Anda di halaman 1dari 8

Nama : Farrel Gilbran Asisten Praktikum

NIM : G1401211057 1. Wildayati Dwi M (G84180024)


Kelas : ST18.1 2. Rika Miftakhul J (A24180090)
Hari, tanggal: Rabu, 2 Februari 2022 3. Yayang Ila Yulianti (D24180030)
Dosen PJP : Prof. Dr. Ir. Rd. Roro 4. Zulianah Saputri (C34180013)
Dyah Perwitasari, M.Sc

KEANEKARAGAMAN ORGANISME MIKROSKOPIS

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari, terdapat banyak sekali organisme selain


hewan dan tumbuhan berukuran besar. Organisme ini tidak bisa kita lihat tanpa
alat bantu seperti mikroskop cahaya. Organisme-organisme ini disebut dengan
organisme mikroskopis atau mikroorganisme. Makhluk mikroskopis ini tersebar
tidak hanya di daratan, melainkan perairan maupun udara. Kelompok ini
mencakup bakteri, cendawan, protista, bahkan virus (Hidayat et al. 2018). Bakteri
merupakan salah satu mikroorganisme yang fleksibilitas metabolismenya cukup
tinggi. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme ini harus mempunyai
kemampuan adaptasi yang besar sehingga apabila terjadi interaksi yang ekstrem
dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Bakteri
memiliki berbagai macam bentuk, seperti, bulat, koma, dan spiral, serta batang.
Meskipun memiliki bentuk yang beragam, bakteri memiliki dua penyusun besar,
yaitu dinding sel dan isi sel (Fifendy 2017).

Mikroorganisme selanjutnya adalah protista. Genetik dan morfologis


penelitian menunjukkan bahwa beberapa protista lebih dekat hubungannya dengan
tumbuhan, jamur, atau hewan daripada protista lainnya. Kebanyakan ahli biologi
masih menggunakan istilah protista, tetapi hanya sebagai cara yang nyaman untuk
merujuk eukariota yang bukan tumbuhan, hewan, atau jamur. Beberapa protista
mengubah bentuknya saat mereka merayap menggunakan pelengkap seperti
gumpalan, sementara yang lain menyerupai terompet kecil atau perhiasan miniatur
(Campbell et al. 2016). Selain bakteri dan protista, jamur atau yang biasa disebut
dengan cendawan juga masuk dalam kelompok mikroorganisme. Cendawan
menggunakan enzim untuk mengubah dan mencerna zat organik sebagai sumber
energi, sehingga jamur disebut sebagai jasad yang bersifat heterotrof. Dalam hal
reproduksi, cendawan mampu melakukannya baik secara seksual maupun
aseksual dengan membentuk spora. Ada 100.000-200.000 spesies tergantung
bagaimana jamur diklasifikasikan dan sekitar 300 spesies jamur diketahui patogen
terhadap manusia (Hapsari 2014).
Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari organisme yang tidak kasat


mata dari kelompok bakteri, protista dan cendawan dengan bantuan alat pembesar,
yaitu mikroskop cahaya.

Pengamatan pada Bakteri

1. Sebutkan bentuk sel E. Coli dan Staphylococcus dari hasil pengamatan


tersebut diatas!
Jawaban:
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sel E. Coli berbentuk basil
(batang) dan termasuk bakteri gram negative. Sedangkan sel Staphylococcus
berbentuk kokus (bulat) dengan susunan yang tidak beraturan (bergerombol)
membentuk seperti penataan buah anggur dan termasuk bakteri gram positif
(Didimus Tanah Boleng 2015).

G a
m ba r
1

Eschericia coli Gambar 2 Eschericia coli


Perbesaran 1500x Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : www.youtube.com

Gambar 3 Staphyloccus aureus Gambar 4 Staphyloccus aureus


Perbesaran Perbesaran 1500x Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : www.youtube.com

2. Apakah pewarnaan sebaiknya selalu digunakan dalam setiap pengamatan


morfologi bakteri, jelaskan!
Jawab:
Ya. Bakteri umumnya bersifat transparan (tidak berwarna) dan sangat
kecil sehingga sulit dilihat dengan mikroskop cahaya karena tidak dapat
mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Selain itu, pengecatan atau pewarnaan dapat
membedakan bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif. Sehingga
pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang paling banyak
digunakan untuk mencirikan banyak bakteri (Sukini et al. 2017).

3. Jelaskan persamaan dan perbedaan hasil pengamatan menggunakan


pewarnaan sederhana dan pewarnaan Gram!
Jawab:
Persamaan dari kedua cara pewarnaan tersebut yaitu sama-sama bertujuan
untuk mengamati morfologi sel secara mikroskopik. Pewarnaan sederhana
dan pewarnaan Gram sama-sama membuat bakteri terlihat dengan jelas saat
diamati menggunakan mikroskop. Lalu perbedaan dari kedua pewarnaan
tersebut adalah, pewarnaan sederhana bertujuan spesifik untuk mengamati
bentuk, ukuran, dan susunan suatu sel bakteri. Sedangkan pewarnaan gram
bertujuan spesifik untuk mendapatkan pengelompokkan bakteri gram positif
dan gram negative berdasarkan sifat kimia dan sifat fisik dinding sel mereka
(Sukini et al. 2017).

4. Struktur bakteri bagian manakah yang menentukan hasil pewarnaan Gram?


Jawab:
Dinding sel karena hasil dari pewarnaan Gram ditentukan oleh tebalnya
peptidoglikan. Bakteri Gram positif memiliki struktur dinding sel dengan
kandungan peptidoglikan yang tebal, sedangkan bakteri Gram negatif
memiliki struktur dinding sel dengan kandungan lipid yang tinggi (Sukini et
al. 2017).

5. Jelaskan mengapa bakteri Gram negatif berwarna merah, sedangkan bakteri


Gram positif berwarna ungu atau kebiruan!
Jawab:
Bakteri Gram positif mengandung protein dan gram Negatif mengandung
lemak dalam presentase lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Pemberian
alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan bakteri
Gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori –
pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga
pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu, yang
merupakan warna dari Kristal Violet. Sedangkan pada bakteri Gram negative
menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding
sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi
berwarna merah (Sukini et al. 2017).

6. Jenis pewarnaan manakah yang dapat digunakan untuk mengamati


keberadaan kapsul pada bakteri?
Jawab:
Menurut Muthiah et al. (2017), biasanya para peneliti menggunakan teknik
pengecatan negatif kapsul untuk mengamati morfologi kapsul bakteri.
Umumnya peneliti menggunakan zat warna primer karbol fuksin.

7. Jelaskan prosedur yang sesuai jika ingin mengamati motilitas bakteri!


Jawab:
Mengamati motilitas bakteri dapat menggunakan teknik uji motilitas untuk
melihat pergerakan bateri di dalam media tumbuh. Uji motilitas dapat
dilakukan dengan pengambilan biakan bakteri menggunakan jarum ose secara
aseptik dan diinokulasikan secara vertikal pada media NA semi solid serta
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃ untuk melihat pertumbuhan dari
masing-masing bakteri tersebut. Motilitas bakteri ditunjukkan dengan adanya
pertumbuhan pada permukaan medium dan tidak ada bekas pada tusukan atau
menyebar (positif) sedangkan bakteri yang menunjukkan pada permukaan
medium tumbuh pada tusukan berarti negative (Panjaitan FJ et al. 2020).

8. Sebutkan secara umum perbesaran minimum pada mikroskop yang dapat


digunakan untuk mengamati bakteri!
Jawab:
Secara umum, perbesaran minimum pada mikroskop untuk mengamati
bakteri adalah perbesaran 10 x 100.

9. Sebutkan perbesaran lensa objektif mikroskop yang digunakan harus


memakai minyak imersi!
Jawab:
Minyak imersi digunakan ketika perbesarannya kuat yaitu 10x100 untuk
memperjelas objek yang akan dilihat.

10. Haruskah dibersihkan lensa objektif yang menyentuh minyak imersi?


Jelaskan jawaban anda!
Jawab:
Ya, lensa objektif yang menyentuh minyak imersi harus dibersihkan agar
tidak merusak lensa serta lensa dapat terhindar dari berbagai partikel kotor
dan minyak sisa pengamatan. Sisa minyak imersi dibersihkan sesegera
mungkin setelah pengamatan. Minyak imersi dapat dibersihkan dengan
menggunakan kertas lensa tanpa perlu menggunakan cairan tambahan.

Pengamatan pada Paramecium dan Euglena

1. Gambarkan morfologi Paramecium dan tunjukkan bagian-bagiannya!


Jawab:

Ga
m bar
5

Paramecium Gambar 6
Paramecium
Perbesaran : 400 x Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : phys.org

2. Jelaskan cara Paramaecium dalam memperoleh nutrisi dari tempat hidupnya!


Jawab:
Paramaecium menangkap makanannya dengan cara menggetarkan silianya
maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan
dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler lainnya.
Paramaecium memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan
mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk
mengeluarkan sisa makanan (Maya dan Nurhidayah 2020).

3. Sebutkan fungsi vakuola kontraktil, makronukleus dan mikronukelus


Paramaecium
Jawab:
Vakuola Kontraktil (Vakuola berdenyut) berfungsi mengeluarkan sisa
makanan cair dengan berkontraksi/berdenyut. Macronucleus berfungsi untuk
mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi.
Mikronukleus berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti
besar (Maya dan Nurhidayah 2020).

4. Jelaskan perbedaan tipe perolehan nutrisi pada Paramecium dan Euglena!


Jawab:
Paramaecium adalah organisme heterotrof (tidak dapat membuat
makanannya sendiri) karena Paramaecium tidak mempunyai kloroplas.
Paramecium mencari makan dengan menelan dan memakan organisme lain,
dengan cara menggetarkan silianya maka terjadi aliran air keluar dan masuk
dan membawa makanan ke mulut sel. Sedangkan Euglena merupakan
organisme heterotrof dan autotrof. Euglena memiliki klorofil sehingga dapat
menghasilkan makanan sendiri melalui fotosintess (autotrof), tetapi ada juga
yang tidak memiliki klorofil. Kemampuan Euglena untuk memakan partikel
makanan eksternal membuat mereka menjadi heterotrof. (Maya dan
Nurhidayah 2020).

5. Gambarkan morfologi Euglena dan tunjukkan bagian-bagoiannya!


Jawab:

Gambar 7 Euglena
Gambar 8 Euglena
Perbesaran : 100x Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : givotniymir.ru

Pengamatan pada Cendawan

1. Gambarkan morfologi Rhizopus dan tunjukkan bagian-bagiannya!


Jawab:

G
a m
b ar
9

Rhizopus Gambar 10 Rhizopus


Perbesaran : 64x Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : mycology.adelaide.edu.au

2. Sebutan spora seksual Rhizopus ialah.... dan sebutan spora aseksualnya


ialah....
Jawab:
Spora seksual Rhizopus ialah Zygospora dan sebutan spora aseksualnya
ialah Sporangiospora (Simangunsong et al. 2019).

3. Spora pada soal no 2 tersebut haploid ataukah diploid?


Jawab:
Menurut Campbell et al. (2016), Zygospora termasuk dalam diploid dan
Sporangiospora termasuk haploid.

4. Jelaskan cara Rhizopus dan Pilobolus memperoleh nutrisi dari subtrat tempat
hidupnya
Jawab:
Dalam memperoleh makanan, Rhizopus dan Pilobolus melakukannya
dengan cara menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
miseliumnya. Rhizopus menguraikan protein menjadi protein sederhana dan
asam amino dengan enzim yang dikeluarkan. Sementara, pada Pilobolus
setelah masuk ke dalam saluran pencernaan hingga ikut keluar bersama feses,
Pilobolus akan mendapat sumber nutrisi dari feses tersebut (H Hidayat 2017)

5. Sebutan spora Pilobolus ialah….


Jawab:
Spora Pilobolus disebut dengan Sporangiospora.
6. Topi yang ditembakkan oleh Pilobolus adalah…
Jawab:
Topi yang ditembakkan oleh Pilobolus adalah sporangium.

7. Pilobolus menembakkan topinya (soal no 6) ke arah manakah? Jelaskan


jawaban Anda!
Jawab:
Pilobolus menembakkan topinya ke arah datangnya cahaya. Cahaya yang
datang akan meransang respon fototropik Pilobolus. Tangkai Pilobolus akan
tumbuh ke arah datangnya cahaya dan setelah cahaya terkumpul, Pilobolus
dapat menembakkan topinya atau sporangium.

8. Sebutan cendawan yang tumbuh pada kotoran hewan dikenal dengan istilah….
Jawab:
Koprofil,karena jamur koprofil merupakan jamur yang hidup pada kotoan
hewan dan bias dimanfaatkan pada industri pengolahan kertas,tekstil,dan
makanan. (Mumpuni at al. 2018)

9. Sebutkan jenis somatik Rhizopus dan Pilobolus!


Jawab:
Rhizopus dan Pilobolus termasuk Zygomycota, maka somatiknya adalah
miselium, tidak mempunyai septa, haploid, beberapa spesies mempunyai dua
bentuk yaitu hifa dan yeast (dimorfik).

SIMPULAN

Setelah melakukan pengamatan, dapat diketahui bahwa di alam semesta


ini ada makhluk yang tidak kasat mata, di antaranya bakteri, protista, dan
cendawan. Makhluk yang tidak kasat ini dapat diamati menggunakan bantuan alat
pembesar, salah satunya mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya sangat diperlukan
ketika hendak mengamati makhluk hidup yang berukuran sangat kecil ini.
Meskipun dalam prosesnya memiliki banyak prosedur yang harus dilakukan,
tetapi hal ini menjadi perlu agar objek dapat teramati dengan jelas. Tak hanya
dapat dilihat saja, melakukan pengamatan mikroorganisme dengan mikrosokop
ini, membantu untuk mengidentifikasi morfologi makhluk tersebut dan
membandingkannya dengan pengetahuan saat ini. Bahkan, tak menutup
kemungkinan dengan terus mempelajarinya, akan ditemukan penemuan-
penemuan baru yang memperluas ranah keilmuan. Terdapat enam organisme
yang telah diketahui morfologinya melalui pengamatan, di antaranya E. Coli,
Staphylococcus, Paramecium, Euglena, Rhizopus, dan Pilobolus
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad I, Bachtiar T, Indriyani W, Lele OK, Panjaitan FJ. 2020. Karakteristik


Mikroskopis dan Uji Biokimia Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dari Rhizosfer
Tanaman Jagung Fase Vegetatif. Jurnal Ilmu Pertanian dan Lingkungan.
1(1):9-17.
Campbell NA, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Reece JB.
2016. Campbell Biology Eleventh Edition. Hoboken (USA): Pearson
Higher Education.
Didimus TB. 2015. Bakteriologi Konsep-Konsep Dasar. Malang:UMM Press.
Fifendy M. 2017. Mikrobiologi. Depok (ID): Kencana.
Hapsari A. 2014. Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Ikan Maskoki (Carassius
auratus) di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Surabaya, Jawa Timur [Skripsi].
Surabaya: Universitas Airlangga
Hidayat H. 2017. Meningkatkan pemahaman siswa kelas X-6 SMA Negeri
Tanjung pada konsep jamur dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Jurnal Langsat. 4(1): 74.
Hidayat N, Meitiniarti I, Yuliana N. 2018. Mikroorganisme dan Pemanfaatannya.
Malang (ID): UB Press. Fifendy M. 2017. Mikrobiologi. Depok (ID):
Kencana.
Meganada HP, Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi Keperawatan Gigi.
Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mumpuni A, Ekowati N, Wahyono DJ .2018. Inventarisasi makrofungi koprofil
pada kotoran hewan ternak herbivore di wilayah Eks-Keresidenan
Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional dan Call
for Papers.
Muthiah H, Dewi W, Sudjarwo I. 2017. Pemanfaatan ekstrak etil asetat buah
merah sebagai zat warna primer pada teknik pengecatan negatif kapsul
bakteri. J Ked Gi Unpad. 29(1): 35-40
Nurhidayah, Sri M. 2020. Zoologi Invertebrata. Bandung:Widina Bhakti Persada.
Simangunsong R, Rahmawati, Mukarlina. 2019. Isolasi dan identifikasi jamur
rizosfer dari tanaman durian (Durio zibethinus Murr.) di Desa Bemban,
Kecamatan Sungai Kakap, Pontianak. Jurnal Protobiont. 8(3):34–39.

Anda mungkin juga menyukai