Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan Literasi akan Berhasil Dalam Karakter yang Kuat

Kemampuan literasi generasi muda saat ini, terutama anak-anak, tidak cukup hanya
dengan kemampuan membaca menulis dan berhitung atau calistung. Anak-anak saat ini
harus sudah saatnya diperkuat dengan literasi teknologi informasi dan komunikasi,
literasi sains, keuangan, kebudayaan dan kewarganegaraan. Anak-anak juga harur
punya kompetensi atau kemampuan bekerjasama, berkomunikasi, kreatif dan kritis.

Kemampuan literasi dan kompetensi itu hanya tumbuh subur di dalam jiwa anak-anak
yang berkarakter kuat, kata Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Harris Iskandar, saat membuka Workshop evaluasi dan
orientasi teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga di Hotel Indoluxe, Jogjakarta,
pada 9 Februari 2017 lalu.

Dengan latarbelakang seperti itu, kata Harris, pendidikan dan penumbuhan karakter
merupakan inti sekaligus tujuan pendidikan. Semakin besar ancaman globalisasi dan
ekspansi kemajuan teknologi, semakin penting karakter dibentuk jadi perisai bagi anak-
anak untuk menghadapi laju kemajuan teknologi.

Pendidikan dan penumbuhan karakter itu tidak semata-mata hanya tugas sekolah atau
tugas orang tua di rumah, tapi tugas bersama. Itulah perlunya keselarasan pendidikan
karakter dalam ekosistem pendidikan, yakni yang terdiri sekolah, keluarga dan
masyarakat.

Ada karakter disiplin, ketekunan, kerja keras, tahan banting, dan bekerja sama. Itu
semua harus didesain dalam sistem pendidikan di rumah dan di sekolah agar tumbuh
berkembang, ujar Harris.

Pendidikan karakter di dalam keluarga, lanjut Harris, menjadi sangat penting saat ini
bila mengingat dampak teknologi informasi yang kian merasuki, tidak hanya terhadap
anak-anak, tapi juga terhadap orang tua. Dampak negatifnya antara lain bullying,
pornografi, pasalnya semua anak punya smartphone dan orang tua tidak bisa berbuat
apa-apa, katanya.

Karena itu, tambahnya, keluarga diharapkan sebagai filter pornografi, bullying


dan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Keputusan itu dilakukan di keluarga yang
sering kali tidak tepat sehingga keluarga perlu diberdayakan, tegasnya.

Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Sukiman, mengatakan, Workshop evaluasi


dan orientasi teknis penyelenggaraan pendidikan keluarga ini membahas 3 topik, yakni
evaluasi penyelenggaraan pendidikan keluarga, koordinasi Tindak Pencegahan
Perdagangan Orang (TPPO) dan pengembangan konsep pendidikan karakter bagi anak
dan remaja.

Peserta seluruhnya berjumlah 380 orang yang terdiri antara lain kepala dinas 34
propinsi dan kepala dinas kabupaten/kota, pegiat TPPPO, dan kepala sekolah satuan
pendidikan terpilih. Ada sekitar 265 kepala dinas pendidikan kota/kabupaten yang
terdiri atas 125 kabupaten/ kota rintisan bindikel 2015/2016, lantas 80 kabupaten/kota
rintisan keluarga 2017, dan 60 kabupaten/ kota yang banyak ditemukan kasus TPPO,
katanya.

Narasumber dalam kegiatan tersebut antara lain dari Kementerian Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungana Anak, tokoh pendidik dari Perguruan Taman Siswa,
pegiat TPPO dan pengembangan karakter anak dan remaja

Anda mungkin juga menyukai