MAKALAH
(Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sejarah nasional 4)
Dosen pengampu :
Oleh:
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Nasional
Indonesia IV. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nurul
Umamah, M.Pd., dan bapak Drs. Kayan Swastika, M.Si., selaku dosen pengampu mata
kuliah dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis juga
berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber
informasi pengetahuan bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB.1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan....................................................................6
2.2 Kondisi Ekonomi, Politik, Sosial Budaya Dan Pendidikan Pada Masa Revolusi
Kemerdekaan Di Indonesia....................................................................................................7
2.2.1 Kondisi Ekonomi.....................................................................................................7
2.2.2 Kondisi Sosial Budaya..............................................................................................9
2.2.3 Kondisi Politik.........................................................................................................11
2.2.4 Kondisi Pendidikan.................................................................................................11
2.3 Perstiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.....................................................14
2.3.1 Kembalinya Belanda bersama Sekutu.....................................................................14
2.3.2 Mendaratnya Belanda diwakili NICA.....................................................................14
2.3.3 Pertempuran melawan Sekutu dan NICA...............................................................15
2.3.4 Perubahan sistem pemerintahan..............................................................................16
2.4 Pengakuan Dunia Internasional Terhadap Indonesia.....................................................16
2.4.1 Proses Dalam Mendapatkan Pengakuan Dari Dunia Atas Kemerdekaan Indonesia
..........................................................................................................................................17
1. Perundingan di Hoge Veluwe.......................................................................................17
2. Perundingan Linggarjati...............................................................................................24
4. Perundingan KMB.......................................................................................................24
BAB 3. PENUTUP...................................................................................................................26
3.1 Simpulan........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27
BAB.1 PENDAHULUAN
2.4.1 Proses Dalam Mendapatkan Pengakuan Dari Dunia Atas Kemerdekaan Indonesia
1. Perundingan di Hoge Veluwe
Dalam kesempatan yang sama, Perdana Mnetri Inggris yaitu Attlee menyampaikan
keberatannya atas tuduhan Rusia yang menyatakan bahwa ia telah menimbulkan kericuhan
politik di Indonesia dengan dalil mandate tugas dari Sekutu yaitu Menteri Luar Negeri
Amerika bernama James Byrnes.
Manuilsky wakil dari Australia memberikan penjelasan bahwa memang benar jika
Inggris menggunakan tentara Jepang sebagai alat untuk menyerang Indonesia dengan alat –
alat militer seperti kapal terbang dan tank – tank besar untuk terus menanamkan kekuasaan di
Indonesia. padahal semestinya tentara Inggris ditugaskan sebagai Dewan yang bertanggung
jawab dalam penarikan persenjataan yang dimiliki oleh Jepang.
Molotov (wakil Rusia) menyatakan bahwa gerakan militer yang dilakaukan Indonesia
adalah benar karena dalam pihaknya sudah banyak sekali korban meninggal akibat gerakan –
gerakan militer Belanda oleh van Kleffens. Dan banyaknya tentara Indeonesia pada saat itu
yang berjumlah 80.000 personil dengan persenjataan modern bukanlah kelompok radikal atau
ekstrisme melawan Belanda akan tetapi merupakan organisasi tentara Indonesia yang
bertujuan untuk mengamankan kekuasaan dari kekerasan yang telah dilakukan oleh Belanda
sendiri. Dengan begitu maka pihak keamanan dan perdamaian harus terlibat dalam kauss ini.
Molotov juga memebenarkan bahwa penyataan wakil Australia Mnuilsky tentang
penggunaan tentara Jepang untuk menyerang Indonesia merupakan pelanggaran terhadap
perjanjian negeri – negeri serikat diantaranya juga Rusia.
Wakil Amerika menyatakan bahwa pertentangan anatar Belanda dan Indonesia yang
seperti tiada akhir merupakan tanggung jawab atas Dewan Keamana Dunia karena dnegan
peretentangan tersebut dapat memperkeruh suasana setelah perang dunia dua. Dan selama ini
Dewan Keamanan tidak ada tindakan yang berarti dalam upaya perdamaian dan penyerahan
persenjataan Jepang sehingga kemanan di Indonesia dapat segera aman kembali.
Dalam pihak lain jelas sekali antara aliansi Perancis, Inggris dan Belanda untuk tetap
mempermainkan kekuasaan di Indonesia. Selain itu perwakilan dari Mesir meminta Inggris
untuk segera melakukan dan mengakhiri tugas untuk melucuti persenjataan Jepang. Sehingga
perundingan antara Belanda dan Indonesia dapat segera terealisasi dan dapat dilaporkan
kepada Dewan Keamanan.
Pada tanggal 10 Februari 1946 masih memberikan tawaran agar Indonesia menjadi
satu persekutuan dengan kerajaan Belanda. Walaupun keinginan tersebut tidak diberitahukan
secara terang – terangan akan tetapi secara tersirat Belanda akan menyetujui keinginan
Indonesia untuk mengatur pemerintahan sendiri akan tetapi masih berada dibawah satu
naungan (gemeenebest) yang sama dengan Belanda, Suriname dan Curaco dengan asas
mereka (Indonesia) akan diberikan kebebasan dalam mengatur pemerintahannya sendiri akan
tetapi tetap dengan hasrat tolong menolong. Hak tersebut sesuai dengan keinginan Sri
Baginda Maharaja dalam pidatonya pada tanggal 7 Desember 1942.
Belanda menegaskan bahwa keberadaan Belanda dalam hal ini sebagai media dalam
membantu Indonesia mengalami masa peralihan karena melihat kondisi di Indonesia sendiri
memiliki kekacauan atas kemanan dan perekonomian sebagai mana yang dapat terlihat dari
kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan demikian Indonesia kan bergabung dengan negara
federative dimana dipimpin oleh putra mahkota dan pemerintahan Indonesia kan lebih rendah
dengan derajat dominion Inggeris – Raya.
Tindakan van Mook untuk terus melakukan perundingan kepada Indonesia dinilai
sebagai ajang mencari popularitas sehingga Belanda mengirimkin penyelidik (van Poll)
untuk mengawasi dan menelusuri kinerja van Mook. Dengan dukungan Logeman (menteri
jajahan Belanda) van Mook percaya bahwa Syahrir dan kawan – kawan dapat diajak
berunding dan bukan antek antek negara fasis Jepang. Dengan demikian terlihat jelas bahwa
keadaan di Belanda sendiri mengalami perpecahan karena perbedaan pendapat.
Kesimpulannya Belanda tidak ingin Indonesia merdeka sepenuhnya.
Amerika terus mengecam Belanda, kali ini melalui radio Voice of Amerika pada
tanggal 20 Februari 1946 dengan menyatakan bahwa usul Belanda yang demikian merupakan
ketidak beresan. Karena secara tidak langsung penjajahan masih ada karena segala keputusan
pemerintah Indonesia juga harus disepakati oleh pemerintah Belanda. Itu bukanlah kebebasan
yang sejati.
Selain itu di Indonesia sendiri, perjuangan rakyat terhadap kehadiran bangsa asing
terus meluas. Petempuran Jakarta terus berlanjut sampai ke Bogor, Bandung, Ciranjang,
Cianjur, Sukabumidan Cibidak. Sedangkan NICA terus menggempur Bekasi dan mambakar
habis. Sehingga memancing perlawanan dari front Semarang, Jawa, Medan dan Surabaya.
Kemanan semakin diperluas, tentara Jawa mendaratkan Ppasuka di Kalimantan . Dan
Ratulangi di tangkap oleh NICA. Suasana semakin genting karena peperangan terus meluas
sampai ke Bali dan Lombok. Pada tanggal 9 Maret 1946 keadaan masih genting Inggris
semakin mengancam pergerakan Indonesia dengan berkata tegas bahwa Inggris tidak akan
meninggalkan Jawa sebelum Belanda cukup kuat melawan Indonesia.
Pada tanggal 12 maret 1946 ketika Belanda masih berada di Jakarta, pemerintah
Republik mengirimkan memorandum yang berisi rasa keberatan akan kedaulatan yang
dinamakan dengan masa peralihan sehingga menjadi satu federasi dengan Belanda. Karena
Indonesia kan tetap berpegang pada UUD 1945 serta Maklumat Politik pada tanggal 1
Nopember 1945.
Karena konsesnsi yang dilakukan tidak mendapatkan apa –apa. Maka berlanjut
diskusi tersebut dengan perundingan di Hoge Veluwe. Pemerintah Indonesia diwakili oleh
Suwandi, Sudarsono dan A.K Pringgodigdo. Sedangkan di kubu Belanda diwakili oleh van
Mook, Schermerhorn, Drees, Logemen, Sultan Hamid, Suryo Santoso dan Idenburg.
Disamping perundingan itu santer terdengar ditanah air bahwa perwakilan Indonesia hanya
menuntut hak atas Jawa dan Sumatera saja, sehingga kondisi di Indonesia semakin genting.
Akan tetapi pada tanggal 2 April 1946 Syahrir menegaskan bahwa hal tersebut
merupakankabar yang tidak beralasan.
Akan tetapi pada akhirnya perundingan Hoge Veluwe mengalami nasib yang sama.
Perwakilan Indonesia membawa kegagalan. . akan tetapi mereka berhasil membawa Setiajid,
Maruto Darusman dan Saroso dari Belanda pada misi memperkuat sayap kiri. Kegagalan
Hoge Veluwe tersebut dikarenakan karena Syahrir tetap menolak keinginan Belanda dalam
menggabungkan Indonesia kedalam federasi Belanda. Akan tetapi Belanda tetap berusaha
mengelabuhi isi perundingan dimata dunia seolah – olah Indonesia pernah setuju umtuk
bergabung dengan federasi Belanda seperti pada pengumuman resmi Belanda tahun 19 Juni
1946. Karena diIndonesia sendiri, pemerintah atau cabinet menutupi peristiwa tersebut makan
keadaan di Indonesia kembali genting. Sehingga pada tanggal 29 Juni 1946 pemerintah
republic memberi keterangan bahwa tidak benar jika Indonesia setuju dengan penwaran
untuk bergabung dengan federasi Belanda dalam bentuk rupa apapun. Dan Indonesia dengan
tegas menekankan syarat untuk penyelesaian ini ditekankan pada pengakuan Belanda
terhadap derajat Indonesia yang sama dengan kedudukannya, dengan kata lain sebagai negara
yang merdeka dan bebas untuk menjalankan pemerintahannya sendiri serta terlepas dari
pengawasan Pemerintah Belanda.
Melihat peretentangan yang tidak kunjung usai, Menteri Luar Negeri Amerika tetap
mendukung Indonesia secara moril dan tetap menyalahkan Belanda dan menganggap hal
tersebut dapat mengancam perdamaian dan kemanan dunia. Akan tetapi usul ini ditolak
karena pengaruh penguasa barat masih sangat terlihat dalam siding tersebut.
Dukungan tiada henti juga datang dari Sailan dan mesir yang menyatakan secara tegas
mengapresiasi dan memberikan penghargaan kemapa pejuang Indonesia yang telah beridiri
tegas menentang penjajahan dalam upaya perdamaian dunia, mereka terus memeberikan
bantuan kepada Indonesia untuk mendesak negar – negara lain agar mengakui kemerdekaan
milik Indonesia agar keamanan dan kestabilan di Indonesia dapat segera dirasakan oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, sikap dari Syahrir yang meminta kepada
pelaut Australia untuk membiarkan kapal Belanda yang bertugas dalam misi kemanusian agar
terlepas dari pemboikotan. Dengan demikian indonesia juga tercatat sebagai negara pelopor
untuk perjuangan kemanusian melawan penjajahan dengan jalan yang tegas untuk benar –
benar terlepas dari belenggu penjajahan.
Dengan demikian posisi Inggris semakin terjepit akan tetapi disis lain Inggris terlanjut
telah meyepakati perjanjian untuk sepenuhnya mendukung Belanda seperti dalam perjanjian
Civil Affairs Agreement dan janji akan terus membantu Belanda samapai benar – benar kuat
untuk melwan Indonesia. karena Inggris terus memeberikan bantuan terhadap Belanda,
sedangkan Belanda terus memberikan gejolak di beberapa daerah yang disinggahi sehingga
Inngri kewalahan untuk membantu Belanda. Belanda tidak mau tau keadaan Inggris
melainkan menuduh bahwa Inggris berhianat terhadap Belanda.
Pada akhirnya Inggris insyaf dan mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto
untuk menyelesaikan segala tugas mengenai APWI dan Jepang. Inggris juga yakin bahwa
pertentangan ini akan berhasil jika melalui jalan politik dan berunding. Akan tetapi sebagian
besar rakyat tidak percaya dan lebih menginginkan peperangan dibandigkan diplomasi.
Kebaikatan hati Syahrir dalam membantu kelancaran pengiriman beras yang sudah
melanda busung lapar di India menjadikan hubungan Indonesia kian membaik. Sehingga
pada tanggal 23 Mei 1946 Pandir Jawaharlal Nehru pemimpin India mengucapkan
terimakasih kepada Perdana Menteri Syahrir. Tentu saja hal tersebut buruk bagi Belanda
sehingga van Mook keberatan terhadap kenyataan itu. Dan perjanjian kembali didengungkan
bahwa separuh beras untuk pengiriman ke India akan ditukarkan dengan mesin – mesin dan
lat peertanian. Akan tetapi perjanjian Syahrir ini mendapat penolakan dari rakayt sehingga
perjajian dibatalkan. Karena memberi bahan pangan kepada musuh sama dengan membiarkan
mereka tentara Belanda untuk femuk kembali dan segar bugar untuk melawan perjuangan
kami. Padahal pada waktu itu tentara Belanda sudah dalam keadaan kurus.
3. Perundingan Renville
Dua perundingan yang telah dilangsungkan dalam waktu yang lama dan melelahkan
ternyata menemui kegagalan. Dari perundingan Hoge Veluwe sampai perundingan
Linggarjati tidak membuahkan hasil. Perundingan yang dicita-citakan tidak tercapai
meskipun Belanda dan Indonesia sudah saling setuju semua isi yang tertuang dalam
perjanjian. Kegagalan perundingan di atas, memaksa Belanda untuk melakukan serangan
Agresi Militer I terhadap Indonesia sebagai bentuk protes macetnya diplomasi. Agresi Militer
I berlangsung pada tanggal 20 Juli sampai 4 Agustus 1947. Peristiwa tersebut menarik
perhatian pihak ketiga seperti Dewan Keamanan PBB dan Australia. Dewan Keamanan PBB
yang diundang bersidang oleh Australia menerima suatu resolusi yang menganjurkan kepada
kedua belah pihak untuk menghentikan permusuhan.
4. Perundingan KMB
Kemenangan politik telah dicapai oleh pihak Indonesia melalui naskah pernyataan Roem-
Roijen tanggal 7 Mei 1949. Hasil perjuangan diplomasi yang tidak sia-sia bagi bangsa
Indonesia. Kemenangan yang diperoleh karena dari adanya campur tangan PBB, telah
memberikan bantuannya untuk Indonesia dalam menyelesaikan masalah secara damai. KMB
di Den Haag dikenal dengan Konferensi Den Haag merupakan perundingan akhir untuk
mewujudkan perdamaian antara kedua belah pihak.
3.1 Simpulan
Revolusi di Indonesia merupakan suatau alat yang menjadi tercapainya kemerdekaan
yang sesungguhnya. Sejarah penegakan kedaulatan di Indonesia telah menjadi identitas baru
terhadap persatuan dan kesatuan dalam menghadapi negara asing serta membentuk suatu
tatanan sosial yang lebih baik dan lebih adil tanpa adanya kecaman dan paksaan dari negara
lain. Penyelidikan penyelidikan akademis tentang revolusi untuk mendapatkan tatanan masa
depan dengan adanya pengakuan kedaulatan kemerdekan RI. Sehingga orang-orang
Indonesia yang mendukung Revolusi, maka ditarik perbedaan antar kekuatan-kekuatan
bersenjata dan kekuatan diplomasi antara mereka yang mendukung revolusi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 2008. Indonesia dalam Arus Sejarah V.6 . Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoe
Zulkarnain. 2009. Jurnal Istoria. Ketatanegaraan Indonesia Pasca kemerdekaan. Jurusan
Pendidikan Sejarah,Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, diakses
Tanggal 22 Februari 2017
Nasution. 1976. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 11 periode KMB.
Bandung: Angkasa Bandung
Sriyanto, Nanto. 2005. Jurnal Penelitian Politik. Vol. 2 No. 1, 2005: 55 - 64
Rahman, Suranta. 2007. Diplomasi RI di Mesir dan negara Arab tahun 1947. Wacana
Vol 9 No. 2: 154 – 172