Disusun Oleh :
NOVI PRASETYAWATI
NIM. 1484202038
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI PACITAN
2016
KATA PENGANTAR
1
Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Makalah ini penulis buat dalam rangka memperdalam masalah kehidupan
manusia sosial yang didalamnya sangat kompleks dengan keberagaman
kepribadian.
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, maka dari itu penulis haturkan ucapan terima kasih kepada
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN .........................................................................
.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................
.....................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................
.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFENISI
............................................................................................................
............................................................................................................
2
B. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
............................................................................................................
............................................................................................................
2
C. MATERI DARI UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
.....................................................................................................
.....................................................................................................
4
D. KEHIDUPAN BERKELOMPOK DAN DEFINISI MASYARAKAT
.....................................................................................................
.....................................................................................................
5
E. BERBAGAI WUJUD KELOMPOK MANUSIA
.....................................................................................................
.....................................................................................................
5
F. UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
.....................................................................................................
.....................................................................................................
6
3
G. PRANATA SOSIAL
.....................................................................................................
.....................................................................................................
7
H. INTEGRASI MASYARAKAT
.....................................................................................................
.....................................................................................................
7
I. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SEBAGAI HASIL
SOSIALISASI
.....................................................................................................
.....................................................................................................
7
J. PENERAPAN PENGETAHUAN SOSIOLOGI TENTANG
PROSES SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
.....................................................................................................
.....................................................................................................
8
K. TEORI - TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
MASYARAKAT
.....................................................................................................
.....................................................................................................
10
A. KESIMPULAN ............................................................................
....................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Kerpibadian seorang individu disesuaikan dengan system norma yang
berlaku dalam masyarakat Kesesuaian kepribadian dan nilai atau norma
membutuhkan proses sosialisasi. Sifat kebudayaan yang dinamis juga
4
memerlukan sosialisasi agar sesuai dengan kepribadian masyarakatnya.
Saling keterkaitan antara kehidupan tersebut berlangsung terus dalam
lingkaran kehidupan. Kebudayaan merupakan karakter masyarakat bukan
karakter secara individual. Semua yang dipelajari dalam kehidupan sosial
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan
kebudayaan. Kebudayaan selalu digunakan sebagai pedoman hidup artinya
sebagai sarana untuk menyelenggarakan seluruh tata kehidupan warga
masyarakat tersebut. Bagi generasi baru kebudayaan akan berfungsi
membentuk atau mencetak pola-pola perilaku yang selanjutnya akan
membentuk suatu kepribadian bagi warga generasi baru tersebut. Jelas
bahwa dalam proses pembentukan kepribadian bagi seseorang, kebudayaan
merupakan komponen yang akan menentukan bagaimana corak kepribadian
dari warga masyarakat khususnya generasi baru.
Menurut Koentjaraningrat, suatu kebudayaan sering memancarkan
suatu watak khas tertentu yang tampak dari luar. Watak inilah yang terlihat
oleh orang asing. Watak khas itu sering tampak pada gaya tingkah laku
masyarakatnya, kebiasaan-kebiasaannya, maupun dari hasil karya benda
mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang menjadi titik pokok pembahasan dalam
penulisan makalah ini adalah tentang perkembangan kepribadian dalam
masyarakat beserta faktor-faktor yang terkait dalam perkembangan
kepribadian di kalangan masyarakat sosial.
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perkembangan kepribadian dalam kehidupan sosial dan faktor-faktor yang
terkait dengan kepribadian masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan
penelitiannya untuk mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola
5
tingkah laku yang nantinya merunut juga pada pola tingkah laku manusia
sebagai bahan perbandingannya.
Pola-pola tingkah laku bagi semua Homo Sapiens hampir tidak ada,
bahkan bagi semua individu yang tergolong satu ras pun, tidak ada satu
system pola tingkah laku yang seragam. Sebabnya tingkah laku Homo
Sapiens tidak hanya ditentukan oleh system organic biologinya saja,
melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola
tingkah laku Homo Sapiens sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap
manusia.
Dengan pola tingkah laku dalam arti yang sangat khusus yang
ditentukan oleh nalurinya, dorongan-dorongan dan refleksnya.
Kepribadian dapat diartikan sebagai susunan unsur-unsur akal dan
jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap
individu manusia. Definisi tersebut masih sangat bersifat kasar dan tidak jauh
berbeda dengan arti yang digunakan sehari-hari. Dalam bahasa populer,
kepribadian dapat juga diartikan sebagai ciri-ciri watak seseorang yang
konsisten. Hal tersebut memberikannya identitas sebagai individu yang
khusus.
Jadi Kepribadian dalam konteks yang lebih mendalam adalah
susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau
tindakan seorang individu.
B. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal
dan alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat
berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk
kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Ddan didalam
otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan
oleh individu kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai
persepsi yaitu; seluruh proses akal manusia yang sadar.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi
suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung
bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang
terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan
psikologi biasanya disebut dengan Pengamatan.
6
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-
bagian yang paling menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses
dalam aklanya yang menghubungkannya dengan berbagai
penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima
dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai
kenangan.
Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam
istilah psikologi disebut Apersepsi.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian
dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai
penggambaran lain yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-
asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip
dengan salah satu dari sekian macam bahan konkret dari penggambaran
yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran
tentang tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah
melihat atau mempersepsikan tempat-tempat tersebut. Penggambaran
abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan Konsep.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran
tentang lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-
besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-
bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-
pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama
sekali, yang sebenarnya tidak nyata.
Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam
Psikologi disebut dengan Fantasi.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan
fantasi merupakan unsur-unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki
seorang Individu.
2. Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung
berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang
individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang
tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan
dalam kesadaranya perasaan negatif.
Perasaan, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga
mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya.
7
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang
karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau
negative.
3. Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi
perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh
pengeathuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam
organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan
yang sudah meruapakan naluri disebut Dorongan.
8
Mead. Sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi yang dinamakan
personality and culture.
9
Golongan sosial merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh
suatu ciri tertentu. Sering kali ciri tersebut juga dikenakan kepada mereka
oleh kalangan di luar mereka.
4. Kelompok dan Perkumpulan
Suatu kelompok ditandai dengan adanya sistem interaksi antara para
anggota, adanya adat-istiadat serta sistem norma yang mengatur
interaksi itu, dengan adanya kontinuitas serta identitas yang
mempersatukan anggota. Selain itu, Kelompok juga mempunyai ciri
tambahan, yaitu organisasi dan sistem pimpinan.
5. Beragam Kelompok dan Perkumpulan
Jumlah kelompok dalam masyarakat tentunya sangat banyak, misalnya
marga dalam suatu suku. Atau perkumpulan dalam suatu kegiatan sosial.
6. Ikhtisar Mengenai Beragam Wujud Kesatuan Manusia
Tiga wujud kesatuan manusia yaitu kerumunan, kategori sosial, dan
golongan sosial tidak dapat disebut masyarakat karena ketiganya tidak
memenuhi tiga unsur yang merupakan konsep masyarakat.
7. Interaksi Antarindividu dalam Masyarakat
Dalam menganalisis proses interaksi antara individu dalam masyarakat,
harus dibedakan dua hal, yaitu: kontak dan komunikasi.
G. PRANATA SOSIAL
Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata suatu
rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi keperluan khusus dari
manusia dalam kehidupan masyarakat.
H. INTEGRASI MASYARAKAT
Dalam menganalisis masyarakat, seorang peneliti memerinci
kehidupan masyarakat ke dalam unsur-unsurnya, yaitu: pranata, kehidupan
sosial, dan peranan sosial.
10
hampir serupa. Seseorang akan mencari pola perilaku atau sikap dan nilai-
nilai yang ditekankan oleh kebudayaannya sebagai hal yang penting untuk
mencapai kebiasaan dan prestasi pribadi.
Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, nilai
yang memengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yang
diharapkan. Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan sifat-sifat yang
tampak dan yang dapat dilihat seseorang. Dari pengertian tersebut terlihat
bahwa kepribadian tidak hanya terlihat dari ciri-ciri fisik, seperti rambutnya
keriting atau kulitnya yang hitam saja, tetapi juga ciri lainnya, seperti
kebiasaan dan sikapnya. Kepribadian terbentuk, hidup, dan berubah sejalan
dengan proses sosialisasi.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kepribadian
merupakan abstraksi atau pengorganisasian dari sikap-sikap seorang
individu untuk berprilaku dalam rangka berhubungan dengan orang lain
(berinteraksi sosial) atau menanggapi suatu hal yang terjadi dalam
lingkungan masyarakatnya. Dengan kata lain, pola prilaku yang merupakan
perwujudan dari kepribadian seorang individu akan disesuaikan dengan
sistem nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan sosial budaya
masyarakatnya.
Akan tetapi nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat akan sulit
terwujud jika tidak disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat.
Dibutuhkan proses belajar atau sosialisasi untuk mencapai kesesuaian
antara kepribadian dan nilai atau norma tersebut. Dengan demikian,
kepribadian dapat menjadi acuan (blue print) bermasyarakat yang disebut
kebudayaan. Sebaliknya sifat kebudayaan yang dinamis akan memerlukan
sosialisasi agar sesuai dengan kepribadian masyarakat saling keterkaitan
antara kehidupan tersebut berlangsung terus dalam lingkaran kehidupan.
11
baik, menumbuhkan sikap tolong-menolong, dan sikap saling menghargai
sesama manusia.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang meberikan pemecahan atas
berbagai masalah dengan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sangat
berkaitan erat dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pengetahuan
sosiologi dapat diterapkan di dalam masyarakat untuk membantu dalam
pembentukan kepribadian seseorang agar perilakunya sesuai dengan norma-
norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Pengetahuan sosiologi dapat
membantu dalam proses sosialisasi, maksudnya adalah apabila pengetahuan
sosiologi yang dianut oleh suatu masyarakat itu salah, maka akan
menyebabkan proses sosialisasi itu akan membentuk kepribadian seseorang
pun mengikuti masyarakat sekitarnya yang memang sudah menganut suatu
pengetahuan sosiologi yang salah.
Setelah Anda mengetahui tentang adanya perbedaan kepribadian
antar individu manusia, mungkin muncul persoalan tentang apakah
perbedaan kepribadian tersebut merupakan pembawaan sejak lahir yang
diwariskan secara genetik? Untuk memastikan jawabannya, simak dalam
penjelasan tentang bagaimana proses pembentukan kepribadian.
Pada uraian sebelumnya, dikatakan bahwa kepribadian merupakan
hasil sosialisasi. Proses pembentukan kepribadian melalui sosialisasi dapat
dibedakan sebagai berikut.
1. Sosialisasi yang dilakukan dengan sengaja melalui proses pendidikan
dan pengajaran.
2. Sosialisasi yang dilakukan tanpa sengaja melalui proses interaksi sosial
sehari-hari dalam lingkungan masyarakatnya
Proses sosialisasi tersebut berlangsung sepanjang hidup manusia
(sejak lahir sampai tua) mulai lingkungan keluarga, kelompok, sampai
kehidupan masyarakat yang lebih luas. Melalui serangkaian proses yang
panjang inilah, tiap individu belajar menghayati, meresapi, kemudian
menginternalisasi berbagai nilai, norma, pola-pola tingkah laku sosial ke
dalam mentalnya. Dari berbagai hal yang diinternalisasi itulah seseorang
memiliki kecenderungan untuk berperilaku menurut pola-pola tertentu yang
memberi ciri watak yang khas sebagai identitas diri dan terbentuklah
kepribadian.
12
Kelompok masyarakat tempat mereka tinggal, secara sengaja atau
tidak, selalu berusaha untuk mengarahkan dan mempengaruhi anggota-
anggotanya untuk selalu mematuhi nilai, norma, kebiasaankebiasaan
sehingga individu-individu tersebut bertingkah laku sesuai dengan harapan
kelompoknya. Jadi, sesungguhnya sosialisasi itu merupakan aktivitas dua
pihak, yaitu pihak yang mensosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Dari
proses tersebut, terbentuklah kepribadian yang berbeda antara masyarakat
yang satu dan masyarakat lainnya. Misalnya, kepribadian orang Sunda
berbeda dengan orang Batak.
Pengalaman sosialisasi yang dilakukan masing-masing individu bisa
saja berbeda. Kepribadian yang tumbuh pada masing-masing individu tidak
akan mungkin sepenuhnya sama. Oleh karena itu, seseorang dapat melihat
keragaman kepribadian yang ditampilkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, ada pribadi-pribadi yang mempuyai sifat penyabar, ramah,
pemarah, egois, atau rendah diri. Semuanya itu bergantung pada
penyerapan dan pemahaman serta penghayatan nilai dan norma yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakatnya.
13
perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang
lain.
Teori tersebut tidak dapat diterima seluruhnya. Kita mengetahui
bahwa setiap orang memiliki kecenderungan khas sebagai warisan yang
dibawanya sejak lahir yang akan memengaruhi kepribadiannya pada
waktu dewasa. Akan tetapi juga harus diingat bahwa warisan genetik
hanya menentukan potensi kepribadian setiap orang. Tumbuh dan
berkembangnya potensi itu tidak seperti garis lurus, namun ada
kemungkinan akan terjadi penyimpangan. Kepribadian seseorang tidak
selalu berkembang sesuai dengan potensi yang diwarisinya.
Warisan genetik itu memang memengaruhi kepribadian, tetapi
tidak mutlak menentukan sifat kepribadian seseorang. Pengalaman hidup,
khususnya pengalaman - pengalaman yang diperoleh pada usia dini,
sangat menentukan kepribadian individu
2. Teori Cermin Diri
Teori Cermin Diri (The Looking Glass Self) ini dikemukakan oleh
Charles H. Cooley. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang
hanya bisa berkembang dengan bantuan orang lain. Setiap orang
menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara bagaimana orang -
orang lain memandang mereka, misalnya ada orang tua dan keluarga
yang mengatakan bahwa anak gadisnya cantik. Jika hal itu sering diulang
secara konsisten oleh orang - orang yang berbeda - beda, akhirnya gadis
tersebut akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik. Teori ini
didasarkan pada analogi dengan cara bercermin dan mengumpamakan
gambar yang tampak pada cermin tersebut sebagai gambaran diri kita
yang terlihat orang lain.
Gambaran diri seseorang tidak selalu berkaitan dengan fakta -
fakta objektif, misalnya seorang gadis yang sebenarnya cantik, tetapi
tidak pernah merasa yakin bahwa dia cantik karena mulai dari awal
hidupnya selalu diperlakukan orang tuanya sebagai anak yang tidak
menarik. Jadi, melalui tanggap orang lain, seseorang menentukan apakah
dia cantik atau jelek, hebat atau bodoh, dermawan atau pelit, dan
sebagainya.
Ada tiga langkah dalam proses pembentukan cermin diri, yaitu
sebagai berikut
14
a. Imajinasi tentang pandangan orang lain terhadap diri seseorang,
seperti bagaimana pakaian atau tingkah lakunya di mata orang lain.
b. Imajinasi terhadap penilaian orang lain tentang apa yang terdapat
pada diri masing - masing orang, misalnya pakaian yang dipakai
c. Perasaan seseorang tentang penilaian - penilaian itu, seperti bangga,
kecewa, gembira atau rendah diri.
3. Teori Diri Antisosial
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dia berpendapat
bahwa diri manusia mempunyai tiga bagian, yaitu Id, ego dan superego.
a. Id adalah pusat nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak
sosial, rakus, dan antisosial.
b. Ego adalah bagian yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur
pengendalian superego terhadap Id. Ego secara kasar dapat disebut
sebagai akal pikiran.
c. Superego adalah kompleks dari cita - cita dan nilai - nilai sosial yang
dihayati seseorang serta membentuk hati nurani atau disebut sebagai
kesadaran sosial.
Teori ini menyatakan bahwa masyarakat atau lingkungan sosial
selamanya akan mengalami konflik menghalangi seseorang untuk
mencapai kesenangannya. Masyarakat selalu menghambat
pengungkapan agresi, nafsu seksual, dan dorongan - dorongan lainnya
atau dengan kata lain, id selalu berperang dengan superego. Id biasanya
ditekan tetapi sewaktu - waktu ia akan lepas menantang superego,
sehingga menyebabkan beban rasa bersalah yang sulit dipikul oleh diri.
Kecemasan yang mencekam diri seseorang itu dapat diukur dengan
bertitik tolah pada jauhnya superego berkuasa terhadap id dan ego.
Dengan cara demikian, Freud menekankan aspek - aspek tekanan jiwa
dan frustasi sebagai akibat hidup berkelompok.
4. Teori Ralph dan Conton
Teori ini mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan
serangkaian pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah
kebudayaan itu. Pengaruh - pengaruh ini berbeda antara kebudayaan
yang satu dengan kebudayaan yang lain, tetapi semuanya merupakan
bagian dari pengalaman bagi setiap orang yang termasuk dalam
masyarakat tertentu.
15
Setiap masyarakat akan memberikan pengalaman tertentu yang
tidak diberikan oleh masyarakat lain kepada anggotanya. Dari
pengalaman sosial itu timbul pembentukan kepribadian yang khas dari
masyarakat tersebut. Selanjutnya dari pembentukan kepribadian yang
khas ini kita mengenal ciri umum masyarakat tertentu sebagai wujud
kepribadian masyarakat tersebut
5. Teori Subkultural Soerjono Soekanto
Teori ini mencoba melihat kaitan antara kebudayaan dan
kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan
khusus (subcultural). Dia menyebutkan ada beberapa tipe kebudayaan
khusus yang memengaruhi kepribadian sebagai berikut.
a. Kebudayaan Khusus Atas Dasar Faktor Kedaerahan
Di sini dijumpai kepribadian yang berbeda dari individu - individu yang
merupakan anggota suatu masyarakat tertentu karena masing -
masing tinggal di daerah - daerah yang berlainan dengan kebudayaan
khusus yang berbeda pula.
b. Cara Hidup di Kota dan di Desa yang Berbeda
Ciri khas yang dapat dilihat pada anggota masyarakat yang hidup di
kota besar adalah sikap individualistik, sedangkan orang desa lebih
menampakkan diri sebagai masyarakat yang mempunyai sikap
gotong royong yang sangat tinggi
c. Kebudayaan Khusus Kelas Sosial
Dalam kenyataan di masyarakat, setiap kelas sosial mengembangkan
kebudayaan yang saling berbeda, yang pada akhirnya menghasilkan
kepribadian yang berbeda pula pada masing - masing anggotanya,
misalnya kebiasaan orang - orang yang berasal dari kelas atas dalam
mengisi waktu liburannya ke luar negeri. Kebiasaan tersebut akan
menghasilkan kepribadian yang berbeda dengan kelas sosial lainnya
di masyarakat.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjabaran para ahli bisa diambil kesimpulan bahwa, kepribadian
manusia itu terbentuk dari proses pembelajaran ataupun yang memang ada
sejak lahir atau berupa naluri dan dorongan yang bersifat alami.
Dan kadang-kadang pembentukan pribadi seseorang ada juga yang
berdasarkan pengalaman dimasa kanak-kanak, yang mana adanya pola
pengasuhan oleh orang tua serta naluri alami yang memang memberikan
respon ketika mengalami dan mempelajari sesuatu.
Sebagaimana unsur-unsur pengetahuan yang terdapat dalam
pembentukan kepribadian manusia, yang dihimpun menjadi satu, juag tidak
berasal dari naluri saja, tetapi juga pembelajaran. Karena dalam alam bawah
17
sadar manusia berbagai pengetahuan larut dan terpecah-pecah menjadi
bagian-bagian yang seringkali tercampur aduk tidak teratur.
Penerapan pengetahuan sosiologi berkaitan erat dengan proses
sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang individu.
Dengan penerapan pengetahuan sosiologi yang baik dalam kehidupan
di masyarakat otomatis akan membentuk proses sosialisasi dan
pembentukan kepribadian yang baik
Kepribadian disebut diri. Dan diri merupakan produk sosial. Oleh
karena itu, sosiologi lebih memusatkan perhatian pada faktor lingkungan
kebudayaan, pengalaman kelompok, dan pengalaman unik sebagai faktor-
faktor pembentukan kepribadian dan cenderung untuk tidak melihat faktor,
warisan biologis dan lingkungan fisik.
Dalam pergaulan hidup, manusia tidak tidak pernah lepas dari
penilaian orang lain. Dalam perilaku sehari-hari terkadang kita sering
mendengar beberapa perilaku yang baik dan buruk yang dilakukan oleh
seseorang. Sikap atau perangai dan tingkah laku dari seseorang disebut
kepribadian atau personality seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. 2009. Perilaku
Keorganisasian. Edisi dua. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Davis, Keith & Newstrom, John W. 1996. Perilaku Dalam Organisasi. Edisi
Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
18
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Remaja Rosdakarya.
19