Anda di halaman 1dari 24

PEMBELAJARAN SISTEM MATEMATIKA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas  Mata Kuliah Pembelajaran Matematika
SD Kelas Rendah
Dosen Pengampu : Adhistami Putri Pradani, M.Pd

 Disusun oleh  :

1. Leni : 19202061023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ‘Sistem Matematika” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
Adhistami Putri Pradani M.Pd pada Mata Kuliah Konsep Dasar Matematika. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Sistem Matematika” bagi
para pembaca dan juga para penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Adhistami Putri Pradani M.Pd selaku
dosen Mata Kuliah Konsep Dasar Matematika yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kuningan, Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Pengantar Umum Sistem Matematika........................................................2

B. Relasi dalam Sistem Matematika................................................................6

C. Operasi dan sifat-sifat Bilangan Asli sebagai Sistem Matematika..........9

D. Operasi dan Sifat-sifat Bilangan Bulat sebagai Sistem Matematika.......13

BAB III PENUTUP.........................................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................14

B. Saran..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya matematika merupakan kumpulan dari system matematika, oleh


karena itu mempelajari matematika pada prinsipnya mempelajari system-sistem matematika.
Jika Anda mempelajari penjumlahan, dan perkalian bilangan, maka pada prinsipnya Anda
mempelajari system bilangan. Jika Anda bermain-main dengan segitiga, lingkaran dan
sebagainya, maka pada
dasarnya Anda sedang berada dalam suatu system geometri.
Jika kita hanya memperhatikan unsure yang dikaji di dalam kedua system tersebut,
keduanya berbeda. System yang pertama berhubungan dengan bilangan, dan yang kedua
berhubungan dengan bangun-bangun geometri. Oleh karena itu ada cabang matematika yang
mempelajari bilangan dan sifat-sifatnya, dan ada pula cabang matematika yang khusus
mempelajari bangun-bangun geometri.
Sebelum tahun 1850 studi tentang matematika lebih dititikberatkan pada unsure-unsur
yang sedang dikaji, seperti bilangan, objek geometri, persamaan, dan sebagainya. Sesudah itu,
semakin terlihat jelas bahwa walaupun unsure-unsur yang dibahas dalam beberapa system yang
berlainan itu tidak sama, pola yang ditemukan dalam beberapa sistemtersebut mempunyai
kemiripan. Oleh karena itu munculah suatu studi tentang matematika yang khusus mengkaji
tentang sifat-sifat dari system matematika secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengantar umum sistem matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan relasi sistem matematika?
3. Apa yang dimaksud dengan operasi dan sifat-sifat sistem matematika?
C.Tujuan Masalah
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai beritkut.
1. Untuk menjelaskan beberapa sistem matematika.
2. Untuk menjelaskan pembelajaran relasi sistem matematika.
3. Untuk menjelaskan pembelajaran operasi dan sifat-sifat matematika.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Umum Sistem Matematika


Perhatikan beberapa contoh pengertian dalam materi himpunan di bawah ini.

1. Pengertian himpunan bagian


2. Pengertian relasi sama dengan
3. Pengertian saling lepas
4. Pengertian irisan dua himpunan
5. Pengertian gabungan dua himpunan

Kelima contoh pengertian di atas, dapat kita kelompokkan menjadi dua. Tiga kelompok
pertama di bahas dalam relasi antar himpunan, dan dua pengertian yang terakhir dibahas dalam
operasi pada himpunan.
Dengan pengertian himpunan bagian, sama dengan dan saling lepas, kita
mempermasalahkan status himpunan yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, dengan
relasi antar himpunan kita seolah-olah membandingkan himpunan yang satu dengan himpunan
yang lain menurut suatu kondisi tertentu. Sedangkan dengan irisan dan gabungan, maka kita
dapat memperoleh himpunan yang baru berdasarkan himpunan-himpunan yang sudah dimiliki.
Demikian juga halnya dalam system bilangan. Beberapa pengertian tentang bilangan
dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Pengertian kesamaan bilangan cacah.
2. Pengertian urutan bilangan cacah.
3. Pengertian penjumlahan dua bilangan cacah.
4. Pengertian perkalian dua bilangan cacah.

Dua pengertian pertama berhubungan dengan relasi antar bilangan cacah, yang
membandingkan antar bilangan cacah yang satu dengan yang lain berdasarkan kondisi tertentu.
Dua pengertian yang terakhir berhubungan dengan operasi pada bilangan cacah, yang
menggunakan setiap pasang bilangan cacah untuk menghasilkan bilangan cacah yang lain.

4
Oleh karena itu meskipun unsur-unsur yang dibahas dalam himpunan dan dalam bilangan
cacah berbeda, kita melihat adanya kesamaan. Kesamaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keduanya merupakan kumpulan unsur-unsur dan bukan himpunan kosong. System


yang pertama merupakan kumpulan dari himpunan, sedang system yang kedua
merupakan kumpulan bilangan.
2. Keduanya mempunyai relasi yang memungkinkan untuk membandingkan unsure yang
satu dengan yang lainnya menurut kondisi tertentu.
3. Keduanya mempunyai operasi yang memungkikan menghasilkan unsur yang baru dari
dua unsur yang diberikan.

Berikut akan diberikan beberapa contoh lain tentang system matematika.

Contoh 1:
Dalam materi logika terdapat relasi-relasi penting yang dipelajari, seperti konjungsi,
disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Masing-masing operasi tersebut merupakan suatu aturan
yang memerlukan dua buah pernyataan untuk menghasilkan pernyataan ketiga. Perhatikan bahwa
negasi bukan operasi yang sejenis dengan keempat operasi tersebut. Konjungsi, disjungsi,
implikasi dan biimplikasi disebut operasi biner, karena terdiri dari dua pernyataan yang akan
menghasilkan pernyataan ketiga. Negasi hanya terdiri dari satu pernyataan untuk menghasilkan
pernyataan kedua, sehingga disebut operasi uner.

Contoh 2:
Himpunan semua bilangan real dengan relasi “sama dengan”, “lebih kecil” atau yang lain,
operasi penjumlahan dan perkalian suatu system matematika.

Contoh 3:
Pada himpunan Q = {a, b, c, d, e } kita dapat mendefinisikan relasi, misalnya “sama-
sama merupakan huruf vocal”. Kemudian juga dapat mendefinisikan operasinya, misalnya
operasi * yang didefinisikan sebagai berikut:
Jika x dan y anggota-anggota Q, maka x * y = y. dengan relasi dan operasi tersebut,
himpunan Q membentuk suatu system matematika.

Contoh 4:

5
Dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, misalnya yang berhubungan
dengan himpunan bilangan asli, A = { 1, 2, 3, 4, …, 30 }. Penjumlahan dan pengurangan
yang diberikan hanya terbatas pada penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan dalam
himpunan itu, dan hasilnya harus termasuk dalam himpunan itu juga. Karena bilangan asli yang
diperkenalkan pada siswa, baru terbatas pada bilangan asli sampai dengan 30, maka guru tidak
boleh memberikan soal-soal hitungan yang hasilnya di louar himpunan itu.
Dengan demikian kita telah mengetahui bahwa di dalam system matematika terdapat
tiga criteria, yaitu adanya suatu himpunan tertentu, adanya operasi dan relasi tertentu , serta
adanya hasil operasi dan relasi yang harus termasuk dalam himpunan itu.

B. Relasi dalam Sistem Matematika


Pengertian relasi adalah dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan dua unsur yang
diketahui. Pengertian ini mempunyai sifat umum, tidak hanya berlaku untuk bilangan, bangun
geometri saja, tetapi juga untuk semua objek lain.

Contoh 1:
Perhatikan himpunan semua orang dan relasi “Ayah dari”.jika diberikan dua orang x
dan y, kita dapat menyatakan : Apakah x berelasi dengan y dalam pengertian “x Ayah dari y”?
Jika x adalah Suharto dan y adalah Tomi, maka jawaban dari pertanyaan tersebut adalah
benar. Jika x adalah Sukarno dan y adalah Fatmawati, maka jawaban terhadap pertanyaan itu
adalah tidak benar. Apakah dengan relasi ini setiap orang berrelasi dengan dirinya sendiri ?.
Suharto berrelasi dengan Tomi dengan relasi “Ayah dari”, biasanya kita ucapka:
“Suharto adalah ayah dari Tomi, dapat dipersingkat dengan tulisan: Suharto R Tomi, lambang
R mempunyai arti “Ayah dari”.

Seringkali kita mempersingkat pernyataan semacam itu dengan satu lambang tunggal.
Sebagai contoh untuk mengatakan bilangan yang dinamakan dengan 2 + 2 adalah sama dengan
bilangan yang dinamakan dengan 5 – 1. Untuk mengatakan bahwa bilangan cacah 5 kurang
dari bilangan cacah 6, kita gunakan lambang khusus < untuk pengertian kurang dari, dan
kita tuliskan singkatan 5 < 6. Karena 6 tidak kurang dari 5, maka dapat dituliskan 6 < 5.
Penggunaan tanda strip tegak yang disisipkan pada lambang suatu relasi, biasanya

diamksudkan untuk menyatakan “tidak berrelasi dengan”. Lambang ≠” mempunyai arti “tidak
sama dengan”.

6
Contoh 2:
Pada kartu bridge, terdapat suatu relasi yang digunakan secara umum. Relasi itu dapat
disebut dengan relasi” lebih tinggi peringkatnya dari pada”. Jika kita pada suatu saat
menggunakan lambang
> untuk menyatakan mempunyai “peringkat lebih tinggi”, maka kita dapat menunjukkan bahwa
kartu- kartu tersebut berrelasi satu sama lain sebagai berikut:
A > K > Q > J > 10 > 9 > 8 > 7 > 6 > 5 > 4 > 3 > 2.
Jadi kartu As mempunyai peringkat tertinggi, dan kartu 2 mempunyai peringkat
terendah.
Warna dari kartu diabaikan.

Contoh 3 :
Perhatikan himpunan semua segitiga dan relasi “kongruen dengan”. Jika kita
menggunakan lambang untuk menyatakan relasi tersebut, dan jika A, B, C, dan D adalah
segitiga-segitiga seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, maka pernyataan berikut
semuanya benar :
A ≡ B , C ≡ D, A ≡ C, A ≡ D.

A
B
C

Gambar 3.1
Beberapa segitiga yang mempunyai relasi

Sekarang mari kita kembali pada kesamaan bilangan cacah. Ingat bahwa tulisan “ n =
7
m” artinya lambang n dan m menyatakan bilangan cacah yang sama. Ada tiga sifat penting dari
relasi ini yang akan sering kita gunakan.
1. Sifat Refleksif Kesamaan: untuk setiap bilangan cacah n, n selalu sama dengan dirinya
sendiri, n
= n.
2. Sifat Simetris Kesamaan: jika kita tahu bahwa n = m, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
m
= n.
3. Sifat Transitif Kesamaan: jika kita tahu bahwa n = m, dan m = o, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa n = o.

Karena relasi kesamaan memenuhi ketiga sifat tersebut, kita sebut kesamaan adalah relasi
ekuivalen. Lebih umumnya, suatu relasi R merupakan relasi ekuivalen, jika memenuhi sifat-sifat:

1. Untuk setiap unsur n; n R n, artinya n berrelasi R dengan n.


2. Jika kita tahu bahwa n R m, kita dapat menyimpulkan bahwa m R n.
3. Jika kita tahu bahwa n R m, dan m R o, kita dapat menyimpulkan
bahwa n R o. Maka kita sebut R suatu relasi ekuivalen.

Contoh 4:
Perhatikan himpunan semua garis pada bidang dan relasi “sejajar dengan”. Relasi ini
adalah relasi ekuivalen. Pertama, relasi ini adalah refleksif, sebab setiap garis sejajar dengan
dirinya sendiri. Kedua, relasi ini simetris, sebab jika garis l sejajar dengan m, maka gari m
sejajar dengan l. ketiga, relasi ini transitif, sebab jika l sejajar dengan m, m sejajar dengan n,
maka garis l sejajar dengan n. oleh karena itu disebut relasi ekuivalen.

Contoh 5:
Relasi tegak lurus terhadap yang didefinisikan pada himpunan semua garis pada bidang
adalah bukan relasi ekuivalen, sebab relasi ini tidak refleksif, yaitu tidak benar bahwa setiap
garis tegaklurus terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi, relasi ini simetris, karena jika garis l
tegaklurus terhadap m, maka garis m tegaklurus pada garis l.

Contoh 6:

8
Manakah dari ketiga sifat relasi ekuivalen yang dipenuhi oleh relasi kurang dari yang
didefinisikan pada himpunan bilangan cacah ?
Penyelesaian:
Karena setiap bilangan tidak kurang dari dirinya sendiri, maka relasi ini relasi refleksif.
Karena x < y tidak mengakibatkan y < x, relasi ini tidak simetris. Tapi jika x < y dan y < z,
akibatnya adalah x < z; jadi relasi ini adalah transitif.

Misalnya R adalah sebuah operasi yang didefinisikan pada himpunan A. jika a, b Є A,


dan berlaku a R b ( yaitu a berrelasi R dengan b), maka fakta ini kadang-kadang juga

dinyatakan dengan symbol pasangan terurut ( a, b ) Є R. jika c tidak berrelasi R dengan d,


maka fakta ini dituliskan
dengan ( c, d ) Є R.

Contoh 7:
Misalkan A = { 1, 2, 3 }, a R b jika dan hanya jika a ≤ b. Maka 1 R 1, 2 R 3, dan
seterusnya, sehingga bila semua anggota Rkita kumpulkan menjadi satu himpunan, maka R =
{ (1, 1), (1, 2), (1, 3), (2, 2), (2, 3), (3, 3) } tampak bahwa R adalah himpunan bagian dari A
x A.

Contoh 8 :
Misalkan A = { 1, 2, 3, 4, …, 10 }. Jika a dan b adalah anggota-anggota himpunan A,
dan a R b jika dan hanya jika b adalah kuadrat dari a. Maka relasi R bila dinyatakan
himpunan pasangan terurut, adalah :
R = { (1, 1), (2, 4 ), ( 3, 9) }

Bila kita perhatikan contoh 6 dan 7 di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
kedua relasi tersebut bukan relasi ekuivalen, mengapa ?
Secara umum dapat disimpulkan bahwa suatu relasi R (dalam bentuk himpunan
pasangan terurut) disebut relasi ekuivalen pada himpunan A, jika dan hanya jika:

1. Untuk setiap x A, (x, x) Є R.

9
2. Jika ( x, y) Є R, maka (y, x) Є R.

Jika (x, y) Є R, dan (y, z) Є R, maka (x, z) Є

C. Operasi dan sifat-sifat Bilangan Asli sebagai Sistem Matematika

1. Penjumlahan
Misalkan A = {1, 2, 3, 4, … } adalah himpunan semua bilangan asli. Kita perhatikan
operasi penjumlahan (+) untuk bilangan-bilangan asli. Anda telah mengetahui, bahwa jumlah
dua bilangan asli sebarang merupakan suatu bilangan asli pula. Jika a dan b dua bilangan asli,
maka hasil penjumlahan (a + b) merupakan suatu bilangan asli. Hal ini kita katakana bahwa
penjumlahan pada himpunan bilangan asli bersifat tertutup. Ketentuan tersebut memenuhi tiga
criteria tentang system matematika, yaitu (1) ada himpunan tertentu, yaitu A= {1, 2, 3, 4, …};
(2) ada operasi tertentu, yaitu penjumlahan, dan (3) hasil penjumlahan setiap anggota A
merupakan anggota A lagi (sifat tertutup). Sehingga himpunan A dengan operasi
penjumlahan membentuk suatu system yang disebut system bilangan aslidengan operasi
penjumlahan. Dari system bilangan asli dengan penjumlahan ini, Anda dapat menyelidiki
sifat-sifat yang dimiliki dalam system ini.
Kita dapat melakukan penjumlahan tiga bilangan asli, dengan cara menjumlah dua
bilangan lebih dulu, dan hasilnya dijumlahkan dengan bilangan asli ketiga. Misalnya 3 + 8 + 5,
dapat dilakukan dengan (3 + 8) = 11 dilakukan lebih dulu, dan seterusnya 11 + 5 = 16. Kita
dapat pula melakukan 8
+ 5 = 13 lebih dulu, dan seterusnya 3 + 13 = 16. Hal ini dapat dinyatakan sebagai (3 + 8) + 5
=3
+ (8 + 5). Bilangan yang ada di dalam kurung berarti penjumlahan dikerjakan lebih dulu.
Penjumlahan tiga bilangan asli yang dinyatakan seperti pada kesamaan diatas disebut sifat
asosiatif (sifat pengelompokkan) penjumlahan. Secara umum, sifat asosiatif penjumlahan itu
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Sifat asosiatif penjumlahan
Jika a, b, dan c sebarang bilangan-bilangan asli,
maka (a + b) + c = a + (b + c)

Dalam beberapa kasus, sifat asosiatif ini akan memberikan kemudahan dalam
10
melakukan penjumlahan. Misalnya 37 + 84 + 16 = ….. Kita lebih mudah melakukan 37 + (84
+ 16) = 37 + 100
= 137 jika dibandingkan apabila kita melakukan (37 + 84) + 16 = …..
Sifat lain yang dimiliki system bilangan asli dengan penjumlahan ini adalah sifat komutatif
(sifat pertukaran). Contoh sifat komutatif penjumlahan, misalnya 6 + 27 = 27 + 6; 38 + 19 = 19
+ 38; 53
+ 47 = 47 + 53, dan sebagainya. Secara umum, sifat komutatif penjumlahan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Sifat komutatif penjumlahan
Jika a dan b sebarang bilangan asli,
maka a + b = b + a

Kita sering menggunakan sifat komutatif penjumlahan. Misalnya apabila kita ingin melakukan
penjumlahan 5 + 176, maka dalam benak kita melakukan penjumlahan itu dengan 176 + 5.
Sebab yang terakhir ini memeng lebih mudah dijumlahkan.

2. Perkalian
Himpunan A = {1, 2, 3, 4, … } dengan operasi perkalian juga membentuk suatu
system, sebab hasil kali setiap dua bilangan asli merupakan bilangan asli pula. Atau dengan kata
lain perkalian bilangan-bilangan asli bersifat tertutup. Sifat tertutup perkalian bilangan-bilangan
asli dapat dinyatakan sebagai berikut:
Sifat tertutup perkalian
Jika a dan b bilangan-bilangan asli sebarang, maka hasil kalinya (a x b)
merupakan suatu bilangan asli pula

Selanjutnya, kita akan menyelidiki sifat-sifat yang dimiliki oleh system bilangan asli
dengan perkalian. Kita dapat melakukan perkalian tiga bilangan asli dengan cara melakukan
perkalian dua bilangan lebih dulu dan hasil kali itu selanjutnya dikalikan dengan bilangan asli
yang ketiga. Misalnya 5 x 3 x 6 = …. Perkalian ini dapat dilakukan (5 x 3) x 6 = 15 x 6 = 90
atau 5 x (3 x 6) = 5 x 18 =
90. Tampak bahwa (5 x 3) x 6 = 5 x (3 x 6). Perkalian tiga bilangan asli yang dinyatakan
pada kesamaan terakhir ini disebut sifat asosiatif (sifat pengelompokkan) perkalian. Secara
umum sifat asosiatif perkalian dinyatakan sebagai berikut:

11
Sifat asosiatif perkalian
Jika a, b, dan c sebarang bilangan-bilangan
asli, maka (a x b) x c = a x (b x c)

Pada beberapa kasus, sifat asosiatif ini akan mempermudah kita dalam melakukan
perkalian bilangan-bilangan asli. Misalkan 97 x 8 x 125 = ….. kita lebih mudah melakukan
perkalian itu dengan cara 97 x (8 x 125) = 8 x 1000 = 97.000 daripada kita melakukan
dengan cara (97 x 8) x 125 = ….. Misalnya lagi, 79 x 25 x 4 =….. Kita mudah melakukan
perkalian itu dengan cara 79 x (25 x 4) = 79 x 100 = 7.900 daripada apabila kita
mengerjakan dengan cara (79 x 25) x 4 = …..
Sifat lain yang dimiliki system bilangan asli dengan perkalian adalah sifat komutatif
(sifat pertukaran), yaitu:
Jika a dan b bilangan asli sebarang,
maka a x b = b x a

kita sering menggunakan sifat komutatif perkalian ini, agar kita lebih cepat memperoleh
hasil perkalian yang diinginkan. Misalnya, dalam perkalian bersusun seperti 54 x 2345 =
…. Kita melakukannya dengan cara:

2345

54 x

Himpunan A= {1, 2, 3, 4, … } memuat suatu bilangan yang apabila dikalikan dengan


bilangan asli lainnya memperoleh hasil yang sama dengan bilangan asli lainnya itu. Perhatikan
bahwa 6 x 1 = 1 x 6 = 6, 16 x 1 = 1 x 16 = 16, 45 x 1 = 1 x 45 = 45 dan sebagainya. Dalam
hal ini 1 disebut unsure identitas dari system bilangan asli dengan perkalian. Jadi system bilangan
asli dengan perkalian memiliki unsur identitas, yaitu 1, sebab untuk setiap bilangan asli a
berlaku a x 1 = 1 x a = a.

Himpunan semua bilangan asli dengan penjumlahan merupakan suatu system. Demikian pula
himpunan bilangan asli dengan perkalian juga membentuk suatu system. System-sistem itu
dibangun dengan suatu himpunan dan sebuah operasi. Suatu system dapat dibangun dengan
suatu himpunan, dan dua operasi yang masing-masing bersifat tertutup. Himpunan semua
bilangan asli dengan operasi penjumlahan dan perkalian membentuk suatu system. Dalam
system ini memiliki sifat-sifat, yaitu terhadap penjumlahan bersifat asosiatif dan komutatif,
12
terhadap operasi perkalian memiliki sifat asosiati dan komutatif, terhadap operasi perkalian
memiliki sifat asosiatif, komutatif dan unsure identitas.
Selain sifat-sifat itu, system bilangan asli dengan penjumlahan dan perkalian, juga memiliki
sifat distribute (penyebaran) perkalian terhadap penjumlahan sebagai berikut:
Jika a, b, dan c bilangan-bilangan asli sebarang,
maka a x (b + c) = a x b + a x c dan
(a + b) x c = a x c + b x c

Dalam melakukan perkalian kita sering menggunakan sifat distributive ini, misalnya 25 x 53
=
…..
Kita melakukan 25 x 50 = 1250 dan 25 x 3 = 75, selanjutnya kita melakukan penjumlahan
1250 +
75 = 2025.
Perhitungan itu dapat ditulis sebagai berikut:
25 x 53 = 25 x (50 + 3) = (25 x 50) + (25 x 3) = 1250 + 75 = 2025
Contoh lain : (36 x 43) + (36 x 57) = …..

Di sini apabila kita menghitung 36 x 43 dan 36 x 57 lebih dulu dan menjumlahkan


hasilnya, maka perhitungan lebih sulit jika dibandingkan dengan menggunakan sifat distributive
sebagai berikut:
(36 x 43) + (36 x 57) = 36 x (43 + 57) = 36 x 100 = 3600
Perhitungan-perhitungan dengan cara seperti ini perlu mendapat penekanan di dalam
pembelajarannya, karena selain perhitungannya lebih mudah dan mengurangi kesalahan juga,
agar para siswa lebih memahami sifat-sifat operasi yang harus dikuasainya.
Sampai di sini kita telah mempelajari system bilangan asli dengan operasi penjumlahan
dan perkalian, serta sifat-sifat yang dimilikinya. Berikut ini sebuah contoh suatu himpunan
dengan suatu operasi yang tidak membentuk suatu system.
Misalkan A = {1, 2, 3, 4, … } adalah himpunan semua bilangan asli. Operasi
pengurangan untuk bilangan-bilangan asli telah Anda pahami, misalnya 5 – 3 = 2, 7 – 4 = 3,
25 – 8 = 17 dan sebagainya. Tetapi karena 6 – 10 = -4 dan -4 tidak termasuk dalam A, berarti
operasi pengurangan tidak bersifat tertutup pada A. Maka A dalam operasi pengurangan tidak
13
membentuk suatu sistem dalam matematika.

D. Operasi dan Sifat-sifat Bilangan Bulat sebagai Sitem Matematika

1. Operasi Penjumlahan dan Perkalian, serta Sifat-sifatnya


Perhatikan himpunan bilangan bulat, yaitu B = {…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, … }. Operasi
penjumlahan pada himpunan B bersifat tertutup, yaitu apabila a dan b dua bilangan bulat
sebarang, maka hasil penjumlahan (a + b) termasuk dalam B. karena hasil kali dua bilangan
bulat sebarang merupakan suatu bilangan bulat pula, maka operasi perkalian pada himpunan
B bersifat tertutup pula. Jadi himpunan semua bilangan bulat dengan operasi penjumlahan dan
perkalian membentuk suatu system yang disebut system bilangan bulat.
Sistem bilangan bulat dengan penjumlahan mempunyai elemen identitas, yaitu 0 (nol),
sebab untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku a + 0 = 0 + a = a. Misalnya: 6 + 0 = 0 + 6 =
6, -8 + 0 = 0
+ -8 = -8, 16 + 0 = 0 + 16 = 16 dan sebagainya.

Perhatikan bahwa 6 + (-6) = 0, (-6) + 6 = 0, 9 + (-9) = 0, (-9) + 9 = 0 dan sebagainya.


Jika a suatu bilangan bulat, maka –a disebut invers penjumlahan (lawan) dari a. hal ini dapat
dikatakan bahwa setiap bilangan bulat memiliki invers penjumlahan (lawan) yang termasuk
dalam himpunan bilangan bulat.
Sistem bilangan bulat memiliki elemen identitas perkalian, yaitu 1. Tetapi tidak setiap
bilangan bulat memiliki invers perkalian (balikan) yang berada dalam system. Bilangan bulat
yang mempunyai invers perkalian (balikan) yang termasuk dalam system hanyalah 1 dan -1.
Invers perkalian dari 1 dan -1 berturut-turut adalah 1 dan -1 pula, sebab 1 x 1 = 1 dan (-1) x
(-1) = 1.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan bahwa makalah yang berjudul “Pembelajaran Sistem
Matematika” adalah sebagai berikut.

14
1. Di dalam system matematika terdapat tiga criteria, yaitu adanya suatu himpunan tertentu, adanya
operasi dan relasi tertentu, serta adanya hasil operasi dan relasi yang harus termasuk dalam
himpunan itu.
2. Relasi adalah dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan dua unsur yang diketahui. Pengertian
ini mempunyai sifat umum, tidak hanya berlaku untuk bilangan, bangun geometri saja, tetapi
juga untuk semua objek lain.
3. Sifat penting dari relasi adalah: sifat refleksi kesamaan, sifat simetris kesamaan, dan sifat transitif
kesamaan.
4. Operasi dan Sifat-sifat Bilangan Bulat sebagai Sitem Matematika
5. Suatu Himpunan yang tidak kosong dengan suatu operasi membentuk suatu sistem, apabila
operasi pada himpunan tersebut bersifat tertutup.
6. Suatu operasi pada suatu himpunan dikatakan sifat tertutup apabila hasil operasi setiap dua
elemen dari himpunan itu merupakan suatu elemen himpunan tersebut.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mwngharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Adjie Nahrowi, Rostika Deti R. 2009. Konsep Dasar Matematika. Bandung : UPI PRESS

15
16
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai