percobaan 1 dengan percobaan 4 dimana kedua percobaan tersebut memiliki
konsentrasi yang sama tetapi jarak yang berbeda. Maka dari itu, jarak yang dekat untuk
melakukan fotosintesis dapat menghasilkan volume gelembung lebih banya walaupun
konsentrasi NaHCO3 berbeda. Sehingga banyaknya volume gelembung yang
diasumsikan sebagai gas O2 menunjukkan besar laju fotosintesis.
b. Apa yang menyebabkan hasil berbeda dari pemberian Na-bikarbonat yang berbeda?
Jawab: pemberian natrium bikarbonat ini berfungsi sebagai perwakilan CO2 yang akan
diserap oleh daun Hydrilla untuk diolah melalu proses fotosintesis. Karena itu
konsentrasi NaHCO3 merupakan salah satu faktor penting bagi laju fotosintesis
tanaman air. Ketika konsentrasi natrium bikarbonat ini tinggi maka penyerapan CO2
pada tanaman Hydrilla akan semakin tinggi juga. Semakin besar penyerapan CO2 maka
semakin cepat pula laju fotosintesisnya, sehingga O2 yang dihasilkan semakin tinggi.
c. Apakah ada faktor yang menjadi pembatas fotosintesis pada percobaan ini? Jelaskan
alasannya.
Jawab: faktor pembatas pada percobaan ini adalah keadaan lingkungan selama proses
fotosintesis. Hal ini terjadi karena keadaan saat proses terjadi gelap sehingga
menghambat proses fotokimia akibatnya O2 tidak diproduksi.
2. Selain terkait dengan data percobaan yang anda amati, faktor apa lagi yang mempengaruhi
laju fotosintesis tumbuhan?
Jawab: faktor lain yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah klorofil, titik kompensasi,
unsur hara, dan ketersediaan air. Titik kompensasi yang kecil akan menghambat
fotosintesis untuk mencapai keadaan optimal. Kekurangan air akan menghambat masuknya
CO2 dan akan menurunkan aktivitas fotosintesis karena bagian stomata yang akan tertutup
sebagian. Lalu ada klorofil yang akan berperan sebagai penyerap dan pengubah energi
cahaya menjadi energi kimia. Klorofil juga berperan sebagai fiksasi CO2 untuk
menghasilkan karbohidrat dan energi untuk ekosistem. (Ai dan Banyo 2011). Lalu apabila
daun turgor penuh, proses fotosintesis akan berada dalam kondisi optimal yaitu ketika air
tanah berlimpah dan kondisi atmosfir dengan evaporasi tanah. Kesuburan tanah juga
menyebabkan daun-daun phon menjadi segar sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis
(Paembonan 2020)
SIMPULAN
Dari percobaan fotosintesis tanaman Hydrilla, dapat dilihat bahwa volume gelembung
berbanding lurus dengan konsentrasi NaHCO3 dan berbanding terbalik dengan jarak cahaya
dengan tanaman. Laju fotosintesis juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu klorofil,
intensitas cahaya, kadar air, karbondioksida, suhu, dan faktor eksternal. Dari beberapa faktor
diatas dapat disimpulkan bahwa reaksi kimia pada fotosintesis memerlukan CO2 dan H2O
dibantu oleh energi cahaya untuk diubah menjadi O2 dan karbohidrat.
DAFTAR PUSTAKA
Ai NS. 2012. Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains. 12(1): 28-34.
Ai NS, Banyo Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indicator kekurangan air pada
tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2):166-173.
Paembonan SA. 2020. Silvika Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon. Makassar (ID): Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Saputro ASH. 2011. Pengaruh aplikasi bakteri fotosintetik Synchococcus sp. terhadap lau
fotosintesis tanaman kedelai [skripsi]. Jember: Universitas Jember.
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 17 Maret 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
KONVERSI ENERGI
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Fermentasi merupakan proses perubahan kimia dalam suatu substrat organic yang berlangsung
karena adanya katalisator biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan dari aktivitas mikroba-
mikroba hidup, seperti Saccharomyces cerevisiae yang biasanya banyak digunakan karena
mikroba ini dapat mengkonversikan glukosa sebagai sumber karbon dengan lebih cepat.
Fermentasi etanol dapat disebut sebagai fermentasi bioethanol atau fermentasi alcohol karena
pada proses peragian terdapat perubahan gula menjadi etanol dan karbondioksida. Seperti pada
reaksi:
𝐶6 𝐻12 𝑂6 → 2𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻 + 2𝐶𝑂2 + 2 𝐴𝑇𝑃
Fermentasi dilakukan secara anaerob atau tidak membutuhkan oksigen dimana pada tahap ini
khamir sudah terbentuk dan enzim yang dihasilkan cukup banyak, sehingga fermentasi akan
terjadi. (Widyanti dan Moehadi 2016)
Seperti yang sudah disebutkan bahwa proses fermentasi akan memecahkan karbohidrat berupa
glukosa menjadi alcohol dan gas karbondioksida. Maka 1 molekul glukosa pada proses
fermentasi dapat dipecahkan oleh Saccharomyces cerevisae menjadi 2 molekul alcohol dan 2
molekul gas karbondioksida. Pada perbandingan stoikiometri fermentasi, gas CO2 memiliki
perbandingan 1:1, walaupun secara teori perbandingan gas dan produksi alcohol adalah 1:1,
kenyataanya hanya 70-80% gas yang dapat diukur. Gas CO2 yang dihasilkan menunjukkan
bahwa gas karbondioksida memiliki kadar yang berbanding terbalik dengan kadar alcohol,
sehingga semakin lama proses fermentasi maka gas CO2 yang dihasilkan akan semakin banyak
mengakibatkan kadar alcohol menurun dan proses fermentasi akan terhambat. Kondisi dengan
keadaan gas karbondioksida yang berlebihan tidak baik untuk proses fermentasi. (Richana
2011).
Fermentasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keasaman pH, mikroba, suhu,
waktu, dan lain-lain. Keasaman pH bergantung dengan mikroorganisme yang digunakan. Dan
bakteri memiliki tingkat keasaman yang ebrbeda, sehingga bisa jadi pada kondisi asam yang
terlalu tinggi membuat bakteri menjadi inaktif. Jika pada mikroba, semakin banyak mikroba
yang digunakan maka semakin banyak hasil yang didapatkan. Fermentasi juga memerlukan
suhu yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri tidak terlalu rendah maupun terlalu tinggi. dan
dalam proses fermentasi waktu yang dikerjakan juga tidak terlalu lama, karena waktu yang
lama akan menghasilkan gas karbondioksida yang banyak, sehingga pertumbuhan bakteri bisa
menurun atau sampai berhenti. (Azizah N et al. 2012).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati proses konversi energy melalu reaksi fermentasi
dan mengetahui substrat gula terhadap reaksi fermentasi.
HASIL PEMBAHASAN
Video 1
1. Mengapa balon yang dihubungkan dengan botol perlakuan menggelembung? Mengapa
terjadi perbedaan ukuran balon pada masing-masing eksperimen (4 eksperimen, yaitu
0, 1, 2, dan 3 sdt gula?)
Jawab: Berdasarkan video, hubungan antara balon yang menggelembung adalah karena
adanya CO2 sebagai hasil proses fermentasi tersebut, selain itu terjadinya perbedaan
ukuran balon pada eksperimen juga terjadi karena adanya perbedaan dosis gula yang
diberikan. Sehingga ukuran balon pada setiap botol berbeda.
2. Dari hasil pengamatan eskperimen, apa korelasi antara penambahan gula dengan besar
gelembung balon? Apa makna dari peristiwa yang Anda jumpai tersebut?
Jawab: jika dilihat dari hasil pengamatan korelasi penambahan gula dengan besar
gelembung balon adalah konsentrasi gula akan mempengaruhi besar gelembung
tersebut. Sehingga ketika gula yang diberikan semakin banyak maka balon akan
menggelembung semakin besar. Jadi makna yang saya jumpai dalam eksperimen ini
adalah semakin banyak konsentrasi gula maka balon akan menggelembung semakin
besar.
3. Bagaimana mekanisme konversi energy yang terjadi pada sel khamir tersebut? Apa
indikasinya bahwa konversi energy terjadi?
Jawab: mekanisme konversi energy yang terjadi pada sel khamir ini adalah fermentasi
dimana proses fermentasi ini menggunakan respirasi anaerob yang tidak membutuhkan
oksigen, dapat dilihat balon yang berperan sebagai penutup botol agar tidak ada celah
udara yang masuk. Ketika botol ditutup ragi baru akan berproses memecah gula
sehingga menghasilkan gas karbondioksida, sehingga balon tersebut dapat
menggelembung. Dari penggelembungan balon dapat dilihat bahwa gelembung balon
tersebut sebagai indicator bahwa konversi energy ini terjadi.
4. Menurut Anda, apakah yang terjadi apabila anda menggunakan konsentrasi gula yang
lebih tinggi, misalnya 10 dan 30 sendok makan? Jelaskan jawaban Anda!
Jawab: menurut saya ketika konsentrasi gula dinaikkan menjadi lebih tinggi maka balon
juga akan menggelembung semakin besar. Karena adanya ragi yang berfungsi sebagai
pemecah glukosa. Ketika glukosa dipecah maka akan menghasilkan gas
karbondioksida. Tetapi konsentrasi gula yang terlalu tinggi juga akan mengakibatkan
proses fermentasi berjalan lamban bahkan berhenti. Selain itu, dengan konsentrasi gula
yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan dinding sel dan menyebabkan
pertumbuhan sel menjadi terhambat sehingga sel tidak dapat memanfaatkan gula pada
fermentasi dengan optimal. (Putri et al. 2016). Karena itu etanol yang dihasilkan akan
rendah.
5. Jika Anda melakukan eksperimen yang sama, namun gula diganti dengan
Sukrosa
Tepung tapioka
Sagu
Apakah gelembung pada balon eksperimen terjadi? Jelaskan jawaban Anda terkait
konversi energinya untuk masing-masing poin pengganti gula di atas.
Jawab:
- Pada proses fermentasi yang gulanya diganti dengan sukrosa sama sama akan
membuat balon menggelembung karena ketika sukrosa di hidrolisis akan berubah
menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa, sehingga sukrosa
bisa menjadi sumber energy untuk bakteri asam laktat, tetapi dengan kadar sukrosa
yang berlebihan dapat membuat efektivitas kerja bakteri menurun. (Maryana 2014).
- Pada proses fermentasi yang karbohidratnya diganti menjadi tepung tapioka balon
akan menggelembung karena tepung tapioka memiliki pati sebagai sumber energy
untuk bakteri asam laktat untuk menghasilkan asam laktat. Bakteri asam laktat ini
biasa disebut sebagai bakteri yang memfrementasikan gula seperti laktosa atau
glukosa untuk menghasilkan sejumlah asam laktat yang besar. (Sari 2012).
- Pada proses fermentasi yang gulanya diganti menjadi sagu balon juga akan
menggelmbung, karena pada sagu terdapat pati. Selain itu pada sagu juga terdapat
pemecahan glukosa dan patu menjadi asam laktat. (Caesy et al. 2018)
Video 2
1. Apakah parameter dari eksperimen pada video 2 yang menunjukkan bahwa terjadi
proses fermentasi pada masing-masing gelas perlakuan?
Jawab: parameter pada video kedua yang menunjukkan adanya proses fermentasi
adalah ketika ragi dimasukkan kedalam gelas dengan kadar suhu air yang berbeda
terjadi pengembangan dan menghasilkan busa serta munculnya gas karbondioksida.
2. Bagaimana perngaruh suhu terhadap proses fermentasi seperti yang ditunjukkan pada
video, fenomena apa yang terjadi pada masing-masing gelas perlakuan?
Jawab: dari video tersebut pengaruh suhu dilihat ketika memasukan air, pada gelas yang
berisikan air dingin menunjukkan pengembangan busa namu tidak setinggi ketika ragi
dilarutkan ke dalam air suhu ruangan terbuka dan tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa
suhu mempengruhi proses fermentasi dapat dilihat juga ketika ragi dilarutkan ke dalam
air yang panas, ragi tersebut tidak mengembang. Hal ini membuktikan bahwa suhu yang
terlalu panas atau dingin bisa jadi akan merusak proses fermentasi, karena
mikroorganisme di dalam ragi tersebut tidak dapat bertahan pada suhu terlalu panas
atau dingin.
4. Bagaimana mekanisme konversi energy yang terjadi pada khamir tersebut? Apa
indikasinya bahwa konversi energy terjadi?
Jawab: mekanisme konversi energy yang terjadi pada khamir tersebut adalah
fermentasi, pada proses fermentasi ini dilihat dari pengaruh suhu terhadap proses
fermentasi itu sendiri. Dalam proses fermentasi menghasilkan busa yang berisi gas
karbondioksida, pada beberapa gelas fermentasi berhasil terjadi sedangkankan pada
satu gelas tidak terjadi fermentasi karena suhu yang terlalu panas. Indicator terjadinya
konversi energy adalah adanya busa yang dihasilkan dari fermentasi.
5. Dari hasil percobaan Anda, apa yang terjadi jika Anda menambah gula sebanyak dua
kali lipat terhadap hasil percobaan di masing-masing gelas?
Jawab: dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu juga berpengaruh pada proses
fermentasi, suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendam membuat fermentasi
menjadi tidak optimal ataupun bisa jadi berhenti. (Kehek 2017), menyatakan bahwa
penambahan gula pada proses fermentasi akan menghambat kerja bakteri untuk
melakukan fermentasi. Ditambah dengan keadaan suhu yang tidak optimal membuat
proses fermentasi terhambat cenderung berhenti.
SIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa fermentasi merupaka proses konversi energy dari
karbohidrat yang menghasilkan etanol dan gas karbondioksida. Proses fermentasi ini juga
menggguna sistem respirasi anaerob dimana proses ini tidak membutuhkan oksigen. Selain itu,
proses fermentasi akan berlangsung dibantu dengan mikroba. Fermentasi juga diperngaruhi
beberapa faktor, seperti kadar gula atau karbohidrat, pH, suhu, dan lain-lain. Ketika proses
fermentasi berlangsung dengan keadaan kadar gula yang tinggi maka proses fermentasi yang
berlangsung akan terhambat, begitu juga dengan suhu yang tinggi maupun rendah fermentasi
akan berjalan dengan tidak optimal dan bisa jadi proses fermentasi akan berhenti.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah N, Al-Barri AN, Mulyani S. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar alcohol,
pH, dan produksi gas pada proses fermentasi bioethanol dari whey dengan substitusi
kulit nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2): 75-76.
Caesy CP, Sitania CK, Gunawan S, Aparamarta HW. 2018. Pengolahan tepung sagu dengan
fermentasi aerobic menggunakan Rhizopus sp. Jurnal Teknik ITS. 7(1): F132-F134.
Herliati, Sefaniyah, Indri A. 2018. Pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai bahan baku
pembuatan bioethanol. Jurnal Teknologi. 6(1): 1-10.
Kehek FS. 2017. Pengaruh variasi konsentrasi gula terhadap kualitas minuman fermentasi
pisang batu (Musa balbisiana Colla)[skripsi]. Yogyakarta(ID): Universitas Sanata
Dharma.
Maryana D. 2014. Pengaruh penambahan sukrosa terhadap jumlah bakteri dan keasaman whey
fermentasi dengan menggunakan kombinasi Lactobacillus plantarum dan
Lactobacillus acidophilus[skripsi]. Makassar(ID): Universitas Hasanuddin.
Putri SA, Restuhadi F, Rahmayuni. 2016. Hubungan antara kadar gula reduksi, jumlah sel
mikrob dan etanol dalam produksi bioethanol dari fermentasi air kelapa dengan
penambahan urea. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau.
3(2):1-8.
Richana N. 2011. Bioetanol: Bahan Baku, Teknologi, Produksi dan Pengendalian Mutu.
Bandung(ID) : Penerbit Nuansa.
Sari PD. 2012. Pembuatan tapioka asam dengan fermentasi spontan[skripsi]. Bogor(ID): IPB
University.
Widyanti EM, Moehadi BI. 2016. Proses pembuatan etanol dari gula menggunakan
Saccharomyces cerevisae Amobil. METANA. 1(2): 31-38.
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 24 Maret 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
PEWARISAN SIFAT
Pendahuluan
Pewarisan sifat atau hereditas merupakan penurunan sifat dari induk kepada
keturunanya. Sifat-sifat diturunkan melalui gen yang terletak di dalam inti sel. Pada pewarisan
sifat ini terdapat beberapa pola yang terbentuk karena variasi gen yang berbeda pada setiap
individu. (Effendi 2020). Pada pewarisan sifat hal yang diwariskan adalah sebuah gen, gen
merupakan bahan dasar utama yang diperlukan ketika akan melakukan perkawinan induk,
menurut (Tosida dan Utami 2011) gen sendiri dapat didefinisikan sebagai interval sepanjang
molekul-molekul DNA. Di dalam gen ini sebagian besar berisi informasi yang dibutuhkan
untuk membuat protein. Pada dasarnya gen merupakan zat yang berisi materi genetik yang
tersusun atas DNA. Dalam proses perkawinan, gen yang bersilang tidak satu tetapi harus
berpasangan, sehingga gen yang berpasangan bisa dikatakan sebagai alel. Setiap alel yang
berisi gen ini dapat ditemukan di tempat tertentu pada kromosom, tempat ini disebut sebagai
lokus.
Teori pewarisan sifat atau hereditas ini ditemukan oleh Mendel, percobaan yang
dilakukan oleh Mendel saat itu adal penyilangan tanaman kapri (Pisum Sativum), menurut para
ahli percobaan ini merupakan percobaan yang membuktikan bahwa persilangan yang
mengakibatkan adanya faktor keturunan dari generasi ke generasi. Dari percobaan ini juga
Mendel berhasil membuktikan bahwa pemindahan sifat merupakan pola yang dapat
diperkirakan. Dari percobaan Mendel akhirnya dijadikan dasar untuk memperoleh sifat-sifat
yang diinginkan dari hasil persilangan.
Menurut mendel pola persilangan dapat diperkirakan sehingga hasilnya bisa sesusai
keinginan, maka dari itu terdapat Hukum Mendel I dan II. Hukum Mendel I atau hukum
pemisahan ini berisi ketika pembentukan gamet berlangsung, maka setiap pasang gen akan
disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk. Sedangkan pada Hukum Mendel
II atau hukum berpasangan secara bebas berisikan bahwa segregasi suatu pasangan gen tidak
bergantung pada pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet yang terbentuk akan terjadi
pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas. Contoh pewarisan sifat yang terdapat pada manusia
adalah pewarisan tinggi tubuh, bentuk mata, telinga dan masih banyak lagi. Pada tanaman
misalnya buah yang manis tetapi pertumbuhannya cepar, kentang yang tahan hama, maupun
tanaman yang menghasilkan panen tinggi dengan waktu yang cepat. Sedangkan pada hewan
misalnya pada sapi adalah, sapi yang memiliki kualitas daging bagus, menghasilkan susu yang
baik dan masih banyak lagi. (Effendi 2020).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan memahami pewarisan sifat dari percobaan Mendel.
Metode
Pada praktikum ini metode yang dilakukan melalui pengamatan data yang diberikan pada
panduan. Praktikum yang dilakukan adalah menganalisis hasil persilangan monohibrid dan
dihibrid dari percobaan Bateson et al. (1905). Hasil yang diperoleh disajikan dalam panduan
berupa data angka yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel,
pengolahan data ini bertujuan untuk melakukan uji Khi-kuadrat. Pada praktikum ini juga
praktikan menonton video yang disediakan melalui media YouTube setelah itu merangkum isi
video tersebut. Dan yang terakhir praktikum ini melakukan analisis pewarisan sifat golongan
darah pada masing-masing praktikan untuk mengetahui masinng-masing genotipe. Data yang
diperoleh berasal dari praktikan dengan bertanya kepada anggota keluarga. Setelah itu data
diolah sesuai petunjuk pada panduan.
Jawaban Pertanyaan
A. Analisis Monohibrid dan Dihibrid dari Hasil Percobaan Bateson et al. (1905)
1. Pengujian Khi-kuadrat dari data fenotipe F2 untuk masing-masing sifat secara terpisah
(monohibrid) (sifat warna Bunga dan untuk sifat bentuk polen): (2 sifat tersebut
dihitung secara terpisah sampai ditemukan jumlah x2 hitung. Tuliskan contoh
perhitungannya untuk salah satu tabel).
Jawab:
Tabel 1 Pengujian Khi-kuadrat untuk sifat warna bunga Sweet pea (Lathyrus odoratus)
No. Fenotipe Observasi Hipotesis Harapan Khi-kuadrat (ꭓ2)
(O) (E)
1 Ungu 5221 3⁄4 5214 0.009
2 Merah 1731 1⁄ 1738 0.028
4
Total 6952 1 6952 0.037
3. Buat diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk masing-masing sifat
tersebut
Jawab:
Diagram persilangan untuk sifat warna bunga disajikan pada Gambar 1. Persilangan
dilakukan dengan menyilangkan parental bunga ungu dengan genotipe (PP) dan bunga
warna merah dengan genotipe (pp).
Fenotipe : Ungu × Merah
Genotipe (P1) : PP pp
Gamet : P p
F1 : Pp
Fenotipe : (Ungu 100%)
F2 :
P p
P PP Pp
p Pp pp
Gambar 1 Diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk sifat warna bunga
Pada gambar kedua mengammbarkan persilangan dari sifat bentuk polen pada bunga
dengan menyilangkan parental dari fenotipe panjang dengan genotipe (LL) dengan
fenotipe bulat dengan genotipe (ll).
Gamet : L l
F1 : Ll
Fenotipe : (Panjang 100%)
F2 :
L l
L LL Ll
l Ll ll
Gambar 2 Diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk sifat bentuk polen
4. Pengujian Khi-kuadrat untuk data fenotipe F2 untuk sifat beda (dihibrid). (Tuliskan
contoh perhitungannya untuk salah satu tabel)
Jawab:
Tabel 3 Pengujian Khi-kuadrat untuk sifat warna bunga
No. Fenotipe Observasi Hipotesis Harapan Khi-kuadrat (ꭓ2)
(O) (E)
3⁄ × 3⁄ = 9⁄
1 Ungu-Panjang 4831 4 4 16 3910.5 216.67
3⁄ × 1⁄ = 3⁄
2 Ungu-Bulat 390 4 4 16 1303.5 640.18
1⁄ × 3⁄ = 3⁄
3 Merah-Panjang 393 4 4 16 1303.5 636
1⁄ × 1⁄ = 1⁄
4 Merah-Bulat 1338 4 4 16 434.5 1878.74
5. Simpulan (apakah gen pengendali sifat warna bunga dan gen pengendali sifat
bentuk polen berada pada satu kromosom yang sama atau berada pada
kromosom berbeda dan kenapa?)
Jawab: Gen pengendali sifat warna bunga dan sifat bentuk polen berada pada satu
kromosom yang sama. Pada persilangan bunga Sweet pea berbunga ungu berpolen
panjang dan bunga Sweet pea berbunga merah polen bulat, parental pertama sudah
memiliki dua fenotipe dengan dua gen yang berbeda dalam satu kromosom sehingga
dapat diketahui bahwa ungu-panjang merupakan kromosom homolog dari satu parental
sedangkan merah-bulat merupakan kromosom homolog dari parental lain. Dari proses
persilangan ini dihasilkan fenotipe dengan penggabungan alel dominan-dominan dan
alel resesif-resesif sebagai hasil coupling; lalu alel dominan-resesif atau resesif-
dominan merupakan hasil repulsion, dari hasil repulsion ini menghasilkan genotipe
yang berbeda dengan parental sehingga dapat merujuk kea rah terjadinya crossing over.
(Griffiths et al. 2000)
6. Diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk warna bunga dan bentuk polen
tersebut
Jawab:
Pada gambar 3 menggambarkan persilangan dihibrid dari bunga Sweet pea yang
parentalnya adalah Ungu-Panjang dengan genotipe (PPLL) dan Merah-Bulat dengan
genotipe (ppll).
Fenotipe : Ungu-Panjang × Merah-Bulat
Genotipe (P1) : PPLL ppll
Gamet : P p
L l
F1 : PpLl
Fenotipe : (Ungu-Panjang 100%)
F2 :
PL Pl pL pl
PL PPLL PPLl PpLL PpLl
Pl PPLl PPll PpLl Ppll
pL PpLL PpLl ppLL ppLl
pl PpLl Ppll ppLl ppll
Gambar 3 Diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk sifat untuk warna
bunga dan bentuk polen
7. Kombinasi fenotipe ciri-sifat yang baru muncul pada F2 (tidak ada di tetua maupun F1)
terjadi karena mekanisme berpadu bebas atau pindah silang, jelaskan mengapa?
Jawab: kombinasi fenotipe baru pada F2 adalah Ungu-Bulat dan Merah-Panjang, ini
karena saat proses meiosis terjadi mekanisme pindah silang atau crossing over. Proses
pindah silang, menurut (Hadi 2009) adalah proses dimana terjadinya peristiwa
pertukaran materi genetic antara kromosom homolog saat gametogenesis. Pada tahap
profase, dua kromatid yang membawa sifat materi genetic berbeda dapat bersilangan
sehingga membentuk struktur yang bernama chiasma. Maka ketika kromatid berpisah
mendekati sentromer, masing-masing alel akan membawa chaisma hasil pindah silang
sehingga muncul fenotipe F2 yang berbeda dengan parental. (Griffiths et al. 2000) hal
ini menyebabkan alel dominan bersilangan dengan alel resesif pada persilangan kedua.
- Video 2
Pada video 2, video ini menunjukkan adanya teknik persilangan buatan tanaman
Sweet pea dengan metode kastrasi. Metode ini dilakukan dengan cara membuang
kelopak-kelopak dan mahkota bunga yang masih kuncup. Pada proses ini
dibutuhkan bantuan alat berupa pinset, gunting, dan pisau. Setelah itu ada tahap
emaskulasi. Pada tahap ini terjadinya proses pembuangan kelamin jantan pada tetua
betina yang terdapat pada bunga yang masih kuncup, karena belum adanya proses
penyerbukan pada bunga. Selanjutnya, tetua jantan didapatkan dari bunga lain yang
belum mekar juga. Penyerbukan
B (IBIO) B (IBIO)
O (IOIO) B (IB_)
2. Lakukan analisis untuk pewarisan sifat golongan darah sistem-ABO tersebut sampai
mengetahui dan memastikan genotipe dari masing-masing anggota keluarga
a. Bagaimana genotipe golongan darah sistem-ABO anda, serta ayah dan ibu kandung
anda
Jawab: dari data yang didapat dapat diidentifikasi silsilah pewarisan golongan
darah, tetapi dari data tersebut, terdapat beberapa orang yang belum bisa diketahui
genotipe golongan darahnya. Dari data diatas dapat dilihat bahwa ayah dan ibu bisa
terlihat genotipenya karena pada kakak terdapat golongan darah O yang bersifat
dominan, golongan darah O ini pasti dihasilkan dari persilangan resesif-resesif dari
golongan darah ayah dan ibu, sehingga genotipe ayah dan ibu bisa diketahui secara
pasti yaitu IBIO.
P1 : IBIB × IBIB
(Gol. Darah B) (Gol. Darah B)
Gamet : IB IB
F1 : IBIB
(B 100%)
Dasar Teori
Isolasi DNA merupakan teknik dasar dari bioteknologi dan biomolekuler, yang mana
isolasi DNA ini bertujuan untuk memisahkan DNA dari partikel-partikel lain seperti lipid,
protein, polisakarida, dan zat lainnya. Isolasi DNA juga berguna untuk analisis molekuler dan
rekayasa genetika seperti genom editing, transformasi, dan PCR. Isolasi DNA memiliki metode
yang banyak, pada dasarnya tahapan yang digunakan pada setiap metode isolasi DNA adalah
sama, yaitu lisis sel atau jaringan yang efektif, adanya denaturasi kompleks, nucleoprotein, dan
inaktivasi nuclease. Isolasi DNA juga dapat dilakukan pada semua makhluk hidup dan juga
virus. (Hariyadi S et al. 2018)
Elektroforesis adalah metode pemisahan yang memanfaatkan medan listrik yang
dihasilkan dari elektroda-elektroda untuk memisahkan senyawa-senyawa yang memiliki
muatan berupa kation atau anion. Elektroforesis juga terdiri dari beberapa komponen utama.
Yang pertama adalah larutan buffer yang berperan sebagai pembawa komponen, selanjutnya
media pemisah sebagai tempat proses pemisahan seperti gel agrosa, dan yang terakhir adalah
elektroda yang berfungsi sebagai penghubung arus listrik dengan media pemisah sebagai
sumber energy. (Harahap 2018)
PCR atau Polymerase Chain Reaction merupakan suatu metode enzimatis untuk
amplifikasi DNA dengan cara in vitro. PCR sendiri memiliki beberapa komponen utama yaitu
DNA cetakan, oligonukleotida primer, Deoksiribosanukleotida trifosfat (dNTP), enzim DNA
polymerase dan komponen pendukung lain seperti senyawa buffer. Amplifikasi pada DNA
sendiri akan tercapai apabila menggunakan oligonukleotida yang disebut amplimers. (Yusuf
2010)
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik isolasi DNA untuk mendapatkan
DNA yang dapat digunakan sebagai template PCR, teknik elektroforesis gel agrose untuk
memisahkan fragmen DNA, dan teknik amplifikasi DNA dengan Polymerase Chain Reaction.
Metode
Isolasi DNA
Sebelum melakukan proses isolasi DNA, hal pertama yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan meja kerja agar kontaminasi sampel reagen dapat dihindari. Disarankan meja
kerja disusun dengan tip dan pipet disimpan disebelah kiri, rak dan sampel reagen ditengah,
dan ember pembuangan di sebelah kanan agar kerja tangan menjadi lebih mudah dan
mengurangi kemungkinan kontaminasi sampel.
Sampel yang digunakan untuk isolasi DNA ini menggunakan ludah yang telah
diletakkan di tube DNA genotek, setelah itu tabung ditutup untuk melepas penyangganya dan
mencampurkan solusi dengan inversinya. Untuk mentransfer sampel ke tube yang baru,
gunakan mikropippetor P1000, 500 mikroliter ditransferkan menuju tabung mikrocentrifuge
baru. Saat pemindahan sampel menuju tabung baru diharuskan untuk berhati-hati, karena untuk
menghindari gelembung atau kontaminasi yang terjadi pada mikro pippetor. Setelah semua
sampel dipindahkan inkubasi sampel pada blok yang panas. Masa inkubasi setidaknya paling
cepat dilakukan selama 90 menit tetapi boleh diinkubasi selama semalaman. Pindahkan sampel
hasil inkubasi ke tabung yang berisikan larutan pemurni. Sampel inkubasi yang telah
dicampurkan dengan larutan murni digetarkan di vortex. Setelah itu letakkan sampel didalam
es selama 10 menit. Kotoran dalam larutan akan dihilangkan dengan sentrifugasi. Pastikan
tabung dituliskan label baik dengan angka maupun huruf sebelum masuk ke centrifuge. Sampel
didalam centrifuge akan disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 14500 RPM.
Sediakan juga empat tabung baru yang sudah diberi label dengan huruf atau angka yang sama
dengan tabung yang berada di centrifuge. Letakkan tabung dari centrifuge didepan tabung baru
yang memiliki label angka atau huruf yang sama untuk memudahkan pemindahan hasil. Setelah
sentrifugasi dihasilkan pelet putih di bagian bawah tabung yang merupakan kotoran dalam
larutan dan DNA terletak di supernatant. Transfer 400 mikroliter supernatan yang mengandung
DNA menggunakan P1000 ke tabung baru.
Untuk mengendapkan DNA, tambahkan ethanol 100% dengan volume sama ke setiap
sampel. Dan campurkan dengan inversi 10 kali. Setelah itu inkubasi selama 5 menit dengan
suhu ruangan, setelah diinkubasi letakan kembali sampel pada centrifuge. Putar sampel selama
2 menit dengan kecepatan 14500 RPM. Jika pellet tidak terlihat bisa dilakukan sentrifugasi
lagi. Buang 800 mikroliter supernatan menggunakan P1000. Setelah itu bersihkan pellet DNA
dengan menambahkan 250 mikroliter 70% etanol untuk setiap sampel. Letakkan kembali
sampel di centrifuge dan putar selama 2 menit. Buang supernatan tanpa mengganggu pelet
menggunakan P200. Setelah itu bersihkan tabung dengan cara mengosongkan larutan
didalamnya lalu dikeringkan. Setelah engering, air dimasukkan ke dalam tabung centrifuge dan
diberi goncangan menggunakan vortex.
Elektroforesis Gel
Teknik elektroforesis gel dilakukan menggunakan mini-sub gel. Sub sel ini memiliki
kawat elektroda diujung bawah setiap alat yang berfungsi untuk memisahkan fragmen DNA
sampel menggunakan arus listrik. Pertama, selarskan gel hingga benda (wells) berada di dekat
elektroda negatif. DNA bermuatan negatif akan berpindah dari elektroda hitam (bermuatan
negatif) ke elektroda merah (bermuatan positif) melalui gel tersebut. Setelah itu gel agragose
disimpan didalam ruang gel dan ditambahkan buffer yang berjalan secara elektroforesis ke
reservoir disetiap ujung gel setidaknya setinggi 2 mm penyangga. Lalu pindahkan DNA sampel
menggunakan mikropipet ke sumur-sumur(wells). Pindahkan DNA sampel secara hati-hati
seuai protokol lab. Setelah sampel dipindahkan, ruang gel ditutup dengan terminal yang telah
diposisikan sesuai elektroda, dimana kabel hitam bertemu hitam dan merah bertemu merah.
Lalu daya dinyalakan, atur voltase beserta waktunya. Tekan tombol start. Setelah itu akan
muncul gelembung disetiap ujung alat. Pada elektroda positif gelembung yang dihasilkan lebih
banyak dibanding pada elektroda negatif. Setelah beberapa menit dapat dilihat bahwa sampel
DNA berpindah dari sumur (wells) ke dalam gel dan akan muncul diafragma sampel DNA dari
elektroda negatif atau positif.
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan Isolasi DNA:
1. Apa fungsi dari buffer lisis?
Jawab: Prinsip buffer lisis atau metode lisis adalah perusakan dinding sel tanpa merusak
DNA yang diinginkan. Sehingga buffer lisis banyak digunakan untuk
memecahkan dinding sel. Tetapi metode lisis ini sendiri bisa digunakan
bergantung pada sampelnya. (Sogandi 2018).
2. Mengapa campuran buffer lisis dan sampel perlu diinkubasi pada suhu tertentu?
Jawab: Karena proses inkubasi itu sendiri bertujuan agar enzim proteinase-K dapat
bekerja secara optimal. Enzim ini berfungsi untuk mendegradasi enzim-enzim
DNA dan protein lainnya untuk menghindari degradasi DNA sampel. (Satiyarti
RB et al. 2017)
5. Pada tahapan setelah pemberian ethanol dingin dan disentrifugasi, di bagian mana DNA
berada?
Jawab: Pada teknik isolasi DNA, dimana DNA yang dimaksud berada di dasar tabung
yang bertujuan dari prinsip sentrifugasi itu sendiri pada isolasi DNA.
5. Apa yang menyebabkan fragmen DNA dapat terpisah satu sama lain pada gel agarose?
Jawab: Penyebab fragmen DNA terpisah pada gel agarose adalah adanya proses elusi.
Proses elusi ini merupakan proses pemisahan fragmen DNA dari pengotornya
menggunakan ddH2O, hal ini karena adanya persamaan sifat kepolaran sehingga
DNA plasmid dapat terelusi. (Rachmawati et al. 2013)
6. Mengapa fragmen DNA yang berukuran lebih besar akan berada dekat dengan kutub
positif, sedangkan yang lebih kecil akan berada ke arah negatif?
Jawab: Karena fragmen DNA dapat bermigrasi pada medium elektroforesis dengan
bantuan tegangan listrik. Selain itu, pergerakan pada mediumnya sendiri
dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi medium, serta kekuatan medan
listrik. Fragmen DNA yang berukuran kecil akan lebih cepat bermigrasi
dibandingkan yang ukurannya lebih besar. Sehingga hasil ukuran yang lebih
besar lebih dekat dengan muatan negatif (Azizah N 2019)
5. Pada suhu berapa utas DNA bisa terpisah, dan pada suhu berapa utas DNA bisa
disintesis?
Jawab: Utas DNA dapat dipisahkan dalam kondisi 35 siklus dengan suhu 94℃ dan
waktu 0,5 menit. Lalu, agar DNA dapat disintesis dalam 1 siklus maka
dibutuhkan 37℃ dalam waktu 15 menit dan 50℃ serta 98℃ untuk waktu 5
menit. (Aqmarina A 2018)
6. Berapa molekul DNA yang terbentuk dari satu molekul DNA yang diamplifikasi
dengan PCR setelah 35 siklus?
Jawab: Jika dilihat dari video rumus yang digunakan untuk menghitung molekul DNA
yang diamplifikasi dari satu molekul DNA adalah adalah 2𝑛 − 2𝑛, sehingga
molekul DNA yang dihasilkan adalah 34.359.738.298 molekul DNA.
Simpulan
Isolasi DNA merupakan teknik yang memiliki tujuan untuk memisahkan dari beberapa
partikel di dalam sel, pada praktikum ini teknik isolasi DNA dilakukan dengan metode lisis
menggunakan larutan buffer yang berfungsi untuk menghasilkan template DNA yang akan
digunakan untuk proses PCR. Sedangkan teknik elektroforesis pada praktikum ini
menggunakan gel agarose yang berfungsi untuk pemisahan fragmen DNA. Dan yang terakhir
adalah PCR atau Polymerase Chain Reaction yang berperan untuk memperbanyak DNA
dengan 3 tahapan yaitu denaturasi, annealing, dan extension.
Daftar Pustaka
Anggereini E. 2008. Random amplified polymerase dna (rapd), suatu metode analisis dna
dalam menjelaskan berbagai fenomena biologi. Biospecies. 1(2): 73-76.
Ardiyanti HB. 2017. Isolasi dan identifikasi molekuler bakteri sedimen mangrove penghasil
enzim gelatinase[skripsi]. Malang: Universitas Brawijaya.
Aqmarina A. 2018. Kandungan kimia gaharu dan ekspresi gen Sesquiterpene synthase 1
(sestps1) pada Aquilaria malaccensis lamk dan Grynops versteegii domke[tesis].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Azizah N. 2019. Deteksi variasi genetik gen penyandi enzim pemetabolisme asam valproate
ugt1a6 rs2070959 a>g pada responden sehat suku jawa di Indonesia[skripsi].
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Harahap MR. 2018. Elektroforesis: analisis elektronika terhadap biokimia genetika. CIRCUIT:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. 2(1): 21-26.
Hariyadi S, Narulita E, Rais MA. 2018 perbandingan metode lisis jaringan hewan dalam proses
isolasi dna genom pada organ liver tikus putih (Rattus norvegicus). Proceeding Biology
Education Conference. 15(1): 689-692.
Hayuningsih M. 2020. Identifikasi alel gen sitokrom p450 2a6*7 pada subjek uji nonperokok
suku tionghoa Indonesia dengan mode polymerase chain reaction[skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Hidayati, Sale E, Aulawi T. 2016. Identifikasi keragaman gen bmpr-1b (bone morphogenetic
protein receptor ib) pada ayam arab, ayam kampong, dan ayam ras petelur
menggunakan pcr-rflp. Jurnal Peternakan. 13(1): 1-12.
Iliana, Rahmawati, Rachmat, Mukarlina, Zakaria L. 2020. Deteksi Liberibacter spp. Pada jeruk
siam bergejala klorosis disertai bercak hitam dengan polymerase chain reaction.
Protobiont. 9(1): 102-108.
Liana HA. 2017. Isolasi DNA Chlorella sp. dengan metode ctab dan identifikasi sikuen 18s
rdna[skripsi]. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Muhsinin S, Sulastri MM, Supriadi D. 2018. Deteksi cepat gen inva pada Salmonella sp.
dengan metode pcr. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. 5(3): 83-89.
Muktiningsih, Kurniadewi F, Orchidea RPI. 2016. Isolasi, amplifikasi, dan sekunsing fragmen
1,9 kilobasa gen heat shock protein 70 Salmonellah enterica serovar typhi. Jurnal Kimia
dan Pendidikan Kimia (JKPK). 1(1): 32-40.
Rachmawati R, Susilowati PE, Raharjo S. 2013. Analisi gen merkuri reduktase (mera) pada
isolate bakteri dari tambang emas kabupaten bombana Sulawesi Tenggara. Progress
Kimia Sains. 3(2): 108-123.
Rubiyo NN. 2020. Identifikasi alel gen sitokrom p450 wa6*7 pada subjek uji nonperokok ras
kulit hitam papua Indonesia dengan metode polymerase chain reaction[skripsi].
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Satiryati RB, Aminah S, Rosahdi TD. 2017. Identifikasi fragmen hv1 dna mitokondria individu
dataran rendah dan dataran tinggi. Tadris pendidikan biologi. 8(2): 15-27.
Sogandi. 2018. Biologi Molekuler Identifikasi Bakteri Secara Molekuler. Jakarta: Universitas
17 Agustus 1945.
Triyani Y, Nafsi N, Yuniarti L, Sekarwarna N, Sutedja E, Gurnida DA, Parwati I, Alisjahbana
B. 2016. Rancangan primer spesifik gen marchopage mannose receptor (mmr) untuk
polymerase chain reaction (pcr) dan sekuensing deoxyribo nucleic acid (dna). Patologi
Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik. 22(2): 158-162.
Utami ST, Kusharyati DF, Pramono H. 2013. Pemeriksaan bakteri Leptospira pada sampel
darah manusia suspect leptospirosis menggunakan metode pcr (polymerase chain
reaction). BALABA. 9(2): 74-81.
Wiradiputra MRD, Yowani SC, Wirajani IN. 2016. Deteksi mutase kodon 510 dan 511 daerah
rrdr gen rpob pada isolate klinik Mycobacterium tuberculosis multidrug resistant di
Bali dengan pcr-restriction fragment length polymorphism. Cakra Kimia. 4(2): 161-
167.
Yahya LA, et al. 2016. Pemanfaatan nata de coco sebagai media gel elektroforesis pada zat
warna remazol: pengaruh pH, waktu, dan aplikasi pemisahan gelatin. Jurnal Sains dan
Seni ITS. 5(2): 137-140.
Yusuf ZK. 2010. Polymerase chain reaction (pcr). Saintek. 5(6): 1-6.
Zedta RR, Setyadji B. 2019. Optimalisasi pcr ikan tongkol krai (Auxis thazard) dan lisong
(Auxis rochei) pada analisis keragaman genetik. Bawal. 11(2): 95-102.
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 21 April 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
PRODUK GMO DAN NON-GMO
Dasar teori
Rekayasa genetika merupakan salah satu bentuk bioteknologi yang dilakukan dengan
memodifikasi gen dari suatu makhluk hidup, terutama DNA dan transformasi gen dari makhluk
hidup tersebut untuk menciptakan variasi yang baru. Dengan adanya manipulasi DNA dapat
memungkinkan untuk memasukkan sifat dari hampir semua organisme tanaman, hal ini terjadi
apabila DNA yang dimanipulasi adalah DNA tanaman. (Kurniawan dan Rondhi 2020). Contoh
rekayasa genetika adalah GMO atau Genetically Modified Organism yang merupakan bagian
dari bioteknologi. GMO sendiri adalah organisme yang telah mengalami modifikasi genome
sebagai akibat ditransformasikannya satu atau lebih gen asing yang berasal dari organisme lain,
bisa dari species yang sama sampai division berbeda. Dalam hal ini biasanya lebih ditekankan
kepada tanaman dan hewan. (Herlanti 2014)
Tujuan utama pengembangan GMO adalah untuk mengatasi berbagai masalah
kekurangan pangan yang dihadapi penduduk di dunia yang tidak mampu dipecahkan secara
konvensional, karena pertumbuhan penduduk yang begitu cepat.. inovasi teknologi rekayasa
genetika dibidang pertanian terbagi menjadi empat, yaitiu Genetically Modified Organism
(GMO), Living Modified Organism (LMO), Genetically Modified Crops (GMC), dan terakhir
Genetically Engineered Crops (GEC). (Mahrus 2014).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi produk-produk GMO yang belum dan
sudah beredar di masyarakat, mengumpulkan data dari produk-produkk GMO dan modifikasi
genetik yang telah dilakukan, dan mengetahui seberapa besar pengetahuan masyarakat terkait
produk GMO.
Metode
Siapkan laptop setelah itu nyalakan laptop dan buka browser pencarian. Lalu lakukan
pencarian terkait produk-produk GMO dari negara lain dan melakukan pencarian terkait
perubahan genetik yang dilakukan produk GMO, mencari apa saja produk olahan dari produk
GMO, dan mencari apakah terdapat produk GMO di tempat terdekat setelah itu hasil pencarian
dimasukkan ke dalam tabel 1. Prosedur selanjutnya adalah wawancara tetapi yang saya lakukan
adalah melakukannya dengan cara membuat format wawancara di dalam goggle form setelah
itu menyebarkannya kepada beberapa penjual dan pembeli. Dengan format pertanyaan a. nama
lengkap, b. umur, c.. peran (penjual/pembeli), d. pekerjaan, e. pendidikan (SD-S3), f. lokasi, g.
apakah anda mengetahui apa itu GMO?, h. jika mengetahui produk GMO, sebutkan 3 contoh
produk GMO, i. dari pertanyaan g dan h darimana anda mengetahui informasi tersebut?, j.
apakah anda mengetahui negara mana saja yang banyak menghasilkan produk GMO?jika iya
sebutkan!, k. apakah anda mengetahui produk yang anda beli merupakan produk GMO atau
bukan?, l. jika anda mengetahui cara membedakan, jelaskan caranya!. Hasil dari wawancara
tersebut dimasukkan ke dalam tabel 2. Setelah itu menjawab beberapa pertanyaan yang telah
disediakan.
2. Berdasakan hasil anda, umumnya perubahan keuntungan apa yang diperoleh dari
produk GMO? Jelaskan!
Jawab: Perubahan keuntungan yang diperoleh dari produk GMO adalah ada potensi tak
terbatas dalam rekayasa genetika yang memiliki manfaat utnuk mengurangi
penggunaan pestisida, megatasi kekurangan pangan, dan menghasilkan
makanan yang lebih bergizi. Tanaman transgenic dapat mengatasi kurangnya
persediaan pangan yang tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk
dengan meningkatnya produktivitas panen. Selain itu, tanaman transgenic juga
resisten terhadap hama dan tidak mudah mengalami kekeringan. (Yuwono dan
Swara 2017)
3. Berdasarkan hasil anda, negara manakah yang memiliki produk GMO yang paling
banyak? Mengapa?
Jawab: Negara yang paling banyak memiliki produk GMO adalah Amerika, hal ini
terjadi karena sudah banyak perusahaan agrikultur yang telah menciptakan
produk GMO dan sudah beredar di Amerika. Sehingga banyak industri GMO di
Amerika dijadikan aset perekonomian negara walaupun produk GMO sendiri
belum menjadi komoditas. (Faiz 2016)
5. Berdasarkan hasil anda, apakah produk GMO mudah ditemukan di sekitar masyarakat
Indonesia? Jelaskan!
Jawab: Jika dilihat dari hasil, di sekitar masyarakat Indonesia sangat mudah untuk
menemukan produk GMO, tetapi masyarakat tidak menyadari bahwa apa yang
mereka beli atau mereka konsumsi adalah produk GMO. Meskipun produk
GMO mudah ditemukan dan cenderung terlihat banyak, kenyataannya produk
pangan dalam negeri saat ini belum mampu mengatasi masalah kekurangan
pangan, dan hal ini menjadi tantangan pembangunan pertanian di Indonesia.
(Nursamsi 2008).
6. Berdasarkan hasil anda, apakah masyarakat mengetahui dengan baik mengenai GMO?
Jelaskan!
Jawab: Melihat hasil wawancara yang dilakukan mayoritas responden cenderung tidak
mengetahui apa itu GMO. Mereka cenderung menjual ataupun membeli tanpa
mengetahui produk mereka adalah produk GMO atau bukan.
Simpulan
Hasil dari praktikum kali ini adalah sebenarnya sudah banyak Produk GMO yang sudah
beredar di masyarakat, tetapi masyarakat belum menyadari. Hal ini terjadi karena masyarakat
sendiri belum tahu pengertian dari GMO itu sendiri dan masayarakat sendiri belum mengetahui
cara membedakan produk hasil rekayasa genetika dan bukan. Padahal sebenarnya produk
GMO sendiri sering dikonsumsi oleh masyarakat, terkadang menjadi bahan pokok pangan
untuk masyarakat seperti contohnya kacang kedelai, tomat, buah-buah dan masih banyak lagi.
Daftar Pustaka
Faiz, BM. 2016. Politik pangan: hegemoni komoditas pertanian GMO Amerika Serikat di dunia
tahun 2011-2014. Journal of International Relations. 2(4): 189-200.
Herlanti Y. 2014. Analisis argumentasi mahasiswa pendidikan biologi pada isu sosiosainfik
konsumsi genetically modified organism (gmo). Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 3(1):
51-59.
Kurniawan MA, Rondhi M. 2020. Preferensi risiko dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan masyarakat ilmiah dalam mengonsumsi produk rekayasa genetika. Jurnal
Agribisnis Indonesia. 8(1): 43-57.
Mahrus. 2014. Kontroversi rekayasa genetika yang dikonsumsi masyarakat. Jurnal Biologi
Tropis. 14(2): 108-119.
Marinho CD. FJO Martins. AT Amaral Junior. LSA Goncalves. SCS Amaral. Dan MP de
Mello. 2012. Use of transgenic seeds ini Brazilian agriculture and concentration of
agricultural production to large agribusinesses. Genet Mol. 3(1): 51-59.
Nursamsi. 2008. Peluang dan Tantangan Produk Pertanian di Era Global. Pengukuhan Prof
Nursamsi di Universitas Gajah Mada. http://www.ugm.ac.id/id/. Diakses 17-1-2015.
Subroto MA. 2008. Real Food True Health – Makanan Sehat untuk Hidup Lebih Sehat. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
WHO. FAO. 2007. Food Labelling Fifth Edition. Roma(IT): WHO&FAO.
Yuwono P, Swara Y. 2017. Tanaman genetically modified organism (gmo). Dan perspektif
hukumnya di Indonesia. Al-Kauniyah: Journal of Biology. 10(2): 133-142.
Lampiran
1. Pertanyaan tabel 2
a. Nama lengkap
b. Umur
c. Peran (penjual/pembeli)
d. Pekerjaan
e. Pendidikan (SD, SMP, SMA, D3, S1, S2, S3)
f. Tempat wawancara
g. Lokasi wawancara
h. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu GMO? Jika iya, jelaskan!
i. Apakah bapak/ibu mengetahui produk-produk dari GMO? Jika bapak/ibu
mengetahui produk-produk GMO tersebut, sebutkan tiga contoh dari produk GMO!
j. Jika bapak/ibu mengetahu pertanyaan huruf h dan I, dari mana bapak/ibu
mengetahui informasi tersebut?
k. Apakah bapak/ibu mengetahui negara yang banyak menghasilkan produk GMO?
Jika ya, tuliskan nama negara tersebut!
l. Apakah bapak/ibu mengetahui produk yang bapak/ibu beli merupakan produk
GMO atau bukan?
m. Apakah bapak/ibu mengetahui cara membedakan antara produk GMO atau non-
GMO di pasar? Jika iya, jelaskan!
c. Peran
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Tempat
Online
g. Lokasi
Lokasi
h. Pengertian GMO
i. Produk GMO
j. Informasi GMO
Membedakan Produk
GMO
Grafik 11. Cara Membedakan Produk GMO dan non-GMO menurut Narasumber
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 28 April 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
BIOMIMIKRI
Dasar Teori
Biomimikri adalah desain adaptasi atau penurunan yang terinspirasi secara biologis
oleh alam. Biomimikri (Biomimetik) berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘biomimesis’. Istilah
biomimetik diciptakan oleh Otto Schmitt, pada tahun 1957, ia merupakan seorang peneliti yang
sedang mengembangkan perangkat yang terinspirasi dari aliran listrik pada syaraf. (Bhushan
2009). Biomimetik juga memiliki prinsip bahwa tidak ada model yang lebih baik selain alam
untuk mengembangkan dan menghasilkan sesuatu dengan lebih efektif dengan mengurangi
limbah, penggunaan energi, dan biaya riset. Biomimikri atau biomimetik tidak hanya sebatas
inovasi dari alam, tetapi juga inovasi yang bisa berperan dalam industry untuk memberikan
kenyamanan bagi manusia di bidang kimia, biologi, pengobatan, biomedis, teknik, dan
arsitektur. (Hwang et al. 2015)
Biomimikri dimulai dengan mengidentifikasi hambatan fungsional dan mengamati
organisme yang telah memecahkan hambatan tersebut. Setelah itu, mengembangkan solusi
berdasarkan sistem atau organisme biologis yang cocok dengan kebutuhan manusia (Pawlyn
2016). Pemanfaatan biomimikri untuk diadaptasi dalam kehidupan manusia memiliki banyak
keunggulan seiringan dengan semakin banyaknya bidang adaptasi biomimikri, diantaranya
dapat menciptakan dan memperluas pasar bagi produk hijau, melindungi biodiversitas,
melestarikan sumber daya alam, mengurangi pemanasan global, meningkatkan kualitas udara
dan air, mengurangi limbah, dan masih banyak lagi. (Oguntona dan Aigbavhoa 2019)
Contoh penerapan biomimikri semakin hari semakin banyak, salah satunya adalah
kereta shinkansen. Shinkansen adalah salah satu transportasi di Jepang yang memiliki
kecepatan 230 km/jam. Pada awal pengoperasiannya, kereta ini menimbulkan suara bising
hingga jarak 400m rel kereta, hal ini terjadi karena perpindahan udara di bagian depan kereta
karena bagian depan tersebut tumpul. Lalu seorang insinyur jepang menemukan solusi yang
terinspirasi dari paruh burung kingfisher untuk desain bagian depan kereta ini. Paru burung
kingfisher ini, ketika menukik ke air untuk memangsa akan menimbulkan percikan air yang
sangat sedikit.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membuka wawasan tentang biomimikri dan melihat ada
banyak hal yang bisa dipelajari dari setiap organisme lain di bumi.
Metode
Pada praktikum kali ini, menggunakan situs http://biomimicry.org untuk menggali informasi
tentang biomimikri lebih luas dan lebih lengkap dibantu dengan penerjemah bahasa inggris
lewat google. Setelah itu menonton video di youtube yang berjudul “10 Amazing Examples of
Biomimicry”, “Science Copies Nature’s Secrets - Biomimicry”, dan “Biomimicry: definition
and examples”. Setelah menonton ketiga video tersebut menjawab beberapa pertanyaan yang
disediakan, dan membuat inovasi biomimikri dalam kertas A4.
Hasil Pengamatan
Menjawab Pertanyaan
1. Tuliskan nama spesies/hewan yang menjadi sumber inspirasi
Jawab:
a. Burung Kingfisher (H. smyrnensis)
b. Nyamuk (Culicidae)
c. Paus Bungkuk (Megaptera novaeangliae)
d. Hiu (Selachimorpha)
e. Kumbang (Coleoptera)
f. Burung Pelatuk (Picidae)
g. Gurita (Cephalopoda)
h. Rayap (Isoptera)
i. Anjing (Canis lupus familiaris) dan Biji Burdock (Xanthium sirumarium)
j. Aves
5. Inovasi biomimikri
Terlampir
Simpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa alam menyediakan banyak fenomena yang
bisa dijadikan inspirasi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam menyelesaikan masalah,
alam bisa dijadikan contoh untuk ditiru. Selain itu, dengan melihat penyelesaian masalah alam
lalu dijadikan inspirasi, kita akan semakin mengetahui betapa banyak makhluk hidup di muka
bumi. Dan juga kita dapat menciptakan inovasi dari alam sekitar.
Daftar Pustaka
Bushan, B. 2009. Biomemitics: lessons from nature-an overview. Philosophical Transaction
of Royal Society A. 367(1893): 1446-1478
Hwang J, Yoeng J, Park JM, Lee KH, Hong JW, Choi J. 2015. Biomimetics: forecasting the
future of science, engineering, and medicine. International Journal of Nanomedicine.
10(1): 5701-5713.
Oguntona OA, Aigbavhoa CO. 2019. Advences in Human Factors, Sustainable Urban
Planning and Infrastructure. California (CA): Springer International Publishing. Hlm.
506-514.
Pawlyn, M. 2016. Biomimicry in Architecture. Newcastle upon Type: RIBA Publishing. Hlm.
141-144.
Lampiran
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 5 Mei 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
HABITAT, KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DAN POTENSI
EKONOMINYA
Pendahuluan
Keanekaragaman hayati adalah istilah yang mencakup seluruh bentuk kehidupan baik
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-
proses ekologi. Keragaman hayati juga mencakuo interaksi berbagai bentuk kehidupan dengan
lingkungan sehingga bumi daoat menjadi tempat yang layak huni. Keanekaragaman ekosistem
juga akan menciptakan keragaman bentuk hidup dan keragaman budaya. (Sutoyo 2010).
Keanekaragaman hayati sendiri memiliki manfaat untuk banyak bidang, yaitu secara ekonomi,
ekologi, farmasi, industry dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara ekonomi makhluk hidup
atau organisme dapat dimanfaatkan berkelanjutan sehingga bisa dibudidaya lalu dijual, pada
ekologi setiap organisme memiliki peran penting dalam setiap rantai makanan. (Siboro 2019).
Keanekargaman pada tingkat gen dapat ditunjukan dengan adanya variasi dalam satu
jenis (spesies). Misalnya variasi jenis kelapa, yaitu kelapa gading, kelapa hijau, dan kelapa
kopyor. Sedangkan keanekaragaman hayati pada tingkat spesies menunjukkan keanekaragamn
atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang
sama atau familia yang sama. Contohnya adalah famili Fellidae, yaitu kucing, harimau, dan
singa. Dengan adanya variasi gen dan spesies maka akan membentuk suatu kesatuan yaitu
ekosistem. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem terbentuk dari keanekaragamn gen dan
spesies. (Afdal 2016)
Ancaman keanekaragaman hayati saat ini adalah dengan adanya transformasi habitat,
perubahan iklim, polusi eksploitasi berlebihan dapat mengancam keberlangsungan ekosistem
yang berdampak pada keanekaragaman hayati. Sudah banyak ekosistem yang bervegetasi
karena terkena gangguang akibat alih fungsi lahan, selain itu dengan adanya pemanasan global
memicu naiknya permukaaan air laut dan mengganggu ekosistem. (Kusmana 2015)
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman hayati baik hewan,
tumbuhan, dan jamur yang ada di lingkungan sekitar rumah; menganalisis peranan ekologinya;
serta potensi ekonominya.
Metode
Pertama unduh dan install terlebih dahulu aplikasi google lens dan google maps pada
smartphone, setelah itu tentukan satu habitat atau lokasi pengamatan yang ada di sekitar
lingkungan pengamatan, dapat berupa lingkungan teresterial atau akuatik yang lokasinya
beradius ± 20 m dari rumah. Tandai lokasi pengamatan dengan menggunakan aplikasi google
map. Catat longitude dan latitude yang terdapat pada lokasi tersebut. Setelah itu identifikasi
jenis organisme (Tumbuhan, Hewan, dan Cendawan) yang dijumpai di lokasi tersebut dengan
cara mengambil gambar/foto organisme tersebut di habitat aslinya dan menghitung jumlah
individu yang anda jumpai. Dan lakukan penelusuran nama local dan nama latin organisme
tersebut menggunakan aplikasi google lens. Lalu isi tabel 13.1 dengan memberi deskripsi nama
local, nama latin, ciri-ciri morfologi organisme tersebut, deskripsi habitat, serta melakukan
analisis peran organisme tersebut dalam ekosistem dan potensi ekonominya.
Hasil Pengamatan
A. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan di halaman rumah tepat di Komplek Rancamanyar Regency I CD
II nomor 26 Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan titik
latitude dan longitude -6.982882,107.595278.
B. Deskripsi Habitat
Habitat yang dilakukan untuk pengamatan adalah teresterial. Pada lingkungan ini
terdapat beberapa organisme yang hidup tetapi ekosistem dalam tempat pengamatan ini
sudah mulai rusak karena sudah dijadikan tempat padat penduduk. Sehingga organisme
yang ditemukan tidak semua masuk ke dalam rantai makanan. Dan sebagian organisme
ada yang dibiarkan liar dan ada yang dipelihara. Contoh organisme yang dapat
ditemukan dalam tempat pengamatan adalah rumput liar, kucing, kecoa, ikan wader,
dan masih banyak lagi.
C. Keragaman Hayati
No Nama Nama Latin Jumlah Ciri Morfologi Peran Potensi Ekonomi Dokumentasi
Lokal Individu Ekologi
1 Daun Abelmoschus Banyak Daunnya merupakan Tanaman ini Daun gedi
Gedi manihot jenis daun tunggal, berperan bermanfaat untuk
terdiri dari helaian sebagai kesehatan yaitu
dan tangkai daun produsen untuk membantu
(tidak lengkap), karena penurunan kadar
terdapat penumpu menghasilkan kolesterol sehingga
atau stipula, tempat hal yang bisa dapat dijadikan
duduk daun tersebar dikonsumsi. peluang ekonomi
(folia sparsa), bentuk dengan cara
daun bulat, tepi daun penjualan olahan
berbagi menjari yang tanaman ini.
tersusun dari 3-7
helai, tulang daun
berbentuk menjari
berwarna hijau muda.
(Rosyida 2014)
2 Kecoa Periplaneta Banyak Serangga pipih atau Kecoa Kecoa dapat diolah
Americana gepeng dorsoventral, berperasn menjadi pakan
(Linnaeus) pelari cepat, antenna sebagai beberapa hewan,
panjang, tipe mulut pengurai sehingga bisa
mengigit dan karena akan dijadikan peluang
mengunyah, pada mengurai ekonomi
kecoa jantan lebih beberapa
kurus dibandingkan organisme
betina, memiliki dua yang sudah
pasang sayap baik membusuk.
pada jantan maupun
betina (Soekirno
2003).
3 Singkong Manihot Banyak Ubi kayu memiliki Singkong Singkong
esculanta batang berdiameter berperan merupakan bahan
sedang (12 mm-25 sebagai pangan sehingga
mm). permukaan produsen sudah banyak
beralur dengan karena produk olahan
batang berwarna buahnya singkong yang
kuning kehijauan dan dapat daapat dijual,
tidak terdapat dikonsumsi. seperti keripik
percabangan (tidak singkong.
bercabang).
Tumbuhan ini juga
memiliki braktea
dengan warna
pangkal sampai
bagian ujung
berwarna hijau.
(Restiani et al. 2014)
4 Palem Roystonea regia Banyak Palem ada yang Palem raja ini Dalam hal
Raja tumbuh berumpun berperan ekonomis palem
ada yang tunggal. sebagai raja dapat
Bagi yang produsen dimanfaatkan
membentuk rumpun, karena bagian kayunya lalu diolah
tunastunas rumpun buahnya menjadi perkakas
cukup berperan dapat bangunan.
dalam hal dikonsumsi.
peremajaannya.
Sedangkan yang
tumbuh tunggal,
peremajaannyacukup
lambat, karena
perkembangbiakan
diri hanya tergantung
kepada biji saja.
Bunga pada pohon
pale mini terletak
pada suatu tanda
yang tersusun dalam
bentuk malai yang
terdiri atas bulir-
bulir. (Pangeman et
al. 2008)
5 Rumput Tripsacum Banyak Berdasarkan Peran Tanaman ini dapat
Liar pengamatan tanaman ini
dimanfaatkan
memiliki daun yang sebagai sebagai pangan
panjang dan produsenternak seperti sapid
menyirip, tumbuh karena an kambing.
tidak beraturan. rumput dapat
Sehingga daoat
dikonsumsi.
dibudidayakan lalu
dijual untuk
kebutuhan pangan
ternak.
6 Pepaya Carica papaya 1 Pepaya merupakan Peran pepaya Pepaya dapat
tanaman dengan sebagai menghasilkan buah
batang basah yang produsen yang dapat
tingginya mencapai 3 karena dapat dikonsumsi
m. daunnya berbagi menghasilkan sehingga memiliki
menjari dengan buah yang daya jual, selain itu
tangkai daun yang dapat daunnya juga dapat
panjang dan dikonsumsi. dikonsumsi dan
berlubang. Daunnya diolah sehingga
berkumpul diujung memiliki daya jual.
batang dan tersebar.
Permukaan batang
memperlihatkan
bekas kedudukan
tangkai daun. Bunga
pada tumbuhan ini
terbagi menjadi 3 tipe
tergantung alat
kelaminnya. (Mareta
2013).
7 Kucing Felis catus 1 Rata-rata kucing Peran kucing Kucing akan
Domestic memiliki panjang adalah memiliki daya jual
tubuh 76 cm, tinggi sebagai ketika kucing
tubuh 25-28 cm, konsumen II dikembangbiakan
berat tubuh jantan 3- dan dirawat secantik
4 kg. dan betina 2-3 mungkin.
kg dan dapat hidup
selama 13-17 tahun.
(Anzila F et al.
3. Gambar dan jelaskan rantai interaksi ekologi antar organisme pada ekosistem
tersebut
Jawab:
PRODUSEN KONSUMEN 1 KONSUMEN 2
Eceng gondok, Ikan wader Kucing
seluruh tanaman
PENGURAI
Semut, kecoa
4. Jika anda adalah seorang pengusaha sekaligus pecinta alam, organisme mana yang
ingin anda manfaatkan secara ekonomi? Jelaskan!
Jawab: jika saya adalah seorang pengusaha sekaligus pecinta alam organisme yang
akan saya manfaatkan adalah pembudidayaan ikan wader. Karena
pembudidayaannya sendiri tidak merusak ekosistem di lingkungan sekitar, selain
itu pembudidayaanya sendiri terbilang cukup mudah dan tidak terlalu lama.
Simpulan
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang menggambarkan bahwa di alam semesta ini
memiliki variasi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati sendiri terbagi atas 3 yaitu
keanekaragaman genetik, spesies, dan ekosistem. Dengan banyaknya variasi makhluk hiduo ii
membuat satu sama lain saling membutuhkan sehingga ketika salah satu makhluk hidup sudah
tercancam keberadaannya maka akan berpengaruh kepada makhluk hidup lainnya.
Daftar Pustaka
Afdal. 2016. Pengembangan metode demonstrasi dalam pembelajaran biologi di smk kesehatan
samarinda (keanekaragaman hayati). Jurnal Pendas Mahakam. 1(2): 116-134.
Ardyanto RD, Santoso S, Samiyarsih S. 2014. Kemampuan tanaman glogongan Polyatlthia
longifolia SONN. Sebagai peneduh jalan dalam mengakumulasi Pb udara berdasarkan
resopon anatomis daun di purwokerto. Scripta Biologica. 1(1): 15-19.
Kusmana C. 2015. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) sebagai elemen kunci ekosistem
kota hijua. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. 1(8): 1747-1755.
Kuswandi. 2008. Petunjuk Teknis Produksi Benih Jambu Air Secara Klonal. Solok: Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika.
Mareta S. 2013. Studi morfologi serbuk sari beberapa varietas pepaya (Carica
papaya)[skripsi]. Padang(ID): Universitas Negeri Padang.
Noor FN. 2020. Hubungan kekerabatan serta pengelompokkan kultivar pisang berdasarkan
marka morfologi dan sekuen intron trnL[skripsi]. Malang(ID): Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Oktavianto Y, Sunaryo, Suryanto A. 2015. Karakterisasi tanaman manga (Magnifera indica
L.) cantek, ireng, empok, jampol di desa tiron, kecamatan banyakan kabupaten Kediri.
Jurnal Produksi Tanaman. 3(2): 91-97.
Origia K, Novarion W, Tjong DH. 2012. Jenis-jenis kadal (sub-ordo sauria) di hutan harapan
jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 1(1): 66-92.
Pangeman L, Komalig C, Kaligis T. 2008. Beberapa jenis palem yang berpotensi sebagai
tanaman pengisi ruang terbuka hijau. Ekoton. 8(2): 49-52
Restiani R, Roslim DI, Herman. 2014. Karakter morfologi ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)
hijau dari kabupaten pelalawan. JOM FMIPA. 1(2): 619-623.
Rosyida A. 2014. Morfologi, anatomi, dan skrining fitokimia daun gedi (Abelmoschus manihot
(L.) Medik)[skripsi]. Surabaya(ID): Universitas Airlangga.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I. Bandung: Bina Cipta.
Siboro TD. 2019. Manfaat keanekaragaman hayati terhadap lingkungan. Jurnal Ilmiah
Simantek. 3(1)
Suriyana. 2017. Deskripsi morfologi dan status taksonomi semut dari komunitas mangrove di
pulau hoga kawasan taman nasional wakatoni. Biowallacea. 4(2): 602-610.
Sutoyo. 2010. Keanekaragaman hayati Indonesia. Buana Sains. 10(2): 101-105.
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 5 Mei 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
POTENSI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN NILAI PEDULI
LINGKUNGAN
Pendahuluan
Pohon poplar merupakan tanaman yang masa pertumbuhannya cepat dan serbaguna.
Tanaman ini juga bisa dimanfaatkan untuk memproduksi bahan bakar terbarukan dan segala
produk yang berasal dari minyak bumi. Karena tanaman ini memiliki masa pertumbuhan yang
cepat maka pohon ini dimanfaatkan untuk memproduksi kayu dan bahan bahan kertas, dan hal
yang paling penting adalah tanaman ini mampu mendaur ulang limbah dan tanah yang
terkontaminasi di daerah industri dan mampu mengurangi karbon di atmosfer. Air limbah yang
didaur ulang oleh pohon poplar akan diolah untuk meningkatkan kualitas air dan pasti untuk
mengurangi limbah.
Pohon poplar ini menghasilkan biomassa berkayu yang menghasilkan nilai ekonomi.
Ketika air limbah dikumpulkan maka ia akan dipindahkan ke dalam fasilitas air limbah untuk
pengolahan. Biasanya pengolahan limbah ini melibatkan pembuangan bahan organic yang
mana hasil pengolahan limbah daoat berupa padatan tanah yang digunakan untuk menyuburkan
tanaman poplar. Hasil pengolahan limbah berupa air bersih diolah dengan mikroba dan
desinfeksi air setelah itu air diolah kembali baru dibuang ke sunga atau irigasi tanaman poplar.
Tanaman poplar sangat bagus untuk mendaur ulang air dan nutrisi, selain itu tanaman poplar
juga bagus untuk menyerap karbon dan mampu berkontribusi pada komunitas lain. Dan tujuan
dari penanaman tanaman poplar ini adalah untuk fitoremediasi dan pembersihan lokasi industri.
Fitoremediasi adalah proses penggunaan tumbuhan untuk menstabilkan atau
mengurangi kontaminasi di tanah, sedimen, permukaan air, dan air tanah. Proses fitoremediasi
pada tanaman polar adalah dengan menyerap dan memusatkan nutrisi termasuk nitrogen,
fosfor, dan ammonia pada akar dan juga meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan
menghancurkan kontaminan dalam jaringan tanaman. Selain menyerap nutrisi dan fosfor,
tanaman polar juga dapat mencegah erosi lapisan atas tanah dan membantu memulihkan tepi
sungai. Selain itu, tanaman poplar juga mampu memberikan sekuestrasi karbon, meningkatkan
habitat untuk menciptakan habitat satwa liar, pemandangan yang indah, dan menyediakan
penyangga tepi sungai yang efektif dari kayu keras. Tanaman ini juga dapat digunakan sebagai
investaasi masa depan untuk menyediakan bahan bakar terbarukan.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perubahan kualitas air fitoremediasi; (2)
respon tanaman akibat mekanisme fitoremediasi; (3) mengenali jenis-jenis tanaman yang
mampu bertindak sebagai agen fitoremediasi.
Metode
Metode praktikum kali ini adalah menyiapkan 2 buah wadah air yang berukuran sama,
dengan minimal volume 10 L. Lalu, siapkan tanaman yang dapat berperan sebagai agen
fitoremediasi (menggunakan eceng gondok). Setelah itu isi wadah pertama dengan air biasa,
dan wadah kedua dengan air yang diduga telah tercemar. Amati tingkat kejernihan atau
kekeruhannya. Lalu tempatkan 2 eceng gondok, perhatikan daun dan perakaran yang
digunakan. Catat jumlah daun akar pada masing-masing tanaman. Diusahakan wadah
diletakkan pada tempat yang terlindungi, misalnya air hujan dan juga tidak diletakkan pada
tempat yang terpapar cahaya matahari secara langsung, untuk menghindari evatransportasi
yang berlebihan. Amati selama 2 minggu dan catat jumlah daun yang ada, amati jika ada daun
yang mati atau kering dan juga amati tingkat kejernihan atau kekeruhan pada air.
Hasil Pengamatan
1. Berdasarkan pengamatan secara visual, apakah ada perubahan tingkat kejernihan air
setelah 2 minggu pengamatan.
Jawab: Setelah 2 minggu pengamatan, terjadi perubahan pada kejernihan dan
kejenuhan air. Air yang digunakan adalah air kolam yang cukup keruh dan juga air
biasa, tetapi setelah dua minggu pengamatan, air yang cukup tercemar berubah menjadi
cukup jernih. Dan air biasa yang cukup jernih menjadi lebih jernih. Perubahan kualitas
kimia air pada air yang tercemar setelah dilakukan fitoremediasi menunjukkan
terjadinya penurunan COD dan kandungan logam berat Cu dan Cr yang dapat diduga
sebagai aktivitas biologi yang dapat mengoksidasi senyawa organic maupun anorganik
yang tergantung dalam air tercemar. Pada air yang tercemar, air mengalami perubahan
dari yang awalnya keruh menjadi cukup jernih sedangkan pada air biasa yang awalnya
cukup jernih menjadi lebih jernih. Hal ini terjadi pada tanaman air yang mengalami
proses fitoremediasi salah satunya eceng gondok (Eichornia crassipes) karena eceng
gondok merupakan hiperakumulator yang menyerap logam dalam proses fitoremediasi.
Fitoremediasi sendiri adalah proses pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan,
termasuk tumbuhan air. Pencucian ini memiliki arti penghancuran, inaktivasi atau
mobilisasi polutan kebentuk yang tidak berbahaya (Chancy et al. 1995).
2. Pada praktikum yang anda lakukan, anda tidak melakukan pengukuran perubahan
kimia air. Coba carilah informasi bagaimana perubahan kualitas kimia air yang
tercemar setelah dilakukan proses fitoremediasi, parameter-parameter apa sajakah yang
biasa digunakan untuk mengukur perubahan kualitas air tersebut.
Jawab: Penerapan fitoremediasi untuk mengatasi berbagai pencemaran air dan tanah.
Keunggulan dari penerapan fitoremediasi yaitu proses ramah lingkungan, aman, murah
dan dapat diterapkan untuk pengolahan limbah radioaktif. Keterbatasan dari
fitoremediasi antara lain, memakan waktu yang relatif lama, polutan yang terkandung
di dalam tanah atau air harus berada dalam jangkauan akar tanaman, oleh karenanya
memerlukan area pengolahan yang luas. Diharapkan proses fitoremediasi ini dapat
menurunkan kadar amoniak sehingga dapat dijadikan alternatif untuk menurunkan
konsentrasi amoniak dalam air buangan sehingga memenuhi parameter standar
lingkungan hidup (Fariez et al. 2010). Efektivitas model fitoremediasi tiap-tiap
perlakuan ditentukan dari kemampuannya meningkatkan kualitas air tercermin dari
beberapa parameter fisikokimia meliputi pH, DO, konduktivitas, turbiditas, suhu, nitrat,
ortofosfat, bikarbonat, BOD, TSS, TDS dan TOM enam hari setelah inkubasi
(Retnaningdyah 2018).
3. Apakah ada penambahan atau pengurangan jumlah daun? Jelaskan jawaban anda.
Carilah informasi pendukung mengenai respon tanaman yang digunakan sebagai agens
fitoremediasi. Jika jumlah daun berkurang/bertambah, jelaskan bagaimana mekanisme
yang mungkin terjadi.
Jawab: Agens fitoremediasi dapat melalui mekanisme fitovolatilisasi adalah eceng
gondok (Eichornia crassipes), kiambang (Salvina molesta), dan kayu apu (Pistia
stratiotes). Kiambang sendiri merupakan tanaman yang dapat meremediasi limbah dan
memperbaiki kualitas air yang tercemar dengan akarnya (Rahmawati et al. 2016). Pada
kayu apu, ion-ion logam pada air yang tercemarr limbah dapat difilter dan diperbaiki
kualitas airnya (Billah et al. 2020). Setelah itu, pada eceng gondok sendiri memiliki
kemampuan membuat fikoelatin yang menghasilkan senyawa peptida untuk
meremediasi logam dengan jumlah besar (Afrilian 2015). Dalam proses pembuatan
fikoelatin memiliki kontaminan yang terlarut akan tervolatilisasi menuju atmosfer.
Eceng gondok pada air yang tercemar mengalami pengurangan pada jumlah daun.
Pengurangan daun ini merupakan respon negatif pada tumbuhan, hal ini terjadi akibat
adanya logam berat yang menghambat pertumbuhan tanaman, atau bahkan membuat
tanaman mengalami kematian (Mangkoediharjo dan Samudro 2010). Setelah proses
fitoremediasi pada beberapa spesies tanaman akan mengalami perubahan warna daun,
yang disebabkan oleh pencemaran bahan organic mengakibatkan pencemaran bahan
organic sehingga daun menjadi kekuningan dan juga ditemukan akar dan tunas baru
sebagai cara tumbuhan untuk tetap bertahan hidup (Haslam 1997 dalam Hermawati et
al. 2005)
4. Berdasarkan literatur, coba cari informasi mengenai ke 3 tanaman di atas yang biasa
digunakan sebagai agens fitoremediasi. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing tanaman dalam aplikasinya.
Jawab: Tiga tanaman yang dapat digunakan sebagai agens fitoremediasi adalah eceng
gondok, kayu apu, dan kiambang.
a. Eceng gondong (Eichornia crassipes) memiliki struktur tubuh yang baik sehingga
mempengaruhi kemampuannya dalam penyerapan bahan organic maupun zat lain
dalam air. Kelebihan eceng gondok sendiri yaitu mampu tumbuh dengan cepat dan
mampu menutupi permukaan air (Djo et al. 2017). Eceng gondok juga memiliki
peran dalam proses fitoremediasi yaitu mampu untuk mengolah limbah baik berupa
logam berat ataupun zat organic dan anorganik, dan jua mampu menyisihkan fosfat
dengan bantuan bakteri pada akar (Stefany CA et al. 2013). Peran negative eceng
gondok adalah berperan sebagai gulma karena eceng gondok menjadi tumbuhan
inang bagi hama dan penyakit tanaman, menyebabkan penyumbatan oada saluran
irigasi sehingga pengelolaan air tidak efisien (Zumani et al. 2015).
b. Kiambang (Salvina molesta) adalah tanaman remediator yang mampu meremdiasi
limbah baik organic maupun nonorganic. Hal ini terjadi karena tumbuhan ini
memiliki sifat hiperkumulator yang tinggi dan pertumbuhan yang sangat cepat dan
memiliki sifat absorbsi yang tinggi (Wuran et al. 2018). Kiambang juga mampu
tumbuh pada perairan dengan kadar nutrisi rendah (Rahmawati et al. 2016)
c. Kayu apu (Pistia stratiotes) mampu beradaptasi dengan baik dengan memberi tanda
menurunnya bahan organic dan munculnya tunas-tunas baru yang berasal dari
stolonnya. Penyerapan bahan organic pada tanaman ini juga diduga dipengaruhi
oleh adanya mikroba rhizosfera yang terdapat pada akar tanaman yang mampu
menguraikan bahan organic maupun anorganik. Kayu apu juga memiliki
kemampuan penyerapan kandungan bahan organic lebih tinggi dibandingkan eceng
gondok, karena kayu apu memiliki jejaring bulu akar sehingga dapat mereduksi
lebih tinggi kandungan bahan organic. (Audiyanti et al. 2019)
Pengayaan
1. Apakah perbedaan antara fitoekstrasi dan fitodegradasi?
Jawab: Fitoekstrasi dan fitodegradasi merupakan mekanisme kerja dalam proses
fotoremediasi. Proses fotoekstrasi sendiri merupakan proses penyerapan kontaminan
dari medium tumbuhnya lalu didistribusikan kedalam organ tumbuhan (translokasi).
Sedangkan fotodegradasi merupakan proses remediasi polutan yang disebabkan
terjadinya perubahan molekul organic yang kompleks menjadi molekul sederhana.
Proses ini melibatkan metabolisme kontaminan di dalam jaringan tumbuhan. Misalnya
oleh enzim dehalogenase dan oksigenase (Hisyam NA 2016).
2. Berikan contoh beberapa tanaman yang dapat berperan sebagai agens fitoremediasi
melalui mekanisme fitovolatilisasi.
Jawab: mekanisme fitovolatilisasi merupakan proses dimana tumbuhan menyerap
polutan dari lingkungan sekitar kemudian akan di lepaskan ke udara melalui daun
tumbuhan tersebut dan tidak jarang didegradasi terlebih dahulu sebelum dilepas ke
udara (Caroline dan Moa 2015). Fitovolatilisasi dapat dilakukan oleh alfafa (Medicago
sativa) (Nur F 2013). Selain itu, melati air (Echonodorus palaefolius) dan iris air
(Neomarica gracilis) yang mampu menjadi agen bioremediasi, karena mampu
mendegradasi ammonia menjadi nitrogen dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman
itu sendiri (Wulandari et al. 2013)
Simpulan
Fitoremediasi adalah proses tumbuhan yang berperan untuk menstabilkan atau
mengurangi kontaminasi baik pada tanah maupun pada air. Jika pada air proses fitoremediasi
adalah penjernihan air, dimana awalnya air yang cukup keruh dapat berubah menjadi air yang
cukup jernih. Dalam proses fitoremediasi ini tumbuhan sendiri mengeluarkan respon, yaitu
dengan bertambah atau berkurangnya daun pada tanaman tersebut. Tanaman yang dapat
berperan sebagai agen fitoremediasi sendiri ada beberapa macam yaitu, eceng gondok,
kambiang, dan kayu apu.
Daftar Pustaka
Afriliana F. 2015. Pembuatan bahan bakar padat dari eceng gondok hasil proses
fitoremediasi[skripsi]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Audiyanti S, Hasan Z, Hamdani, Herawati H. 2019. Efektivitas eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes) sebagai agen fitoremediasi limbah sungai
citarum. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 10(1): 111-116
Billah AR, Moelyaningrum AD, Ningrum PT. 2020. Phytoremediasi Chromium total (Cr-T0
menggunakan kayu apu (Pistia stratiotes L.) pada limbah cair batik. Jurnal Biologi
Udayana. 24(1): 47-54.
Caroline J, Moa GA. 2015. Fitoremediasi timbal (Pb) menggunakan tanaman melati air
(Echinodorus palaefolius) pada limbah industry peleburan tembaga dan kuningan.
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III. 1(1) : 733-744
Chancy RL et al. 1995. Potential use of metal hyperaccumulators. Mining Environ Manag. 3:9-
11.
Djo YHW, Suastuti DA, Suprihatin IE, Sulihingtyas WD. 2017. Fitoremediasi menggunakan
tanaman eceng gondok (eichhornia crassipes) untuk menurunkan COD dan kandungan
Cu dan Cr Limbah cair laboratorium analitik Universitas Udayana. Cakra Kimia
(Indonesian E-Journal of Applied Chemistry). 6(2): 137-144.
Fariez, Chairul, Said ZA. 2010. Fitoremediasi air tercemar polutan amoniak dengan
memanfaatkan eceng gondok (eichornia crassipes). Universitas Riau.
Hermawati E, Wiryanto Solichatun. 2005. Fitoremediasi limbah detergen menggunakan kayu
apu (Pistia stratiotes L.) dan genjer (Limnocharis flava L.). Bio SMART. 7(2):115-124.
Hisyam NA. 2016. Potensi fitoremediasi eceng gondok (Eichornia crassipes) dalam logam
berat (Zn) dari perairan danau tempe kabupaten wajo [Tesis]. Makassar (ID) :
Universitas Islam Negeri Alauddin
Mangkoediharjo S, Samudro G. 2010. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nur F.2013. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd). Biogenesis jurnal ilmiah biologi.
1(1):74-83
Rachmawati A, Zaman B, Purwono. 2016. Kemampuan tanaman kiambang (Salvina molesta)
dalam menyisihkan BOD dan fosfat pada limbah domestic (grey water) dengan sistem
fitoremediasi secara kontinyu. Jurnal Teknik Lingkungan. 5(4): 1-10.
Retnaningdyah C, Arisoesilaningsih E. 2018. Efektivitas proses fitoremediasi air irigasi
tercemar bahan organik melalui sistem batch culture menggunakan hidromakrofita
lokal. Jurnal Biologi Indonesia. 14(1): 33-41.
Stephany CA et al.2013. Fitoremediasi phospat dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok
(Eichhornia crassipes) pada limbah cair industri kecil pencucian pakaian (laundry).
Jurnal Institut Teknologi Nasional.1(1):13-23.
Wulandari R, F Siti Y, W Eka S, DPN Jenni I, RH Niken. 2013. Pemanfaatan tumbuhan iris
air (Neomarica gracillis) sebagai agen bioremediasi air limbah rumah tangga. Seminar
Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS
Wuran V, Febrianri H, Subagiyono. 2018. Fitoremediasi tanaman kiambang (Salvinia molesta)
terhadap penurunan kadar phospat pada air limbah usaha binatu. Jurnal Kesmas
(Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa
Zumani D et al. 2015. Pemanfaatan eceng gondok (Eichhornia crassipes(mart).solms) untuk
fitoremidiasi cadmium (Cd) pada air tercemar. Jurnal Siliwangi.1(1)
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 5 Mei 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
POTENSI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN NILAI PEDULI
LINGKUNGAN
Pendahuluan
Pohon poplar merupakan tanaman yang masa pertumbuhannya cepat dan serbaguna.
Tanaman ini juga bisa dimanfaatkan untuk memproduksi bahan bakar terbarukan dan segala
produk yang berasal dari minyak bumi. Karena tanaman ini memiliki masa pertumbuhan yang
cepat maka pohon ini dimanfaatkan untuk memproduksi kayu dan bahan bahan kertas, dan hal
yang paling penting adalah tanaman ini mampu mendaur ulang limbah dan tanah yang
terkontaminasi di daerah industri dan mampu mengurangi karbon di atmosfer. Air limbah yang
didaur ulang oleh pohon poplar akan diolah untuk meningkatkan kualitas air dan pasti untuk
mengurangi limbah.
Pohon poplar ini menghasilkan biomassa berkayu yang menghasilkan nilai ekonomi.
Ketika air limbah dikumpulkan maka ia akan dipindahkan ke dalam fasilitas air limbah untuk
pengolahan. Biasanya pengolahan limbah ini melibatkan pembuangan bahan organic yang
mana hasil pengolahan limbah daoat berupa padatan tanah yang digunakan untuk menyuburkan
tanaman poplar. Hasil pengolahan limbah berupa air bersih diolah dengan mikroba dan
desinfeksi air setelah itu air diolah kembali baru dibuang ke sunga atau irigasi tanaman poplar.
Tanaman poplar sangat bagus untuk mendaur ulang air dan nutrisi, selain itu tanaman poplar
juga bagus untuk menyerap karbon dan mampu berkontribusi pada komunitas lain. Dan tujuan
dari penanaman tanaman poplar ini adalah untuk fitoremediasi dan pembersihan lokasi industri.
Fitoremediasi adalah proses penggunaan tumbuhan untuk menstabilkan atau
mengurangi kontaminasi di tanah, sedimen, permukaan air, dan air tanah. Proses fitoremediasi
pada tanaman polar adalah dengan menyerap dan memusatkan nutrisi termasuk nitrogen,
fosfor, dan ammonia pada akar dan juga meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan
menghancurkan kontaminan dalam jaringan tanaman. Selain menyerap nutrisi dan fosfor,
tanaman polar juga dapat mencegah erosi lapisan atas tanah dan membantu memulihkan tepi
sungai. Selain itu, tanaman poplar juga mampu memberikan sekuestrasi karbon, meningkatkan
habitat untuk menciptakan habitat satwa liar, pemandangan yang indah, dan menyediakan
penyangga tepi sungai yang efektif dari kayu keras. Tanaman ini juga dapat digunakan sebagai
investaasi masa depan untuk menyediakan bahan bakar terbarukan.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk: (1) mengetahui perubahan kualitas air fitoremediasi; (2)
respon tanaman akibat mekanisme fitoremediasi; (3) mengenali jenis-jenis tanaman yang
mampu bertindak sebagai agen fitoremediasi.
Metode
Metode praktikum kali ini adalah menyiapkan 2 buah wadah air yang berukuran sama,
dengan minimal volume 10 L. Lalu, siapkan tanaman yang dapat berperan sebagai agen
fitoremediasi (menggunakan eceng gondok). Setelah itu isi wadah pertama dengan air biasa,
dan wadah kedua dengan air yang diduga telah tercemar. Amati tingkat kejernihan atau
kekeruhannya. Lalu tempatkan 2 eceng gondok, perhatikan daun dan perakaran yang
digunakan. Catat jumlah daun akar pada masing-masing tanaman. Diusahakan wadah
diletakkan pada tempat yang terlindungi, misalnya air hujan dan juga tidak diletakkan pada
tempat yang terpapar cahaya matahari secara langsung, untuk menghindari evatransportasi
yang berlebihan. Amati selama 2 minggu dan catat jumlah daun yang ada, amati jika ada daun
yang mati atau kering dan juga amati tingkat kejernihan atau kekeruhan pada air.
Hasil Pengamatan
1. Berdasarkan pengamatan secara visual, apakah ada perubahan tingkat kejernihan air
setelah 2 minggu pengamatan.
Jawab: Setelah 2 minggu pengamatan, terjadi perubahan pada kejernihan dan
kejenuhan air. Air yang digunakan adalah air kolam yang cukup keruh dan juga air
biasa, tetapi setelah dua minggu pengamatan, air yang cukup tercemar berubah menjadi
cukup jernih. Dan air biasa yang cukup jernih menjadi lebih jernih. Perubahan kualitas
kimia air pada air yang tercemar setelah dilakukan fitoremediasi menunjukkan
terjadinya penurunan COD dan kandungan logam berat Cu dan Cr yang dapat diduga
sebagai aktivitas biologi yang dapat mengoksidasi senyawa organic maupun anorganik
yang tergantung dalam air tercemar. Pada air yang tercemar, air mengalami perubahan
dari yang awalnya keruh menjadi cukup jernih sedangkan pada air biasa yang awalnya
cukup jernih menjadi lebih jernih. Hal ini terjadi pada tanaman air yang mengalami
proses fitoremediasi salah satunya eceng gondok (Eichornia crassipes) karena eceng
gondok merupakan hiperakumulator yang menyerap logam dalam proses fitoremediasi.
Fitoremediasi sendiri adalah proses pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan,
termasuk tumbuhan air. Pencucian ini memiliki arti penghancuran, inaktivasi atau
mobilisasi polutan kebentuk yang tidak berbahaya (Chancy et al. 1995).
2. Pada praktikum yang anda lakukan, anda tidak melakukan pengukuran perubahan
kimia air. Coba carilah informasi bagaimana perubahan kualitas kimia air yang
tercemar setelah dilakukan proses fitoremediasi, parameter-parameter apa sajakah yang
biasa digunakan untuk mengukur perubahan kualitas air tersebut.
Jawab: Penerapan fitoremediasi untuk mengatasi berbagai pencemaran air dan tanah.
Keunggulan dari penerapan fitoremediasi yaitu proses ramah lingkungan, aman, murah
dan dapat diterapkan untuk pengolahan limbah radioaktif. Keterbatasan dari
fitoremediasi antara lain, memakan waktu yang relatif lama, polutan yang terkandung
di dalam tanah atau air harus berada dalam jangkauan akar tanaman, oleh karenanya
memerlukan area pengolahan yang luas. Diharapkan proses fitoremediasi ini dapat
menurunkan kadar amoniak sehingga dapat dijadikan alternatif untuk menurunkan
konsentrasi amoniak dalam air buangan sehingga memenuhi parameter standar
lingkungan hidup (Fariez et al. 2010). Efektivitas model fitoremediasi tiap-tiap
perlakuan ditentukan dari kemampuannya meningkatkan kualitas air tercermin dari
beberapa parameter fisikokimia meliputi pH, DO, konduktivitas, turbiditas, suhu, nitrat,
ortofosfat, bikarbonat, BOD, TSS, TDS dan TOM enam hari setelah inkubasi
(Retnaningdyah 2018).
3. Apakah ada penambahan atau pengurangan jumlah daun? Jelaskan jawaban anda.
Carilah informasi pendukung mengenai respon tanaman yang digunakan sebagai agens
fitoremediasi. Jika jumlah daun berkurang/bertambah, jelaskan bagaimana mekanisme
yang mungkin terjadi.
Jawab: Agens fitoremediasi dapat melalui mekanisme fitovolatilisasi adalah eceng
gondok (Eichornia crassipes), kiambang (Salvina molesta), dan kayu apu (Pistia
stratiotes). Kiambang sendiri merupakan tanaman yang dapat meremediasi limbah dan
memperbaiki kualitas air yang tercemar dengan akarnya (Rahmawati et al. 2016). Pada
kayu apu, ion-ion logam pada air yang tercemarr limbah dapat difilter dan diperbaiki
kualitas airnya (Billah et al. 2020). Setelah itu, pada eceng gondok sendiri memiliki
kemampuan membuat fikoelatin yang menghasilkan senyawa peptida untuk
meremediasi logam dengan jumlah besar (Afrilian 2015). Dalam proses pembuatan
fikoelatin memiliki kontaminan yang terlarut akan tervolatilisasi menuju atmosfer.
Eceng gondok pada air yang tercemar mengalami pengurangan pada jumlah daun.
Pengurangan daun ini merupakan respon negatif pada tumbuhan, hal ini terjadi akibat
adanya logam berat yang menghambat pertumbuhan tanaman, atau bahkan membuat
tanaman mengalami kematian (Mangkoediharjo dan Samudro 2010). Setelah proses
fitoremediasi pada beberapa spesies tanaman akan mengalami perubahan warna daun,
yang disebabkan oleh pencemaran bahan organic mengakibatkan pencemaran bahan
organic sehingga daun menjadi kekuningan dan juga ditemukan akar dan tunas baru
sebagai cara tumbuhan untuk tetap bertahan hidup (Haslam 1997 dalam Hermawati et
al. 2005)
4. Berdasarkan literatur, coba cari informasi mengenai ke 3 tanaman di atas yang biasa
digunakan sebagai agens fitoremediasi. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing tanaman dalam aplikasinya.
Jawab: Tiga tanaman yang dapat digunakan sebagai agens fitoremediasi adalah eceng
gondok, kayu apu, dan kiambang.
a. Eceng gondong (Eichornia crassipes) memiliki struktur tubuh yang baik sehingga
mempengaruhi kemampuannya dalam penyerapan bahan organic maupun zat lain
dalam air. Kelebihan eceng gondok sendiri yaitu mampu tumbuh dengan cepat dan
mampu menutupi permukaan air (Djo et al. 2017). Eceng gondok juga memiliki
peran dalam proses fitoremediasi yaitu mampu untuk mengolah limbah baik berupa
logam berat ataupun zat organic dan anorganik, dan jua mampu menyisihkan fosfat
dengan bantuan bakteri pada akar (Stefany CA et al. 2013). Peran negative eceng
gondok adalah berperan sebagai gulma karena eceng gondok menjadi tumbuhan
inang bagi hama dan penyakit tanaman, menyebabkan penyumbatan oada saluran
irigasi sehingga pengelolaan air tidak efisien (Zumani et al. 2015).
b. Kiambang (Salvina molesta) adalah tanaman remediator yang mampu meremdiasi
limbah baik organic maupun nonorganic. Hal ini terjadi karena tumbuhan ini
memiliki sifat hiperkumulator yang tinggi dan pertumbuhan yang sangat cepat dan
memiliki sifat absorbsi yang tinggi (Wuran et al. 2018). Kiambang juga mampu
tumbuh pada perairan dengan kadar nutrisi rendah (Rahmawati et al. 2016)
c. Kayu apu (Pistia stratiotes) mampu beradaptasi dengan baik dengan memberi tanda
menurunnya bahan organic dan munculnya tunas-tunas baru yang berasal dari
stolonnya. Penyerapan bahan organic pada tanaman ini juga diduga dipengaruhi
oleh adanya mikroba rhizosfera yang terdapat pada akar tanaman yang mampu
menguraikan bahan organic maupun anorganik. Kayu apu juga memiliki
kemampuan penyerapan kandungan bahan organic lebih tinggi dibandingkan eceng
gondok, karena kayu apu memiliki jejaring bulu akar sehingga dapat mereduksi
lebih tinggi kandungan bahan organic. (Audiyanti et al. 2019)
Pengayaan
1. Apakah perbedaan antara fitoekstrasi dan fitodegradasi?
Jawab: Fitoekstrasi dan fitodegradasi merupakan mekanisme kerja dalam proses
fotoremediasi. Proses fotoekstrasi sendiri merupakan proses penyerapan kontaminan
dari medium tumbuhnya lalu didistribusikan kedalam organ tumbuhan (translokasi).
Sedangkan fotodegradasi merupakan proses remediasi polutan yang disebabkan
terjadinya perubahan molekul organic yang kompleks menjadi molekul sederhana.
Proses ini melibatkan metabolisme kontaminan di dalam jaringan tumbuhan. Misalnya
oleh enzim dehalogenase dan oksigenase (Hisyam NA 2016).
2. Berikan contoh beberapa tanaman yang dapat berperan sebagai agens fitoremediasi
melalui mekanisme fitovolatilisasi.
Jawab: mekanisme fitovolatilisasi merupakan proses dimana tumbuhan menyerap
polutan dari lingkungan sekitar kemudian akan di lepaskan ke udara melalui daun
tumbuhan tersebut dan tidak jarang didegradasi terlebih dahulu sebelum dilepas ke
udara (Caroline dan Moa 2015). Fitovolatilisasi dapat dilakukan oleh alfafa (Medicago
sativa) (Nur F 2013). Selain itu, melati air (Echonodorus palaefolius) dan iris air
(Neomarica gracilis) yang mampu menjadi agen bioremediasi, karena mampu
mendegradasi ammonia menjadi nitrogen dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman
itu sendiri (Wulandari et al. 2013)
Simpulan
Fitoremediasi adalah proses tumbuhan yang berperan untuk menstabilkan atau
mengurangi kontaminasi baik pada tanah maupun pada air. Jika pada air proses fitoremediasi
adalah penjernihan air, dimana awalnya air yang cukup keruh dapat berubah menjadi air yang
cukup jernih. Dalam proses fitoremediasi ini tumbuhan sendiri mengeluarkan respon, yaitu
dengan bertambah atau berkurangnya daun pada tanaman tersebut. Tanaman yang dapat
berperan sebagai agen fitoremediasi sendiri ada beberapa macam yaitu, eceng gondok,
kambiang, dan kayu apu.
Daftar Pustaka
Afriliana F. 2015. Pembuatan bahan bakar padat dari eceng gondok hasil proses
fitoremediasi[skripsi]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Audiyanti S, Hasan Z, Hamdani, Herawati H. 2019. Efektivitas eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes) sebagai agen fitoremediasi limbah sungai
citarum. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 10(1): 111-116
Billah AR, Moelyaningrum AD, Ningrum PT. 2020. Phytoremediasi Chromium total (Cr-T0
menggunakan kayu apu (Pistia stratiotes L.) pada limbah cair batik. Jurnal Biologi
Udayana. 24(1): 47-54.
Caroline J, Moa GA. 2015. Fitoremediasi timbal (Pb) menggunakan tanaman melati air
(Echinodorus palaefolius) pada limbah industry peleburan tembaga dan kuningan.
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III. 1(1) : 733-744
Chancy RL et al. 1995. Potential use of metal hyperaccumulators. Mining Environ Manag. 3:9-
11.
Djo YHW, Suastuti DA, Suprihatin IE, Sulihingtyas WD. 2017. Fitoremediasi menggunakan
tanaman eceng gondok (eichhornia crassipes) untuk menurunkan COD dan kandungan
Cu dan Cr Limbah cair laboratorium analitik Universitas Udayana. Cakra Kimia
(Indonesian E-Journal of Applied Chemistry). 6(2): 137-144.
Fariez, Chairul, Said ZA. 2010. Fitoremediasi air tercemar polutan amoniak dengan
memanfaatkan eceng gondok (eichornia crassipes). Universitas Riau.
Hermawati E, Wiryanto Solichatun. 2005. Fitoremediasi limbah detergen menggunakan kayu
apu (Pistia stratiotes L.) dan genjer (Limnocharis flava L.). Bio SMART. 7(2):115-124.
Hisyam NA. 2016. Potensi fitoremediasi eceng gondok (Eichornia crassipes) dalam logam
berat (Zn) dari perairan danau tempe kabupaten wajo [Tesis]. Makassar (ID) :
Universitas Islam Negeri Alauddin
Mangkoediharjo S, Samudro G. 2010. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nur F.2013. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd). Biogenesis jurnal ilmiah biologi.
1(1):74-83
Rachmawati A, Zaman B, Purwono. 2016. Kemampuan tanaman kiambang (Salvina molesta)
dalam menyisihkan BOD dan fosfat pada limbah domestic (grey water) dengan sistem
fitoremediasi secara kontinyu. Jurnal Teknik Lingkungan. 5(4): 1-10.
Retnaningdyah C, Arisoesilaningsih E. 2018. Efektivitas proses fitoremediasi air irigasi
tercemar bahan organik melalui sistem batch culture menggunakan hidromakrofita
lokal. Jurnal Biologi Indonesia. 14(1): 33-41.
Stephany CA et al.2013. Fitoremediasi phospat dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok
(Eichhornia crassipes) pada limbah cair industri kecil pencucian pakaian (laundry).
Jurnal Institut Teknologi Nasional.1(1):13-23.
Wulandari R, F Siti Y, W Eka S, DPN Jenni I, RH Niken. 2013. Pemanfaatan tumbuhan iris
air (Neomarica gracillis) sebagai agen bioremediasi air limbah rumah tangga. Seminar
Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS
Wuran V, Febrianri H, Subagiyono. 2018. Fitoremediasi tanaman kiambang (Salvinia molesta)
terhadap penurunan kadar phospat pada air limbah usaha binatu. Jurnal Kesmas
(Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa
Zumani D et al. 2015. Pemanfaatan eceng gondok (Eichhornia crassipes(mart).solms) untuk
fitoremidiasi cadmium (Cd) pada air tercemar. Jurnal Siliwangi.1(1)
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 5 Mei 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
HABITAT, KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DAN POTENSI
EKONOMINYA
Pendahuluan
Keanekaragaman hayati adalah istilah yang mencakup seluruh bentuk kehidupan baik
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-
proses ekologi. Keragaman hayati juga mencakuo interaksi berbagai bentuk kehidupan dengan
lingkungan sehingga bumi daoat menjadi tempat yang layak huni. Keanekaragaman ekosistem
juga akan menciptakan keragaman bentuk hidup dan keragaman budaya. (Sutoyo 2010).
Keanekaragaman hayati sendiri memiliki manfaat untuk banyak bidang, yaitu secara ekonomi,
ekologi, farmasi, industry dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara ekonomi makhluk hidup
atau organisme dapat dimanfaatkan berkelanjutan sehingga bisa dibudidaya lalu dijual, pada
ekologi setiap organisme memiliki peran penting dalam setiap rantai makanan. (Siboro 2019).
Keanekargaman pada tingkat gen dapat ditunjukan dengan adanya variasi dalam satu
jenis (spesies). Misalnya variasi jenis kelapa, yaitu kelapa gading, kelapa hijau, dan kelapa
kopyor. Sedangkan keanekaragaman hayati pada tingkat spesies menunjukkan keanekaragamn
atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang
sama atau familia yang sama. Contohnya adalah famili Fellidae, yaitu kucing, harimau, dan
singa. Dengan adanya variasi gen dan spesies maka akan membentuk suatu kesatuan yaitu
ekosistem. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem terbentuk dari keanekaragamn gen dan
spesies. (Afdal 2016)
Ancaman keanekaragaman hayati saat ini adalah dengan adanya transformasi habitat,
perubahan iklim, polusi eksploitasi berlebihan dapat mengancam keberlangsungan ekosistem
yang berdampak pada keanekaragaman hayati. Sudah banyak ekosistem yang bervegetasi
karena terkena gangguang akibat alih fungsi lahan, selain itu dengan adanya pemanasan global
memicu naiknya permukaaan air laut dan mengganggu ekosistem. (Kusmana 2015)
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman hayati baik hewan,
tumbuhan, dan jamur yang ada di lingkungan sekitar rumah; menganalisis peranan ekologinya;
serta potensi ekonominya.
Metode
Pertama unduh dan install terlebih dahulu aplikasi google lens dan google maps pada
smartphone, setelah itu tentukan satu habitat atau lokasi pengamatan yang ada di sekitar
lingkungan pengamatan, dapat berupa lingkungan teresterial atau akuatik yang lokasinya
beradius ± 20 m dari rumah. Tandai lokasi pengamatan dengan menggunakan aplikasi google
map. Catat longitude dan latitude yang terdapat pada lokasi tersebut. Setelah itu identifikasi
jenis organisme (Tumbuhan, Hewan, dan Cendawan) yang dijumpai di lokasi tersebut dengan
cara mengambil gambar/foto organisme tersebut di habitat aslinya dan menghitung jumlah
individu yang anda jumpai. Dan lakukan penelusuran nama local dan nama latin organisme
tersebut menggunakan aplikasi google lens. Lalu isi tabel 13.1 dengan memberi deskripsi nama
local, nama latin, ciri-ciri morfologi organisme tersebut, deskripsi habitat, serta melakukan
analisis peran organisme tersebut dalam ekosistem dan potensi ekonominya.
Hasil Pengamatan
A. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan di halaman rumah tepat di Komplek Rancamanyar Regency I CD
II nomor 26 Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan titik
latitude dan longitude -6.982882,107.595278.
B. Deskripsi Habitat
Habitat yang dilakukan untuk pengamatan adalah teresterial. Pada lingkungan ini
terdapat beberapa organisme yang hidup tetapi ekosistem dalam tempat pengamatan ini
sudah mulai rusak karena sudah dijadikan tempat padat penduduk. Sehingga organisme
yang ditemukan tidak semua masuk ke dalam rantai makanan. Dan sebagian organisme
ada yang dibiarkan liar dan ada yang dipelihara. Contoh organisme yang dapat
ditemukan dalam tempat pengamatan adalah rumput liar, kucing, kecoa, ikan wader,
dan masih banyak lagi.
C. Keragaman Hayati
No Nama Nama Latin Jumlah Ciri Morfologi Peran Potensi Ekonomi Dokumentasi
Lokal Individu Ekologi
1 Daun Abelmoschus Banyak Daunnya merupakan Tanaman ini Daun gedi
Gedi manihot jenis daun tunggal, berperan bermanfaat untuk
terdiri dari helaian sebagai kesehatan yaitu
dan tangkai daun produsen untuk membantu
(tidak lengkap), karena penurunan kadar
terdapat penumpu menghasilkan kolesterol sehingga
atau stipula, tempat hal yang bisa dapat dijadikan
duduk daun tersebar dikonsumsi. peluang ekonomi
(folia sparsa), bentuk dengan cara
daun bulat, tepi daun penjualan olahan
berbagi menjari yang tanaman ini.
tersusun dari 3-7
helai, tulang daun
berbentuk menjari
berwarna hijau muda.
(Rosyida 2014)
2 Kecoa Periplaneta Banyak Serangga pipih atau Kecoa Kecoa dapat diolah
Americana gepeng dorsoventral, berperasn menjadi pakan
(Linnaeus) pelari cepat, antenna sebagai beberapa hewan,
panjang, tipe mulut pengurai sehingga bisa
mengigit dan karena akan dijadikan peluang
mengunyah, pada mengurai ekonomi
kecoa jantan lebih beberapa
kurus dibandingkan organisme
betina, memiliki dua yang sudah
pasang sayap baik membusuk.
pada jantan maupun
betina (Soekirno
2003).
3 Singkong Manihot Banyak Ubi kayu memiliki Singkong Singkong
esculanta batang berdiameter berperan merupakan bahan
sedang (12 mm-25 sebagai pangan sehingga
mm). permukaan produsen sudah banyak
beralur dengan karena produk olahan
batang berwarna buahnya singkong yang
kuning kehijauan dan dapat daapat dijual,
tidak terdapat dikonsumsi. seperti keripik
percabangan (tidak singkong.
bercabang).
Tumbuhan ini juga
memiliki braktea
dengan warna
pangkal sampai
bagian ujung
berwarna hijau.
(Restiani et al. 2014)
4 Palem Roystonea regia Banyak Palem ada yang Palem raja ini Dalam hal
Raja tumbuh berumpun berperan ekonomis palem
ada yang tunggal. sebagai raja dapat
Bagi yang produsen dimanfaatkan
membentuk rumpun, karena bagian kayunya lalu diolah
tunastunas rumpun buahnya menjadi perkakas
cukup berperan dapat bangunan.
dalam hal dikonsumsi.
peremajaannya.
Sedangkan yang
tumbuh tunggal,
peremajaannyacukup
lambat, karena
perkembangbiakan
diri hanya tergantung
kepada biji saja.
Bunga pada pohon
pale mini terletak
pada suatu tanda
yang tersusun dalam
bentuk malai yang
terdiri atas bulir-
bulir. (Pangeman et
al. 2008)
5 Rumput Tripsacum Banyak Berdasarkan Peran Tanaman ini dapat
Liar pengamatan tanaman ini
dimanfaatkan
memiliki daun yang sebagai sebagai pangan
panjang dan produsenternak seperti sapid
menyirip, tumbuh karena an kambing.
tidak beraturan. rumput dapat
Sehingga daoat
dikonsumsi.
dibudidayakan lalu
dijual untuk
kebutuhan pangan
ternak.
6 Pepaya Carica papaya 1 Pepaya merupakan Peran pepaya Pepaya dapat
tanaman dengan sebagai menghasilkan buah
batang basah yang produsen yang dapat
tingginya mencapai 3 karena dapat dikonsumsi
m. daunnya berbagi menghasilkan sehingga memiliki
menjari dengan buah yang daya jual, selain itu
tangkai daun yang dapat daunnya juga dapat
panjang dan dikonsumsi. dikonsumsi dan
berlubang. Daunnya diolah sehingga
berkumpul diujung memiliki daya jual.
batang dan tersebar.
Permukaan batang
memperlihatkan
bekas kedudukan
tangkai daun. Bunga
pada tumbuhan ini
terbagi menjadi 3 tipe
tergantung alat
kelaminnya. (Mareta
2013).
7 Kucing Felis catus 1 Rata-rata kucing Peran kucing Kucing akan
Domestic memiliki panjang adalah memiliki daya jual
tubuh 76 cm, tinggi sebagai ketika kucing
tubuh 25-28 cm, konsumen II dikembangbiakan
berat tubuh jantan 3- dan dirawat secantik
4 kg. dan betina 2-3 mungkin.
kg dan dapat hidup
selama 13-17 tahun.
(Anzila F et al.
3. Gambar dan jelaskan rantai interaksi ekologi antar organisme pada ekosistem
tersebut
Jawab:
PRODUSEN KONSUMEN 1 KONSUMEN 2
Eceng gondok, Ikan wader Kucing
seluruh tanaman
PENGURAI
Semut, kecoa
4. Jika anda adalah seorang pengusaha sekaligus pecinta alam, organisme mana yang
ingin anda manfaatkan secara ekonomi? Jelaskan!
Jawab: jika saya adalah seorang pengusaha sekaligus pecinta alam organisme yang
akan saya manfaatkan adalah pembudidayaan ikan wader. Karena
pembudidayaannya sendiri tidak merusak ekosistem di lingkungan sekitar, selain
itu pembudidayaanya sendiri terbilang cukup mudah dan tidak terlalu lama.
Simpulan
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang menggambarkan bahwa di alam semesta ini
memiliki variasi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati sendiri terbagi atas 3 yaitu
keanekaragaman genetik, spesies, dan ekosistem. Dengan banyaknya variasi makhluk hiduo ii
membuat satu sama lain saling membutuhkan sehingga ketika salah satu makhluk hidup sudah
tercancam keberadaannya maka akan berpengaruh kepada makhluk hidup lainnya.
Daftar Pustaka
Afdal. 2016. Pengembangan metode demonstrasi dalam pembelajaran biologi di smk kesehatan
samarinda (keanekaragaman hayati). Jurnal Pendas Mahakam. 1(2): 116-134.
Ardyanto RD, Santoso S, Samiyarsih S. 2014. Kemampuan tanaman glogongan Polyatlthia
longifolia SONN. Sebagai peneduh jalan dalam mengakumulasi Pb udara berdasarkan
resopon anatomis daun di purwokerto. Scripta Biologica. 1(1): 15-19.
Kusmana C. 2015. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) sebagai elemen kunci ekosistem
kota hijua. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. 1(8): 1747-1755.
Kuswandi. 2008. Petunjuk Teknis Produksi Benih Jambu Air Secara Klonal. Solok: Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika.
Mareta S. 2013. Studi morfologi serbuk sari beberapa varietas pepaya (Carica
papaya)[skripsi]. Padang(ID): Universitas Negeri Padang.
Noor FN. 2020. Hubungan kekerabatan serta pengelompokkan kultivar pisang berdasarkan
marka morfologi dan sekuen intron trnL[skripsi]. Malang(ID): Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Oktavianto Y, Sunaryo, Suryanto A. 2015. Karakterisasi tanaman manga (Magnifera indica
L.) cantek, ireng, empok, jampol di desa tiron, kecamatan banyakan kabupaten Kediri.
Jurnal Produksi Tanaman. 3(2): 91-97.
Origia K, Novarion W, Tjong DH. 2012. Jenis-jenis kadal (sub-ordo sauria) di hutan harapan
jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 1(1): 66-92.
Pangeman L, Komalig C, Kaligis T. 2008. Beberapa jenis palem yang berpotensi sebagai
tanaman pengisi ruang terbuka hijau. Ekoton. 8(2): 49-52
Restiani R, Roslim DI, Herman. 2014. Karakter morfologi ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)
hijau dari kabupaten pelalawan. JOM FMIPA. 1(2): 619-623.
Rosyida A. 2014. Morfologi, anatomi, dan skrining fitokimia daun gedi (Abelmoschus manihot
(L.) Medik)[skripsi]. Surabaya(ID): Universitas Airlangga.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I. Bandung: Bina Cipta.
Siboro TD. 2019. Manfaat keanekaragaman hayati terhadap lingkungan. Jurnal Ilmiah
Simantek. 3(1)
Suriyana. 2017. Deskripsi morfologi dan status taksonomi semut dari komunitas mangrove di
pulau hoga kawasan taman nasional wakatoni. Biowallacea. 4(2): 602-610.
Sutoyo. 2010. Keanekaragaman hayati Indonesia. Buana Sains. 10(2): 101-105.
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Sabtu/ 29 Mei 2021 2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
Pendahuluan
Ekosistem adalah susunan makhluk hidup dan tak hidup. Makhluk hidup dan tak hiduo
di dunia ini memiliki jumlah yang banyak dengan variasi jenis yang beraneka ragam.
Ekosistem juga terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem alamiah dan ekosistem buatan dimana
ekosistem alamiah terbentuk secara alami sebagai akibat dari pengaruh alam. Sedangkan pada
ekosistem buatan terjadi karena dibuat oleh manusia. Keseimbangan ekosistem akan terjadi
ketika ada hubungan timbal balik di antara komponen-komponen ekosistem, sehingga ketika
jumlah salah satu organisme tidak terkendali maka akan membahayakan organisme yang lain.
(Sitanggang dan Yulistiana 2015). Manfaat ekosistem dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori yaitu karegori nilai guna dan nilai bukan guna. Nilai guna adalah nilai yang timbul
dari penggunaan barang dan jasa ekosistem sedangkan nilai bukan guna adalah nilai yang
diperoleh dari kesenang terhadap suatu barang dan tidak berhubungan dengan manfaat lain.
(Chintantya dan Maryono 2017)
Contoh ekosistem yang dimanfaatkan sebagai pariwisata adalah di wilayah perairan
pantai Wediombo. Pantai Wediombo ini merupakan bagian dari kawasan perairan yang
ditetapkan untuk cadangan kawasan konservasi perairan daerah jenis suaka alam perairan.
Pemanfaatan wilayah pantai oleh masyarakat sebagai lokasi pendaratan ikan dan pariwisata
menyebabkan peningkatan tekanan terhadap ekosistem perairan khususnya terumbu karang.
ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang paling kaya dan produktif di bumi.
(Maulana et al. 2016)
Pentingnya menjaga ekosistem adalah karena ekosistem seharusnya bekerja dengan
seimbang. Ketika ekosistem seimbang maka keberadaannya dapat bertahan lama. akan tetapi,
sebaliknya ketika ekosistem terjadi ketimpangan maka akan terjadi komponen yang rusak.
Maka dari itu ekosistem harus dijaga baik secara alami maupun buatan.
Tujuan
Mengidentifikasi potensi pariwisata dari sumber daya hayati yang ada di lingkungan
sekitar kita, dan menarasikannya dalam bentuk media populer.
Metode
Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah unduh dan install aplikasi
google lens dan google maps pada smarthphone. Lalu, tentukan satu habitat atau lokasi
pengamatan yang ada di sekitar baik berupa lingkungan teretrial atau akuatik. Tandai lokasi
pengamatan pada maps untuk mecatat koordinat dan ketinggian lokasi pengamatan.
Identifikasi organisme yang diamati pada lokasi pengamatan dari gambar/foto yang telah
diperoleh. Setelah itu cari nama lokal dan nama ilmiah organisme yang diamati dengan aplikasi
google lens atau kucni daring yang terseia di mesin pencarian digital. Lalu, isi tabel dengan
memberi deskripsi nama lokal, ilmiah organisme dan deskripsi habitat serta potensi wisata
(nilai estetikanya) dan referensi yang digunakan dalam melakukan identifikasi. Terakhir buat
naraasi dari hasil tabel tersebut degan memilih 3 spesies dalam bentuk media popular baik
ilmiah popular, komik, video, audio (podcast) kemudian mengirimkan ke alamat basis data
yang disediakan.
Hasil Pengamatan
A. Lokasi Pengamatan
Pengamatan dilakukan di Komplek Rancamanyar Regency I CD II nomor 26
Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan titik latitude dan
longitude -6.982882,107.595278.
B. Deskripsi habitat.
Habitat yang dilakukan untuk pengamatan adalah teresterial. Ketinggain tempat ini juga
tidak terlalu tinggi dengan curah hujan yang cukup sering, suhu rata-rata tempat ini
sekitar 27-30℃. Organisme yang ada disini awalnya terawat karena terdapat lahan
kosong yang dimanfaatkan warga untuk bertani. Akan tetapi, lama kelamaan tanaman
itu dibiarkan begitu saja
C. Keragaman Hayati
Tabel 13.1 Keragaman hayati pada lokasi pengamatan, peran ekologi, dan potensi ekonominya
No Nama lokal Nama ilmiah Nilai estetika Potensi wisata Referensi Foto terbaik
1 Singkong Manihot Singkong dapat diolah Potensi wisata pada Margi et al. 2013
esculanta. menjadi tepung tanaman ini adalah
kemudian diolah dapat dijadikan oleh-
menjadi bahan oleh khas ketika
panganyang bisa tanaman ini diolah
dikonsumsi menjadi sumber pangan.
2 Palem Raja Roystonea Memiliki daun yang Dapat dijadikan https://athome.id/263
regia lebar dan berwarna tanaman hias disekitar 6/palem-bangsawan-
hijau, selain itu jalan. dari-kerajaan-
tajuknya sempit tanaman/
sehingga tidak
memerlukan tempat
yang luas
3 Pepaya Carica papaya Pepaya merupakan Ketika pepaya diolah Astriana dan
buah yang dapat diolah menjadi sumber pangan Nurcahyo 2017
menjadi makanan dapat terjadi dua
ringan kemungkinan diolah
lalu dijaual atau menjadi
wisata proses
pembuatan keripik
pepaya.
4 Mangga Mangifera Memiliki rasa yang Potensi wisata pada Rasmikiyati et al.
indica enak, manis, dan aroma tanaman ini adalah 2018
wangi yang tajam. dapat dijadikan wisata
petik buah atau
pengolahan manisan
sebagai oleh-oleh.
5 Pisang Basjoo Musa basjoo Plasma nuftahnya Karena pisang memiliki http://biogen.litbang.
dapat dimanfaatkan varietas yang banyak pertanian.go.id/?p=5
sehingga buah ini 2618
memiliki plasma nufah
yang banyak sehingga
bisa dijadikan potensi
wisata.
6 Jambu Air Syzygium Memiliki tiga kali Karena memiliki masa Umam et al. 2019
aqueum musim panen dala satu panen yang banyak
tahun pemerintah setempat
menjadikan jambu air
sebagai komdoitas
potensi agroekowisata.
9 Anggrek Moth orchid Memiliki variasi jenis Karena jenisnya yang Clarissa dan Halim
yang banyak, mulai banyak dan memiliki 2019
dari bunga anggrek bunga yang indah,
yang mudah bunga anggrek dapat
dibudidayakan hingga dijadikan taman bunga
anggrek yang tergolong yang merupakan tempat
langka. wisata.
10 Talas Colocasia Memiliki nilai ekonomi Karena tana,an khas Sukmawati dan
esculanta yang tinggi dan suatu daerah, maka Santosa 2020
merupakan bahan pemerintah setempat
pangan khas suatu menjadikan budidaya
daeran. tanaman ini sebagai
tempat wisata yang akan
memberikan peluang
kepada petani atau
buruh dalam
pendapatan.
D. Jawaban Pertanyaan
1. untuk mengembangkan sumber daya hayati agar menghasilkan nilai tambah adalah
budidaya tanaman tersebut secara terus menerus hingga menghasilkan buah atau
hasil yang banyak. Selama proses pembudidayan itupun tidak hanya sekedar
menghasilkan buah atau hasil semata tapi mengontrol proses pertumbuhan sampai
budidaya tanaman tersebut berhasil.
2. Ketika mengkonservasi tanaman agar bisa lestari di alam adalah. Budidayakan
tanaman tersebut selayaknya iya akan tumbuh dan berkembang di alam. Bukan
hanya sekedar dibudidayakan untuk ekonomi semata.
3. Menjelaskan bahwa setiap organisme sangat berperan dalam ekosistem bahkan
dirinya sendiri sangat berperan dalam berjalannya ekosistem. Proses menjelaskan
ini akan dilakukan dengan cara pendekatan sesuai dengan cara mereka masing-
masing.
E. Media popular
Karya media popular masih dalam proses pembuatan sehingga akan terlampir pada
google drive yang telah disediakan.
Simpulan
Pada dasarnya setiap daerah memiliki sumber daya hayati. Sumber daya hati ini
sendiri berperan dalam sebuah ekosistem. Agar keanekaragaman sumber hayati ini tetap ada
maka harus dibudidayakan dan di konservasikan. Selain untuk ekosistem hal ini dapat
dimanfaatkan untuk tempat pariwisata.
Daftar Pustaka
Astriana S dan Nurcahyo IF. 2017. Pemanfaatan potensi pepaya sebagai upaya peningkatan
pendapatan masyrakat desa tambak kecamatan mojosongo kabupaten boyolali. JKB.
20(11): 14-20.
Chintantya D dan Maryono. 2017. Peranan jasa ekosistem dalam perencanaan kebijakan public
di perkotaan. Proceeding Biology Education Conference. 14(1): 144-147.
Clarissa O dan Halim M. 2019. Taman wisata dan konservasi anggrek nusantara. Jurnal Stupa.
1(1): 408-420.
Margi IK, Ariani RP, Widiastini NMA, Suriani NM. 2013. Identifikasi potensi wisata kuliner
berbasis bahan baku lokal di kabupaten buleleng bali. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora.
2(2): 257-264.
Maulana H, Anggoro S, Yulianto B. 2016. Kajian kondisi dan nilai ekonomi manfaat ekosistem
terumbu karang di pantai wadiombo, kabupaten gunung kidul, daerah istimewa
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Lingkungan. 14(2): 82-87.
Rasmikayati E, Wibawa G, Andriani R, Fatimah S, Saefudin BR. 2018. Kajian potensi dan
kendala dalam proses usahatani dan pemsaran mangga di kabupaten indramayu. Jurnal
Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. 20(3): 215-221.
Sitanggang NDH dan Yulistiana. 2015. Peningkatan hasil belajar ekosistem melalui
penggunaan laboratorium alam. Jurnal Formatif. 5(2): 156-167.
Sukmawari R dan Santosa E. 2020. Program kawasan agrowisata pertanian talas di kelurahan
situ gede kabupaten bogor. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(5): 696-700.
Umam K, Khotijah S. Zainuri M. 2019. Strategi pengembangan agroekowisata jambu air di
kecamatan camplong kabupaten sampang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO
GALUH. 6(3): 457-469.
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Sabtu/ 29 Mei 20212. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
SEL DARAH MERAH DAN PUTIH PADA BERBAGAI TAKSA HEWAN
KONSEP DIAGNOSTIK DINI KELAINAN GENETIK DARI SAMPEL DARAH
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa memahami mekanisme pembuatan preparat
ulas darah, mahasiwa juga mampu mengidentifikasi bentuk sel darah merah dan sel darah putih
pada berbagai hewan vertebrata serta bagian-bagiannya, dan praktikum ini juga bertujuan agar
mahasiswa memahami salah satu contoh mekanisme pengujian kelainan genetik pada manusia.
Hasil Pengamatan
Praktikum 1 Demo Pembuatan Preparat Ulas Darah
1. Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam penyiapan preparat ulas darah
Jawab: Alat yang digunakan adalah slide kaca/preparat, cawan petri, kapas, pipet
tetes, botol kopling, lancet darah/penusuk dan mikroskop cahaya. Bahan
yang digunakan adalah sampel darah, air sulingan, minyak emersi, noda
Leisman/pewarna Gram dan alkohol gosok.
Daftar Pustaka
Bacha L.M dan Bacha W.J. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. Ed ke-2. Newyork (US):
Lippincot Williams & Wilkins
Cahyaningsih U, Malichatin H, dan Hedianto YE. 2007. Diferensial Leukosit pada Ayam setelah
diinfeksi Eimeria tenella dan Pemberian Serbuk Kunyit (Curcuma domestica) Dosis Bertingkat.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Lestari DR. 2008. Pengenalan Penyakit Darah dengan Citra Darah Menggunakan Metode Logika
Fuzzy[skripsi]. Depok(ID): Universitas Indonesia.
Meyer D.J dan Harvey J.W. 2004. Veterinery Laboratory Medicine Interpretation & Diagnosis. 3rd
Edition. Saunders: USA.
Rosmalawati N. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumen Balamifera dalam
Ransum terhadap Profil Darah Ayam Broiler Periode Finisher[Skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sturkie, Paul D. 1998. Avian Physiology. 5th Edition. New York(USA): Spinger Verleg.
Theml H, Diem H, dan Haferlach T. 2004. Color Atlas of Hematology 2nd Revised Edition. New York
(USA): Thieme.
Yuwanta Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): Kanisius
Nama : Yunita Patrika Permata Wibisono
PJP : Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si
NIM : B0401201128 Nama Asisten :
Kelompok : ST01.1/7 1. M. Saepul Uyun (G34170038)
Hari / Tanggal : Rabu/ 2 Juni 2021
2. Arda Ardella (A14170058)
3. Yunita Sulityo Putri (A24170006)
4. Novy Fauzia (A24170037)
KONSEP PEMBENTUKAN ETANOL DAN ORGANISME YANG BERPOTENSI
MENGHASILKAN ETANOL
TUJUAN
Praktikum online ini bertujuan agar praktikan lebih memahami proses fermentasi dan
organisme yang berperannya, serta praktikan paham bagaimana jumlah dan laju pembentukan
alkohol/etanol dengan menggunakan substrat gula dan jus nanas.
Bahan:
1. gula/glukosa
2. jus nanas
3. ragi/fermipan
4. indikator pp
5. air kapur/CaCO3
PROSEDUR
HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatn Percobaan Gula
No Waktu Pengamatan Volume CO2 (ml) Mol Gas CO2 (mol) Jumlah molekul
(Menit) alkohol/etanol
1 0 0 0 0
2 15 4 0,00002 0,00002
3 30 8 0,00003 0,00003
4 45 17 0,00007 0,00007
5 60 20 0,00008 0,00008
6 75 27 0,00011 0,00011
7 90 35 0,00014 0,00014
0,0001
0,00005
0
0 20 40 60 80 100
Waktu Pengamatan
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini menggunakan tiga jenis substrat yang berbeda karakteristiknya yaitu
substrat gula, nanas, dan pati. Perbedaan jenis dan karakteristik pada substrat akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada tiap masing-masing percobaan. Jika dilihat dari hasil percobaan,
tiap jenis substrat memiliki kecepatan laju pembentukan etanol yang berbeda. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah molekul etanol yang dihasilkan. Pada percobaan diatas dapat dilihat bahwa
percobaan substrat gula memiliki laju pembentukan etanol yang lebih tinggi dibandingkan
dengan substrat yang lain, Hal ini terjadi karena etanol yang dihasilkan pada substrat gula lebih
banyak, maka dari itu pembentukan etanol bergantung pada kadar penggunaan kandungan
glukosa pada masing-masing produk. Pembentukan etanol dalam percobaan ini disebut juga
fermentasi etanol. fermentasi etanol sendiri adalah aktivitas penguraian gula (karbohidrat)
menjadi senyawa etanol dengan mengeluarkan gas CO2. Fermentasi juga dilakukan dalam
kondisi anaerob atau tanpa adanya oksigen. (Minarni et al. 2013). Fermentasi alkohol juga
dapat dikatakan sebagai proses konversi gula menjadi alkohol yang mana proses ini telah
dikenal manusia sejak dulu. selain itu, proses fermentasi sendiri mengubah struktur kimia suatu
zat menjadi senyawa lain oleh enzim. Sehingga, fermentasi alkohol sering digunakan pada
pembuatan minuman yang mengandung alkohol, bahan bakar etanol, dan juga dalam proses
pengembangan adonan roti (Hariyanto 2013). Menurut (Fahmi et al. 2014) Prinsip
pembentukan alkohol adalah pelepasan energy yang tersimpan pada bahan-bahan organic,
dimana didalam bahan-bahan organic tersebut menganduk karbohidrat tinggi dengan bantuan
mikroba sebagai fermentor. reaksi yang terjadi pada proses fermentasi etanol adalah
𝐶6 𝐻12 𝑂6 → 2𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻 + 2𝐶𝑂2
Berdasarkan hasil praktikum yang dilihat dari video yang dicantumkan, organisme
yang digunakan untuk fermentasi alkohol ini adalah ragi kering aktif/permifan atau juga
Saccharomyces cerevisiae. Ragi sendiri berperan sebagai salah satu fermentor dalam proses
fermentasi karena perannya sebagai fungi yang dapat bekerja sebagai penghasil etanol. Selain
itu, peran ragi sendiri yaitu mikroorganisme yang mampu tumbuh dengan cepat dan
mempunyai toleransi tinggi terhadap konsentrasi gula, sehingga ragi ini mampu menghasilkan
kadar etanol yang diinginkan. (Faizal et al. 2011).
SIMPULAN
Proses fermentasi adalah proses penguraian gula atau karbohidrat menjadi etanol. Pada
proses fermentasi sendiri dibutuhkan organisme yaitu ragi atau Saccharomyces cerevisiae yang
berperan sebagai fermentor yang mengumpulkan gas CO2 dari hasil fermentasi etanol. Dari
hasil percobaan tersebut dapat dilihat bahwa laju pembentukan alkohol /etanol pada substrat
gula jauh lebih cepat dibandingkan substrat lain. Hal ini terjadi karena jumlah mol etanol pada
substrat gula lebih banyak dibandingkan jumlah mol etanol substrat lain, yang menyebabkan
laju yang cepat pada proses fermentasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi D, Susilo B, Nugroho WA. Pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas (Ananas
comosus L. Merr) dengan menggunakan distilasi vakum. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem. 2(2):131-137.
Faizal HM, Zuhandri, Andrio A. 2011. Pengaruh massa ragi dan lama fermentasi terhadap
pembentukan etanol dri ampas kelapa. Jurnal Teknik Kimia. 17(6): 39-50.
Hariyanto. 2013. Kamus Pertanian Umum. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Miniarni N, Ismuyanto B, Sutrisno. Pembuatan bioethanol dengan bantuan Saccharomyces
cerevisiae dari glukosa hasil hidrolisis biji durian (Durio zhibetinus). Kimia Student
Journal. 1(1): 36-42.
Lampiran
1. Perhitungan mol gas CO2 pada gula
𝑝𝑉
𝑛 = 𝑅𝑇
1 ×0.004
𝑛 = 0.82057 ×310
𝑛 ≈ 0.00002 mol
b. substrat nanas
0.00011
L = 1440
L = 0.000000074 mol/menit
L ≈ 0.0000007 mol/menit
c. substrat pati
0.00011
L = 1440
L = 0.000000087 mol/menit
L ≈ 0.0000009 mol/menit