Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA SEJAK PROKLAMASI HINGGA


DEMOKRAS TERPIMPIN

Disusun oleh :

KELOMPOK : 4

M. ALAN FERDIANSYAH

M. ARDIANSYAH

M. AL-FAQIH

ICHA FADYANAH

RIZKIYANAH PUTRI

KELAS : XI IPS 1

SMA PRIMA NUSANTARA


1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Perkembangan
Masyarakat Indonesia Sejak Proklamasi Hingga Demokrasi Terpimpin

.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Makalah Perkembangan Masyarakat Indonesia
Sejak Proklamasi Hingga Demokrasi Terpimpin ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Sepatan , 02 Oktober 2017

Penyusun
Kelompok : 4
KELAS : XI IPS 1

2
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
b. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA SEJAK PROKLAMASI HINGGA
DEMOKRASI TERPIMPIN
a. Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi .................................................................... 2
1 . Dibentuknya BPUPKI ........................................................................................ 2
2. Aktivitas Golongan Muda ................................................................................... 3
3. Pembentukan PPKI ............................................................................................. 3
4. Peristiwa Rengasdengklok .................................................................................. 3
5. perumusan Teks Proklamasi ............................................................................... 4
6. proklamasi Kemerdekan Indonesia ..................................................................... 4
b. Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia ............................................................. 4
c. Perkembangan Kehidupan Politik Sejak Proklamasi Hingga Demokrasi terpimpin 4
d. Perkembangan Demokrasi Indonesia Sejak Demokrasi Liberal Hingga Demokrasi
Terpimpin ................................................................................................................ 8
1. Masa Demokrasi Liberal ..................................................................................... 8
2. Masa Demokrasi Terpimpin ..............................................................................
................................................................................................................................. 10

BAB III PENGANTIAN PEMERINTAH DARI DEMOKRASI TERPIMIN SAMPAI


LAHIRNYA ORDE BARU
a. Proses peralihan kekuasaan Politik setelah Peristiwa G30 S/PKI ..........................
11
b. Ciri-ciri pokok kebijakan pemerintah Orde Baru ...................................................
13
c. Dampak menguatnya peran Negara disegala Aspek kehidupan masyarakat pada masa
orde baru ................................................................................................................
................................................................................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan ............................................................................................................
................................................................................................................................. 18
b. Saran ......................................................................................................................
................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada
dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan
saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Berawal dari kemenangan Negara-negara Sekutu (Eropah Barat dan Amerika Serikat)
terhadap Negara-negara Axis (Jerman, Italia & Jepang) pada Perang Dunia II (1945), dan
disusul kemudian dengan keruntuhan Uni Soviet yang berlandasan paham Komunisme di
akhir Abad XX , maka paham Demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropah Barat dan
Amerika Utara menjadi paham yang mendominasi tata kehidupan umat manusia di dunia
dewasa ini.
Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk di Asia
Tenggara Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan demokrasinya, mungkin
kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memahami mengenai pemerintah
Indonesia sejak proklamasi hingga demokrasi terpimpin

4
BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN MASYARAKAT INDONESIA SEJAK PROKLAMASI


HINGGA DEMOKRASI TERPIMPIN

A. Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi


1. Dibentuknya BPUPKI
Dalam perang pasifik memberikan bayang-bayang kekalahan Jepang, sehingga pada
tanggal 1 Maret 1945 Jendral Kumahici Harada mengumumkan dibentuknya badan khusus
yang bernama Dokuritus Junbi atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai
masalah tata pemerintah Indonesia merdeka.

Pada tanggal 29 April 1945 diumumkan pengangkatan pengurus BPUPKI yang


diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, yang menjadi ketua muda adalah
Icibagase, dan kepala sekretariatnya adalah P.P. Suroso yang dibantu Toyohito Masuda
dan Mr. A.G. Pringgodigdo. BPUPKI diresmikan pada tanggal 29 Mei 1945, dengan sidang
pertama yang berlangsung pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945 yang membicarakan dasr filsafat
negara Indonesia Merdeka yang dikenal dengan Pancasila. Berikut ini adalah hasil dari
sidang yang di usulkan oleh beberapa tokoh:

a) Pada sidang 29 Mei 1945 (Mr. Muh. Yamin)


1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusian
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakya
b) Pada sidang 31 Mei 1945 (Prof. Dr. Supomo)
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseibangan
4) Musyawarah
5) Keadilam Sosial
c) Pada sidang 1 juni 1945 (Ir. Soekarno)
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3) Mufakat atau Demokrasi
4) Kesejahtraan Sosia
5) lKetuhanan Yang Maha Esa

Pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuklah panitia sembilan atau panitia kecil yang terdiri
atas 9 orang anggota yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad
Soebadjo, Mr.A.A. Maramis, Abdul Kadir Muzakkir, K.H. Wachid Hasym, K.H. Agus
Salim, dan Abikusno Tjokrosujoso. Panitia ini menghasilkan dokumen yang dikenal
dengan Piagam Djakarta, yang berisi:

1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat-syariat islam,


2. Kemanusian yang adil dan beradab,

5
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan, dan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Panitia perancang UUD menytujui isi Preambule (pembukaan) diambil dari Piagam
Jakarta. Persidangan kedua BPUPKI yang dilaksanakan pada 14 Juli 1945. Ir. Soekarno selaku
ketua panitia perancang UUD melaporkan tiga hasil yaitu:
1) Pernyataan Indonesia Merdeka;
2) Pembukaan UUD; dan
3) UUD (Batang Tubuh).

2. Aktivitas Golongan Muda


Pada tanggal 16 Mei 1945 di Bandung diadakan kongres pemuda seluruh Jawa, yang
dihadiri 100 lebih utusan pemuda. Setelah tiga hari berlangsung telah di putuskan dua buah
resolusi yaitu:
a. Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda dipersatukan dan di bulatkan di
bawah satu pimpinan nasional.
b. Di percepatnya pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia.

Walau demikian, kongres akhirnya menyatakan dukungan penuh dan kerjasama erat
Dengan Jepang dalam usaha mencapai kemrdekaan. Golongan muda bertekat untuk
menyiapkan suatu gerkan pemuda yang lebih radikal. Pada tanggal 15 Juni 1945, rapat itu
berhasil dibentuk Gerakan Angkatan Baroe Indonesia.

3. Pembentukan PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI di bubarkan, yang diganti dengan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang beranggotakan 21
orang. Jendral Besar Terauchi memanggil tiga tokoh pergerakan nasional Indonesia untuk
mengadakan pertemuan di Dalat (Vietnam Selatan). Pada tanggal 12 Agustus 1945 Jendral
Besar Terauchi menyampaikan bahwa Jepang telah memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia.

4. Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda segera mengadakan pertemuan setelah mendengar bahwa pasukan
jepang telah menyerah. Mereka bersepakat bahwa kemerdekaan indonesia merupakan hak
dan masalah rakyat Indonesia yang tidak bergantung pada negara lain. Sedangkan golongan
tua berpendapat bahwa kemerdekaan indonesia harus di laksanakan melalui revolusi secara
terorganisir, karen pihaknya ingin membicarakan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI.

Perbedaan pendapat itu mendorong para pemuda untuk membawa Soekarno-Hatta


(golongan Tua) ke Rengasdengklok tanggal 16Agustus 1945, agar mereka terjauh dari
pengaruh pemerintah Jepang. Melalui pembicaraan Sudancho Singgih dengan Soekarno
menyatakan bahwa beliau bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah
kembali ke-Jakarta.

Tengah harinya Sudancho kembali ke-Jakarta untuk menyampaikan berita tersebut


kepada kawan-kwannya. Mr. Ahmad Subardjo juga menjamin dilaksanakannya proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 nyawanya

6
menjadi taruhannya.dengan adanya jaminan tersebut,Komandan Kompi Rengasdengklok
Cudanco Subendo bersedia melepas Soekarno-Hatta.

5. Perumusan Teks Proklamasi


Rombongan tiba di Jakarta pada pukul 23.30, kemudian menuju rumah Laksamana
Tadashi Maeda di jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta. Hal ini karen Laksamana Tadashi
Maeda telah menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Konsep naskah
proklamasi dibuat oleh Ir. Soekarno, dan disempurnakan dengan pendapat dari Drs. Moh.
Hatta dan Ahmad Soebardjo.

Naskah proklamasi diselesaikan menjelang subuh dan Ir. Soekarno membuka


pertemuan untuk menyerahkannya kepada seluruh yang hadir untuk menandatangani teks
proklamasi tersebut. Namun, usuan tersebut ditentang oleh Sukarni agar yang
menandatangani adalah Soekarno-Hatta atas nama bangsa. Soekarno meminta Sayuti
Melik untuk mengetik teks proklamasi sesuai dengan tulis tangannya yang telah mengalami
erubahan- perubahan.

6. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Pada puul 05.00 tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin indonesia dari golongan tua
dan golongan muda pulang kerumah masing-masing. Mereka sepakat untuk memproklamasi
kemerdekaan pada pukul 10.00 di rumah Ir. Soekarno jl. Pegangsaan Timur No.56 jakarta.
Ibu Fatmawati telah mempersiapkan bendera yang akan dikibarkan, yang ia jahit sendiri.
Adapun susunan acara yang telah di persiapkan adalah:
a) Pembacaan Proklamasi
b) Pengibaran Bendera Merah Putih
c) Sambutan Walikota Suwirjo dan Muwardi

B. Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia


Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia memiliki makna yang luas dan dalam
bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1. Merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka mencapai
kemerdekaan yang berlangsung lebih kurang 400 tahun.
2. Merupakan awal terbebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan bangsa asing dan menjadi
bangsa yang berdiri sendiri.
3. Merupakan sumber hukum yang menegaskan mulai berdirinya negara kesatuan RI yang
merdeka dan berdaulat.
4. Merupakan momentum politik terbebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan bangsa lain,
dan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sederajad dengan bangsa lain di dunia.
5. Merupakan manifesto politik perjuangan dalam mewujudkan Indonesia yang merdeka dan
berdaulat.

C. Perkembangan Kehidupan Politik Sejak Proklamasi Hingga Demokrasi


Terpimpin
1. Kedatangan Sekutu Dan NICA
Sekutu datang ke-Indonesia setelah menugaskan Jepang untuk mempertahankan
keadaan seperti status quo. pasukan yang bertugas adalah tentara Kerajaan Inggris yang
terbagi atas dua yaitu:
a. SEAC (south east asia command) di bawah pimpinan Lakamana Lord Louis Mounbatten
untuk wilayah Indonesia bagian Barat.

7
b. SWPC (south west pasific command) wilayah Indonesia bagian Timur
Kemudian Mounbatten AFNEI (allied forces for netherlands east indes) untk
melaksanakan tugasnya di Indonesia bagian Barat yaitu:
a. Menerima Penyerahan dari Jepang.
b. Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu.
c. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
d. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada
pemerintah sipil.
e. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka didepan
pengadilan.
Kedatangan sekutu pada awalnya di anggap netral oleh pihak Indonesia. Namun, saat
diketahui sekutu membawa NICA (netherland indies civil administration) sikap masyarakat
indonesia berubah curiga, karen NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda
untuk mengambil alih pemerintah Indonesia.
2. Kontak Fisik Inonesia Dengan Sekutu (Belanda) di Berbagai Daerah
Kedatangan tentara sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan terjadi konflik dan
pertempuran di berbagai daerah di Indonesia diantaranya:

a. Pertempuran di Surabaya (10 November 1945)


Pada tanggal 25 oktober 1945, Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya.
Kedatangan mereka diterima enggan oleh pemimpin Jawa Timur, setelah di adakannya
pertemuan antara wakil-wakil RI dan dihasilkan kesepakatan sebagai berikut:
1. Inggris berjanji di antara mereka tidak ada angkatan perang
2. Disetujui kerjasama untuk menjamin keamanan dan ketentraman
3. Akan segera dibentuk kontak biro agar kerjasama dapat berjalan lancar
4. Inggris hanya akan melucuti senjata jepang
Namun Inggris tidak menepati janjinya, suatu polotan Field Scurity Section melakukan
penyerangan ke penjara Kalisosok untuk membebaskan kolonel Huiyer bersama kawan-
kawannya. Kemudian mereka menyebarkan pamflet yang berisi perintah untuk
menyerahkan senjata yang di rampas dari pihak Jepang.
Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby tidak mengetahui akan hal itu, tapi ia akan
melaksanakan isi dari pemflet itu. Tindakan itu membuat pihak RI tidak percaya pada
Inggris. Terjadi kontak senjata pertama antara Indonesia dan Inggris. Inggris dapat di pukul
mundur dan Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby ditawan oleh pemuda Indonesia. Mendengar
kabar itu komando sekutu menghubungi presiden Soekarno untuk mendamaikan
perselisihan itu. Namun pertempuran tetap terjadi sehingga Brigadir Jendral A.W.S.
Mallaby terbunuh, karena itu pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban.
Mereka mengeluarkan ultimut yang di sertai instruksi agar rakyat Surabaya melapor
dengan meletakkan tangan mereka diatas kepala. Ultimut tersebut ditolak oleh rakyat
Surabaya, sehingga terjadi pertempuran terakhir dan terbesar pada tanggal 10 November
1945, yang menunjukan kegigihan bangsa Indonesia, sehingga pemerintah RI menetapkan 10
November 1945 sebagai hari pahlawan.
b. PertempuranAmbarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 November 1945, yang terjadi antara
pasukan TKR dan sekutu Inggris. Mereka datang ke Indonesia untuk mengurus para
tawanan yang ada di penjara Ambarawa-Magelang. Tapi, pihak NICA mempersenjatai para
tawanan itu. Mereka melakukan gencetan dan perundingan, namun mereka mengingkari
janjinya. Pada 20 November 1945 terjadi pertempuran antara TKR dan sekutu.

8
Pihak sekutu mundur ke Semarang pada tanggal 15 Desember 1945. Pertempuran
Ambarawa memiliki arti penting karena letak Ambarawa yang setrategis, yang dapat
mengancam 3 kota utama yaitu, Surakarta, Yogyakarta, dan Magelang yang menjadi pusat
kedudukan markas tertinggi TKR.

c. Pertempuran Medan Area


Pada tanggal 9 November 1945 pasukan sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jendral
T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara yang di ikuti oleh pasukan NICA. Tim RAPWI
mendatangi kamp-kamp yang ada di medan untuk membentuk kelompok Medan Batalyon
KNIL. Ternyata bekas tawanan itu menjadi arogan dan sewenang-wenang yang memicu
timbulnya insiden.

Pada tanggal 1 Desember pihak sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Area, di pinggir kota medan. Sejak saat itu Medan Area menjadi terkenal, pada
10 Desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR, aksi itu mendapat
perlawanan sengit dari pihak pemuda Medan. Pada tanggal 10 Agustus 1946 mereka
mengadakan pertemuan di Tebing Tinggi yang memutuskan dibentuknya Komando Resimen
Laskar Rakyat Medan Area, dibawah komando itu mereka meneruskan perjuangan.

d. Bandung Lautan Api


Pasukan sekutu Inggris memasuki Bandung sejak pertengahan oktober 1945, yang
dimanfaatkan oleh pasuakn NICA untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia. Untuk
meredakan ketegangan diadakan perundingan antara pihak RI dan sekutu/NICA, yang
menghasilkan:

1. Pasukan sekutu Bandung bagian Utara


2. Indonesia memperoleh Bandung bagian Selatan
Meskipun Indonesia telah mengosongkan bandung bagian utara, namun sekutu
menuntut pengosongan sejauh 11 km, yang membuat rakyat bandung marah. Kemudian
mereka melakukan aksi pertempuran dengan membumi hanguskan segenap penjuru
Bandung Selatan yang terjadi pada tanggal 24 Maret 1946 yang kemudian dikenal dengan
Bandung Lautan Api.
3. Perjuangan Melalui Diplomasi Menghadapi Belanda
a. Kontak Diplomasi Menghadapi Belanda
Pada tanggal 1 November 1945, pemerintah RI mengeluarkan maklumat yang isinya
menghendaki pengakuan kedaulatan dari pihak Inggris dan Belanda. Kabinet Syahrir dan
Dr. H. J. Van Mook melakukan perundingan pada tanggal 10 Februari 1945, yang berisi:
1) Indonesia akan di jadikan negara persemakmuran berbentuk federasi yang memiliki
pemerintah sendiri didalam lingkungan kerajaan Belanda
2) Masalah dalam negeri akan di urus oleh Belanda
3) Sebelum dibentuk negara persemakmuran akan dibentuk pemerintahan peralihan selama 10
tahun
4) Indonesia akan dimasukkan sebagai anggota PBB

b. Perjanjian Linggar Jati


Dikota Hooge Veluwe bulan april 1946 dilaksanakan perundingan. Belanda menolak usul
yang di ajukan Clark Kerr tentang kedaulatan secara De Facto di wilayah Sumatra dan Jawa.
Belanda ingin mengakui De Facto di Jawa dan Madura. Untuk menyelesaikan pertikaian

9
Belanda-Indonesia di adakan perundingan pada tanggal 10 November 1945 di linggar Jati ,
yang berisi:
a) Pemerintah RI dan Belanda bersama-sama membentuk Negara federasi bernama Negara
Indoneia Serikat (NIS)
b) NIS tetap terikat dalam ikatan kerja sama dengan kerajaan Belanda, dengan wadah Uni
Indonesia-Belanda yang diketahui oleh Belanda.

c. Perjanjian Renvile
Diselenggarakan perundingan di atas galadak kapal milik angkatan laut AS, yang
bernama U.S.S. Renvillei pada tanggal 8 Desember 1947. KTN mengajukan usul politik yang
didasarkan persetujuan Lingggar Jati, yaitu:
a) Kemerdekaan bangsa Indonesia
b) Kerjasama Indonesia-Belanda
c) Suatu Negara yang berdaulat atas nama federasi
d) Uni antara Indonesia serikat dan bagian lain Kerajaan Belanda

Akhirnya pada tanggal 17 Januari 1948, kedua belah pihak menandatangani persetujuan
gencetan senjata dan perinsip-perinsip politik yang di saksikan oleh KTN.

d. Agresi militer Belanda II


Pihak belanda yang masih ingin menguasai wilayah Indonesia, mencari cara untuk
mengingkari perjanjian yang telah di sepakati. Hingga pada tanggal 24 Januari 1949, dewan
keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar RI dan Belanda segera menghentikan
permusuhan. Kegagalan Belanda dalam bertempur dan gencetan AS yang mengancam akan
memutuskan bantuan ekonomi dan keuangan, memaksa Belanda untuk kembali ke meja
perundingan.

e. Perundingan Reom-Royen
Pada tanggal 22 Juni 1949 Perundingan Reom-Royen antara RI, BFO, dan Belanda.
Perundingan itu di lakukan dibawah pengawasan UNCI, Critchli dari Australia. Hasil
perundingan itu ialah:
1. Pengambilan pemerintah RI ke Yogyakarta di laksanakan pada 24 Juni 1949
2. Mengenai penghentian permusuhan akan di bahas setelah pemerintah RI kembali ke
Yogyakarta, dan
3. KMB diusulkan akan di adakan di Den Haag

f. Konferensi antar Indonesia


Pada tanggal 30 Juni 1949 di pimpin oleh Moh. Hatta di adakan perundingan yang
bertujuan membahas pelaksanaan yang pokok-pokok persetujuan yang telah di ambil di
Yogyakarta. Kedua belah pihak membentuk Panitia Persiapan Nasional yang bertugas menjaga
ketertiban sebelum dan sesudah KMB. Presiden Soekarno dan Wakil presiden Moh. Hatta
memerintahkan penghentian tembak-tembakan mulai 11 Agustus untuk Jawa dan 15 Agustus
untuk Sumatra.

g. Konferensi Meja Bundar dan pengakuan kedaulatan


KMB berlangsung pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949 di Den Haag. Hasil yang
di capai dalam KMB antara lain:
1) Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat
2) Status Irian akan di selesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan
3) Akan di bentuk Uni Indonesia-Belanda berdasarkan kerjasama sukarela dan sederajat

10
4) RIS mengembalikan hak milik belanda serta memberikan hak konsesi dan izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda
5) RIS harus membayar hutang-hutang Belanda yang di buat sejak tahun 1942

D. Perkembangan Demokrasi Indonesia Sejak Demokrasi Liberal Hingga


Demokrasi Terpimpin
A. Masa Demokrasi Liberal
Pada masa demokrasi liberal NKRI dibagi menjadi 10 Provinsi yang memiliki otonomi.
Komposisi dan kekuatan kelompok oposisi sering kali berubah ubah. Hal itu menyebabkan
berkecamuknya politik dalam negeri. Kabinet kabinet yang pernah berkuasa adalah sebagai
berikut :

1. Kabinet Natsir ( 6 September 1950 21 Maret 1951)


Kabinet Natsir mendapat dukungan dari tokoh tokoh terkenal seperti Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, Mr. Asat, Mr. Moh. Roem, Ir. Djuanda dan Dr. Sumitro
Djojohadikusumo. Program pokok kabinet Natsir adalah :
- Menggiatkan usaha keamanan ketentraman
- Konsolidasi dan menyempurnakan pemerintahan
- Menyempurnakan organisasi angkatan perang.
- Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan
- Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
-
Pada tanggal 21 Maret 1951 perdana menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada
presiden.

2. Kabinet Sukiman ( 27 April 1951- 3 April 1952)


Kabinet Sukiman memiliki beberapa program dan diantaranya ada yang mirip dengan
program kabinet Natsir, hanya beberapa halaman mengalami perubahan. Mengenai
pemulihan keamanan dan ketertiban dan juga memprogramkan merebut kembali Irian Barat
dari Belanda.

Kedudukan kabinet Sukiman semakin tidak stabil karena hubbungan dengan militer
yang kurang baik. Sebab itu DPR menggugat kebijakan kabinet Sukiman akibatnya kabinet
Sukiman mengalami kejatuhan dan mengembalikan mandatnya kepada presiden.

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 3 Juni 1953 )


Kabinet Wilopo memiliki enam program, diantaranya yang paling penting adalah
mempersiapkan pelaksanaan pemilihan umum, program untuk memperingatkan
kemakmuran rakyat dan menciptakan keamanan dalam negeri. Program luar negerinya di
tekankan kepada perjuangan mengembalikan Irian Barat serta melaksanakan politik Luar
negeri yang bebas-aktif.

Masalah yang berat dihadapi oleh kabinet Wilopo adalah masalah Angkatan Darat
yang dikenal dengan Peristiwa 17 Oktober 1952, dan pada tanggal 16 Maret 1953 terjadilah
pentraktoran tanah di Tanjung Marowa. Hal ini membuat rakyat protes. Akibatnya kabinet
Wilopo mengembalikan mandatnya pada tanggal 2 juni 1953

4. Kabinet Ali Sastroamidjojo (31 Juli 1953 24 Juli 1955)


Kabinet Ali memiliki 4 program yaitu:

11
- Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan pemilu
- Membahas Irian Barat secepatnya
- Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB
- Penyelesaian pertikaian politik

Kegagalan yang menyebabkan jatuhnya kabinet Ali adalah masa angkatan darat,
padatanggal 24 Juli 195 Ali Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya kepada Wakil
Presiden. Dibalik kegagalan kabinet Ali, ia masih memiliki kekuasaan, diantaranya
menyiapkan pemilihan umun dan menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika.

5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)


Hasil yang menonjol dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah penyelenggaraan
pemilihan umum yang pertama di Indonesia yang berlangsung pada tanggal 29 September
1955. Peristiwa 27 Juni 1955 yang menjadi penyebab kegagalan kabinet Ali berhasil
diselesaikan dengan mengembalikan posisi Nasution sebagai KSAD.

Pada tanggal 3 Maret Kabinet Burhanuddin Harahap mengembalikan mandatnya


kepada Presiden , dan prestasi yang dicapai adalah pembubaran Uni Indonesia-Belanda.

6. Kabinet Ali Sastroamidjojo (20 Maret 1956- 14 Maret 1957)


Tanggal 20 Maret 1956 Ali Sastroamidjojo kembali diserahi mandat, programnya
adalah: - Pembatalan KMB (pada 3 Mei 1956)
- Perjuangan mengembalikan Irian Barat
- Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan ekonomi, keuangan, industri,
perhubungan pendidikan, dan pertanian
- Melaksanakan keputusan konferensi Asia-Afrika
Pada bulan Januari 1957, Masyumi menarik semua Mentrinya dari kabinet. Peristiwa itu
sangat melemahkan kedudukan kabinet Ali Sastroamidjojo, sehingga tanggal 14 Maret 1957
Ali Sastroamidjojo akhirnya menyerahkan mandatnya ke Presiden.
7. Kabinet Karya (9 April 1957 - 10 Juli 1959)
Kabinet Karya merupakan Zaken Kabinet (kabinet Kerja) yaitu kabinet yang tidak
berdasarkan atas dukungan dari parlemen, kabinet Karya menyusun 5 pasal yang disebut
Pancakarya yaitu: - Membentuk dewan nasional
- Normalisasi keadaan republik
- Melancarkan pelaksanaan pembatalan persetujuan Kmb
- Memperjuangkan Irian Barat
- Mempercepat proses pembangunan
Pemerintah menyelenggarakan Musyawarah Nasional (MUNAS) yang membahas
pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang serta pembagian wilayah
RI. Prestasi yang dicapainya adalh berhasil mengatur kembali batas perairan nasional
Indonesia, dengan keluarnya Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957. D
eklarasi Djuanda mengatur tentang laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui Deklarasi
Dejuanda dapat tercipta kesatuan Wilayah Indonesia, yaitu lautan dan daratan merupakan
satu kesatuan yang utuh dan bulat.

12
B. Masa Demokrasi Terpimpin
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dengan dikeluarkannya dekrit presiden 15 Juli 1959, Indonesia memasuki masa
demokrasi terpimpin. Isi dekrit tersebut yaitu pembukaan konstituante, tidak berlakunya
UUDS 1950 dan berlaku kembali UUD 1945, serta MPRS dan DPAS.

Pemilu pada tanggal 15 Desember 1955 berhasil memiklih anggota DPR dan
konstituante (Dewan Pengusulan UUD). Tugas utama konstituante adalah merumuskan
UUD yang baru, pada tanggal 21 Februari 1957 presiden Soekarno mengajukan gagasan yang
dikenal sebagai konsepsi presiden yaitu:

1. Sistem demokrasi liberal-parlementer perlu diganti dengan demokrasi terpimpin


2. Perlu dibentuk kabinet gotong-royong yang merupakan kabinet kaki empat, yakni PNI,
Masyumi, NU, dan PKI
3. Perlu dibentuk Dewan Nasional yang anggotanya terdiri atas golongan fungsional dalam
masyarakat

Pada tanggal 3 Juni 1959 konstituante mengadakan reses (masa istirahat) untuk
mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Kegagalan melaksanakan tugasnya, akhirnya
demi keselamatan negara berdasarkan staatsnoosrecht (Hukum keadaan bahaya bagi negara)
pada hari minggu 5 Juli 1959 pukul 17.00 diistana Negara Merdeka, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya:
1. Pembubaran Konstituante,
2. Tidak berlakunya UUDS 1050 dan berlakunya kembli UUD 1945, serta
3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka berakhirlah masa pemerintah
Demokrasi Liberal. Sejarah indonesia memasuki babak baru dengan dimulainya masa
pemerintahan demokrasi terpimpin.

13
BAB III
PERGANTIAN PEMERINTAHAN DARI DEMOKRASI
TERPIMPIN SAMPAI LAHIRNYA ORDE BARU
A. Proses Peralihan Kekuasaan Politik Setelah Peristiwa G30 S/PKI
Proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI, merupakan moment
penting yang menandai tumbangnya rezim orde lama yang akan digantikan oleh orde baru.
Proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI ini juga menimbulkan
kemarahan dan juga harapan. Kemarahan karena dianggap pemerintah orde lama tak bisa
mengatasi carut-marut kondisi keamanan politik dalam negeri yang direpresentasikan oleh
keadaan di Jakarta. Namun tetap mengandung harapan yakni akan adanya perubahan yang
menyeluruh setelah terjadinya Proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S
PKI itu. Namun siapa yang mengira semuanya berlangsung di luar kendali. Pasca proses
peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI, menjadi semakin rumit dan sulit
untuk ditebak. Inilah kenapa yang membuat masyarakat Jakarta waktu itu dan umumnya
rakyat Indonesia semakin marah.

Proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI, bagi bangsa Indonesia
sendiri seperti mengulang kepada kondisi pra kemerdekaan. Genting dan serba sulit. Namun
bagi militer, proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI momentum
untuk atas nama rakyat kemudian membangun citra baru, menjadi pihak yang secara
emosional sama-sama merasa disakiti dan dikhianati. Disinilah kealpaan Soekarno. Aksi-
aksi massa yang terjadi pasca proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI,
tidak dihadapi dengan cerdas melainkan dianggap sebagai musuh yang harus dihadapi secara
berhadap-hadapan. Secara emosional Soekarno membekukkan organisasi massa bahkan
membekukkan Universitas Indonesia, merupakan wujud bagaimana paniknya pemerintah
pasca roses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI itu terjadi.

Pasca Gerakan 30 September berhasil ditumpas dan telah diketahui bahwa PKI
diindikasikan terlibat dalam peristiwa tersebut, menimbulkan rasa marah dalam diri
masyarakat. Akhirnya, masyarakat kala itu menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI
dan menyeret para tokoh yang terlibat di balik peristiwa G30S tersebut. Ini yang kemudian
menimbulkan kondisi chaos di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia. Satu kejadian
penting bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia setelah terjadinya proses peralihan
kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI

Masyarakat dan partai-partai politik yang tidak sepaham dengan PKI, secara spontan,
mulai bersatu membentuk berbagai kelompok yang menuntut pertanggungjawaban PKI dan
para simpatisannya. Pada 8 Oktober 1965, massa mulai melakukan demonstrasi menuntut
pertanggungjawaban PKI. Namun ketidak tegasan Soekarno waktu itu dianggap sebagai
sikap mendua, sehingga setelah proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S
PKI itu terjadi, masyarakat berhadap-hadapan dengan Soekarno dengan penuh kemarahan.
Kondisi yang sangat tidak kondusif sebenarnya untuk memulihkan keadaan. Padahal
peristiwa G30S PKI itu sendiri masih menimbulkan berbagai persoalan.

Beberapa kelompok kesatuan aksi yang terbentuk waktu itu, antara lain Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi
Guru Indonesia (KAGI), dan lain-lain. Kesatuan aksi itu membentuk Front Pancasila yang

14
bekerja sama dengan organisasi yang menentang PKI. Mereka mengadakan rapat akbar pada
26 Oktober 1965 di lapangan Banteng Jakarta.

Menghadapi arus demonstrasi yang kian deras, Presiden Soekarno berjanji akan
mengadakan penyelesaian politik terhadap pemberontakan Gerakan 30 September. Akan
tetapi, janji tersebut belum ditepati. Hal ini menyebabkan para mahasiswa, pelajar, dan
kelompok lainnya yang didukung oleh masyarakat luas dan ABRI, mulai melakukan
tindakan yang langsung mengarah kepada PKI dan simpatisannya. Sementara itu, dengan
dasar pertimbangan kemelut kondisi politik Indonesia yang tidak menentu dan
membumbungnya harga-harga kebutuhan pokok rakyat, 10 Januari 1966, KAMI dan KAPPI
mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) di hadapan gedung DPRGR:
1. Bubarkan PKI.
2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur Gerakan 30 September.
3. Turunkan harga.

1) Kebijakan Politik Presiden Soekarno


Menghadapi situasi politik yang semakin memanas, Presiden Soekarno memanggil
seluruh menterinya untuk mengadakan sidang kabinet di Istana Bogor. Dalam sidang
tersebut, terdapat banyak tokoh dari KAMI yang diundang. Akan tetapi, di luar Istana Bogor,
masyarakat yang berdemonstrasi bertambah banyak dan menuntut dilaksanakannya Tritura.
Menghadapi siatuasi yang sulit dan serba tidak menentu tersebut, Soekarno menjadi
terpancing dan masuk ke dalam pusaran yang sebenarnya tidak menguntungkan. Inilah
langkah yang akan menyebabkan Soekarno menjadi semakin sulit pada pekan-pekan ke
depan, setelah terjadinya proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI itu
terjadi.

Dalam sidang kabinet, Presiden Soekarno kembali berjanji akan memberikan


penyelesaian politik. Janji politik tersebut ia wujudkan dengan me-reshuffle susunan Kabinet
Dwikora yang Disempurnakan.

Rakyat sangat marah melihat penyelesaian politik yang dilakukan Presiden Soekarno
tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Kemudian, terjadilah gelombang demonstrasi yang
semakin besar dan ditujukan langsung kepada Presiden Soekarno. Melihat demonstrasi
besar-besaran tersebut, Presiden Soekarno merasa tersinggung. Beliau segera membalas
dengan membubarkan KAMI pada 26 Februari 1966 dan menutup kampus Universitas
Indonesia pada 3 Maret 1966.

Tindakan presiden itu malah memperuncing suasana politik. Arus demonstrasi


semakin deras dan membanjiri Jakarta sehingga keadaan kota semakin tidak menentu. Ada
yang mengira inilah akhir dari kecemerlanangan karir politik Soekarno yang dibesarkan oleh
suasana revolusi, namun tak berhasil mengerucutkan masalah yang terjadi di dalam negeri
sendiri pasca terjadinya proses peralihan kekuasaan politik setelah peristiwa G30S PKI itu.

2) Supersemar
Singkat cerita, Letjen Soeharto memberikan izin kepada ketiga perwira TNI-AD, yaitu
Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen M. Yusuf, dan Brigjen Amir Mahmud, untuk menemui
Presiden Soekarno di Istana Bogor. Ketiga perwira TNI-AD tersebut menyampaikan pesan
dari Letjen Soeharto bahwa beliau sanggup menyelesaikan kemelut politik dan memulihkan
keamanan dan ketertiban di ibukota. Inilah langkah strategis yang dilakukan Letjen
Soeharto pada situasi yang terjadi setelah proses peralihan kekuasaan politik setelah

15
peristiwa G30S PKI terjadi. Kecerdasan Soeharto yang terkenal sebagai ahli strategi itu
tidak terbantahkan di sini. Dan rupanya Soekarno juga lalai menghadapi strategi yang
sedang dikembangkan oleh prajurit yang pernah dimaki-maki dalam suatu kesempatan.

Setelah melakukan pembicaraan dengan ketiga perwira tersebut, akhirnya Presiden


Soekarno setuju untuk memberikan perintah kepada Letjen Soeharto untuk memulihkan
keadaan dan wibawa pemerintah pada 11 Maret 1966. Dalam menjalankan tugasnya, Letjen
Soeharto harus melaporkan segala sesuatu kepada presiden. Surat tersebut dibuat pada 11
Maret sehingga dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Dengan surat perintah itu, Letjen Soeharto memiliki kekuatan hukum untuk
memenuhi tuntutan rakyat. Oleh karena itu, Letjen Soeharto mengambil tindakan
membubarkan PKI pada 12 Maret 1966 dan mengamankan 15 menteri Kabinet Dwikora yang
Disempurnakan karena terdapat indikasi terlibat Gerakan 30 September. Langkah penting
bagi Letjen Soeharto untuk memuluskan jalan menggenggam kekuasaan. Dari sini pula
langkah itu dimulai, kemudian orde lama tumbang dan orde baru mulai tumbuh. Tapi siapa
yang akan mengira, dengan cara yang hampir sama pula sejarah negeri ini mencatat,
kekuasaan orde baru kelak berakhir. Selain itu, turunnya Supersemar merupakan jawaban
terhadap berbagai tuntutan mahasiswa dan rakyat yang menginginkan pembubaran PKI.

B. Ciri-Ciri Pokok Kebijakan Pemerintah Orde Baru


Sebagai langkah awal untuk menciptakan stabilitas nasional, Sidang Umum IV MPRS
telah memutuskan untuk menugaskan Letjen. Soeharto selaku pengemban Surat Perintah 11
Maret 1966 atau Supersemar yang sudah ditingkatkan menjadi Ketetapan MPRS No. IX/
MPRS untuk membentuk kabinet baru. Dibentuk Kabinet Ampera yang bertugas:

1. Kebijakan Dalam Negeri


Struktur perekonomian Indonesia pada tahun 19501965 dalam keadaan kritis.
Pemerintah Orde Baru meletakkan landasan yang kuat dalam pelaksanaan pembangunan
melalui tahapan Repelita, keadaan kritis ditandai oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian sehingga struktur
perekonomian Indonesia lebih condong pada sektor pertanian.
b. Komoditas ekspor Indonesia dari bahan mentah (hasil pertanian) menghadapi persaingan di
pasaran internasional, misalnya karet alam dari Malaysia, gula tebu dari Meksiko, kopi dari
Brasil, dan rempah-rempah dari Zanzibar (Afrika), sehingga devisa negara sangat rendah dan
tidak mampu mengimpor bahan kebutuhan pokok masyarakat yang saat itu belum dapat
diproduksi di dalam negeri.
c. Tingkat investasi rendah dan kurangnya tenaga ahli di bidang industri, sehingga industri
dalam negeri kurang berkembang.
d. Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Indonesia sangat rendah. Tahun 1960-an hanya
mencapai 70 dolar Amerika per tahun, lebih rendah dari pendapatan rata-rata penduduk
India, Bangladesh, dan Nigeria saat itu.
e. Produksi Nasional Bruto (PDB) per tahun sangat rendah. Di sisi lain pertumbuhan
penduduk sangat tinggi (rata-rata 2,5% per tahun dalam tahun 1950-an).
f. Indonesia sebagai pengimpor beras terbesar di dunia.
g. Struktur perekonomian pada akhir tahun 1965, berada dalam keadaan yang sangat merosot.
Tingkat inflasi telah mencapai angka 65% dan sarana ekonomi di daerah-daerah berada
dalam keadaan rusak berat karena ulah kaum PKI/BTI yang saat itu berkuasa dan dengan
sengaja ingin mengacaukan situasi ekonomi rakyat yang menentangnya.

16
Berdasarkan Tap. MPRS No. XXII/MPRS/1966 yang diarahkan kepada pengendalian
inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan
pencukupan kebutuhan sandang. Program jangka pendek ini diambil dengan pertimbangan
apabila laju inflasi telah dapat terkendalikan dan suatu tingkat stabilitas tercapai, barulah
dapat diharapkan pulihnya kegiatan ekonomi yang wajar serta terbukanya kesempatan bagi
peningkatan Tugas pemerintah Orde Baru adalah menghentikan proses kemerosotan
ekonomi dan membina landasan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi ke arah yang wajar.

Dalam mengemban tugas utama tersebut, berbagai kebijaksanaan telah diambil


sebagaimana tertuang dalam program jangka produksi. Dengan usaha keras tercapai tingkat
perekonomian yang stabil dalam waktu relatif singkat. Sejak 1 April 1969 pemerintah telah
meletakkan landasan dimungkinkannya gerak tolak pembangunan dengan ditetapkannya
Repelita I. Dengan makin pulihnya situasi ekonomi, pada tahun 1969 bangsa Indonesia mulai
melaksanakan pembangunan lima tahun yang pertama.

Berbagai prasarana penting direhabilitasi serta iklim usaha dan investasi dikembangkan.
Pembangunan sektor pertanian diberi prioritas yang sangat tinggi karena menjadi kunci bagi
pemenuhan kebutuhan pangan rakyat dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat.
Repelita I dapat dilaksanakan dan selesai dengan baik, bahkan berbagai kegiatan
pembangunan dipercepat sehingga dapat diikuti oleh Repelita selanjutnya.

Perhatian khusus pada sektor terbesar yang bermanfaat menghidupi rakyat, yaitu sektor
pertanian. Sektor pertanian harus dibangun lebih dahulu, sektor ini harus ditingkatkan
produktivitasnya. Bertumpu pada sektor pertanian yang makin tangguh itu kemudian
barulah dibangun sektorsektor lain. Demikianlah pada tahap-tahap awal pembangunan,
secara sadar bangsa Indonesia memberikan prioritas yang sangat tinggi pada bidang
pertanian.

Pembangunan yang dilaksanakan, yaitu membangun berbagai prasarana pertanian,


seperti irigasi dan perhubungan, cara-cara bertani, dan teknologi pertanian yang diajarkan
dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan penyuluhan. Penyediaan sarana
penunjang utama, seperti pupuk, diamankan dengan membangun pabrik-pabrik pupuk.
Kebutuhan pembiayaan para petani disediakan melalui kredit perbankan. Pemasaran hasil
produksi mereka, kita berikan kepastian melalui kebijakan harga dasar dan kebijakan stok
beras.

2. Kebijakan Luar Negeri


Langkah-langkah yang diambil oleh Kabinet Ampera dalam menata kembali politik
luar negeri, antara lain sebagai berikut.

a. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB


Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tanggal 28 September 1966 dan tercatat
sebagai anggota ke-60. Sebagai anggota PBB, Indonesia telah banyak memperoleh manfaat
dan bantuan dari organisasi internasional tersebut. Manfaat dan bantuan PBB, antara lain
sebagai berikut:
1. PBB turut berperan dalam mempercepat proses pengakuan de facto ataupun de jure
kemerdekaan Indonesia oleh dunia internasional.
2. PBB turut berperan dalam proses kembalinya Irian Barat ke wilayah RI.
3. PBB banyak memberikan sumbangan kepada bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi,
sosial, dan kebudayaan.
17
Hubungan yang harmonis antara Indonesia dan PBB menjadi terganggu sejak Indonesia
menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB pada tanggal 7 Januari 1965. Keluarnya
Indonesia dari keanggotaan PBB tersebut sebagai protes atas diterimanya Federasi Malaysia
sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, sedangkan Indonesia sendiri pada saat
itu sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Akibat keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia
praktis terkucil dari pergaulan dunia. Hal itu jelas sangat merugikan pihak Indonesia.

b. Penghentian Konfrontasi dengan Malaysia


Indonesia melakukan konfrontasi dengan Malaysia setelah diumumkan Dwikora oleh
Presiden Soekarno pada tanggal 3 Mei 1964. Tindakan pemerintah Orde Lama ini jelas
menyimpang dari pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif.

Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia dikembalikan lagi pada politik
bebas aktif sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini merupakan pelaksanaan dari
Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966. Indonesia segera memulihkan hubungan dengan
Malaysia yang sejak 1964 terputus. Normalisasi hubungan IndonesiaMalaysia tersebut
berhasil dicapai dengan ditandatangani Jakarta Accord pada tanggal 11 Agustus 1966.

Persetujuan normalisasi hubungan IndonesiaMalaysia merupakan hasil perundingan


di Bangkok (29 Mei1 Juni 1966). Perundingan dilakukan Wakil Perdana Menteri/Menteri
Luar Negeri Malaysia, Tun Abdul Razak dan Menteri Utama/Menteri Luar Negeri
Indonesia, Adam Malik. Perundingan telah menghasilkan persetujuan yang dikenal sebagai
Persetujuan Bangkok. Adapun persetujuan Bangkok mengandung tiga hal pokok, yaitu
sebagai berikut.

1. Rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesempatan menegaskan lagi keputusan yang telah
diambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
2. Kedua pemerintah menyetujui memulihkan hubungan diplomatik.
3. Kedua pemerintah menghentikan segala bentuk permusuhan.

c. Pembentukan Organisasi ASEAN


Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
atau dikenal dengan nama ASEAN. ASEAN merupakan organisasi regional yang dibentuk
atas prakarsa lima menteri luar negeri negaranegara di kawasan Asia Tenggara. Kelima
menteri luar negeri tersebut adalah Narsisco Ramos dari Filipina, Adam Malik dari
Indonesia, Thanat Khoman dari Thailand, Tun Abdul Razak dari Malaysia, dan S.
Rajaratnam dari Singapura.
Penandatanganan naskah pembentukan ASEAN dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus
1967 di Bangkok sehingga naskah pembentukan ASEAN itu disebut Deklarasi Bangkok.
ASEAN mempunyai tujuan utama, antara lain:
1) meletakkan dasar yang kukuh bagi usaha bersama secara regional dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan;
2) meletakkan landasan bagi terwujudnya suatu masyarakat yang sejahtera dan damai di
kawasan Asia Tenggara;
3) memberi sumbangan ke arah kemajuan dan kesejahteraan dunia;
4) memajukan perdamaian dan stabilitas regional dengan menghormati keadilan, hukum, serta
prinsip-prinsip Piagam PBB;
5) memajukan kerja sama aktif dan tukar-menukar bantuan untuk kepentingan bersama dalam
bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi;

18
6) memajukan pelajaran-pelajaran (studies) tentang Asia Tenggara;
7) memajukan kerja sama yang erat dan bermanfaat, di tengah-tengah organisasi-organisasi
regional dan internasional lainnya dengan maksud dan tujuan yang sama dan menjajaki
semua bidang untuk kerja sama yang lebih erat di antara anggota.

Dasar kerja sama ASEAN adalah:


a. saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, persamaan, integritas teritorial, dan identitas
semua bangsa;
b. mengakui hak setiap bangsa untuk penghidupan nasional yang bebas dari ikut campur
tangan, subversi, dan konversi dari luar;
c. tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing;
d. menyelesaikan pertengkaran dan persengketaan secara damai;
e. tidak menggunakan ancaman dan penggunaan kekuatan;
f. menjalankan kerja sama secara efektif
.
C. Dampak Menguatnya Peran Negara Disegala Aspek Kehidupan Masyarakat
pada Masa Orde Baru
Pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak
positif tercatat dalam bentuk penurunan angka kemiskinan absolut yang diikuti dengan
perbaikan indikator kesejahteraan rakyat secara rata-rata seperti penurunan angka kematian
bayi dan angka partisipasi pendidikan terutama pendidikan tingkat dasar yang semakin
meningkat. Dampak negatif adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan
sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar golongan pekerjaan dan antar
kelompok dalam masyarakat terasa tajam.

Pembangunan yang menjadi ikon pemerintah Orde Baru ternyata menciptakan


kelompok masyarakat yang terpinggirkan (marginalisasi sosial) di sisi lain. Di pihak lain
pembangunan di masa Orde Baru menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang syarat dengan
KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi dan sosial yang demokratis dan
berkeadilan. Meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi secara
fundamental pembangunan nasional sangat rapuh.

Di bidang politik, pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi


yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Pada masa Orde Baru, Golkar menjadi mesin
politik guna mencapai stabilitas yang diinginkan. Sementara dua partai lainya yaitu Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) hanya sebagai boneka
agar tercipta citra sebagai negara Demokrasi. Peleburan (fusi) parpol diciptakan tidak lain
agar pemerintah bisa mengontrol parpol.

Dengan menguatnya peran negara pada masa Orde Baru berdampak terhadap
kehidupan masyarakat. Dampaknya sebagai berikut.
1. Dampak dalam Bidang Politik
a. Adanya Pemerintahan yang Otoriter
Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan.
b. Dominasi Golkar
Golkar merupakan mesin politik Orde Baru yang paling diandalkan dalam menjadi satu-
satunya kekuatan politik di Indonesia yang paling dominan.

19
c. Pemerintahan yang Sentralistis
Menguatnya peran negara juga menyebabkan timbulnya gaya pemerintahan yang sentralistis
yang ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada pemerintah
pusat. Pemerintah daerah hanya diberi peluang yyang sangat kecil untuk mengatur
pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri.

2. Dampak dalam Bidang Ekonomi


a. Munculnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
b. Adanya Kesenjangan Ekonomi dan Sosial
Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata
sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini mengakibatkan kesenjangan sosial di
masyarakat.
c. Konglomerasi
Pola dan kebijakan perekonomian yang ditempuh pemerintah Orde Baru berdampak pada
munculnya konglomerasi di seluruh sektor usaha di Indonesia. Pemerintahan Orde Baru
pada awalnya memperkirakan bahwa konglomerasi ini akan menjadi penggerak ekonomi
nasional, namun pada kenyataannya pada konglomerat lebih mementingkan bisnisnya
daripada negara.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945
(yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi,
dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga
NKRI tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan
(Representative Democracy).
B. Saran
Sudah sepantasnya kita sebagai negara yang berdemokrasi bisa menghargai pendapat
orang lain. Kita sebagai warga Negara harus ikut menciptakan Negara yang
berdemokrasi.Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada
dasarnya bisa memberikan pelajaran berharga bagi kita.

21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/proses-peralihan-kekuasaan-politik-setelah-peristiwa-g30s-
pki.htm
http://budisma.web.id/materi/sma/sejarah-kelas-xii/ciri-pokok-kebijakan-pemerintahan-
orde-baru/
http://sahabatrhysayku.blogspot.com/2011/12/dampak-menguatnya-peran-negara-pada.html

22

Anda mungkin juga menyukai