Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PERORANGAN

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

NAMA : Medina Fitri Maulida


NIM : G6401211096
KELAS : ST26

TEMA:
Implementasi dan Pembinaan Nilai – nilai Pancasila yang dapat Meningkatkan
Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

JUDUL:
Tugas 1: Implementasi dan Pembinaan Nilai Keberagamaan (Religiusitas) yang
dapat Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara

Tugas 2: Implementasi dan Pembinaan Nilai Kekeluargaan yang dapat


Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Tugas 3: Implementasi dan Pembinaan Nilai Keselarasan yang dapat


Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Tugas 4: Implementasi dan Pembinaan Nilai Kerakyatan yang dapat


Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Tugas 5 : Implementasi dan Pembinaan Nilai Keadilan yang dapat


Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

PROGRAM KOMPETENSI UMUM


INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2021

1
DAFTAR ISI

BAB I PENGANTAR ......................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1
1.3 Perumusan Butir-Butir Pancasila .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1 Esensi Nilai Keberagamaan (Religiusitas) dalam Butir-Butir Pengamalan Sila Pertama
Pancasila ................................................................................................................................ 2
BAB III FAKTOR-FAKTOR IMPLEMENTASI NILAI SILA PERTAMA
PANCASILA ........................................................................................................................ 3
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 5
4.1 Simpulan .......................................................................................................................... 5
4.2 Saran ................................................................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 5

2
Nama : Medina Fitri Maulida
NIM : G6401211096
Kelas : ST26

Implementasi dan Pembinaan Nilai Keberagamaan (Religiusitas) yang dapat


Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara

BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Sejak dicantumkannya Pancasila dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pancasila secara resmi berkedudukan sebagai
dasar negara yang . Dengan kata lain, segala materi muatan peraturan perundang-undangan
tidak boleh menyalahi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Selain itu, Pancasila juga
berfungsi sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia yang menjadi acuan dalam
mencapai cita-cita bangsa. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus menjadikan Pancasila
sebagai pedoman dalam berbagai aspek kehidupan keseharian kita.
Menurut Notonagoro dalam Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975), Pancasila
memiliki susunan yang bersifat hierarki dan berbentuk piramidal. Dalam hierarki tersebut,
sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”menjadi basis bagi keempat sila
lainnya. Oleh karena itu, sebelum mengimplementasikan nilai-nilai pada sila-sila lainnya,
kita harus mengimplementasikan nilai pada sila pertama terlebih dahulu, yaitu nilai
keberagamaan (religiusitas). Tentunya, kita harus memahami esensi dalam nilai tersebut dan
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasinya supaya implementasi tersebut dapat
berjalan dengan baik.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah supaya pembaca dapat
1. Memahami esensi nilai keberagamaan (religiusitas) dalam butir-butir pengamalan
sila pertama Pancasila.
2. Memahami faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi nilai keberagamaan
(religiusitas), baik yang positif maupun negatif.
3. Mengimplementasikan nilai keberagamaan (religiusitas) dalam kehidupan sehari-
hari setelah memahami esensi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1
1.3 Perumusan Butir-Butir Sila Pertama Pancasila
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau Eka Prasetya Pancakarsa
adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa
Orde Baru. Panduan P4 dibentuk dengan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang
Ekaprasetia Pancakarsa, yang menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi butir-butir
pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Perumusan butir-butir
pengamalan sila pertama Pancasila yang tercantum dalam Eka Prasetya Pancakarsa adalah
sebagai berikut.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Esensi Nilai Keberagamaan (Religiusitas) dalam Butir-Butir Pengamalan Sila


Pertama Pancasila
Menurut Ancok dan Suroso (2001), religiusitas adalah keberagamaan yang berarti
meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya terjadi ketika seseorang
melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang
didorong oleh kekuatan supranatural. Terdapat lima macam dimensi religiusitas menurut

2
Glock dan Stark: dimensi keyakinan (religious belief), dimensi peribadatan atau praktek
agama (religious practice), dimensi pengalaman (religious feeling), dimensi intelektual dan
pengetahuan agama (religious knowledge), dimensi penerapan (religious effect). Kelima
dimensi tersebut terkandung dalam nilai sila pertama Pancasila “Ketuhananan Yang Maha
Esa.”
Jika melihat perumusan butir-butir pengamalan sila pertama Pancasila pada Eka
Prasetya Pancakarsa seperti yang tercantum pada sub-bab 1.3 di makalah ini, secara garis
besar dapat terlihat bahwa dalam pengamalan sila ini ada dua hal yang ditekankan: hubungan
kepada Tuhan dan hubungan kepada sesama pemeluk agama. Hubungan kepada Tuhan
mencakup kepercayaan dan ketakwaan kepada-Nya, sementara hubungan kepada sesama
pemeluk agama mencakup sikap toleransi terhadap sesama umat beragama.
Sebagai bangsa Indonesia, kita harus mempercayai keberadaan Tuhan Yang Maha
Esa dan bertakwa kepada-Nya, antara lain dengan melaksanakan ibadah, melaksanakan
perintah-perintah, dan menjauhi larangan-larangan sesuai kepercayaan masing-masing
dengan taat. Artinya, kita tidak boleh tidak memeluk kepercayaan atau agama apapun,
apalagi menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada. Kita juga harus bertanggung jawab terhadap
dan memegang teguh agama atau kepercayaan yang kita anut seumur hidup kita.
Di Indonesia, ada berbagai agama dan kepercayaan seperti dinamisme dan animisme
yang dianut masyarakat. Setiap agama dan kepercayaan tersebut memiliki tata cara ibadah,
perintah-perintah yang harus ditaati, dan larangan-larangan masing-masing yang mungkin
sama atau berbeda dari agama atau kepercayaan lainnya. Kita harus bersikap toleransi
terhadap perbedaan antara agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan tersebut. Bentuk
toleransi ini berupa menghormati penganut agama lain, tidak memaksakan agama kita
kepada mereka, tidak segan bekerja sama dan bergotong royong dengan mereka, serta hidup
rukun berdampingan dengan mereka.

BAB III
FAKTOR-FAKTOR IMPLEMENTASI
NILAI SILA PERTAMA PANCASILA

Dalam implementasi nilai keberagamaan (religiusitas), terdapat faktor-faktor yang


dapat mendorong maupun menghambat jalannya implementasi ini. Faktor-faktor pendorong
tersebut bisa juga disebut sebagai faktor positif, lalu faktor-faktor penghambatnya sebagai
faktor negatif.

3
Yang menjadi faktor positif dalam implementasi nilai tersebut salah satunya adalah
diberlakukannya peraturan perundang-undangan yang menjamin kebebasan memeluk
agama dan kepercayaan. Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, terdapat Pasal 28E ayat 1 yang berbunyi, “Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali.” Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.” juga mendukung kebebasan tersebut.
Persepsi bahwa pemerintah Indonesia hanya mengakui dan melindungi enam agama
mayoritas di Indonesia adalah sebuah salah kaprah. Mahkamah Konstitusi dalam putusannya
Nomor 140/PUU-VII/2009 berpendapat bahwa Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965
tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan Agama tidak membatasi pengakuan atau
perlindungan hanya terhadap enam agama, tetapi mengakui semua agama yang dianut oleh
rakyat Indonesia. Berarti, agama atau kepercayaan minoritas sekalipun akan diakui dan
dilindungi juga oleh negara.
Karena kebebasan tersebut dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, setiap
warga negara harus saling menghormati agama dan kepercayaan yang dianut orang lain.
Diadakannya pendidikan agama di institut-institut pendidikan juga menjadi faktor positif
implementasi nilai tersebut. Dari tingkat SD bahkan sampai perguruan tinggi, mata pelajaran
atau mata kuliah pendidikan agama harus selalu ada supaya para peserta didiknya tidak
hanya pintar secara akademis tetapi juga bermoral dan beragama. Pendidikan agama dan
toleransi beragama perlu diajarkan sejak dini supaya pemuda-pemudi Indonesia yang hidup
di tengah keberagamaan bisa menjaga kerukunan antarmat beragama.
Faktor negatif merupakan faktor-faktor yang harus kita waspadai supaya tidak
menghambat implementasi nilai keberagamaan (religiusitas). Faktor negatif ini salah
satunya adalah masuknya paham-paham yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
termasuk nilai keberagamaan (religiusitas), akibat globalisasi, seperti ateisme. Ateisme
adalah paham yang menyangkal sama sekali keberadaan Tuhan karena tidak dapat
dibuktikan secara empiris ataupun logis akan keberadaan-Nya. Penganut ateisme ini
menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada. Hal ini jelas-jelas berlawanan dengan sila pertama
Pancasila yang justru menegaskan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang percaya akan
keberadaan Tuhan. Melalui globalisasi juga, nilai-nilai budaya asing dapat masuk ke
Indonesia sehingga dapat melunturkan nilai-nilai agama yang dianut para umat beragama di

4
Indonesia. Selain itu, faktor negatif lainnya implementasi nilai ini adalah munculnya oknum-
oknum yang memprovokasi perpecahan antarumat beragama dan fanatisme berlebihan
terhadap satu agama yang membuat suatu golongan malah merendahkan agama lainnya.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Esensi dari nilai keberagamaan (religiusitas) sebagaimana terkandung dalam sila
pertama Pancasila mencakup hubungan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan
kita kepada sesama umat beragama. Hubungan kita kepada Tuhan berarti kita harus
menaati aturan-aturan agama, sementara hubungan kita kepada sesama umat beragama
berarti kita harus menerapkan sikap toleransi terhadap penganut agama lain.
Faktor positif dalam implementasi nilai keberagamaan (religiusitas) antara lain
diberlakukannya peraturan perundang-undangan yang melindungi kebebasan memeluk
agama dan kepercayaan serta diajarkannya pendidikan agama dan toleransi beragama di
institut-institut pendidikan. Faktor negatifnya yaitu masuknya paham-paham dan nilai-nilai
yang merusak nilai-nilai agama, munculnya oknum-oknum yang memprovokasi perpecahan
antarumat beragama dan fanatisme berlebihan terhadap satu agama.
4.2 Saran
Dalam implementasi nilai keberagamaan (religiusitas), menurut saya, pendidikan
agama sejak dini menjadi hal yang sangat menentukan. Karena itu, pendidikan agama
sebaiknya diterapkan di segala jenjang pendidikan, termasuk di jenjang perguruan tinggi.
Hal ini bahkan menjadi sebuah urgensi mengingat arus globalisasi di zaman ini yang
semakin menjadi-jadi dan membawa paham-paham yang dapat merusak nilai-nilai agama.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/19/153000269/pancasila-sebagai-
sistem-nilai?page=all
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jphi/article/view/5511
https://ylbhi.or.id/publikasi/artikel/miskonsepsi-pengakuan-agama-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai