PROPOSAL
(diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian dan Penulisan
Sejarah)
Dosen Pengampu:
Prof. Nawiyanto, M.A. Ph.D.
Drs. Marjono, M.Hum
Oleh:
Laili Nur Rufaidah
NIM 160210302044
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Pencemaran Limbah Pabrik Ikan di Pesisir Muncar Kabupaten Banyuwangi
Tahun .......”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan mata kuliah Metode Penelitian dan Penulisan Kisah Sejarah pada
Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Jember.
Penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Nawiyanto, M.A. Ph.D. dan Bapak Drs. Marjono, M.Hum
selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian dan Penulisan Kisah Sejarah
Universitas Jember;
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami
sehingga proposal ini dapat terselesaikan;
3. Teman-teman kelas yang telah membantu dan memberikan dorongan
semangat agar makalah ini dapat di selesaikan.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis berharap, semoga proposal ini
dapat bermanfaat.
1.1.Latar Belakang
Perkembangan dan pembangunan industri perikanan di Kecamatan Muncar,
Banyuwangi sudah berjalan sejak jaman penjajahan Belanda (Setiono dan Yudo,
2008: 69). Pada awalnya merupakan industri kecil, hingga saat ini sebagian telah
berkembang menjadi industri besar yang berorientasi pada ekspor. Industri besar
ini mempunyai kondisi yang sangat baik, di mana dalam melakukan proses
produksi telah ditunjang dengan menggunakan peralatan modern, sementara
sisanya masih merupakan industri kecil dengan peralatan dan proses produksi
yang belum modern. Kegiatan produksi meliputi pengalengan ikan, minyak ikan,
pemindangan ikan, dan produksi pengolahan ikan lainnya.
Industri yang berdiri di Kecamatan Muncar sebagian besar terletak di Desa
Kedungrejo, dan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat dan banyak menyerap tenaga kerja sejumlah 4.797 orang
dari jumlah keseluruhan industri (Setiyono dan Yudo, 2008:70). Selain menjadi
suatu kebanggaan atau andalan dan ciri khas dari wilayah Banyuwangi. Hal ini
juga menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran terhadap lingkungan
sekitar yang dapat menurunkan potensi-potensi yang ada di kawasan tersebut.
Karena sebagian besar industri yang ada di Muncar ini tumbuh secara alami,
dengan modal usaha kecil, dan banyak dilakukan oleh masyarakat dengan tingkat
pengetahuan tentang lingkungan yang masih kurang, maka adanya industri ini
telah banyak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Persoalan di Muncar
semakin komplek, akibat tingkat pemahaman tentang lingkungan dan sistem
manajemen limbah oleh masyarakat maupun tingkat ketaatan terhadap hukum
lingkungan yang masih kurang serta lemahnya penegakkan hukum lingkungan
yang berlaku.
Pencemaran lingkungan mulai muncul saat kegiatan pendaratan ikan,
transportasi ikan, pencucian bahan baku, proses produksi sampai sarana
pengolahan limbah yang kurang berfungsi dengan baik sesuai prosedur
mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Dampak pencemaran tersebut
menurut Setiyono dan Yudo (2008:73-74) meliputi: (1) dampak terhadap estetika
lingkungan, penumpukan materi yang tak terkendali akan menimbulkan berbagai
dampak seperti bau menyengat, pemandangan yang kotor dan menimbulkan
masalah estetika lain yang tidak diharapkan; (2) dampak terhadap kondisi sosial,
adanya pencemaran seperti pembuangan limbah membuat masyarakat berfikir jeli
untuk mengolahnya kembali. Mereka melihat limbah tersebut masih memiliki
kandungan minyak dan bahan padat yang dapat diolah; (3) dampak terhadap
kualitas air permukaan, air laut di wilayah Kecamatan Muncar memiliki kualitas
di bawah standar kualitas air permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada
pembuangan limbah yang jumlahnya di atas daya tampung lingkungan, sehingga
mengakibatkan penurunan kualitas air yang ada; (4) dampak terhadap kehidupan
biota air, zat beracun dari limbah industri mengakibatkan kematian ikan-ikan dan
kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air.
Kekhawatiran masyarakat Muncar akibat pencemaran lingkungan semakin
bertambah ketika penanganan permasalahan limbah tidak kunjung selesai
meskipun setiap pabrik ikan yang ada di Muncar wajib untuk memasang Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dari permasalahan tersebut akhirnya masyarakat
melakukan suatu adaptasi perilaku yaitu dengan mengubah limbah cair pabrik
ikan menjadi suatu barang unlimited goods, yaitu minyak ikan, pupuk cair organik
biofish, dan petis. Adanya kesadaran bahwa dengan barang terbuang pun bisa
dijadikan sebagai barang unlimited goods, mendorong masyarakat untuk
melakukan suatu inovasi terhadap suatu limbah dengan pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki oleh masyarakat pesisir di Desa Kedungrejo, Muncar.
Banyaknya pabrik pengolahan ikan yang berdiri di kawasan pelabuhan
Muncar, menjadikan Muncar sebagai satu-satunya lokasi yang mendirikan
pengolahan limbah cair pabrik ikan menjadi barang unlimited goods. Sedangkan
Limbah cair pabrik ikan adalah air pencucian ikan yang bercampur dengan darah
ikan biasanya berwarna coklat keruh dan mengandung ampas putih dan terdapat
minyak ikan di atasnya.
Penyebaran informasi dan pengetahuan pada masyarakat pesisir di Desa
Kedungrejo sangat cepat dilakukan karena informasi dan pengetahuan tersebut
menguntungkan bagi masyarakat pesisir di Desa Kedungrejo. Penemuan-
penemuan baru yang berasal dari salah satu individu dalam suatu masyarakat,
seperti pengolahan limbah pabrik ikan dengan memanfaatkan pengetahuan lokal
dan teknologi yang dimiliki mudah menyebar ke anggota masyarakat lainnya
karena pada akhirnya usaha pengolahan ini dapat meningkatkan kehidupan
masyarakat dan berfungsi bagi masyarakat yang bersangkutan dalam penemuan
tersebut (Rudito, 1991, hlm. 4).
Hal di atas terlihat dari pendapatan yang dihasilkan oleh masyarakat
pengolah limbah. Rata-rata dalam satu bulan, masyarakat pengolah limbah
menjadi barang unlimited goods berupa minyak ikan mendapatkan penghasilan
sebesar Rp. 5.700.000,00 ketika musim paceklik ikan dan sebesar Rp.
57.000.000,00 ketika musim panen raya. Namun hal tersebut juga bergantung
pada ketersediaan limbah yang ada di pabrik pengolahan ikan. Penghasilan yang
didapatkan oleh pengolah petis berbeda lagi, dalam satu bulan di musim paceklik,
pengolah petis dapat menghasilkan sebesar Rp. 5.100.000,00 dan di musim panen
raya, pengolah limbah menjadi petis menghasilkan pendapatan mencapai Rp.
15.300.000,00.
Pengolahan limbah selanjutnya adalah pengolahan limbah menjadi pupuk
cair organik biofish yang tidak terlalu bergantung pada musim paceklik maupun
panen raya melainkan tergantung pada konsumen pemesan pupuk. Rata-rata
dalam satu bulan penjualan, usaha pengolahan pupuk ini bisa mendapatkan
penghasilan sebesar Rp. 2.000.000,00. Melihat dari rincian penghasilan yang
didapatkan oleh masyarakat pesisir pengolah limbah, masyarakat pesisir pengolah
limbah termasuk dalam golongan penghasil masyarakat menengah ke atas karena
keuntungan dari usaha ini mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pesisir
pengolah limbah.
1.1.1.Penegasan Judul