BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini penulis membatasi permasalahan, yang bertujuan agar
lebih terarah dan tepat sasaran. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
a. Mengapa pembelajaran bahasa dan satra Indonesia disekolah dianggap
telah gagal?
b. Apa yang menjadi ploblem gagalnya pembelajaran bahasa dan sastra?
c. Bagaimana solusi mengatasinya?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui sebab pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di
sekolah dianggap gagal.
2. Mengetahui problem gagalnya pembelajaran bahasa dan sastra.
3. Mengetahui solusi mengatasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
PROBLEMATIK PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
Hubungan bahasa dengan sastra Indonesia pada dasarnya serupa dua sisi
mata keping uang logam. Keduanya saling ketergantungan tidak dapat dipisahkan
atau berdiri sendiri sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna dengan
bahasa sebagai mediumnya (Prodopo, 1995). Bahasa sendiri tidaklah netral, sebab
sebelum jadi analisir dari bangunan karya sastra, bahasa telah memiliki
arti tersendiri (meaning) berdasarkan konvensi bahasa tingkat pertama melalui
pembacaan heuristik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara rinci problematik pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
disebabkan oleh beberapa factor berikut ini, antara lain adalah sebagai berikut: (1)
Pembelajaran bahasa tidak komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang
disajikan secara diskrit, (3) rendahnya persipsi siswa terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia, (4) pemanfaatan pokok sumber belajar(buku teks) dalam
pembelajaran, (5) alat evaluasi tidak relevan.
Sedangkan problematik pembelajaran sastra meliputi : (1) Mitos-mitos negatif
tentang dunia sastra, (2) dunia sastra yang selalu terpencil, (3) teori sastra versus
kebebasan kreatif seniman, (4) kesalahan konsep dalam pembelajaran sastra , (5)
keterbatasan alokasi waktu pembelajaran, (6) pola pembelajarandan sistem
evalusinya, (7) minimnya jumlah buku pelajaran, (8) profesionalitas guru terhadap
pembelajaran sastra.Secara khusus problematik pembelajaran sastra misalnya
problematik pengajaran sastra di Kalimantan Selatan. Sebagian besar guru bahasa
dan sastra di sekolah juga sangat kurang memperkenalkan sastrawan Kalimantan
Selatan kepada siswa. Oleh karena itu, wajar jika sebagian besar siswa tidak
mengenal sastrawan Kalimantan Selatan. Padahal, biodata dan karya sastrawan
Kalimantan Selatan merupakan pengetahuan sastra yang harus dimiliki siswa di tiap
jenjang pendidikan di sekolah. Seharusnya, guru bahasa dan sastra tidak hanya
memperkenalkan sastrawan dari Pulau Jawa, Sumatera, atau dari pulau lainnya
kepada siswa.