Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Matematika
SD Kelas Rendah
Dosen Pengampu : Adhistami Putri Pradani, M.Pd
Disusun oleh :
1. Leni : 19202061023
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘Sistem Matematika” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
Adhistami Putri Pradani M.Pd pada Mata Kuliah Konsep Dasar Matematika. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Sistem Matematika” bagi
para pembaca dan juga para penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Adhistami Putri Pradani M.Pd selaku
dosen Mata Kuliah Konsep Dasar Matematika yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kuningan, Maret 2020
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Pengantar Umum Sistem Matematika........................................................2
A. Kesimpulan...................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengantar umum sistem matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan relasi sistem matematika?
3. Apa yang dimaksud dengan operasi dan sifat-sifat sistem matematika?
C.Tujuan Masalah
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai beritkut.
1. Untuk menjelaskan beberapa sistem matematika.
2. Untuk menjelaskan pembelajaran relasi sistem matematika.
3. Untuk menjelaskan pembelajaran operasi dan sifat-sifat matematika.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kelima contoh pengertian di atas, dapat kita kelompokkan menjadi dua. Tiga kelompok
pertama di bahas dalam relasi antar himpunan, dan dua pengertian yang terakhir dibahas dalam
operasi pada himpunan.
Dengan pengertian himpunan bagian, sama dengan dan saling lepas, kita
mempermasalahkan status himpunan yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, dengan
relasi antar himpunan kita seolah-olah membandingkan himpunan yang satu dengan himpunan
yang lain menurut suatu kondisi tertentu. Sedangkan dengan irisan dan gabungan, maka kita
dapat memperoleh himpunan yang baru berdasarkan himpunan-himpunan yang sudah dimiliki.
Demikian juga halnya dalam system bilangan. Beberapa pengertian tentang bilangan
dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Pengertian kesamaan bilangan cacah.
2. Pengertian urutan bilangan cacah.
3. Pengertian penjumlahan dua bilangan cacah.
4. Pengertian perkalian dua bilangan cacah.
Dua pengertian pertama berhubungan dengan relasi antar bilangan cacah, yang
membandingkan antar bilangan cacah yang satu dengan yang lain berdasarkan kondisi tertentu.
Dua pengertian yang terakhir berhubungan dengan operasi pada bilangan cacah, yang
menggunakan setiap pasang bilangan cacah untuk menghasilkan bilangan cacah yang lain.
4
Oleh karena itu meskipun unsur-unsur yang dibahas dalam himpunan dan dalam bilangan
cacah berbeda, kita melihat adanya kesamaan. Kesamaan tersebut adalah sebagai berikut:
Contoh 1:
Dalam materi logika terdapat relasi-relasi penting yang dipelajari, seperti konjungsi,
disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Masing-masing operasi tersebut merupakan suatu aturan
yang memerlukan dua buah pernyataan untuk menghasilkan pernyataan ketiga. Perhatikan bahwa
negasi bukan operasi yang sejenis dengan keempat operasi tersebut. Konjungsi, disjungsi,
implikasi dan biimplikasi disebut operasi biner, karena terdiri dari dua pernyataan yang akan
menghasilkan pernyataan ketiga. Negasi hanya terdiri dari satu pernyataan untuk menghasilkan
pernyataan kedua, sehingga disebut operasi uner.
Contoh 2:
Himpunan semua bilangan real dengan relasi “sama dengan”, “lebih kecil” atau yang lain,
operasi penjumlahan dan perkalian suatu system matematika.
Contoh 3:
Pada himpunan Q = {a, b, c, d, e } kita dapat mendefinisikan relasi, misalnya “sama-
sama merupakan huruf vocal”. Kemudian juga dapat mendefinisikan operasinya, misalnya
operasi * yang didefinisikan sebagai berikut:
Jika x dan y anggota-anggota Q, maka x * y = y. dengan relasi dan operasi tersebut,
himpunan Q membentuk suatu system matematika.
Contoh 4:
5
Dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, misalnya yang berhubungan
dengan himpunan bilangan asli, A = { 1, 2, 3, 4, …, 30 }. Penjumlahan dan pengurangan
yang diberikan hanya terbatas pada penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan dalam
himpunan itu, dan hasilnya harus termasuk dalam himpunan itu juga. Karena bilangan asli yang
diperkenalkan pada siswa, baru terbatas pada bilangan asli sampai dengan 30, maka guru tidak
boleh memberikan soal-soal hitungan yang hasilnya di louar himpunan itu.
Dengan demikian kita telah mengetahui bahwa di dalam system matematika terdapat
tiga criteria, yaitu adanya suatu himpunan tertentu, adanya operasi dan relasi tertentu , serta
adanya hasil operasi dan relasi yang harus termasuk dalam himpunan itu.
Contoh 1:
Perhatikan himpunan semua orang dan relasi “Ayah dari”.jika diberikan dua orang x
dan y, kita dapat menyatakan : Apakah x berelasi dengan y dalam pengertian “x Ayah dari y”?
Jika x adalah Suharto dan y adalah Tomi, maka jawaban dari pertanyaan tersebut adalah
benar. Jika x adalah Sukarno dan y adalah Fatmawati, maka jawaban terhadap pertanyaan itu
adalah tidak benar. Apakah dengan relasi ini setiap orang berrelasi dengan dirinya sendiri ?.
Suharto berrelasi dengan Tomi dengan relasi “Ayah dari”, biasanya kita ucapka:
“Suharto adalah ayah dari Tomi, dapat dipersingkat dengan tulisan: Suharto R Tomi, lambang
R mempunyai arti “Ayah dari”.
Seringkali kita mempersingkat pernyataan semacam itu dengan satu lambang tunggal.
Sebagai contoh untuk mengatakan bilangan yang dinamakan dengan 2 + 2 adalah sama dengan
bilangan yang dinamakan dengan 5 – 1. Untuk mengatakan bahwa bilangan cacah 5 kurang
dari bilangan cacah 6, kita gunakan lambang khusus < untuk pengertian kurang dari, dan
kita tuliskan singkatan 5 < 6. Karena 6 tidak kurang dari 5, maka dapat dituliskan 6 < 5.
Penggunaan tanda strip tegak yang disisipkan pada lambang suatu relasi, biasanya
diamksudkan untuk menyatakan “tidak berrelasi dengan”. Lambang ≠” mempunyai arti “tidak
sama dengan”.
6
Contoh 2:
Pada kartu bridge, terdapat suatu relasi yang digunakan secara umum. Relasi itu dapat
disebut dengan relasi” lebih tinggi peringkatnya dari pada”. Jika kita pada suatu saat
menggunakan lambang
> untuk menyatakan mempunyai “peringkat lebih tinggi”, maka kita dapat menunjukkan bahwa
kartu- kartu tersebut berrelasi satu sama lain sebagai berikut:
A > K > Q > J > 10 > 9 > 8 > 7 > 6 > 5 > 4 > 3 > 2.
Jadi kartu As mempunyai peringkat tertinggi, dan kartu 2 mempunyai peringkat
terendah.
Warna dari kartu diabaikan.
Contoh 3 :
Perhatikan himpunan semua segitiga dan relasi “kongruen dengan”. Jika kita
menggunakan lambang untuk menyatakan relasi tersebut, dan jika A, B, C, dan D adalah
segitiga-segitiga seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, maka pernyataan berikut
semuanya benar :
A ≡ B , C ≡ D, A ≡ C, A ≡ D.
A
B
C
Gambar 3.1
Beberapa segitiga yang mempunyai relasi
Sekarang mari kita kembali pada kesamaan bilangan cacah. Ingat bahwa tulisan “ n =
7
m” artinya lambang n dan m menyatakan bilangan cacah yang sama. Ada tiga sifat penting dari
relasi ini yang akan sering kita gunakan.
1. Sifat Refleksif Kesamaan: untuk setiap bilangan cacah n, n selalu sama dengan dirinya
sendiri, n
= n.
2. Sifat Simetris Kesamaan: jika kita tahu bahwa n = m, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
m
= n.
3. Sifat Transitif Kesamaan: jika kita tahu bahwa n = m, dan m = o, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa n = o.
Karena relasi kesamaan memenuhi ketiga sifat tersebut, kita sebut kesamaan adalah relasi
ekuivalen. Lebih umumnya, suatu relasi R merupakan relasi ekuivalen, jika memenuhi sifat-sifat:
Contoh 4:
Perhatikan himpunan semua garis pada bidang dan relasi “sejajar dengan”. Relasi ini
adalah relasi ekuivalen. Pertama, relasi ini adalah refleksif, sebab setiap garis sejajar dengan
dirinya sendiri. Kedua, relasi ini simetris, sebab jika garis l sejajar dengan m, maka gari m
sejajar dengan l. ketiga, relasi ini transitif, sebab jika l sejajar dengan m, m sejajar dengan n,
maka garis l sejajar dengan n. oleh karena itu disebut relasi ekuivalen.
Contoh 5:
Relasi tegak lurus terhadap yang didefinisikan pada himpunan semua garis pada bidang
adalah bukan relasi ekuivalen, sebab relasi ini tidak refleksif, yaitu tidak benar bahwa setiap
garis tegaklurus terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi, relasi ini simetris, karena jika garis l
tegaklurus terhadap m, maka garis m tegaklurus pada garis l.
Contoh 6:
8
Manakah dari ketiga sifat relasi ekuivalen yang dipenuhi oleh relasi kurang dari yang
didefinisikan pada himpunan bilangan cacah ?
Penyelesaian:
Karena setiap bilangan tidak kurang dari dirinya sendiri, maka relasi ini relasi refleksif.
Karena x < y tidak mengakibatkan y < x, relasi ini tidak simetris. Tapi jika x < y dan y < z,
akibatnya adalah x < z; jadi relasi ini adalah transitif.
Contoh 7:
Misalkan A = { 1, 2, 3 }, a R b jika dan hanya jika a ≤ b. Maka 1 R 1, 2 R 3, dan
seterusnya, sehingga bila semua anggota Rkita kumpulkan menjadi satu himpunan, maka R =
{ (1, 1), (1, 2), (1, 3), (2, 2), (2, 3), (3, 3) } tampak bahwa R adalah himpunan bagian dari A
x A.
Contoh 8 :
Misalkan A = { 1, 2, 3, 4, …, 10 }. Jika a dan b adalah anggota-anggota himpunan A,
dan a R b jika dan hanya jika b adalah kuadrat dari a. Maka relasi R bila dinyatakan
himpunan pasangan terurut, adalah :
R = { (1, 1), (2, 4 ), ( 3, 9) }
Bila kita perhatikan contoh 6 dan 7 di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
kedua relasi tersebut bukan relasi ekuivalen, mengapa ?
Secara umum dapat disimpulkan bahwa suatu relasi R (dalam bentuk himpunan
pasangan terurut) disebut relasi ekuivalen pada himpunan A, jika dan hanya jika:
9
2. Jika ( x, y) Є R, maka (y, x) Є R.
1. Penjumlahan
Misalkan A = {1, 2, 3, 4, … } adalah himpunan semua bilangan asli. Kita perhatikan
operasi penjumlahan (+) untuk bilangan-bilangan asli. Anda telah mengetahui, bahwa jumlah
dua bilangan asli sebarang merupakan suatu bilangan asli pula. Jika a dan b dua bilangan asli,
maka hasil penjumlahan (a + b) merupakan suatu bilangan asli. Hal ini kita katakana bahwa
penjumlahan pada himpunan bilangan asli bersifat tertutup. Ketentuan tersebut memenuhi tiga
criteria tentang system matematika, yaitu (1) ada himpunan tertentu, yaitu A= {1, 2, 3, 4, …};
(2) ada operasi tertentu, yaitu penjumlahan, dan (3) hasil penjumlahan setiap anggota A
merupakan anggota A lagi (sifat tertutup). Sehingga himpunan A dengan operasi
penjumlahan membentuk suatu system yang disebut system bilangan aslidengan operasi
penjumlahan. Dari system bilangan asli dengan penjumlahan ini, Anda dapat menyelidiki
sifat-sifat yang dimiliki dalam system ini.
Kita dapat melakukan penjumlahan tiga bilangan asli, dengan cara menjumlah dua
bilangan lebih dulu, dan hasilnya dijumlahkan dengan bilangan asli ketiga. Misalnya 3 + 8 + 5,
dapat dilakukan dengan (3 + 8) = 11 dilakukan lebih dulu, dan seterusnya 11 + 5 = 16. Kita
dapat pula melakukan 8
+ 5 = 13 lebih dulu, dan seterusnya 3 + 13 = 16. Hal ini dapat dinyatakan sebagai (3 + 8) + 5
=3
+ (8 + 5). Bilangan yang ada di dalam kurung berarti penjumlahan dikerjakan lebih dulu.
Penjumlahan tiga bilangan asli yang dinyatakan seperti pada kesamaan diatas disebut sifat
asosiatif (sifat pengelompokkan) penjumlahan. Secara umum, sifat asosiatif penjumlahan itu
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Sifat asosiatif penjumlahan
Jika a, b, dan c sebarang bilangan-bilangan asli,
maka (a + b) + c = a + (b + c)
Dalam beberapa kasus, sifat asosiatif ini akan memberikan kemudahan dalam
10
melakukan penjumlahan. Misalnya 37 + 84 + 16 = ….. Kita lebih mudah melakukan 37 + (84
+ 16) = 37 + 100
= 137 jika dibandingkan apabila kita melakukan (37 + 84) + 16 = …..
Sifat lain yang dimiliki system bilangan asli dengan penjumlahan ini adalah sifat komutatif
(sifat pertukaran). Contoh sifat komutatif penjumlahan, misalnya 6 + 27 = 27 + 6; 38 + 19 = 19
+ 38; 53
+ 47 = 47 + 53, dan sebagainya. Secara umum, sifat komutatif penjumlahan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Sifat komutatif penjumlahan
Jika a dan b sebarang bilangan asli,
maka a + b = b + a
Kita sering menggunakan sifat komutatif penjumlahan. Misalnya apabila kita ingin melakukan
penjumlahan 5 + 176, maka dalam benak kita melakukan penjumlahan itu dengan 176 + 5.
Sebab yang terakhir ini memeng lebih mudah dijumlahkan.
2. Perkalian
Himpunan A = {1, 2, 3, 4, … } dengan operasi perkalian juga membentuk suatu
system, sebab hasil kali setiap dua bilangan asli merupakan bilangan asli pula. Atau dengan kata
lain perkalian bilangan-bilangan asli bersifat tertutup. Sifat tertutup perkalian bilangan-bilangan
asli dapat dinyatakan sebagai berikut:
Sifat tertutup perkalian
Jika a dan b bilangan-bilangan asli sebarang, maka hasil kalinya (a x b)
merupakan suatu bilangan asli pula
Selanjutnya, kita akan menyelidiki sifat-sifat yang dimiliki oleh system bilangan asli
dengan perkalian. Kita dapat melakukan perkalian tiga bilangan asli dengan cara melakukan
perkalian dua bilangan lebih dulu dan hasil kali itu selanjutnya dikalikan dengan bilangan asli
yang ketiga. Misalnya 5 x 3 x 6 = …. Perkalian ini dapat dilakukan (5 x 3) x 6 = 15 x 6 = 90
atau 5 x (3 x 6) = 5 x 18 =
90. Tampak bahwa (5 x 3) x 6 = 5 x (3 x 6). Perkalian tiga bilangan asli yang dinyatakan
pada kesamaan terakhir ini disebut sifat asosiatif (sifat pengelompokkan) perkalian. Secara
umum sifat asosiatif perkalian dinyatakan sebagai berikut:
11
Sifat asosiatif perkalian
Jika a, b, dan c sebarang bilangan-bilangan
asli, maka (a x b) x c = a x (b x c)
Pada beberapa kasus, sifat asosiatif ini akan mempermudah kita dalam melakukan
perkalian bilangan-bilangan asli. Misalkan 97 x 8 x 125 = ….. kita lebih mudah melakukan
perkalian itu dengan cara 97 x (8 x 125) = 8 x 1000 = 97.000 daripada kita melakukan
dengan cara (97 x 8) x 125 = ….. Misalnya lagi, 79 x 25 x 4 =….. Kita mudah melakukan
perkalian itu dengan cara 79 x (25 x 4) = 79 x 100 = 7.900 daripada apabila kita
mengerjakan dengan cara (79 x 25) x 4 = …..
Sifat lain yang dimiliki system bilangan asli dengan perkalian adalah sifat komutatif
(sifat pertukaran), yaitu:
Jika a dan b bilangan asli sebarang,
maka a x b = b x a
kita sering menggunakan sifat komutatif perkalian ini, agar kita lebih cepat memperoleh
hasil perkalian yang diinginkan. Misalnya, dalam perkalian bersusun seperti 54 x 2345 =
…. Kita melakukannya dengan cara:
2345
54 x
Himpunan semua bilangan asli dengan penjumlahan merupakan suatu system. Demikian pula
himpunan bilangan asli dengan perkalian juga membentuk suatu system. System-sistem itu
dibangun dengan suatu himpunan dan sebuah operasi. Suatu system dapat dibangun dengan
suatu himpunan, dan dua operasi yang masing-masing bersifat tertutup. Himpunan semua
bilangan asli dengan operasi penjumlahan dan perkalian membentuk suatu system. Dalam
system ini memiliki sifat-sifat, yaitu terhadap penjumlahan bersifat asosiatif dan komutatif,
12
terhadap operasi perkalian memiliki sifat asosiati dan komutatif, terhadap operasi perkalian
memiliki sifat asosiatif, komutatif dan unsure identitas.
Selain sifat-sifat itu, system bilangan asli dengan penjumlahan dan perkalian, juga memiliki
sifat distribute (penyebaran) perkalian terhadap penjumlahan sebagai berikut:
Jika a, b, dan c bilangan-bilangan asli sebarang,
maka a x (b + c) = a x b + a x c dan
(a + b) x c = a x c + b x c
Dalam melakukan perkalian kita sering menggunakan sifat distributive ini, misalnya 25 x 53
=
…..
Kita melakukan 25 x 50 = 1250 dan 25 x 3 = 75, selanjutnya kita melakukan penjumlahan
1250 +
75 = 2025.
Perhitungan itu dapat ditulis sebagai berikut:
25 x 53 = 25 x (50 + 3) = (25 x 50) + (25 x 3) = 1250 + 75 = 2025
Contoh lain : (36 x 43) + (36 x 57) = …..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan bahwa makalah yang berjudul “Pembelajaran Sistem
Matematika” adalah sebagai berikut.
14
1. Di dalam system matematika terdapat tiga criteria, yaitu adanya suatu himpunan tertentu, adanya
operasi dan relasi tertentu, serta adanya hasil operasi dan relasi yang harus termasuk dalam
himpunan itu.
2. Relasi adalah dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan dua unsur yang diketahui. Pengertian
ini mempunyai sifat umum, tidak hanya berlaku untuk bilangan, bangun geometri saja, tetapi
juga untuk semua objek lain.
3. Sifat penting dari relasi adalah: sifat refleksi kesamaan, sifat simetris kesamaan, dan sifat transitif
kesamaan.
4. Operasi dan Sifat-sifat Bilangan Bulat sebagai Sitem Matematika
5. Suatu Himpunan yang tidak kosong dengan suatu operasi membentuk suatu sistem, apabila
operasi pada himpunan tersebut bersifat tertutup.
6. Suatu operasi pada suatu himpunan dikatakan sifat tertutup apabila hasil operasi setiap dua
elemen dari himpunan itu merupakan suatu elemen himpunan tersebut.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mwngharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Adjie Nahrowi, Rostika Deti R. 2009. Konsep Dasar Matematika. Bandung : UPI PRESS
15
16
17
18
19
20
21
22
23