Anda di halaman 1dari 18

PENGETAHUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Program Studi Filsafat Pendidikan
Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. KH. Akhyak, M.Ag

Oleh:
1. Ayu Setiorini (12211193019)
2. Rinata Putri Yuliana (12211193021)

JURUSAN TADRIS FISIKA 3B


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur hanya tercurahkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasullullah SAW,
yang mana beliau yang membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Sehingga
kami dapat menyeleseikan tugas ini tepat pada waktunya. Kami sangat tertarik
untuk mengajukan judul : PENGETAHUAN
Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas
ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai
pihak sehingga kami mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu
pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Mafthukin, M.Pd. selaku Rektor IAIN TULUNGAGUNG.
2. Prof. Dr. KH. Akhyak, M.Ag Selaku Dosen pengampu Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Islam
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan serta motivasi.
Kami menyimpulkan bahwa tugas ini masih belum sempurna, oleh karena
itu kami menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas kelompok ini dan
bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 14 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................... 2
D. Manfaat Pembahasan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pengetahuan ................................................................................. 3
B. Jenis-jenis pengetahuan ..................................................................................4
C. Pendekatan perolehan ilmu pengetahuan ………..………............................ 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna lagi paripurna,


kesempurnaannya tampak pada kecakapan dalam menghadapi berbagai bentuk
permasalahan hidup yang merupakan manifestasi dari kesucian fitrah insaniyah
yang dianugrahkan oleh Allah kepadanya, dan keparipurnaannya tampak pada
kemampuannya menganalisa setiap permasalahan guna mendapatkan jalan keluar
yang akurat tanpa menimbulkan problematika yang lebih parah dari sebelumnya.
Keparipurnaan ini merupkan bentuk manifestasi hikmah aqliyyah yang menjadi
bagian utama terbentuknya makhluk Tuhan yang teristimewa diantara seluruh
makhluk yang tercipta di bumi.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan alam manusia.
Sedangkan Pengertian Pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan
diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran dan pengalaman
yang terakumulasi sehingga bisa diaplikasikan ke dalam masalah/proses bisnis
tertentu.
Lalu Ilmu Pengetahuan adalah suatu sistem berbagai pengetahuan yang
didapatkan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti
dengan menggunakan metode-metode tertentu. Secara etimologi, ilmu berasal
dari bahasa arab dari kata ilm yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahuai. Jadi dapat artikan bahwa ilmu pengethuan adalah memahami suatu
pengetahuan.
Pada pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang
pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan yang meliputi hakikat pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan
itu diperoleh.

1
A. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengetahuan ?


2. Bagaimana jenis-jenis penegetahuan ?
3. Bagaimana pendekatan memeperoleh ilmu pengetahuan ?

B. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui mengenai pengertian pengetahuan


2. Untuk mengetahui mengenai jenis-jenis pengetahuan.
3. Untuk mengetahui mengenai pendekatan memeperoleh ilmu pengetahuan.

C. Manfaat Makalah

1. Tujuan Khusus

Agar penulis memahami mengenai pengertian pengetahuan, jenis-jenis


pengetahuan, dan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Serta mampu
membedakan pengetahuan yang salah dan pengetahuan yang benar.
2. Tujuan Umum

Setelah mengetahui menegenai pengetahuan dapat memberikan


pengetahuan terhadap perkembangan lingkungan sekitar, masyarakat, dan
lain-lain.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat
(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti. Mubarak
(2011), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berdasarkan
pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai dengan
proses pengalaman yang dialaminya.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian
pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengetahuan
merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti terhadap suatu objek
tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni, indera pendengaran,
penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. 1
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior (Donsu, 2017).
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat erat
hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin
luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

1
http://repository.unimus.ac.id/2569/3/BAB%20II.pdf diakses pada 15 September 2020,pukul 08.40
3
dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non
formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).2

B. Jenis-jenis Pengetahuan

Filsafat merupakan usaha untuk memasuki persoalan tertentu daripada sebagai


penguasaan terhadap seperangkat jawaban yang terumuskan. Filsafat merupakan
pembukaan mata terhadap apa yg dialami. Kemudian bagaimana dengan pengetahuan ?
pengetahun adalah “Sui Generis”, artinya hubungan dengan apa yang paling sederhana
dan paling mendasar. Sebab mengetahui adalah peristiwa paling dasar dan tak dapat
direduksikan, tidak dapat di jelaskan dengan istilah yan lebih dasar daripadanya.
Pengetahuan yang seperti disampaikan oleh Heidegger adalah a-letheia, artinya
pengetahuan adalah peryatan diri dari ada. Pengetahuan juga bisa diartikan peristiwa
yang menyebabkan kesadaran manusia memasuki terang ada. Dari beberapa reflesi
diatas sesungguhnya kita bisa membedakan pengetahuan manusia menjadi tiga jenis
pengetahuan yaitu jenis penetahuan ilmiah, pengetahuan moral dan jenis pengetahuan
religious.3

Pengetahuan menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas :

1. Pengetahuan non ilmiah

Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh


dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam metode
ilmiah. Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non ilmiah
adalah segenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai barang
sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengetahuan moral

Kalau adanya pengetahuan ilmiah sering tidak perlu

2
http://eprints.umpo.ac.id/4458/1/BAB%202.pdf diakses pada 15 September 2020,pukul 08.51
3
Abd. Aziz, ,Filsafat Pendidikan Islam,(Surabaya:Sukses Offeset,2009),hlm. 94

4
diperdebatkan, lain lagi dengan pengetahuan moral cukup banyak
orang yang menganggap bahwa dalam hal moral tidak ada kebenaran
yang bersifat obyektif dan universal. Penilaian dan putusan moral
adalah soal perasaan prbadi atau paling-paling produk budaya tempat
orang lahir dan dibesarkan. Dalam hal moral, tidak ada klaim
kebenaran yang absah.

3. Pengetahuan religious
Persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan religious sedikit
berbeda dari persoalan tentang kemungkinan ada-nya pengetahuan moral.
Kendati begitu, beberapa konsep dan prinsip yang berlaku dalam
membahas kemungkinan adanya pengetahuan moral dapat dipakai untuk
memberi titik terang pada persoalan tentang pengetahuan religious. Duduk
persoalannya adalah apakah pengetahuan religious itu mungkin. Persoalan
ini muncul berkaitan dengan klaim bahwa pengetahuan religious,
termasuk di dalamnya adalah pengetahuan kita tentang tuhan,
sesungguhnya berada di luar lingkup pengetahuan manusia. Peryataan
bahwa tuhan itu ada dan memiliki sifat-sifat yang maha kuasa, maha
rakhim, maha penyayang dan sebagainya, merupakan pokok iman dan
bukan materi pengetahuan manusia. Benar salahnya pengetahuan tersebut
tidak dapat ditentukan, baik secara apriori maupun secara aposterio.
berdasarkan pengalaman. Dengan kata lain, baik tolak ukur kebenaran
rasio (the truth of reason ) maupun kebenaran factual atau empiris (the
truth of fact/empirical truth) tidak berlaku untuk pertayaan pertayaan
religious. Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia


yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan
ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah
mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir
yang khas, yaitu metodologi ilmiah. 34
Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai
dengan karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
1) Pengetahuan Eikasia (Khayalan)

5
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia,
ialah pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran.
Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang
berpengalaman.
2) Pengetahuan Pistis (Substansial)

Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis


atau pengetahuan substansial. Pengetahuan ini adalah
pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
3) Pengetahuan Dianoya (Matematik)

Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah


tingkatan ketiga yang ada di dalamnya sesuatu yang tidak hanya
terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak
pada bagaimana cara berpikirnya.

Dengan demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan


tingkat dianoya ini adalah pengetahuan yang banyak berhubungan
dengan masalah matematik atau kuantitas entahluas, isi, jumlah,
berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis
yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut
juga pengetahuan pikir.
4) Pengetahuan Noesis (Filsafat)

Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan


tertinggi, pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah prinsip
utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip
utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang pengetahuan
ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir.
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang
isinya hal yang berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan.
Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai tingkat tertinggi dari
pengetahuan itu adalah dengan menggunakan metode dialog
sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh
6
sempurna yang biasa disebut Episteme.
Buhanuddin salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang
dimiliki manusia ada empat, yaitu :
a. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense,
karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik.
Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari seperti air dapat
dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar,
musim kemarau akan mengeringkan sawah, dsb.
b. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu
dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia
faktual.Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui
observasi, eksperimen, klasifikasi. Seperti bumi berputar pada porosnya,
air termasuk unsur penting dalam organ tubuh manusia, dst.

Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran


yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang
sesuatu.Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit
dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Seperti
apa hakikat manusia, hakikat tuhan, mengapa diciptakan manusia, dst.
Itu merupakan pemikiran filsafat.
c. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan
wajib diyakini oleh para pemeluk agama dan mengandung beberapa hal
pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan. Selain itu,
iman kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus
merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya.

7
C. Pendekatan Perolehan Ilmu Pengetahuan

sumber ilmu pengetahuan merupakan alat atau sesuatu darimana


individu memperoleh informasi tentang suatu objek. Karena manusia
mendapatkan informasi dari indera dan akal, maka tiga alat itulah yang
dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, sumber ilmu
pengetahuan adalah empirisme (indera) dan rasionalisme (akal). 4
Ada beragam pendapat yang dikembangkan oleh para intelektual Islam
mengenai konsepsi ilmu. Dalam pandangan al-Ghazali, pada dasarnya ilmu
dibagi menjadi dua klasifikasi besar yaitu ilmu syar’i dan ilmu ‘aqly. Dari sini
kemudian berkembanglah ilmu-ilmu lainnya. Untuk mengetahui
perkembangannya, maka ia melihat bahwa ilmu-ilmu itu diperoleh dengan
berbagai metode yaitu metode tafakkur dan metode ta̒allum.
Untuk mengelaborasi lebih lanjut mengenai mekanisme perolehan ilmu
ini, maka ulasan-ulasan berikut akan difokuskan pada perolehan ilmu melalui
pengalaman, akal dan wahyu dalam konteks filsafat pendidikan Islam. Uraian
mengenai ketiga hal ini akan dipaparkan secara komprehensif sebagai berikut:

1. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui Indera

Indera merupakan salah satu mekanisme perolehan ilmu yang penting,


khususnya indera pendengaran dan penglihatan. Signifikansi indera ini juga
banyak disinggung di dalam al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an indera pendengaran
pada umumnya lebih dahulu disebutkan sebelum indera penglihatan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan: Pertama, indera pendengaran lebih utama
dibandingkan indera penglihatan dalam proses perolehan ilmu pengetahuan
(belajar). Kedua, indera pendengaran langsung berfungsi sejak seorang anak
dilahirkan. Ketiga, indera pendengaran berfungsi secara kontinyu. Keempat,

4
Kertanegara, M. 2005. Integrasi Ilmu Sebuah Rekontruksi Holistik. Jakarta: UIN Jakarta Press. hal 101-102

8
indera pendengaran bisa mendengar baik dalam keadaan gelap maupun terang.
Kelima, pendengaran bisa menangkap suara dan semua arah.
Adanya keterbatasan pada indera lahir, baik indera pendengaran,
penglihatan dsb, maka menuntut adanya kerjasama dengan indera batin. Hal ini
dikarenakan indera lahir hanya mampu mempersepsikan obyek luar untuk
dikirim ke indera batin. Sedangkan indera batin sendiri mampu menangkap
makna dari suatu obyek tanpa harus dipersepsi oleh indera lahir. Akan tetapi
indera batin ini perlu bekerjasama dengan daya rasional dalam melaksnakan
tugasnya. Sebab bagaimanapun juga baik sistem kerja indera lahir maupun
indera batin memiliki keterkaitan erat dengan daya jiwa rasional (al-‘aql).
Di dalam filsafat mekanisme perolehan ilmu melalui indera ini disebut
dengan empirisme. Empirisme berasal dari bahasa Yunani “empeiria” yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Empirisme adalah aliran yang menjadikan
pengalaman sebagai sumber sumber pengetahuan. Pengalaman merupakan
faktor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan
manusia. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoloeh melalui
pengalaman dengan cara observasi/penginderaan.
Seorang empirisis berpendapat bahwa seseorang dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman. Sifat yang menonjol dari jawaban ini dapat
dilihat bila kita memperhatikan pertanyaan seperti “bagaimana seseorang
mengetahui es membeku?”. Jawabannya bisa jadi, “karena saya melihatnya
demikian”, atau “karena seorang ilmuwan melihatnya demikian.” Dengan
begitu, dapat dibedakan dua macam unsur, pertama: unsur yang mengetahui,
kedua: unsur yang diketahui. Orang yang mengetahui merupakan subjek yang
memperoleh pengetahuan dan dikenal dengan perkataan yang menunjukkan
seseorang atau suatu kemampuan.
Lebih lanjut, penganut empirisme mengatakan bahwa “pengalaman tidak
lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, yang kemudian
dipahami di dalam otak, dan akibat rangsangan tersebut terbentuklah
tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat inderawi

9
tersebut. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang
tertinggi.
Namun demikian, aliran ini banyak memiliki kelemahan karena:
1. Indera sifatnya terbatas.
2. Indera sering menipu.
3. Objek juga menipu, seperti ilusi/fatamorgana.
4. Indera dan sekaligus objeknya.
Jadi, kelemahan empirisme ini karena keterbatasan indera manusia.

2. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui Akal

Di dalam al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘alayhi wa


Sallam, akal ditempatkan pada kedudukan yang tinggi serta mendorong
manusia untuk menggunakannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
ungkapan ayat-ayat alQur’an yang menyuruh manusia untuk mempergunakan
dan memanfaatkan akalnya. Kata ya̒qilu (memanfaatkan akal untuk berpikir)
terdapat pada 48 ayat dalam berbagai bentuknya. Kata naẓara (melihat secara
abstrak) terdapat pada 30 ayat. Kata tafakkara (berpikir) terkandung dalam 19
ayat. Kata tadhakkara (memperhatikan, mempelajari) terkandung dalam 40
ayat. Kata faqiha (perbuatan berpikir) terkandung dalam 16 ayat. Selain itu
dalam al-Qur’an terdapat pula katakata ulū al-albab (orang berpikir), ulū al-
‘ilm (orang berilmu), ulū al-abṣār (orang berpandangan), ulū al-nuha (orang
bijaksana). Semua itu adalah sebutan yang memberi sifat berpikir yang terdapat
pada manusia. Banyaknya kata dan ungkapan tentang akal tersebut
mengandung pengertian bahwa potensi yang dimiliki manusia sangat dihargai
al-Qur’an.
Dalam praktek beragama, akal menjadi syarat yang menentukan keabsahan
pengamalan ajaran agama. Orang yang terkena hukum dalam syari’at Islam
adalah orang yang sempurna akalnya. Apabila tidak sempurna atau terganggu,
maka keberlakuan hukum atas orang itupun berhenti.

10
Di dalam konsep filsafat, penekanan mengenai pentingnya akal dalam ilmu
pengetahuan melahirkan paham rasionalisme. Paham ini memandang bahwa
sumber pengetahuan yang dipercaya dan dapat dijadikan pegangan adalah akal.
Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang
dituntut semua ilmu pengetahuan ilmiah. Melalui akal dapat diperoleh
kebenaran dengan metode deduktif seperti yang dicontohkan ilmu pasti.
Dalam perspektif pendidikan Islam, akal memang memegang peranan yang
sangat penting sebagai salah satu mekanisme memperoleh ilmu pengetahuan,
sebagaimana diulas di atas. Meski demikian, akal juga dianggap memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Oleh sebab itu ada dimensi-dimensi lain yang akan
diuraikan berikutnya mengenai aspek-aspek lain ilmu dan mekanisme
perolehannya dalam perspektif filsafat pendidikan Islam yaitu terkait dengan
ilham dan wahyu.

3. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui wahyu dan ilham

Ilham, disebut juga intuisi atau inspirasi. Adalah bisikan hati, berupa
pengetahuan yang diberikan oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ala kepada hamba-
Nya, baik kepada Rasulullah maupun selainnya. Ilham sering dianggap oleh
orang awam sebagai sebuah wangsit untuk melakukan sesuatu atau
meninggalkannya.
Ada perbedaan antara wahyu yang berupa kalam (pembicaraan) dengan
wahyu yang berupa ilham. Wahyu berupa kalam harus dengan suara yang bisa
didengar baik secara langsung dari Allah Subḥānahu wa Ta’ala atau lewat
malaikat, atau seperti gemerincing lonceng yang terkadang bisa didengar oleh
para sahabat. Wahyu berupa kalam, juga hanya bisa terjadi ketika terjaga.
Karena seorang yang tidur tidak bisa mendengar dan memahami suara.
Adapun wahyu berupa ilham hanya berupa perasaan dalam hati Rasulullah
Ṣallallāhu ‘alayhi wa Sallam yang tidak disyaratkan harus ada suara yang
didengar. Ini bisa terjadi pada saat terjaga atau ketika tertidur. Karena
seseorang bisa saja memahami apa yang pernah terjadi dalam mimpinya ketika

11
tidur. Itulah sebabnya, mimpi seorang nabi juga termasuk wahyu yang harus
diterima dan diamalkan sebagaimana yang dilakukan oleh Ibrahim, ketika
bermimpi menyembelih puteranya.
Pada sumber rabbaniyyah itu al-Ghazali membagi perolehan ilmu
menjadi dua jalan, yaitu dengan jalan wahyu dan dengan melalui ilham. Ilmu
yang diperoleh lewat wahyu datang tanpa melalui proses belajar dan berpikir.
Ia hanya diturunkan kepada para nabi, karena memiliki al-‘aql kulliy (akal
universal).Oleh sebab itu ilmu yang diperoleh lewat wahyu ini disebut dengan
ilmu nabawi, yakni ilmu yang berkisar rahasia ibadah maupun larangan Allah,
tentang hari akhir, surga, neraka serta termasuk juga masalah mengetahui tuhan
(metafisika). Yang menurut al-Ghazali tidak dapat dicapai dengan akal,
melainkan dengan wahyu al- Qur’an. Begitu pula tentang syariat agama,
menurutnya manusia tidak mengetahui rahasia yang terkandung dalam setiap
pernyataan ajaran agama itu.
Sedangkan ilmu yang datang melalui ilham yang masuk ke dalam hati
tersebut disebut dengan ilmu ladunni, yakni ilmu yang menjadi terbuka dalam
rahasia hati yang diberikan Allah Subḥānahu wa Ta’āla ke dalam jiwa manusia.
Dengan kata lain, ilmu ladunni merupakan ilmu yang didatangkan dari Tuhan
secara langsung tanpa sebab, yang membuat hati terbuka dalam memahami
atau mengetahui sesuatu tanpa perantara atau tanpa sebab.
Selanjutnya dari kedua sumber perolehan ilmu itu (wahyu dan ilham),
alGhazali memasukkan jalan ta̒allum dan tafakkur sebagai metode memperoleh
ilmu. Tafakkur berbeda dengan ta̒allum. Tafakkur adalah proses berpikir secara
batin dengan melalui nafs kulliy (jiwa universal) yang kemudian menghasilkan
ilmu-ilmu universal yang bersifat metafisik, sedangkan ta̒allum adalah proses
berpikir secara lahiriah dengan menggunakan akal yang kemudian
menghasilkan ilmu-ilmu juz’i yang material.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ilham dan wahyu merupakan
salah satu mekanisme perolehan ilmu di dalam Islam. Dalam konteks ini, tentu

12
berbeda dengan konsep filsafat pendidikan Barat yang lebih cenderung
mengedepankan rasionalitas sebagai dasar pijakannya. 5

5https://www.researchgate.net/publication/313013932_MEKANISME_PEROLEHAN_ILMU_DALAM_PERSPEKTIF_FILSAF

AT_PENDIDIKAN_ISLAM/fulltext/588dc5cba6fdcc8e63ca6a4e/MEKANISME-PEROLEHAN-ILMU-DALAM-
PERSPEKTIF-FILSAFAT-PENDIDIKAN-ISLAM.pdf diakses pada 15 September 2020,pukul 09.00

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berdasarkan


pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai
dengan proses pengalaman yang dialaminya melalui pancaindera manusia
dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal maupun non formal.
Jenis-jenis pendekatan perolehan ilmu pengetahuan adalah proses
perolehan ilmu pengetahuan dengan beberapa metode atau mekanisme
perolehan ilmu pengetahuan yang didapat kan oleh manusia secara umum,yaitu:
1. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui Indera
2. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui Akal
3. Mekanisme Perolehan Ilmu melalui wahyu dan ilham

B. Saran

Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari bahwa masih


terdapat banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, baik berupa bahasa
maupun cara penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
guna menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/2569/3/BAB%20II.pdf diakses pada 15


September 2020,pukul 08.40

http://eprints.umpo.ac.id/4458/1/BAB%202.pdf diakses pada 15 September


2020,pukul 08.51

Kertanegara, M. 2005. Integrasi Ilmu Sebuah Rekontruksi Holistik. Jakarta:


UIN Jakarta Press. hal 101-102

https://www.researchgate.net/publication/313013932_MEKANISME_PEROL
EHAN_ILMU_DALAM_PERSPEKTIF_FILSAFAT_PENDIDIKAN_ISLAM
/fulltext/588dc5cba6fdcc8e63ca6a4e/MEKANISME-PEROLEHAN-ILMU-
DALAM-PERSPEKTIF-FILSAFAT-PENDIDIKAN-ISLAM.pdf diakses pada
15 September 2020,pukul 09.00

Aziz, Abd.,2009 ,Filsafat Pendidikan Islam,(Surabaya:Sukses Offeset,)

15

Anda mungkin juga menyukai