Anda di halaman 1dari 27

SEJARAH INDONESIA PADA MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN 1945

MAKALAH
(Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sejarah nasional 4)

Dosen pengampu :

Dr. Nurul Umama. M.Pd


Drs. Kayan Swastika, M.Si.,

Oleh:

Hana Pertiwi (160210302020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpah rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sejarah Indonesia Pada Masa Perang
Kemerdekaan” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Nasional
Indonesia IV. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nurul
Umamah, M.Pd., dan bapak Drs. Kayan Swastika, M.Si., selaku dosen pengampu mata
kuliah dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis juga
berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber
informasi pengetahuan bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jember, 13 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI
PRAKATA..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB.1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan....................................................................6
2.2 Kondisi Ekonomi, Politik, Sosial Budaya Dan Pendidikan Pada Masa Revolusi
Kemerdekaan Di Indonesia....................................................................................................7
2.2.1 Kondisi Ekonomi.....................................................................................................7
2.2.2 Kondisi Sosial Budaya..............................................................................................9
2.2.3 Kondisi Politik.........................................................................................................11
2.2.4 Kondisi Pendidikan.................................................................................................11
2.3 Perstiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.....................................................14
2.3.1 Kembalinya Belanda bersama Sekutu.....................................................................14
2.3.2 Mendaratnya Belanda diwakili NICA.....................................................................14
2.3.3 Pertempuran melawan Sekutu dan NICA...............................................................15
2.3.4 Perubahan sistem pemerintahan..............................................................................16
2.4 Pengakuan Dunia Internasional Terhadap Indonesia.....................................................16
2.4.1 Proses Dalam Mendapatkan Pengakuan Dari Dunia Atas Kemerdekaan Indonesia
..........................................................................................................................................17
1. Perundingan di Hoge Veluwe.......................................................................................17
2. Perundingan Linggarjati...............................................................................................24
4. Perundingan KMB.......................................................................................................24
BAB 3. PENUTUP...................................................................................................................26
3.1 Simpulan........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................27
BAB.1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan merupakan kisah sentral
dalam sejarah Indonesia, melainkan sebagai unsur yang kuat dalam sejarah Indonesia. Semua
usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas baru, untuk persatuan dalam menghadapi
kekuasaan asing, dan untuk persatuan dalam menghadapi kekuasaan asing dan untuk tatanan
sosial yang lebih adil akhirnya membuahkan hasil.
Penyelidikan penyelidikan akademis tentang revolusi berusaha untuk mendapat semacam
tatanan mengenai masa yang ada pada dasarnya kacau. Mengenai orang-orang Indonesia
yang mendukung Revolusi, maka ditarik perbedaan antar kekuatan-kekuatan bersenjata dan
kekuatan diplomasi antara mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang
menentangnya antara generasi muda dan generasi tua. Baik pihak Belanda maupun pihak
revolusioner Indonesia menganggap Revolusi Indonesia sebagai suatu zaman yang
merupakan kelanjutan dari masa lampau.
Belanda ini merupakan yang ketiga kalinya pihak Belanda yang bermaksud menaklukkan
Indonesia. Usaha mereka yang pertama pada abad ke-17 dan abad ke-18 telah berakhir
dengan penarikan mundur pihak mereka karena menghadapi perlawanan bangsa Indonesia
serta ketidakcakapan mereka sendiri yang pada akhirnya ditaklukkan oleh Inggris.
Diberbagai daerah di Indonesia terjadi perebutan kekuasaan dengan cara kekerasan
maupun dengan jalan perundingan. Pada bulan September 1945, pemimpin daerah
menyatakan apabila terdapat ancaman terhadap negara Indonesia maka akan mengambil
tindakan keras. Kemudian pegawai pegwai Jepang dilarang untuk memasuki kantor. Tahap
berikutnya, para pemuda berusaha merebut senjata dan gedung-gedung vital. Sehingga
euforia Revolusi mulai melanda negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia ?
2. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya dan pendidikan pada masa Revolusi
Kemerdekaan di Indonesia ?
3. Bagaimana peristiwa pasca proklamasi kemerdekaan di Indonesia ?
4. Bagaimana proses pengakuan dunia internasional terhadap Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya dan pendidikan pada masa
Revolusi Kemerdekaan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui perstiwa pasca proklamasi kemerdekaan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui proses pengakuan dunia internasional terhadap Indonesia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 tepatnya pukul 05.00, para anggota PPKI keluar dari
kediaman Laksamana Maeda, bergegas pulang ke rumah masing-masing setelah merumuskan
teks proklamasi. Mereka sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di kediaman Ir.
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56, tepatnya pada pukul 10.00 WIB. Sebelum bergegas
untuk pulang Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di lembaga pers dan
kantor berita, terutama B.M. Diah, untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkan ke
seluruh dunia. Para pemuda langsung melakukan kegiatan-kegiatan dengan membagi
pekerjaan dalam kelompok-kelompok. Tiap-tiap kelompok mengirimkan kurir untuk
memberitahukan kepada masyarakat bahwa saat proklamasi telah tiba. Seperti kelompok
Sukarni yang bertugas mengatur penyiaran berita Proklamasi.
Semua alat komunikasi seperti pamflet, pengeras suara, dan mobil-mobil akan
dikerahkan ke setiap penjuru kota dengan maksud sebagai alat penyebar berita tersebut. Juga
dilakukan usaha pengerahan massa untuk mendengarkan pembacaan teks Proklamasi di
Pengangsaan Timur 56. Ribuan teks Proklamasi berhasil dicetak dengan reneo dan segera
disebarkan ke berbagai penjuru kota, ditempelkan di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh
publik. Juga, secara beranting berita tersebut disampaikan keluar kota Jakarta. Pada tanggal
17 Agustus 1945 para pemuda datang berbondong-bondong menuju ke lapangan Ikada.
Tetapi tentara Jepang sudah mengetahui kegiatan para pemuda, dan mereka berusaha
menghalanginya dengan menjaga lapangan Ikada. Para pemuda datang berdasarkan informasi
dari mulut ke mulut bahwa proklamasi akan di bacakan di tempat tersebut. Mereka tidak
mengetahui keputusan terakhir yang diambil oleh PPKI bahwa proklamasi akan dibacakan di
Pegangsaan Timur 56. Soediro yang merupakan, pemimpin barisan pelopor, tidak
mengetahuinya.
Sehingga dia menemui dr. Muwardi yang merupakan Kepala Keamanan Ir. Soekarno
untuk menanyakan hal tersebut. Setelah pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno dan
Hatta, berita gembira tersebut segera disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Sehingga pada
tanggal 17 Agustus itu juga, berita bahwa Indonesia telah merdeka telah sampai kepada
Kepala Bagian Radio Kantor Berita Domei yakni Waidan B. Panelewen, ia memerintahkan F.
Wuz untuk menyiarkan berita sebanyak 3 kali. Mengetahui hal tersebut, orang Jepang marah
dan menghentikan penyiaran. Karena Waidan dan F.Wuz tetap menyiarkan berita proklamasi,
Jepang tidak kehabisan akal untuk menghentikan yakni dengan meralat berita tersebut dan
menyatakan sebagai kekeliruan serta menyegel pemancar kantor berita Domei.
Akan tetapi, pemuda Indonesia tidak kehilangan akal, mereka membuat pemancar
baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio, Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan
Suahandar. Sehingga tercipta pemancar baru di Menteng 31 dengan kode panggilan DJK I.
Selain melalui radio, penyebaran berita Proklamasi dimuat dalam harian di Jawa dalam
penerbitannya tanggal 20 Agustus yang memuat berita Proklamasi kemerdekaan dan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia.
2.2 Kondisi Ekonomi, Politik, Sosial Budaya Dan Pendidikan Pada Masa Revolusi
Kemerdekaan Di Indonesia
2.2.1 Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya
Republik Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut
disebabkan karena :
- Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana
belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
- Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur
ekonomi keuangan yang mantap.
- Tingalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang
memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat
pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
- Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
- Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan
pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
- Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam
bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacau nya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai
berikut .
1. Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabkan karena :
- Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada
bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara
umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
- Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-
bank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yang jumlahnya
mencapai 2,3 milyar.
- Republik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah
tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan
pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa
daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang
yang beredarsangat tinggi sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut
masih sanat rendah. Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani
sebab pada masa pendudukan Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak
menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai
tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah. Pemerintah Indonesia yang baru saja
berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut
sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku
di wilayah RI, yaitu:
- Mata uang De Javasche Bank
- Mata uang pemerintah Hindia Belanda
- Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang
diduduki sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan
Jenderal Sir Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang
Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu
bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai
status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru. Karena tindakan sekutu tersebut maka
pemerintah Indonesiapun mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia
(ORI)sebagai pengganti uang Jepang.
2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk
perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini
dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan
blokade ini adalah :
- Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
- Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
- Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabakan:
- Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
- Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak
barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
- Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
- Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah:
- Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
- Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah
Indonesia, sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan
eksistensinya.
- Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda
3. Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada
sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung
kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah
Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.
2.2.2 Kondisi Sosial Budaya
Belanda untuk menguasai kembali tanah jajahan Indonesia, mereka melakukan
gerakan pembersihan yang dilakukan dengan kejam oleh belanda. Kekejaman itu dilakukan
di saat mereka telah menaklukan daerah yang dikuasia. Seperti di Sulawesi Selatan pada
bulan Januari 1948 oleh pasukan kapten Wastering. Perbuatan yang di lakukan oleh wastering
tidak pernah mendapat hukuman dari PBB Partai Perserikatan Bangsa-bangsa). Peristiwa
yang lain yakni peristiwa kareta api maut di jawa timur, ketika prajurit-prajurit indonesia
yang tertawan oleh pihak belanda, dimasukan di gerbong maut, kemudia ditutup semua
fentilasi. Dan akhirnya tentara tersebut mati.
Kondisi sosial masyarakat Indonesia, terjadi peningkatan kemiskinan, kelaparan dan
gelandangan yang terjadi di sebagaian daerah-daerah. Dan di bidang budaya terjadi berbagai
sumber daya untuk keperluan perjuangan seperti yang tampak dari kesenian, seni garfiti, seni
lukis, lagu-lagu perjuangan dan sebagainya. Media komunikasi, grafiti, pers, dan karya seni
budaya. Media koran yang menjadi sorotan pada tahun 1947, paling tidak ada tiga isu utama
yag sering menjadi isu dan topik sebagai bahan kritikan.
1. Masalah peran sekutu (Inggris) dan kedatangan kembali orang-orang belanda yang
memboncengi dibelakangnya. Unsur sekutu dicurigai oleh bahayanya musuh utama
proklamasi kemerdekaan indonesia (belanda).
2. Masalah kebijakan politik diplomasi yang dijalankan oleh pemerintah Sjahrir dalam
rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
3. Indonesia timur, yang dipandang sebagai negara boneka, dan dinilai memecah belah
keutuhan Republik Indonesia.
Dengan demikian terjadinya perang surat kabar. Pers Belanda tak kurang gencarnya
menyerang pemimpin Indonesia mereka menggagap soekarno hatta, sebagai “Quisting” dan
kolaborator jepang yang pantas diadili sebagai penjahat perang. Perang karikutur pula terjadi
antara koran indonesia dan koran belanda. Contohnya, bila pers indonesia menulis soekarno
menulis nama soekarno dan hatta dengan didahuli PYM (Paduka yang mulia), maka untuk
pers belanda yang memandang kedudukan van mook dan ratu julianan lebih tinggi dari
soekarno-hatta., ditambahkan kata-kata PYMM (Paduka Yang Maha Mulia) di depan nama
mereka. Sebutan itu dianggap berlebihan dan emgada-ada oleh pers indonesia, karena istilah
“maha” hanya pantas disematkan kepada Tuhan, bukan kepada munusia koran belanda
umumnya bersikap sinis terhap pihak Republik Indonesia.
Karya sastra, khususnya untuk jenis non-fiksi, pada dasarnya adalah ekspresi
kehidupan. Ia bukanlah karya lamunan asal jadi, atau tumbuh dari keadaan hampa sosial,
melainkan pengalaman batiniah pembuatannya dalam menyelami irama dan makna
kehidupan manusia. Dengan kata lain karya sastra dan sastrawan adalah anak zaman dimana
karya itu dilahirkan. Maka sering dikatakan bahwa sastrawan dan karyanya adalah bagian
yang tak terpisahkan dari jaringan hidup sosial., sosial dan budaya politik yang berkembang
pada masanya.. keadaan kacau-balau pada masyarakat, dan ia juga melahirkan karya-karya
sastra dan seni yang menyerap nilai-nilai dan suasana gejolak zaman waktu itu.
Setelah prokalamasi, dan indonesia merdeka. Indonesia pada kala itu memasuki babak
baru sejarah revolusi, suasana kebebasan dalam mengepresikan jiwa seni mereka mulai
terlihat kembali. Kelompok yang seniman yang sudah terlatih menggunakan medium seni di
masa jepang, kini melanjutkan aktivitas mereka untuk menumpang perjuangan republik
indonesia baru ini. Para pelukis membuat poster yang berwarna, para komponis mengarang
lagu perjuangan heroik dan patriotis, para seniman panggung mempertunjukan cerita
sandiwara yang berkenalan dengan perjuangan, dan para penyair menulis sajak perjuangan
yang bertujuan menyuarakan semangat kemerdekaan. Para seniman yangsangat radikal dan
revolusioner mengepresikan tuntutan terhadap dunia mereka dengan sangat keras dan radikal.
Contohnya, penulis dan pengarang Trisno Sumardjo pernah dikrors dari keanggotaan dari
sebuah organisasi kesenian karena ia menerjemahkan sajak-sajak penyair indonesia yang
ditulis dalam bahasa belanda. Begitu pula sebelumnya, seniman noto suroto juga pernah
diskors oleh bung hatta dari perhimpunan indonesia dan dihujat oleh thamrin dalam
Volksraad karena ia pernah mengatakan bahwa penjajahan adalah satu rahmat bagi rakyat
Hindia Belanda.
2.2.3 Kondisi Politik
Kembalinya belanda ke Indonesia, mengakibatkan bangsa Indonesia terjadi Insabilitas
politik, hukum dan keamanan. Setelah perjanjian Renvile, terjadi perpecahan politik dalam
negeri Masyumi dan PNI, dua partai besar pendukung Kabinet Amir Sjarifudin, menarik
menteri-menteri mereka dari kabinet. Menteri-menteri yang mewakili Masyumi
mengundurkan diri pada 16 Januari 1948, sehari sebelum Persetujuan Renvile ditandatangani,
sedangkan menteri-menteri yang mewakili PNI melakukan pada tanggal 18 Januari 1948.,
sehari sesudah persetujuan, bahkan Ali Sstroamidjojo (PNI), yang juga menjadi wakil ketua
delegasi RI, menolak untuk berturut menandatangani persetujuan itu. Ditaklukannya
Yogyakarta oleh Belanda membuat bangunan yang berada di Yogyakarta di hanguskan. Dan
pada saat itu, Yogyakarta merupakan ibukota dari Republik Indonesia. Kepala pemerintahnya
yakni Presinden Soekarno dan Hatta ditawan dan diasingkan oleh Belanda. Aspek Politik
salah satu misi utama dalam penjajahan kembali ke Indonesia. Aspek politik tersebut ialah
belanda menginginkan mengambil kembali kedaulatan bangsa indonesia. Kedaulatan bangsa
indonesia tersebut telah dicapai dengan susah payah.
2.2.4 Kondisi Pendidikan
Pada tanggal 12 Mei 1947 menteri PKK mengesahkan anggota panitia penyelidik
pengajaran republik indonesia yang beranggotakan 52 orang. Anggota panitia tersebut
diambil dari semua lapisan dan aliran yang ada yang mencangkup semua lapangan dan
tingkatan. Panitia ini meninjau masalah pendidikan dan pengajaran kanak-kanak dari usia tiga
tahun hingga dewsa, atau dari tingkat kanak-kanak hingga perguruan tinggi dengan segala
macam coraknya. Tugas panitia, seperti yang diarahkan oeh Mr. Suwandi, adalah:
1. Merencanakan susunan baru untuk tiap-tiap macam sekolah
2. Menetapkan bahan-bahan pengajaran dan menimbang keperluan yang praktis dan
tidak memberatan
3. Menyiapkan rencana-rencana pelajaran untuk tiap-tiap sekolah dan tiap-tiap keas,
termasuk fakultas, engan disertai keterangan-keterangan langsung.
Hal lain, khsuusnya mengenai masalah konsentrasi rencana pelajaran, perlengkapan
sekolah, organisasi, dan administrasi, serta pemeliharaan isi pendidikan dan pengajaran,
termasuk soal-soal agama, budi pekerti, dan budaya menjadi perhatian panitia ini. Setelah
bekerja dari beberapa bulan, panitia ini mengusulkan beberapa hal untuk menunjukan
berbagai tujuan dalam pendidikan ke depannya pemerintah Indonesia. Pokok-pokok saran
itu ialah:
1. Pedoman pendidikan dan pengajaran diubah secara dasar
2. Khusus mengenai pengajaran diharapkan agar bisa mendapat tempat yang teratur dan
seksama.
3. Mengenai pengajaran tinggi disarankan supaya diadakan seluas-luasnya, dan tenaga
pengajarannya jika perlu menggunakan tenaga bangsa asing sebagai guru besar
4. Disarankan agar dikirimkan pelajar-pelajar ke luar negeri
5. “paham perseorangan” yang masih dianut, an harus digantikan ke paham kesusilaan
yang tinggi “kemanusiaan”. sebab tujuan pendidikan pada kal itu, agar mencetak
generasi yang memiliki rasa tanggung jawab ke daerahnya
6. Kewajiban bersekolah selama 10 tahun bagi anak-anak indonesia. Dan dilaksanakan
secara bertahap oleh peerintah.
7. Bidang-bidang pengajaran kejuruan, seperti pertanian, industri, pelayaran, dan
perikanan diharapkan mendapatkan perhatian istimewa, sedangkan pengajaran
kesehatan dan olahraga hendaknya diatur dengan baik, sehingga dapat dihasilkan
dengan baik, serta dapat menciptakan generasi bangsa yang cerdas.
8. Pembayaran biasaya sekolah, untuk siswa kelas dasar yakni sekolah dasar tidak
dipungut biaya oleh sekolah, sedangkan bagi perguruan tinggi dan sekolah menengah
dikenakan biaya sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Hal tersebut bertujuan,
agar para siswa tidak menutup harapan untuk belajar.
Setelah pemerintah mendapatkan unsur-unsur dan saran-saran dari pakar pendidikan.
Tujuan umum pendidikan di indonesia yakni menjadi warga negara yag berguna, yang
hendak kelak dapat memberikan pengetahuan kepada negara. Dasar-dasar pendidikan
menganut demokrasi-demokrasi, kemerdekaan, dan keadilan sosial. Pendidikan terbagi
menjadi empat tingkatan: pendidikan daerah, pendidikan menengah pertama, pendidikan
menengah atas, dan pendidikan tinggi. Pada pendidikan rendah, anak-anak diajarkan
dasar-dasar pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Dengan cara ini, mereka dapat
mulai memahami persoalan di sekitar mereka. Pendidikan lanjutan atas umum, uga
memberikan pendidikan khusus kepada kelas terakhir., guna mempersiapkan memasuki
perguruan tinggi. Juga pendidikan kejuruan, seperti sekolah kejuruan, yakni sekolah-
sekolah perindustrian yang mendidik tenaga-tenaga yang mempunyai keahlian khusus,
perlu diselenggarakan guna memnuhi kebutuahan pemerintah.
Lima pendidikan, dilihat dari tingkatannya, dibagi sebagai berikut:
1. Sekolah rakyat (dasar), enam tahun
2. Sekolah lanjutan, tiga hingga enam tahun
3. Sekolah industri, tiga hingga enam tahun
4. Perguruan tinggi, empat hingga enam tahun
Pada pendidikan dasar, anak akan mengikuti pendidikan pada sekolah rakyat, dimulai
pada usia enam tahun. Kenyataan menunjukan bahwa setiap sekolah rakyat setelah
kemerdekaan pada ahir tahun ajaran didatangi oeh lebih kurang 2.000 orang calon murid.
Untuk dapat meneruskan pada pendidikan lanjutan, anak harus menyelesaikan pendidikan
sekolah rakyat sebagai syaratnya. Pendididkan sekolah lanjutan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu tingkat lanjutan pertama tiga tahun dan tingkat lanjutan atas juga tiga tahun.
Untuk sekolah lanjutan kejuruan dagang, selain mata pelaaran umum para siswa diberi
pelajaran mengetik, surat menyurat, tata buku, dan ilmu dagang. Pendidikan ini
merupakan pendidikan kejuruan agang tingkat pertama. Seklah lanjutan kejuruan tingkat
pertama lainnya ialah sekolah teknik dan sekolah peindustrian. Untuk mempersiapkan
tenaga-tenaga pengajar bagi pendididikan dasar, diadakan sekolah guru yang lama
pendidikannya lima tahun, dengan syarat harus memiliki ijazah sekolah rakyat, atau
pendidikanm sekolah guru dua tahun untuk mereka yang beriasah sekolah lanjutan
pertama. Para pengajar di seklah guru ini harus berusia minimal 18 tahun. Untuk
mempersiapkan tenaga pendidik bagi sekolah lanjutan pertama. Kursus ini merupakan
pendidikan lanjutan pertama dibuka kursus pendidikan guru sekolah lanjutan pertama.
Kursus ini merupakan pendidikan lanjutan bagi mereka yang telah mengikuti sekolah
guru berskla rendah dan telah memiliki kerja praktek mengajar dua tahun. Lama kursus
tiga tahun. Mata pelajarannya meliputi matematika, ilmu tubuh manusia, ilmu kimia,
sastra (termasuk pelajaran bahasa indonesia, inggris, dan jerman), ilmu bumi dan sejarah,
tatabuku, ekonomi dan zoologi.
2.3 Perstiwa Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2.3.1 Kembalinya Belanda bersama Sekutu
Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942 negara-negara sekutu bersepakat
untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya
masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya. Menjelang
akhir perang, tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara Sekutu.
Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya di Makasar dan Banjarmasin,
sedangkan Balikpapan telah diduduki oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah
kalah. Sementara Pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan
tentara Australia dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur,
Panglima Komando Kawasan Asia Barat Daya (South West Pacific Area Command/SWPAC).
Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia
bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk
komando SEAC (South East Asia Command) bertanggung jawab
atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan Indocina. SEAC dengan
panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara bertugas
melucuti bala tentara Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan
warga sipil sekutu (Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI).
2.3.2 Mendaratnya Belanda diwakili NICA
Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 23 Agustus 1945 Inggris bersama tentara
Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu
tiba di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu.
Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration -
pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, ia
dipersiapkan untuk membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu
Wilhelmina tahun 1942 (statkundige concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia
mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara dengan Soekarno yang dianggapnya telah
bekerja sama dengan Jepang. Pidato Ratu Wilhemina itu menegaskan bahwa di kemudian
hari akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya adalah Kerajaan
Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.
2.3.3 Pertempuran melawan Sekutu dan NICA
Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi pada saat masuknya Sekutu dan NICA ke
Indonesia, yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran yang terjadi di
antaranya adalah:
1. Pertempuran Bojong Kokosan, di Bojong Kokosan, Sukabumi pada 9 Desember
1945, dipimpin Letkol (TKR) Eddie Sukardi.
2. Pertempuran Lima Hari, di Semarang pada 15-19 Oktober 1945 (melawan Jepang).
3. Peristiwa 10 November, di daerah Surabaya pada 10 November 1945, dipimpin
Kolonel (TKR) Sungkono.
4. Pertempuran Medan Area, di daerah Medan dan sekitarnya pada 10 Desember 1945-
10 Agustus 1946, dipimpin oleh Kolonel (TKR) Achmad Tahir.
5. Palagan Ambarawa, di daerah Ambarawa, Semarang pada 12-15 Desember 1945,
dipimpin Kolonel (TKR) Sudirman.
6. Pertempuran Lengkong, di daerah Lengkong, Serpong pada 25 Januari 1946,
dipimpin oleh Mayor (TKR) Daan Mogot.
7. Bandung Lautan Api, di daerah Bandung pada 23 Maret 1946, atas perintah Kolonel
(TRI) A.H. Nasution.
8. Pertempuran Selat Bali, di Selat Bali pada April, dipimpin oleh Kapten Laut (TRI)
Markadi.
9. Pertempuran Margarana, di Margarana, Tabanan, Bali pada 20 November 1946,
dipimpin oleh Letkol (TRI) I Gusti Ngurah Rai.
10.Pembantaian Westerling, di Sulawesi Selatan pada 11 Desember 1946-10 Februari
1947, akibat dari perburuan terhadap Wolter Monginsidi.
11.Pertempuran Lima Hari Lima Malam, di Palembang pada 1-5 Januari 1947, dipimpin
oleh Kolonel (TRI) Bambang Utojo.
12.Pertempuran Laut Cirebon, di Cirebon pada 7 Januari 1947, dipimpin oleh Kapten
Laut (TRI) Samadikun.
13.Pertempuran Laut Sibolga, di Sibolga pada 12 Mei 1947, dipimpin oleh Letnan II
Laut (TRI) Oswald Siahaan.
14.Agresi Militer I pada 21 Juli-5 Agustus 1947.
15.Pembantaian Rawagede di Rawagede, Karawang pada 9 Desember 1947, akibat dari
perburuan terhadap Kapten (TNI) Lukas Kustarjo.
16.Agresi Militer II pada 19–20 Desember 1948.
17.Serangan Umum 1 Maret 1949, di Yogyakarta pada 1 Maret 1949, dipimpin oleh
Letkol (TNI) Suharto.
18.Serangan Umum Surakarta, di Surakarta pada 7-10 Agustus 1949, dipimpin oleh
Letkol (TNI) Slamet Rijadi.
2.3.4 Perubahan sistem pemerintahan
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu
faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi parlementer.
Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum
kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan
republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang sosialisdianggap sebagai figur yang tepat
untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis
di Belanda.
Terjadinya perubahan besar dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia
(dari sistem Presidensiil menjadi sistem Parlementer) memungkinkan perundingan antara
pihak RI dan Belanda. Dalam pandangan Inggris dan Belanda, Sutan Sjahrir dinilai sebagai
seorang moderat, seorang intelek, dan seorang yang telah berperang selama pemerintahan
Jepang. Ketika Syahrir mengumumkan kabinetnya, 15 November 1945, Letnan Gubernur
Jendral van Mook mengirim kawat kepada Menteri Urusan Tanah Jajahan (Minister of
Overseas Territories, Overzeese Gebiedsdelen), J.H.A. Logemann, yang berkantor di Den
Haag: "Mereka sendiri [Sjahrir dan Kabinetnya] dan bukan Soekarno yang bertanggung
jawab atas jalannya keadaan". Logemann sendiri berbicara pada siaran radio BBC tanggal 28
November 1945, "Mereka bukan kolaborator seperti Soekarno, presiden mereka, kita tidak
akan pernah dapat berurusan dengan Dr Soekarno, kita akan berunding dengan Sjahrir".
Tanggal 6 Maret 1946 kepada van Mook, Logemann bahkan menulis bahwa Soekarno
adalah persona non grata. Pihak Republik Indonesia memiliki alasan politis untuk mengubah
sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer, karena seminggu sebelum
perubahan pemerintahan itu, Den Haag mengumumkan dasar rencananya. Ir Soekarno
menolak hal ini, sebaliknya Sjahrir mengumumkan pada tanggal 4 Desember 1945 bahwa
pemerintahnya menerima tawaran ini dengan syarat pengakuan Belanda atas Republik
Indonesia.
2.4 Pengakuan Dunia Internasional Terhadap Indonesia
Setelah sekian lama masyarakat indonesia melakukan perjuangan atas kemerdekaan
yang telah dinanti nanti dan bahkan kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan tujuan dan
cita cita dari rakyat Indonesia. Rakyat bangsa indonesia menginginkan kemerdekaan karena
rakyat indonesia sangat menginginkan kebebasan yang sebenarnya. Kebebasan yang
sebenarnya disini yaitu diartikan sebagai kebebasan yang dalam artian rakyat indonesia
makmur sejahtera tanpa ada bangsa lain yang menjajah lagi. Namun, walaupun setelah
pembacaan teks proklamasi rakyat indonesia tetap saja belum merasakan arti merdeka yang
sebenarnya. Indonesia tetap saja menjadi negara jajahan bagi bangsa lain. Hal ini dikarenakan
bangsa indonesia pada saat itu masih belum mendapatkan pengakuan kedaulatan atas
Kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan dan kegigihan rakyat indonesia akhirnya satu
persatu negara mulai mengakui kedaulatan atau kemerdekaan Bangsa Indonesia. Perjuangan
yang dilakukan rakyat indonesia ialah melalui diplomasi dan peperangan.
Pengakuan yang diberikan pada suatu negara baru dibedakan menjadi dua macam
yaitu pengakuan secara de facto dan pengakuan secara de jure. Adapun pengertian pengakuan
secara de facto ialah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah suatau negara kepada
pemerintah negara baru yang berkuasa berdasrkan pada fakta bahwa dinegara tersebut telah
terbentuk pemerintahan baru, dimana dalam pemberian pengakuan tersebut tanpa
memandang bagaimana asal usul pemerintah tersebut terbentuk dan berkuasa. Sedangkan
pengakuan secara de jure yaitu suatu pengakuan yang dapat dikatakan sebagai keberlanjutan
dari pengakuan de facto. Pengakuan de jure ialah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah
suatu negara pada pemerintah negara baru yang bersifat konstitusional. Pengakuan de jure
diberikan yaitu sebagai bukti bahwa tidak ada lagi keraguan atas pembentukan pemerintah
baru tersebut, tidak ada lagi keraguan bagaimana pemerintah tersebut dalam menjalankan
tugas serta kewajibannya dalam menjalankan pemerintahan.

2.4.1 Proses Dalam Mendapatkan Pengakuan Dari Dunia Atas Kemerdekaan Indonesia
1. Perundingan di Hoge Veluwe

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah Belanda


tidak bersedia mengakui keberadaan Republik Indonesia. Dengan perantaraan Inggris sebagai
pimpinan tertinggi Sekutu yang meliputi Asia Tenggara, diadakan perundingan antara
Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Letnan Gubernur Jendral H.J.Van Mook. Namun
perundingan tersebut belum saja berhasil.

Langkah – langkah diplomasi sebagai jalan pengakuan Proklamasi atau kemerdekaan


Indonesia dimulai pada 22 Januari 1946 dalam Kongres Liga Anti – Fasis yang didukung oleh
Mayor Jenderal Aung San (tokoh kemerdekaan Birma) di Shwedagon Pagoda. Kongres
tersebut merupakan bentuk nyata kesatuan bangsa – bangsa terjajah untuk saling mendukung
perjuangan melawan penjajahan yang ada. Dalam kongres tersebut terdapat beberapa negara
yang berkepentingan dalam kaitan pengakuan kemerdekaan Indonesia dan kepentingan
politik internasional. Seperti Belanda, Inggris, Jepang, Rusia, Perancis, Australia, Mesir dan
Iran. Pertentangan anatara Rusia dan Inggris di Balkan dan Iran menjadikan negara Indonesia
dan Yunanai sebagai negara dengan kondisi yang rusuh mengenai permaslahan politik, untuk
itu dibutuhkan ketegasan anatara beberapa pihak agar kata peramaian benar – benar hal yang
nyata setelah terjadinya perang dunia kedua. Maka dari Dewan Keamanan dan Perdamaian
Dunia bertanggung jawab atas permaalahan politik yang terjadi.
Kongres tersebut berlangasung dengan perbedaan pendapat dari masing – masing
perwakilan negara – negara yang terlibat. Tentu saja terdapat beberapa negara yang menuai
pro dan kontra terhadap kemerdekaan yang telah terjadi di Indonesia. Pendapat dari tokoh
kemerdekaan Birma yaitu Mayor Jenderal Aung San memulai diskusi dengan pernyataan
bahwa perdamaian akan tercipta dan benar – benar terjadi apabila perbedaan dengan kata lain
perbudakan yang ada antara kaum penjajah dan terjajah harus dihapuskan. Terlebih bahwa
Asia yang merupakan kawasan yang banyak terjajah Bangsa Eropa sudah mengalami
perkembangan yang cukup baik dibidang politik seperti halnya kemerdekaan yang telah
dicapai oleh Bangsa Indonesia. Dan kepada Bangsa Eropa kami berikan salam hangat
persahabatan agar konflik yang kian memanas dapat diakhiri dengan segera.

Dalam kesempatan yang sama, Perdana Mnetri Inggris yaitu Attlee menyampaikan
keberatannya atas tuduhan Rusia yang menyatakan bahwa ia telah menimbulkan kericuhan
politik di Indonesia dengan dalil mandate tugas dari Sekutu yaitu Menteri Luar Negeri
Amerika bernama James Byrnes.

Manuilsky wakil dari Australia memberikan penjelasan bahwa memang benar jika
Inggris menggunakan tentara Jepang sebagai alat untuk menyerang Indonesia dengan alat –
alat militer seperti kapal terbang dan tank – tank besar untuk terus menanamkan kekuasaan di
Indonesia. padahal semestinya tentara Inggris ditugaskan sebagai Dewan yang bertanggung
jawab dalam penarikan persenjataan yang dimiliki oleh Jepang.

Bevin mengatakan bahwa menenai konstitusional Indonesia dapat dirundingkan


dengan pihak Belanda Dr. van Mook (wakil Belanda) untuk membicarakan mengenai
kedaulatan masing – masing negara dengan mengambil contoh hak – hak pemerintahan
Ukraina didalam persekutuan Sovyet Rusia (Abdullah, Tufik: 2008).

Molotov (wakil Rusia) menyatakan bahwa gerakan militer yang dilakaukan Indonesia
adalah benar karena dalam pihaknya sudah banyak sekali korban meninggal akibat gerakan –
gerakan militer Belanda oleh van Kleffens. Dan banyaknya tentara Indeonesia pada saat itu
yang berjumlah 80.000 personil dengan persenjataan modern bukanlah kelompok radikal atau
ekstrisme melawan Belanda akan tetapi merupakan organisasi tentara Indonesia yang
bertujuan untuk mengamankan kekuasaan dari kekerasan yang telah dilakukan oleh Belanda
sendiri. Dengan begitu maka pihak keamanan dan perdamaian harus terlibat dalam kauss ini.
Molotov juga memebenarkan bahwa penyataan wakil Australia Mnuilsky tentang
penggunaan tentara Jepang untuk menyerang Indonesia merupakan pelanggaran terhadap
perjanjian negeri – negeri serikat diantaranya juga Rusia.

Wakil Amerika menyatakan bahwa pertentangan anatar Belanda dan Indonesia yang
seperti tiada akhir merupakan tanggung jawab atas Dewan Keamana Dunia karena dnegan
peretentangan tersebut dapat memperkeruh suasana setelah perang dunia dua. Dan selama ini
Dewan Keamanan tidak ada tindakan yang berarti dalam upaya perdamaian dan penyerahan
persenjataan Jepang sehingga kemanan di Indonesia dapat segera aman kembali.

Dalam pihak lain jelas sekali antara aliansi Perancis, Inggris dan Belanda untuk tetap
mempermainkan kekuasaan di Indonesia. Selain itu perwakilan dari Mesir meminta Inggris
untuk segera melakukan dan mengakhiri tugas untuk melucuti persenjataan Jepang. Sehingga
perundingan antara Belanda dan Indonesia dapat segera terealisasi dan dapat dilaporkan
kepada Dewan Keamanan.

Perwakilan Rusia memberikan tambahan berupa peringatan kepada Indonesia agar


tidak mengharapkan kebebasan atas pemberian PBB akan tetapi harus dilandasi dengan
kekuatan dan usaha sendiri terhadap perlawanan kepada Belanda.

Pada tanggal 10 Februari 1946 masih memberikan tawaran agar Indonesia menjadi
satu persekutuan dengan kerajaan Belanda. Walaupun keinginan tersebut tidak diberitahukan
secara terang – terangan akan tetapi secara tersirat Belanda akan menyetujui keinginan
Indonesia untuk mengatur pemerintahan sendiri akan tetapi masih berada dibawah satu
naungan (gemeenebest) yang sama dengan Belanda, Suriname dan Curaco dengan asas
mereka (Indonesia) akan diberikan kebebasan dalam mengatur pemerintahannya sendiri akan
tetapi tetap dengan hasrat tolong menolong. Hak tersebut sesuai dengan keinginan Sri
Baginda Maharaja dalam pidatonya pada tanggal 7 Desember 1942.

Belanda menegaskan bahwa keberadaan Belanda dalam hal ini sebagai media dalam
membantu Indonesia mengalami masa peralihan karena melihat kondisi di Indonesia sendiri
memiliki kekacauan atas kemanan dan perekonomian sebagai mana yang dapat terlihat dari
kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan demikian Indonesia kan bergabung dengan negara
federative dimana dipimpin oleh putra mahkota dan pemerintahan Indonesia kan lebih rendah
dengan derajat dominion Inggeris – Raya.

Tindakan van Mook untuk terus melakukan perundingan kepada Indonesia dinilai
sebagai ajang mencari popularitas sehingga Belanda mengirimkin penyelidik (van Poll)
untuk mengawasi dan menelusuri kinerja van Mook. Dengan dukungan Logeman (menteri
jajahan Belanda) van Mook percaya bahwa Syahrir dan kawan – kawan dapat diajak
berunding dan bukan antek antek negara fasis Jepang. Dengan demikian terlihat jelas bahwa
keadaan di Belanda sendiri mengalami perpecahan karena perbedaan pendapat.
Kesimpulannya Belanda tidak ingin Indonesia merdeka sepenuhnya.

Amerika terus mengecam Belanda, kali ini melalui radio Voice of Amerika pada
tanggal 20 Februari 1946 dengan menyatakan bahwa usul Belanda yang demikian merupakan
ketidak beresan. Karena secara tidak langsung penjajahan masih ada karena segala keputusan
pemerintah Indonesia juga harus disepakati oleh pemerintah Belanda. Itu bukanlah kebebasan
yang sejati.

Selain itu di Indonesia sendiri, perjuangan rakyat terhadap kehadiran bangsa asing
terus meluas. Petempuran Jakarta terus berlanjut sampai ke Bogor, Bandung, Ciranjang,
Cianjur, Sukabumidan Cibidak. Sedangkan NICA terus menggempur Bekasi dan mambakar
habis. Sehingga memancing perlawanan dari front Semarang, Jawa, Medan dan Surabaya.
Kemanan semakin diperluas, tentara Jawa mendaratkan Ppasuka di Kalimantan . Dan
Ratulangi di tangkap oleh NICA. Suasana semakin genting karena peperangan terus meluas
sampai ke Bali dan Lombok. Pada tanggal 9 Maret 1946 keadaan masih genting Inggris
semakin mengancam pergerakan Indonesia dengan berkata tegas bahwa Inggris tidak akan
meninggalkan Jawa sebelum Belanda cukup kuat melawan Indonesia.

Pada tanggal 12 maret 1946 ketika Belanda masih berada di Jakarta, pemerintah
Republik mengirimkan memorandum yang berisi rasa keberatan akan kedaulatan yang
dinamakan dengan masa peralihan sehingga menjadi satu federasi dengan Belanda. Karena
Indonesia kan tetap berpegang pada UUD 1945 serta Maklumat Politik pada tanggal 1
Nopember 1945.

Karena konsesnsi yang dilakukan tidak mendapatkan apa –apa. Maka berlanjut
diskusi tersebut dengan perundingan di Hoge Veluwe. Pemerintah Indonesia diwakili oleh
Suwandi, Sudarsono dan A.K Pringgodigdo. Sedangkan di kubu Belanda diwakili oleh van
Mook, Schermerhorn, Drees, Logemen, Sultan Hamid, Suryo Santoso dan Idenburg.
Disamping perundingan itu santer terdengar ditanah air bahwa perwakilan Indonesia hanya
menuntut hak atas Jawa dan Sumatera saja, sehingga kondisi di Indonesia semakin genting.
Akan tetapi pada tanggal 2 April 1946 Syahrir menegaskan bahwa hal tersebut
merupakankabar yang tidak beralasan.
Akan tetapi pada akhirnya perundingan Hoge Veluwe mengalami nasib yang sama.
Perwakilan Indonesia membawa kegagalan. . akan tetapi mereka berhasil membawa Setiajid,
Maruto Darusman dan Saroso dari Belanda pada misi memperkuat sayap kiri. Kegagalan
Hoge Veluwe tersebut dikarenakan karena Syahrir tetap menolak keinginan Belanda dalam
menggabungkan Indonesia kedalam federasi Belanda. Akan tetapi Belanda tetap berusaha
mengelabuhi isi perundingan dimata dunia seolah – olah Indonesia pernah setuju umtuk
bergabung dengan federasi Belanda seperti pada pengumuman resmi Belanda tahun 19 Juni
1946. Karena diIndonesia sendiri, pemerintah atau cabinet menutupi peristiwa tersebut makan
keadaan di Indonesia kembali genting. Sehingga pada tanggal 29 Juni 1946 pemerintah
republic memberi keterangan bahwa tidak benar jika Indonesia setuju dengan penwaran
untuk bergabung dengan federasi Belanda dalam bentuk rupa apapun. Dan Indonesia dengan
tegas menekankan syarat untuk penyelesaian ini ditekankan pada pengakuan Belanda
terhadap derajat Indonesia yang sama dengan kedudukannya, dengan kata lain sebagai negara
yang merdeka dan bebas untuk menjalankan pemerintahannya sendiri serta terlepas dari
pengawasan Pemerintah Belanda.

Perbedaab pendapat anatar pemerintahan Belanda di Indonesia dan Pemerintah


Belanda di Den Haag semakin memeperjelas bahwa pemerintahn di Belanda atau anggota
Tweede Kamer lebih sulit untuk diajak berunding dan menyalahkan van Mook yang sudi
berunding dengan Syharir.

Melihat peretentangan yang tidak kunjung usai, Menteri Luar Negeri Amerika tetap
mendukung Indonesia secara moril dan tetap menyalahkan Belanda dan menganggap hal
tersebut dapat mengancam perdamaian dan kemanan dunia. Akan tetapi usul ini ditolak
karena pengaruh penguasa barat masih sangat terlihat dalam siding tersebut.

Di kawasan Malaya seperti Singapura, dukungan terhadap Indonesia terus dilakukan.


Dan setiap tanggal 17 Agustus rakayat Malaya juga merayakan kemerdekaan Indonesia.
Mereka berependapat bahwa perjuangan rakayt Indonesia juga berdampak pada rakyat
Malaya. Sehingga ketika van Mook datang ke Singapura justru penolakan dan cacaian yang
menyambutnya. Hal tersebut secara jelas dan tegas diserukan oleh rakayt Malaya di
Singapura pada tanggal 21 Juni 1946 bahwa seluruh rakyat Malaya telah yakin bahwa
Indonesia harus terlepas dari imperialism karena Indonesia memang pantas demikian.
Kebencian terhadap rakyat Inggris dirasakan oleh seluruh rakyat Malaya.
Rakayt Malaya tidak peduli jika raja –raja mereka masih memberikan hati kepada
Inggris akan tetapi mereka tetap bertekad bulat untuk menentang imperialism, sehingga
berita- berita provokatif NICA tidak terdengar oleh rakyat Malaya justru berakhir pada
tempat sampah. Bahkan ditanah Malaya sendiri telah terorganisasi Partai Kebangsaan Malaya
yang memiliki cabang – cabang diseluruh Malaya. Untuk meluruskan kabar bohong Malaya
juga menerbitkan kantor berita Pelita Malaya dan suara Rakyat dan dilengkapi dngan majalah
Suluh Malaya. Selain Partai Kebangsaan Malaya di Singapura juga berdiri paratai buruh yang
bernama PKBI (Persatuan Kaum Buruh Indonesia) di Singapura dan Malaya dan pada
tanggal 22 Mei 1946 diterangkan bahwa PKBI telah mengirimkan surat ke Australia, India,
Ceylon, Mesir, Bagdad, Belanda, Inggris dan Amerika dengan tujuan agar beritan tentang
Indonesia yang sebenarnya dapat diluruskan kembali setelah pembelokan yang telah
dilakukan oleh Belanda (Zulkarnain: 2009).

Sedangkan perlwaanan pelaut – pelaut Indonesia di Amerika memberikan dukungan


berupa pemogokan kerja untuk tugas pengiriman barang ke Indonesia yang diduga sebagai
strategi upaya pemberhentian pergerakan di Indonesia. Hal yang sama juga dilakukan oleh
pelaut Australia yang juga benci terhadap Belanda. Hal tersebut dapat dilihat dari
penghentian pertolongan kepada kapal Belanda yang mengalami kebocoran baik oleh pelaut
di Fremantle, Melbourne,dan Sydney. Walaupun kapal tersebut berada dibawah komando
Laksamana Mountbatten.

Dukungan tiada henti juga datang dari Sailan dan mesir yang menyatakan secara tegas
mengapresiasi dan memberikan penghargaan kemapa pejuang Indonesia yang telah beridiri
tegas menentang penjajahan dalam upaya perdamaian dunia, mereka terus memeberikan
bantuan kepada Indonesia untuk mendesak negar – negara lain agar mengakui kemerdekaan
milik Indonesia agar keamanan dan kestabilan di Indonesia dapat segera dirasakan oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, sikap dari Syahrir yang meminta kepada
pelaut Australia untuk membiarkan kapal Belanda yang bertugas dalam misi kemanusian agar
terlepas dari pemboikotan. Dengan demikian indonesia juga tercatat sebagai negara pelopor
untuk perjuangan kemanusian melawan penjajahan dengan jalan yang tegas untuk benar –
benar terlepas dari belenggu penjajahan.

Dengan demikian posisi Inggris semakin terjepit akan tetapi disis lain Inggris terlanjut
telah meyepakati perjanjian untuk sepenuhnya mendukung Belanda seperti dalam perjanjian
Civil Affairs Agreement dan janji akan terus membantu Belanda samapai benar – benar kuat
untuk melwan Indonesia. karena Inggris terus memeberikan bantuan terhadap Belanda,
sedangkan Belanda terus memberikan gejolak di beberapa daerah yang disinggahi sehingga
Inngri kewalahan untuk membantu Belanda. Belanda tidak mau tau keadaan Inggris
melainkan menuduh bahwa Inggris berhianat terhadap Belanda.

Pada akhirnya Inggris insyaf dan mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto
untuk menyelesaikan segala tugas mengenai APWI dan Jepang. Inggris juga yakin bahwa
pertentangan ini akan berhasil jika melalui jalan politik dan berunding. Akan tetapi sebagian
besar rakyat tidak percaya dan lebih menginginkan peperangan dibandigkan diplomasi.

Perdebatan maslah pembersihan tentara Jepang yang juga menjadikan suasana


semakin genting dapat diakhiri pada tanggal 18 Junii 1946 sebanyak 35.345 tentara Jepang
disingkirkan. Akan tetapi tentara Belanda tidak dapat disingkirkan. Untuk memberikan bukti
kepada rakyat yang tidak percaya maka wartawan – wartawan Indonesia diberikan waktu
untuk melihat pengangkutan tawanan. Pada tanggal 15 Mei 1946 Jenderal Nishimura
menyerahkan pedang kepada Inggris sebagai bentuk penyerahan diri.

Kebaikatan hati Syahrir dalam membantu kelancaran pengiriman beras yang sudah
melanda busung lapar di India menjadikan hubungan Indonesia kian membaik. Sehingga
pada tanggal 23 Mei 1946 Pandir Jawaharlal Nehru pemimpin India mengucapkan
terimakasih kepada Perdana Menteri Syahrir. Tentu saja hal tersebut buruk bagi Belanda
sehingga van Mook keberatan terhadap kenyataan itu. Dan perjanjian kembali didengungkan
bahwa separuh beras untuk pengiriman ke India akan ditukarkan dengan mesin – mesin dan
lat peertanian. Akan tetapi perjanjian Syahrir ini mendapat penolakan dari rakayt sehingga
perjajian dibatalkan. Karena memberi bahan pangan kepada musuh sama dengan membiarkan
mereka tentara Belanda untuk femuk kembali dan segar bugar untuk melawan perjuangan
kami. Padahal pada waktu itu tentara Belanda sudah dalam keadaan kurus.

Keinginan Inggris untuk terus menyelesaikan perdamaian anatar Indonesia dan


Belanda terus dilakukan. Inggris takut jika terdapat perang yang dahsyat sehigga terjadi
perdebatan antara Panglima Tertinggi Serikat di Asia Tenggara yang menyatakan bahwa
Indonesia dan Belanda masih aman – aman saja tidak akan terjadi peperangan. Akan tetapi
berebeda dengan pendapat Inggris yang menyatakan bahwa Indonesia bukan sperti dulu lagi
yang terpisah – pisah, mereka memiliki bebrapa pucuk meriam, banyak senapan dan mortar,
serta tentara mereka lebih dari 150.000 orang. Jika mereka melakukan serangan secara
serentak maka permasalahannya akan lain lagi (Nasution, Abdul Haris: 1976: 16-65).
2. Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati yang diadakan di Kuningan, Jawa Barat melahirkan kesepakatan


berbentuk naskah persetujuan pada tanggal 15 November 1946. Bagi delegasi Indonesia,
kesepakatan itu merupakan titik awal pengharapan rakyat Indonesia yang benar-benar
berharap perdamaian telah tercapai. Belakangan diketahui bahwa ternyata Soekarno-Hatta
tidak memahami pasal-pasal kesepakatan tersebut karena dalam perundingan Hoge Veluwe
mereka tidak dihadirkan. Namun tetap saja perundingan ini belum berhasil juga (Nanto,
Sriyanto:2005).

3. Perundingan Renville

Dua perundingan yang telah dilangsungkan dalam waktu yang lama dan melelahkan
ternyata menemui kegagalan. Dari perundingan Hoge Veluwe sampai perundingan
Linggarjati tidak membuahkan hasil. Perundingan yang dicita-citakan tidak tercapai
meskipun Belanda dan Indonesia sudah saling setuju semua isi yang tertuang dalam
perjanjian. Kegagalan perundingan di atas, memaksa Belanda untuk melakukan serangan
Agresi Militer I terhadap Indonesia sebagai bentuk protes macetnya diplomasi. Agresi Militer
I berlangsung pada tanggal 20 Juli sampai 4 Agustus 1947. Peristiwa tersebut menarik
perhatian pihak ketiga seperti Dewan Keamanan PBB dan Australia. Dewan Keamanan PBB
yang diundang bersidang oleh Australia menerima suatu resolusi yang menganjurkan kepada
kedua belah pihak untuk menghentikan permusuhan.

4. Perundingan KMB

Kemenangan politik telah dicapai oleh pihak Indonesia melalui naskah pernyataan Roem-
Roijen tanggal 7 Mei 1949. Hasil perjuangan diplomasi yang tidak sia-sia bagi bangsa
Indonesia. Kemenangan yang diperoleh karena dari adanya campur tangan PBB, telah
memberikan bantuannya untuk Indonesia dalam menyelesaikan masalah secara damai. KMB
di Den Haag dikenal dengan Konferensi Den Haag merupakan perundingan akhir untuk
mewujudkan perdamaian antara kedua belah pihak.

Dengan Perundingan KMB inilah indonesia mendapatkan pengakuan atas kemerdekaan


indonesia dari belanda. Hal ini dikarenakan dalam perjanjian KMB tertuang salah satu isinya
mengenai pengakuan kedaulatan atas kemerdekaan indonesia oleh pihak belanda. Indonesia
mendapatkan pengakuan de facto dan de jure dari Belanda dan dunia Internasional pada
tanggal 27 Desember 1949. Upacara Penyerahaan Kedaulatan, berlangsung pada tanggal 27
Desember 1949 di dua tempat, yaitu di Amsterdam dan di Jakarta (Suranta, Rahman: 2007).
BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
Revolusi di Indonesia merupakan suatau alat yang menjadi tercapainya kemerdekaan
yang sesungguhnya. Sejarah penegakan kedaulatan di Indonesia telah menjadi identitas baru
terhadap persatuan dan kesatuan dalam menghadapi negara asing serta membentuk suatu
tatanan sosial yang lebih baik dan lebih adil tanpa adanya kecaman dan paksaan dari negara
lain. Penyelidikan penyelidikan akademis tentang revolusi untuk mendapatkan tatanan masa
depan dengan adanya pengakuan kedaulatan kemerdekan RI. Sehingga orang-orang
Indonesia yang mendukung Revolusi, maka ditarik perbedaan antar kekuatan-kekuatan
bersenjata dan kekuatan diplomasi antara mereka yang mendukung revolusi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 2008. Indonesia dalam Arus Sejarah V.6 . Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoe
Zulkarnain. 2009. Jurnal Istoria. Ketatanegaraan Indonesia Pasca kemerdekaan. Jurusan
Pendidikan Sejarah,Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, diakses
Tanggal 22 Februari 2017
Nasution. 1976. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 11 periode KMB.
Bandung: Angkasa Bandung
Sriyanto, Nanto. 2005. Jurnal Penelitian Politik. Vol. 2 No. 1, 2005: 55 - 64
Rahman, Suranta. 2007. Diplomasi RI di Mesir dan negara Arab tahun 1947. Wacana
Vol 9 No. 2: 154 – 172

Anda mungkin juga menyukai