Anda di halaman 1dari 10

RESPON IKAN TERHADAP IKHTIOTOKSIN

FISH RESPONSE TO ICHTHYOTOXIN


Gian Achmad Ramdani/C14190099
Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
ABSTRAK
Kondisi lingkungan perairan yang selalu berubah akan mempengaruhi proses kehidupan organisme
yang hidup didalamnya. Salah satu variabel yang mempengaruhi kehidupan organisme air lainnya yaitu
adanya racun yang dimiliki beberapa spesies organisme akuatik yang disebut ikhtiotoksin. Ikhtiotoksin
dapat berpengaruh terhadap tingkah laku dan kelangsungan hidup ikan. Untuk melihat pengaruh
ikhtiotoksin terhadap organisme akuatik maka perlu diadakan serangkaian uji coba. Percobaan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon ikhtiotoksin terhadap hewan air. Percobaan
dilaksanakan pada hari Senin, 8 Maret 2021. Pelaksaan percobaan bertempat di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Percobaan dimulai pada pukul 15.00 sampai 18.00 WIB. Rancangan percobaan yang
digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak faktorial (RAF) yang dilakukan pada ikan nila
(Orechromis niloticus) dan ikan lele (Clarias batrachus). Parameter yang diamati pada percobaan ini
antara lain : SR (Survival Rate), dan tingkah laku ikan. Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan
bahwa variabel ikhtiotoksin menunjukkan adanya pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkah laku,
dan kelangsungan hidup organisme akuatik.
KATA KUNCI: Ikan lele, Ikan nila, Ikan sidat, Ikhtiotoksin.

ABSTRACT
Aquatic environmental conditions that are always changing will affect the life processes of the
organisms that live in it. One of the variables that affect the life of other aquatic organisms is the presence
of toxins that are owned by several species of aquatic organisms called ichthyotoxins. Ichthyotoxin can
affect the behavior and survival of fish. To see the effect of ichthyotoxin on aquatic organisms, it is
necessary to conduct a series of trials. This experiment was carried out in order to determine the
ichthyotoxin response to aquatic animals. The experiment was carried out on Monday, March 8, 2021. The
experiment was held at the Laboratory of Aquatic Animal Physiology, Department of Aquatic Resources
Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University. The experiment
started at 15.00 to 18.00 WIB. The experimental design used in this study was a factorial randomized
design (RAF) which was carried out on tilapia (Orechromis niloticus) and catfish (Clarias batrachus). The
parameters observed in this experiment included: SR (Survival Rate), and fish behavior. Based on the
experimental results, it can be concluded that the ichthyotoxin variable shows a very significant effect on
the behavior and survival of aquatic organisms.
KEYWORDS: Catfish, Ichthyotoxin, Indonesian shortfin eel, Tilapia.

PENDAHULUAN

Hewan yang bernafas dengan insang termasuk ke dalam hewan vertebrata dan
umumnya hidup di air yang disebut dengan ikan. Selain itu, ikan juga merupakan hewan
yang mempunyai sifat poikiloternal dan mempunyai alat untuk bergerak berupa sirip.
Sistem respirasi, bioenergetik, organ-organ sensor, metabolisme, sistem sirkulasi,
pencernaan, reproduksi, sistem endokrin, serta osmoregulasi merupakan proses yang
terdapat di dalam fisiologi dari ikan. Sedangkan ilmu yang mempelajari mengenai
fisiologi, anatomi, taksonomi, morfologi, serta identifikasi merupakan bentuk dari ilmu
ikhtiologi. Sehingga ikan merupakan suatu ciri hewan yang berdarah dingin dan
termasuk ke dalam hewan vertebrata serta lingungan hidupnya ada di perairan, baik di
perairan tawar, laut, dan payau. Oleh karena itu, ikan mempunyai alat pergerakan berupa
sirip yang berada di tubuhnya dan mempunyai alat pernafasan berupa insan (Fuadi et al.
2020). Zat yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi organ tubuh dan
dapat menyebabkan terjadinya kematian disebut dengan toksik atau racun.
Toksin merupakan salah satu zat yang diproduksi secara endogen dalam sel-sel
dari suatu organisme hidup dan beberapa dari eksogen. Toxin dapat berupa molekul kecil
baik protein maupun nonprotein yang mampu berinteraksi dengan makromolekul
biologis dari individu yang menghasilkan toxin seperti enzim atau reseptor seluler dan
dapat menyebabkan penyakit bahkan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
Terdapat faktor eksternal yang merupakan faktor lingkungan sangat menentukan
tercapainya potensi genetik yang optimal. Ichtyocrinotoxic adalah ikan yang
menghasilkan racun melalui kelenjar racun dari ikan itu sendiri. Sedangkan iktiotoksin
adalah racun yang dihasilkan oleh suatu jenis ikan (Sabrina et al. 2018). Racun yang
terdapat pada ikan–ikan famili Ostracidae disebut dengan Ostratoxin atau Pahutoxin.
Pada umumnya toksin disekresikan pada saat kondisi ikan tertekan. Ikan-ikan laut
memliki toksisitas yang lebih tinggi daripada ikan-ikan air tawar (Hananingtyas 2017).
Anguilla spp. yang lebih dikenal dengan Sidat adalah salah satu sumber daya
perairan Indonesia yang ekonomis dengan karakteristik khusus dengan pola
hidup katadromus yaitu hidup mendiami beberapa kondisi perairan termasuk perairan
tawar, estuari, dan laut. Selama hidupnya sidat melewati beberapa siklus hidup. Pada fase
larva di daerah laut terbuka, fase juvenil daerah paparan benua hingga estuari, fase Sidat
mudah di daerah hilir sungai, fase dewasa berada di daerah hulu sungai termasuk danau
dan sumber mata air. Sidat memiliki bentuk tubuh bulat memanjang Yang Sekilas mirip
dengan belut yang biasa dijumpai di area persawahan. salah satu karakter tubuh Sidat
yang membedakannya dari belut adalah keberadaan sirip pada (pectoral fin) yang terletak
di belakang kepala. Keberadaan Syirik dada ini menyerupai daun telinga sehingga tidak
dikenal pula dengan sebutan belut bertelinga (Perdana et al. 2016).
Ikan Nila, khususnya Nila Larasati (Oreochromis niloticus). Keunggulan
komparatif, terutama pada sifat biologis Ikan nila Larasati memiliki beberapa kelebihan
seperti mampu mencerna makanan secara efisien, memiliki pertumbuhan yang cepat
serta lebih resisten terhadap penyakit, daya adaptasi luas dan toleransinya yang tinggi
terhadap berbagai kondisi lingkungan, sehingga ikan ini selain di air tawar, sangat cocok
pula dikembangkan di perairan payau (tambak), asin (laut) dengan kisaran salinitas 0–40
ppt. Selain itu Nila Larasati juga memiliki daging putih yang tebal dan kenyal, yang
mirip dengan tekstur ikan kakap merah (Djunaedi et al. 2016).
Ikan lele merupakan salah satu komoditas perikanan yang saat ini sedang marak
diusahakan oleh masyarakat baik dalam skala besar maupun sekala kecil rumah tangga.
Ikan lele merupakan komoditas yang sangat disukai masyarakat demikian juga dengan
produk olahannya sangat digemari, hal ini dibuktikan dengan semakin berkembangnya
usaha-usaha pengelolaan makanan atau kuliner oleh masyarakat yang berasal dari produk
ikan lele baik dalam dalam skala besar dan kecil maupun pengolahan dalam bentuk yang
lain (Brata et al. 2019). Tujuan praktikum ini untuk mengetahui respon ikhtiotoksin
terhadap hewan air.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Senin, 8 Maret 2021. Pelaksanaan percobaan
bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan
dimulai pada pukul 15.00 sampai 18.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu suntikan (syringe), gelas piala,
dan pisau. Suntikan (syringe) berfungsi untuk menyuntikan darah ikan sidat kepada ikan
lain dan menyuntikkan antikoagulan, gelas piala berfungsi sebagai wadah darah dan
antikoagulan dan pisau berfungsi untuk memotong kepala ikan sidat. Sedangkan bahan
yang dibutuhkan adalah antikoagulan berfungis sebagai zat pembeku darah, ikan sidat yang
diambil darahnya sebagai racun, dan ikan lele serta ikan nila sebagai objek perlakuan.
Prosedur Percobaan
Ikan sidat diambil sebanyak 5 buah yang telah ditimbang sebelumnya. Gelas piala
disiapkan dan dimasukkan antikoagulan sebanyak 5 ml kedalamnya. Selanjutnya, kepala
ikan sidat dipotong dan ditampung di gelas piala yang telah ada didalamnya antikoagulan.
Kemudian ikan nila disuntikkan dengan darah ikan sidat menggunakan suntikan. Perlakuan
dilakukan sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml. Lalu, amati kondisi ikan selama
1 jam. Lakukan hal yang sama pada ikan lele. ditimbang.
Pengambilan Data
Praktikum respon ikan terhadap iktiotoksin dilakukan dengan melakukan
pengamatan pada tingkah laku yang telah diberi perlakuan. Pengolahan data hasil
percobaan diamati menunjukkan hasil uji dengan tingkat kelangsungan hidup yang
dihasilkan setelah diberikan peprlakuan injeksi darah ikan sidat. Berikut merupakan
parameter yang digunakan pada pengamatan respon ikan terhadap iktiotoksin.
Tabel 1 Parameter biokimiawi dari organisme akuatik yang diambil.

Parameter Satuan Alat/Metode LokasiPengamatan


Kelangsungan Hidup (SR) % Perhitungan Laboratorium
Tingkah laku ikan - Perhitungan Laboratorium

Parameter yang Diukur


Parameter uji yang diukur pada praktikum respon ikan terhadap iktiotoksin
memiliki respon tingkah laku yang berebeda-beda. Respon tingkah laku setiap organisme
akuatik yang berbeda dikarenakan perbedaannya tingkat dosis darah ikan sidat yang
diberikan. Berikut merupakan parameter yang digunakan pada pengamatan respon ikan
terhadap iktiotoksin dalam mengetahui lama waktu yang kelangsungan hidup ikan
terhadap pengaruh iktiotoksin.
Kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) (Arifin et al. 2018)
SR (%) = Nt/No x 100
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan akhir
No = Jumlah ikan awal

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil percobaan terhadap respon ikan terhadap iktiotoksin
dengan menggunakan dosis darah ikan sidat yang berbeda-beda. Data tersebut dianalisis
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang diolah dengan program Excel 2017 for
Windows untuk mengetahui rata-rata setiap parameter yang diuji. Pengujian dilakukan
terhadap sampel organisme akuatik yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan
perlakuan dosis darah ikan sidat yang berbeda-beda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum respon ikan terhadap iktiotoksin untuk
mengetahui respon iktiotoksin terhadap hewan air. Pengujian dilakukan terhadap ikan nila
(Oreochromis niloticus) dan ikan lele (Clarias sp.) dengan ragam perlakuan dosis larutan
darah ikan sidat yang disuntukkan. Hal tesebut dapat diamati dan ditunjukkan dengan
adanya perlakuan yang diberikan terhadap organisme akuatik yang diuji sesuai dengan
prosedur praktikum. Berikut merupakan hasil pengamatan pada praktikum respon ikan
terhadap iktiotoksin pada organisme akuatik.

Tabel 2. Perlakuan kekeruhan terhadap perubahan bobot


Dosis Darah Sidat (ml)
Kelompok
0,1 0,2 0,3
bergerak acak tapi bergerak acak tapi tetap bergerak acak operkulum
tetap hidup hidup bergerak cepat
bergerak acak tapi bergerak acak operkulum
Ikan Nila
tetap hidup bergerak cepat mati
bergerak acak tapi bergerak acak kemudian
tetap hidup mati mati
bergerak acak tapi bergerak acak tapi tetap bergerak acak operkulum
tetap hidup hidup bergerak cepat
bergerak acak tapi bergerak acak kemudian bergerak acak operkulum
Ikan Lele
tetap hidup mati bergerak cepat
bergerak acak tapi bergerak acak tapi tetap
tetap hidup hidup mati
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui konsentrasi darah ikan sidat pada 0,1 ml
terdapat perubahan tingkah laku nanum ikan masih tetap hidup. Konsentrasi sebesar 0,2 ml
terdapat perubahan tingkah laku pada ikan nila yaitu operkulum bergerak cepat hingga
terdapat ikan yang mati. Konsentrasi 0,3 ml menyebabkan hampir setengah jumlah ikan
mati tetapi beberapa ikan mengalami tingkah laku dengan operkulum bergerak cepat.
Dapat dilihat bahwa banyaknya kematian terjadi pada ikan nila. Hal tersebut karena ikan
nila tidak mudah toleransi terhadap lingkungan dengan dosis yang cukup tinggi.
Berikut merupakan grafik hasil analisis ketahanan ikan nila dan ikan lele terhadap
toksin dari darah ikan sidat terhadap beberapa perlakuan dosis darah yang berbeda.
Perlakuan tersebut akan mempengaruhi ketahanan tubh ikan dan lama waktu ikan mampu
bertahan. Gambar 1 menjelaskan mengenao pengaruh dosis darah ikan sidat terhadap
perilaku organisme yang terjadi

Gambar 1 Grafik kelangsungan hidup ikan terhadap penyuntikan darah sidat

Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat bahwa grafik kelangsungan hidp dengan dosis
yang berbeda dari darah ikan sidat tersebut menunjukan pergerakan menurun pada ikan
nila sedangkan pergerakan yang relative stabil namun menurun drastis ketika diberika
dosis 0,3 mL pada ikan lele. Nilai kelangsungan hidup pada dosis 0,1 ml masih sama-sama
cukup tinggi dan mampu bertahan, namun nilai menurun pada 0,3 ml.

PEMBAHASAN
Sidat merupakan hewan yang termasuk ke dalam famili Anguillidae. Hewan ini
memiliki banyak nama daerah seperti ikan uling, ikan moa, ikan larak, dan ikan pelus.
Pergerakan hewan ini terbantu lendir yang melapisi tubuhnya. Hewan ini memiliki
kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernafas menggunakan
seluruh bagian kulitnya. Ciri yang membedakan sidat dengan belut adalah sirip dada yang
terletak tepat dibagian kepalanya. Ukuran sirip dada ini relatif kecil dan sepintas lalu
terlihat menyerupai telinga sehingga banyak yang menjuluki sidat dengan sebutan ikan
bertelinga (Suryono dan Badjoeri 2013).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan
indonesia yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Ikan ini relatif cepat
tumbuh dan mempunyai respon yang baik terhadap lingkungannya. Ditinjau dari kebiasaan
makannya, ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan pemakan segala (omnivora)
(Iskandar R dan Elrifadah 2015). Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau,
waduk dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (Euryhaline)
sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk
nila adalah 0-35 ppt (Prayudi RD et al. 2016).
Ikan Lele (Clarias batrachus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk
ke dalam ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Secara
anatomi ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan (arborescent organ) yang terletak di
bagian dapan rongga insang, yang memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen langsung
dari udara. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon
rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam
kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar oksigen. Habitat ikan lele adalah semua
perairan air tawar, misalnya di sungai yang airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang
tenang (danau, waduk, rawa-rawa) dan genangan-genangan air lainnya (kolam dan air
comberan). Ditinjau dari kebiasaan makannya Ikan Lele (Clarias batrachus) adalah ikan
omnivora cenderung karnivora (Khedkar et al. 2016).
Berdasarkan hasil perlakuan yang diberikan pada ikan nila terlihat bahwa ikan nila
memiliki SR sebesar 70% pada pemberian darah ikan sidat dengan konsentrasi sebesar 0.2
mL. Sedangkan pada konsentrasi dibawah 0.1 mL ikan nila masih mampu bertahan hidup
dengan persentase SR sebesar 100% sedangkan pada ikan lele memiliki nilai SR sebesar
70% juga pada pemberian darah ikan sidat dengan konsentrasi sebesar 0.3 mL. Hal ini
menandakan bahwa darah yang didapatkan dari tubuh ikan sidat memiliki zat racun
sehingga dapat disebut sebagai ikhtiotoksik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bahwa
semakin tinggi konsentrasi racun yang diperoleh ikan, maka survival rate ikan akan
menjadi menurun dan bahkan konsentrasi toksik atau racun yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kematian (Tanbiyaskur et al. 2019).
Contoh ikhtiotoksin dapat berupa racun yang umumnya terdapat pula pada ikan
buntal dan disebut sebagai Tetrodotoksin (TTX) (Deskawati et al. 2014). Umumnya
racun tersebut digunakan ketika ikan buntal bertemu dengan predatornya. Kelenjar racun
tersebut termasuk ke dalam jenis racun Ichthyoacanthotoxins yang berasal dari derivate
kulitnya (Luo et al. 2013). Penggunaan larutan antikoagulan ke dalam darah ikan sidat
bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan.
Berdasarkan tabel ANOVA diperoleh bahwa Fhit<Ttabel menghasilkan bahwa
tolak H0 yang berarti perlakuan yang diberikan kepada dua organisme tidak
mempengaruhi bobot dan perbedaan kedua jenis organisme.
SIMPULAN
Ikhtiotoksin disuatu perairan dapat berpengaruh terhadap tingkah laku ikan dan
kelangsungan hidup ikan. ikan nila mengalami penurunan tingkat kelangsungan hidup pada
konsentrasi darah ikan sidat yang diberikan sebesar 0,2 mL dan ikan lele pada konsentrasi
mulai pada 0,3 mL. Semakin tinggi konsentrasi racun yang diperoleh ikan nila dan ikan
lele, maka survival rate ikan akan menjadi menurun. Darah ikan sidat terbukti memiliki zat
beracun yang berbahaya untuk kehidupan ikan nila dan lele.
SARAN
Praktikum respon ikan terhadap ikhtiotoksin kedepannya dapat menggunakan
spesies organisme lain. Dengan mencoba berbagai spesies, maka dapat membandingkan
setiap pengaruh ikhtiotoksin terhadap organisme air lainnya. Selain itu, dapat digunakan
sebagai acuan acuan baru yang bisa digunakan untuk penelitian ilmiah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin OZ, Prakoso VA, Pantjara B. 2018. Ketahanan ikan tambakan (Helostoma temminkii) terhadap
beberapa parameter kualitas air dalam lingkungan budidaya. Jurnal Riset Akuakultur. ISSN.
12(3):241-251.
Brata B, Budiyanto, Kesuma BW. 2019. Efektifitas pemberian probiotik dalam pakan terhadap kualitas air
dan laju pertumbuhan pada pemeliharaan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) sistem terpal.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ISSN. 8(2):21-27.
Deskawati E, Purwaningsih S, Purwatiningsih. 2014. Karakterisasi dan uji toksisitas ikan buntal dari
perairan pameungpeuk, jawa barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. ISSN. 6(1):101-
107.
Djuanedi A. Hartati R, Pribadi R, Redjeki S, Astuti R, Septiarani B. 2016. Pertumbuhan ikan nila larasati
(Oreochromis niloticus) di Tambak dengan pemberian ransum pakan dan padat penebaran yang
berbeda. Jurnal Kelautan Tropis. ISSN. 19(2):131-142.
Fuadi A, Sami M, Usman U. 2020. Teknologi tepat guna budidaya ikan lele dalam kolam terpal metode
bioflok dilengkapi aerasi nano buble oksigen. Jurnal Vokasi. ISSN. 4 (1):39-45.
Hananingtyas I. 2017. Studi pencemaran kandungan logam berat timbal (Pb) dan Kadium (Cd) pada ikan
tongkol (Euthynnus sp.) di Pantai Utara. Biotropic. ISSN. 1 (2):41-50.
Iskandar R, Elrifadah. 2015. Pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila (Orechromis niloticus) yang diberi
pakan buatan berbasis kambang. Ziraa’ah Majalah Ilmiah Pertanian. ISSN. 40(1):18-24.
Khedkar GD, Tiknaik AD, Shinde RN, Kalyankar AD, Ron TB, Haymer D. 2016. High rates of substitution
of the native catfish Clarias batrachus by Clarias gariepinus in india. Mitochondria DNA. ISSN.
27(1):569-574.
Luo M, Guan R, Li Z, Jin H. 2013. The effects of water temperatures on the survival, feeding, and growth of
the juveniles of Anguilla marmorata and A. bicolor Pacifica. Aquaculture. ISSN. 400(401):61-64.
Perdana AA, Suminto, Chilmawati D. 2016. Performa efisiensi pakan pertumbuhan dan kualitas nutrisi elver
sidat (Anguilla bicolor) melalui pengkayaan pakan buatan dengan minyak ikan. Journal of
Aquaculture Management and Technology. ISSN. 5(1):26-34
Prayudi RD, Rusliadi, Syafriadiman. 2016. Effect of different salinity on growth and survival rate of nile
tilapia (Oreochromis niloticus). Jurnal Online Mahasiswa Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
ISSN. 3(1):1-10.
Sabrina S, Ndobe S, Tis’i M, Tobigo D T. 2018. Pertumbuhan benih ikan mas (Cyprinus carpio) pada media
biofilter berbeda. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. ISSN. 12 (3):215-224.
Suryono T, Badjoeri M. 2013. Kualitas air pada uji pembesaran larva ikan sidat (Anguilla spp.) dengan
sistem pemeliharaan yang berbeda. Limnotek. ISSN. 20(2):169-177.
Tanbiyaskur, Yulisman, Yonarta D. 2019. Uji LC-50 ekstrak akar tuba dan pengaruhnya terhadap status
kesehatan ikan nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture and Fish Health. ISSN.
8(3):129-138.
LAMPIRAN

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Sample 3333.333 1 3333.333 1.333333 0.281537 5.317655063
Columns 3333.333 1 3333.333 1.333333 0.281537 5.317655063
Interaction 7.28E-12 1 7.28E-12 2.91E-15 1 5.317655063
Within 20000 8 2500

Total 26666.67 11

Anda mungkin juga menyukai