MUQADIMAH
Pendidikan dapat dikatakan sebagai proses pemberdayaan, yaitu proses
untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu,
yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada keberdayaan
masyarakat lokal, kepada bangsanya, dan pada akhirnya pada
masyarakat global. Dengan demikian pendidikan perlu diarahkan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik agar mampu
mandiri.
Setiap anak didik perlu diberi berbagai kemampuan dalam
pengembangan berbagai hal, seperti konsep, prinsip, kreativitas,
tanggung jawab, dan keterampilan. Inilah makna pendidikan yang harus
senantiasa dipegangi oleh para pendidik, yaitu mengembangkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam kamus Webster’s New World Dictionary, sebagaimana
dikutip oleh Nanang Fattah, pendidikan dirumuskan sebagai proses
pengembangan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (character), terutama
yang dilakukan dalam suatu bentuk formula (per sekolahan) kegiatan
pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan (production) dan
transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau
organisasi belajar (learning organization).
Memang sudah tidak terbantahkan lagi bahwa pendidikan adalah
kebutuhan pokok bagi semua makhluk yang mempunyai akal sebagai alat
1
Praktisi dan Pemerhati Pendidikan (Dosen pada Sekolah Tinggi Agama Islam Syamsul
‘Ulum Gunungpuyuh Sukabumi).
File dapat diunduh di: 2
www.rumahpendidikan.wordpress.com
2. Pasal 28E ayat (1) yang berbunyi: “Setiap orang bebas memeluk
agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali.”5
3. Pasal 31:
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
3
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Perubahannya (Edisi baru),
Penabur Ilmu, Jakarta, 2003, hlm. 4
4
Ibid. hlm. 24
5
Ibid. hlm. 25
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”8
Apabila kita mencermati pasal-pasal tersebut, tampak jelas adanya
sebuah konsep, bahkan grand design yang ditujukan untuk menciptakan
sistem penyelenggaraan pendidikan yang profesional, progressif, dan
bertanggung jawab, yang bersinergi antara satu komponen dengan
komponen yang lainnya, serta masing-masing memainkan fungsinya
dengan baik, hal itu senapas dengan tujuan yang termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945 “Mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Konsep yang ideal tersebut tampaknya memang tidak mudah untuk
diejawantahkan. Kenyataan di lapangan tidak seindah yang tertulis.
Semua komponen seperti menjalankan tugasnya sendiri-sendiri tanpa
menyesuaikan dengan arah pokok sinergitas yang diamanatkan oleh
undang-undang.
Di pihak lain, derasnya arus globalisasi dan modernisasi pun sulit
dibendung. Kita lihat betapa berbagai informasi dari segenap penjuru bumi
kini dapat dengan mudah diakses. Fenomena ini tentu turut
mempengaruhi upaya penyelenggaraan pendidikan nasional kita.
Di satu sisi, derasnya informasi global sesungguhnya banyak
memberi nilai positif pada perkembangan anak didik. Akan tetapi, di sisi
lain, serbuan informasi dengan segala kemudahan untuk mengaksesnya
itu pula yang dapat menjerumuskan anak didik.
Tidak dapat dipungkiri jika beragam informasi, ilmu dan
pengetahuan baru kini dapat dengan mudah diperoleh. Semua itu tentu
memberi efek percepatan pada kualitas intelektual anak didik. Namun, kita
juga tidak dapat menutup mata bahwa informasi-informasi yang
bermuatan negatif pun kini sulit dibendung. Nyaris tidak ada teknologi
yang dapat memfilter informasi-informasi negatif tersebut agar tidak
sampai kepada anak didik.
8
Ibid. hlm. 78
10
Mochtar Buchori, Pendidikan Antisipatoris, Kanisius, Yogyakarta, 2001, 8
11
Ibid. hlm. 63
12
Ibid. hlm. 64
13
Ahmad Sabri, Strategi Pendidikan, Quantum Teaching, 2007, hlm.57
14
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, PT. Asdi Maha
Satya, Jakarta, 2002, hlm. 77
16
Anonymous, Perundang-undangan Pendidikan, Bandung, 2006, hal. 66-67
18
Ibid. hlm. 92
Jujur dalam segala hal yang dilakukan, ikhlas dalam melakukan segala
sesuatu, tanggung jawab ketika diberi amanah dan terpercaya ketika
diserahi tanggung jawab. Dan itulah sebenarnya jiwa dan karakter bangsa
Indonesia, terlebih Indonesia adalah negara yang beragama dan
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Tuhanan. Pendidikan semacam
ini akan terlaksana jika semua komponen bangsa ini mendukung
terhadapnya. Artinya dibutuhkan lingkungan, pelaku dan juga kebijakan
yang memihak kepadanya.
Setelah seluruh komponen berjalan seiring, kemudian dibutuhkan 3
(tiga) langkah utama untuk merealisasikan dan mengembangkan
pendidikan karakter nasional bangsa ada beberapa hal yang memerlukan
perhatian pemerintah dan masyarakat, yaitu:20
Pertama penyiapan lembaga pendidikan yang berkualitas; yakni
Lembaga pendidikan yang mempunyai orientasi character building,
mementingkan pendidikan yang integral, mengembangkan dan
meningkatkan potensi anak didik dalam segala aspek kemanusiannya.
Pendidikan yang berbasis nilai, melakukan transformasi kepribadian,
akhlak, tingkah laku, pola fikir dan sikap. Bukan hanya mentransfer
informasi dan pengetahuan semata (aspek kognitif) dengan melalaikan
aspek afektif dan psikomotorik.
Kedua menyiapkan tenaga pendidik yang berkualitas; terutama
kepala-kepala sekolah yang handal untuk merealisasikan tujuan yang
ditargetkan. Tenaga pendidik merupakan ujung tombak bagi keberhasilan
tujuan pendidikan. Tenaga pendidik dan kepala sekolah yang mencintai
tugasnya, mempunyai ruh dan semangat idealisme tinggi, berdedikasi dan
mempunyai integritas moral tangguh, mempunyai kecakapan menejerial
dan mampu menjadi teladan dalam segala hal bagi anak didiknya. Mereka
harus dipersiapkan sedemikian rupa agar mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan senantiasa
meningkatkan diri dan memperbaharui pengetahuan (refresh and up to
WWW. Wikipedia.org.com. Pembentukan Karaker Bangsa MelaluiPenindkatan
20
date), bersikap terbuka terhadap hal-hal baru (open mind) dan bersikap
bersedia membantu (helpfull).
Ketiga penciptaan lingkungan sekitar dan suasana yang kondusif
bagi penyelenggaraan pendidikan. Diperlukan stabilitas nasional,
dukungan keluarga, peranserta masyarakat, lembaga-lembaga
masyarakat (LSM) sebagai pilar-pilar pendukung bagi keberlangsungan
iklim pendidikan yang produktif dan berdampak positif bagi terciptanya
karakter bangsa peserta didik. Jika salah satu pilar terganggu maka
seluruh proses pembelajaranpun akan ikut terganggu.
Sifat Pendidikan Karakter adalah multidimensi dan multidisiplin,
sehingga diperlukan pendekatan yang komprehensif, utuh, interkonektif
antar berbagai disiplin ilmu, dan tidak sektoral-parsial. Pendidikan
Karakter mengasumsikan keterkaitan erat antara dimensi moral, sosial,
ekonomi, politik, hukum, agama, budaya, dan estetika.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius,
nasionalis, produktif dan kreatif .
Atas dasar itulah, pengembangan pendidikan budaya dan karakter
sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa
mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan
yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta
pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan
budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh
karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan
pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
Lebih jauh, pembentukan karakter juga harus didukung oleh
Susana lingkungan yang kondusif di luar sekolah, baik di lingkungan
KHATIMAH
Langkah strategis membangun karakter kebangsaan adalah melalui
sektor pendidikan. Hanya negara-negara yang memiliki karakter
kebangsaan yang kuatlah yang siap bersaing ditengah globalisasi.
Pendidikan nasional yang mengkolaborasikan sistem pendidikan formal
modern dengan sistem pendidikan Agama dapat menjadi salah satu
khazanah kekayaan dan bisa menjadikan dunia pendidikan Indonesia
sebagai garda terdepan bagi penguatan karakter kebangsaan.
Harus disadari bahwa salah satu keunikan bangsa Indonesia yang
tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia adalah warisan multietnik
dan multikultur. Keberagaman etnik yang hingga kini mencapai lebih dari
500 etnik yang menggunakan 250 bahasa merupakan kekayaan bangsa
yang mesti dipelihara dan dikelola dengan mengedepankan nilai-nilai
kemajemukan sehingga masing-masing etnik bukan berdiri sebagai
entitas yang tertutup dan independen melainkan saling berinteraksi satu
sama lain dan saling bergantung, serta saling mempengaruhi satu sama
lain.
Prinsip “Bhineka Tunggal Ika” seharusnya dapat dijadikan kunci
pembuka interaksi sosial sehingga terbangun suatu pemahaman lintas
budaya dan rasa percaya pada setiap pihak yang terlibat dalam interaksi
itu, yang merupakan modal sosial bagi terbentuknya suatu hubungan
antar-etnik dan antar- budaya yang sehat, sejahtera dan maju. Dengan
demikian, hidup dalam keberagaman dapat dipandang sebagai suatu
kekuatan dahsyat dalam membangun nasionalisme struktural menuju
bangsa yang mandiri dan bermartabat.
Demikianlah sumbangan pemikiran yang dapat kami berikan, untuk
ikut membangun kejayaan bangsa dan negara yang kita cintai ini. Semoga
'inayah dan taufiq Allah senantiasa menyertai kita; Amin.
DAFTAR BACAAN