Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KARAKTERISTIK DAN IMPLIKASI PRINSIP PERKEMBANGAN BAGI


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU: Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd.

Nur Indah Lestari, S. Pd., M.Pd.

Oleh:

1. Irsal Ardiansyah NPM 191303304

2. Wanda Widya Dahari NPM 1913033024

3. Rayhan Alfarisi NPM 1913033052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
Karakteristik Prinsip Perkembangan

Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya.


Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika
individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas
tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan
berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan. Cara
pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak,
yakni memilki karakteristik sebagai berikut:

1. Programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan


perbedaan individual anak

2. Tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui banyak
aktivitas

3. Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga


memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses
perkembangannya (Hasbullah 2009 dalam Mukhlis, 2018: 126).

Implikasi Prinsip-Prinsip Perkembangan Terhadap Pendidikan

Berikut ini juga merupakan beberapa implikasi prinsip-prinsip (hukum)


perkembangan terhadap pendidikan, yaitu:

1. Pengembangan (penyusunan, pemilihan, penggunaan) materi, strategi,


metodologi, sumber, evaluasi belajar mengajar hendaknya memperhatikan periode
perkembangan peserta didik.

2. Program (kurikulum) belajar mengajar disusun secara bertahap dan berjenjang


sesuai dengan tahapan prkembangan peserta didik, ketentuannya seperti:

a. Dari sederhana menuju yang kompleks.

b. Dari mudah menuju sukar.

c. Sistem belajar mengajar diorganisasikan agar terlaksana prinsip mastery


learning (belajar tuntas) dan continous progress (maju berkelanjutan)
3. Sampai batas tertentu, program dan strategi belajar mengajar seyogyanya
dikembangkan dan diorganisasikan perlakuan (intervensi) yang dapat merangsang
dan mempercepat laju perkembangan peserta didik (Syamsuddin, 2004:85).
Dalam merancang pendidikan, seorang manager pendidikan haruslah mengerti
tentang proses perkembangan peserta didik dan menyesuaikannya dengan proses
tersebut, hal ini sangat urgen karena untuk mengefektifkan, mengefisienkan dan
memaksimalkan pencapaian tujuan dari pendidikan tersebut (Syamsuddin 2004
dalam Mukhlis, 2018: 129).

Implikasi Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu disediakan sarana dan prasarana yang


dapat melibatkan kesulitan pada peserta didik. Misalnya: tempat duduk yang
kurang nyaman, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang bisa menimbulkan
masalah kesehatan. Disamping itu perlu adanya waktu istirahat yang cukup.
Penting menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olahraga bagi peserta
didik diluar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler kelompok
olah raga, bela diri, dan sejenisnya. Perkembangan lalu lintas peserta didik terkait
erat dengan faktor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam pemikiran dengan
orang tua, perubahan dalam pemikiran dalam teman-teman, perubahan pandangan
luar (dunia luar) dan perubahan dalam tantangan dengan sekolah. Oleh karena itu
menimbulkan perbedaan individu dalam perkembangan, sangat mungkin terjadi,
bahkan diramalkan pasti terjadi. Dalam rangka mengatasi luapan transisi remaja,
berhasil diselesaikan dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan
pendidik harus tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian.

Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak terlibat kegelisahannya juga ikut
terbawa emosinya dalam upaya memindahkan remaja. Untuk mengurangi luapan
partisipasi peserta, perlu menghindari larangan yang tidak perlu penting.
Mengurangi peran dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan
kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diatur dan tidak
memberi tugas dan peraturan yang tidak mungkin dilakukan. Usia remaja adalah
usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak
lagi, tetapi mempertimbangkannya menganggap mereka belum dewasa. Dengan
beberapa masalah yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan
diri dari orang tau dan mengalihkan perhatiannya pada lingkungan luar untuk
bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkungan
teman memegang peranan dalam kehidupan remaja. Selanjutnya sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil
perannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika
dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas
yang memegang kendali sepeerti kompilasi anak-anak belum menginstal remaja,
maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan (Ida
Rosmawati dan Situmorang, 2018: 25).

Guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi


pelajaran, menciptakan pembelajaran yang kondusif, terampil memanfaatkan
media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan sesuai
kebutuhan dari peserta yang didik. Selain menerima karakter, peserta didik yang
sedang dalam masa remaja atau periode perkembangan yang beragam dari suku,
agama, ras dan budaya guru harus mampu menyesuaikan pengeluaran dengan
keberagaman tersebut. Guru harus mampu memecahkan masalah fisik, intelektual,
transisi, budaya, etnik, ras, kelas sosial peserta didik. Hasil belajar adalah
perubahan yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Perubahan peran karena
mencapai penguasaan materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Pencapaian tersebut berdasarkan tujuan yang telah ditentukan. Hasil tersebut
dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, juga psikomotorik
(Purwanto 2009: 46). Perubahan perilaku peserta didik setelah belajar merupakan
hasil belajar. Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
memerintahkan materi yang dapat menyebabkan perubahan (Purwanto 2009
dalam Ida Rosmawati dan Situmorang, 2018: 25-26).

Perubahan pembelajaran dengan perencanaan tujuan. Perubahan kognitif pada


aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh, sehingga tidak dapat dibatalkan. Aspek pengetahuan ini
membahas pengetahuan yang dapat dipahami, mampu, mampu, mampu, atau
menghubungkan, mampu mensintesis atau mengatur, dan mampu meningkatkan
atau mengatasi masalah. Hasil belajar yang membahas aspek sikap (afektif).
Peserta didik yang semula selalu datang terlambat, berubah menjadi selalu datang
tepat waktu. Aspek perubahan sikap ini membahas tentang kemampuan
menerima, mampu, mampu menilai, mampu mengorganisasi, dan memiliki
karakter. Hasil belajar yang diterbitkan oleh psikomotor yang dibekali
keterampilan (skill) dan kemampuan. Perubahan pengaturan, psikulasi, evaluasi,
manipulasi, persiapan, mengkombinasikan berbagai kegiatan, naturalisasi
(melakukan kegiatan yang berkaitan dengan bantuan lain). Kemajuan penelitian
tentang transisi menunjukkan faktor perkembangan Kemajuan dan faktor belajar.
Kegiatan belajar membantu menunjang perkembangan remaja. Metode belajar
yang mendukung perkembangan transisi antara yang lain berikut: Belajar dengan
mencoba-coba, belajar dengan cara membuktikan, belajar dengan cara
mempersamakan diri, belajar melalui pengondisian belajar di bawah bimbingan
dan pengawasan (Ida Rosmawati dan Situmorang, 2018: 26-27).

Referensi

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Mukhlis. 2018. Prinsip-Prinsip/Hukum Perkembangan Peserta Didik dan

Implikasinya Terhadap Pendidikan. Jurnal ANSIRU PAI, Vol. 2, No. 2.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamsuddin, M. A. 2004. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ida Rosmawati, Jamisten Situmorang. 2018. Modul Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan Matematika Teknik Sekolah Menengah Kejuruan (Smk).


Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai