“Arranged”
NIM : 13040220140137
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang tercipta dengan berbeda-beda dan beragam, dari
jenis kelamin, suku, bangsa, bahasa, hingga agama. Sejatinya keragaman ini menjadi alat
perekat harmonisasi dalam membangun kebersamaan antar sesama. Seiring berubahnya
zaman dan majunya perkembangan teknologi, pluralisme dan multikulturalisme menjadi isu
penting yang kerap melahirkan berbagai macam problema baik dalam pemahamamannya
serta dampak sosial dan politik yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
tercinta ini. Disini saya akan menceritakan tentang Nilai Pluralisme dan Multikulturalisme
yang terkandung dalam film “Arranged”
Film “Arranged” merupakan salah satu film spiritual yang sangat baik di tahun 2007.
Film yang disutradarai oleh Stefan Schaefer dan Diane Crespo, film ini diproduksi oleh
Cicala Filmworks, ditulis oleh Stefan C. Schaefer dan Yuta Silverman, dalam film “Arranged”
ini menceritakan tentang kehidupan 2 orang gadis yakni, Nasira Khaldi seorang gadis
Muslim taat yang lahir di Syria dan pindah ke Amerika saat usianya 5 tahun. Ayahnya
seorang sarjana al-Qur’an. dan Rochel Menshenberg seseorang yang berlatar belakang
Yahudi Ortodok dari Borough Park, Brooklyn, mereka berdua masih menjaga identitas
agama mereka di tengah modernnya kota New York. Kedua gadis ini bersahabat baik
sebagai guru di sebuah sekolah. Kedua gadis itu bekerja bersama di sebuah sekolah dan
jalan mereka bertemu ketika salah satu siswa bertanya apakah Nasira membenci Rachel
karena dia seorang Yahudi. Keduanya kemudian mulai bekerja sama untuk membantu
mengubah perspektif siswa tentang stereotip dan kesalahpahaman tentang ras dan agama
mereka. Maka kedua gadis tersebut memulai persahabatan dalam jangka panjang.
Keduanya tergolong dalam keluarga yang sangat religius dan kedua keluarga
tersebut memiliki beberapa persamaan dan beberapa perbedaan ditunjukkan dalam kedua
budaya keluarga yang terlihat bahwa kedua gadis tersebut meskipun berasal dari agama
yang berbeda menghadapi masalah yang sama dengan orang tua mereka dan masalah
pada dunia sekuler. Orang tua dari kedua gadis itu mencoba mengatur pernikahan mereka
berdua. Kedua gadis ini menerima budaya perjodohan yang dilakukan oleh orang tua
mereka dan tidak ada wanita yang menolak atas realitas perjodohan tersebut.
Rochel mulai bertemu dengan pria-pria yang disarankan oleh nenek dan mamanya,
tetapi hampir dari semua pria yang ditemuinya rata-rata terlalu pemalu atau bahkan terlalu
mementingkan diri mereka sendiri. Rochel pun berterus terang kepada ibunya bahwa ia
lebih suka untuk menunggu orang yang benar-benar ia sukai daripada menikahi salah satu
dari mereka yang bahkan tidak benar-benar ia mau. Namun Rochel selalu dipaksa oleh
ibunya. Bahkan Rochel dibawa ke mak comblang dan ditanyai tentang bagaimana kriteria
seorang pria untuk Rochel dan mak comblang akan mencarikan pria yang cocok untuknya.
Kemudian Rochel mulai bertemu pria yang disarankan oleh mak comblang namun tidak ada
satu orangpun yang cocok dengan Rochel. Nasirah yang telah menemukan pria yang cocok
untuknya akhirnya membantu Rochel menemukan pria idamannya. Rochel tertarik dengan
salah satu teman di kelompok belajar kakak Rochel, dia bernama Gideon Horowitz yang
juga merupakan seorang Yahudi. Sebagai sahabat, Nasirah membatu untuk menjodohkan
Rochel dan juga Gideon.
Film ini cukup menarik karena mencakup berbagai topik diantaranya seperti rasisme
dan seksisme. Namun berdasarkan plot dari film “Arranged” tersebut mereka berhasil
mematahkan stereotip kesalahpahaman tentang ras dan agama yang ada pada masyarakat.
Maka dari itu, dengan menumbuhkan sikap inklusif pada masing-masing pihak akan tecipta
suasana yang lebih terbuka, pluralistik dan multikulturalistik dapat diciptakan agar
bagaimana pluralitas agama ini tidak menjadi pemicu terjadinya konflik sosial, tetapi menjadi
alat pemersatu bangsa dengan landasan saling menghormati satu sama lain dan berlomba-
lomba dalam kebaikan dengan kepercayaan yang dianut oleh masing-masing pihak
(fastabiqul khairat).
Dalam film “Arranged” terdapat beberapa adegan yang didalamnya mengandung Nilai
Pluralisme diamana pemerannya saling menghargai adanya perbedaan agama satu sama
lain, adapun adegan pertama terdapat pada saat Nasira bertemu dengan Rochel kemudian
mereka saling berkenalan hingga pada akhirnya mereka menjadi guru disatu sekolahan
yang sama namun mereka berbeda agama dimana Nasira seorang Muslin sedangkan
Rochel berlatarbelakang Yahudi Ortodoks akan tetapi Nasira dan Rochel tidak
mempermasalahkan hal tersebut, Namun agama dari kedua gadis tersebut dikenal banyak
orang karena Orang Muslim selalu ingin menyingkirkan kaum Yahudi pernyataan tersebut
didukung dengan dialog antara murid dengan guru yakni Nasira dan Rochel, berikut
percakapannya :
“Apakah kalian berteman? Aku dengar orang Muslim ingin membunuh semua Yahudi. Ibu
Muslim, kan?” tanya salah seorang murid pada gurunya, Nasira, yang sedang mengajar di
depan kelas pada sebuah Sekolah Dasar di Brooklyn. Sementara itu, ada guru perempuan
lain, Rochel, yang beragama Yahudi Ortodok, duduk di antara murid-murid.
Kemudian, Nasira berjalan mendekati tempat duduk Rochel lalu bertanya,: “Apakah kamu
pikir aku akan membunuhmu, Nona Rochel?” Gadis Yahudi itu tersenyum tipis dan
menggeleng lalu berkata, “Tidak. Tentu tidak.”
Lalu murid lain juga bertanya,: “Tetapi Aku dengar orang Muslim akan mendorong orang
Yahudi ke laut.”
Nasira menjawab : “Orang Muslim? Ada lebih dari 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia yang
berbicara dengan bahasa yang berbeda, tinggal di negara yang berbeda. Akan selalu ada
orang yang membenci orang lain karena mereka beban, ketakutan, merasa terancam. Atau
mungkin juga karena mereka tidak memahami orang lain yang berbeda,” Nasira
menjelaskan.
“Jadi, kalaupun benar begitu berapa orang Muslim yang ingin membunuh Yahudi?”.
Suasana jadi hening dan kaku. Rochel kemudian berdiri sambil berkata, “Oke, aku ada ide.
Untuk pertemuan selanjutnya, sebelum masuk kelas, aku ingin kalian semua memikirkan
satu kata yang paling menggambarkan diri kalian. Bisa apa saja. Warna kulit, agama, tim
olah raga favorit, dan lain-lain.”
Selanjutnya adegan kedua yang didalamnya mengandung nilai Pluralisme terdapat pada
adegan yang menunjukan bahwa setiap keyakinan memiliki tradisi yang berbeda dari tradisi
satu dengan tradisi yang lainnya. Seperti tradisi keluarga Rochel dimana setiap orang yang
baru saja memasuki rumah mereka diharuskan untuk memegang suatu benda yang
tertempel di dinding rumahnya. Kemudian ada pula tradisi sebelum makan, salah satu dari
mereka diharuskan untuk memimpin doa terlebih dahulu agar diberi rasa syukur atas nikmat
yang sudah diberi. Sedangkan tradisi yang ada pada keluarga Nasira yakni ayahnya selalu
melaksanakan ibadah secara berjamaah di masjid terdekat dan ibunya rajin membaca
sebuah kitab suci Al-qur’an, Nasira dan Ibunya selalu memakai jilbab dan menutup aurat
dengan berpakaian yang longgar (tidak ketat). Adapun tradisi Kedua keluarga dari Rochel
dan Nasira menunjukkan bahwa terdapat Nilai Pluralisme pada bidang agama dimana
perbedaan kebudayaan dalam keluarga mereka dalam suatu masyarakat memperbolehkan
kelompok yang berbeda sehingga mereka tetap menjaga tradisi dan kebudayaannya
masing-masing.
Kemudian ada pula adegan saat Nasirah, Rochel dan teman-temannya mengikuti
kelas. Ibu guru menyuruh para siswanya untuk bercerita tentang mereka baik mengenai
Warna kulit, agama, tim olah raga favorit, dan lain-lain. Tibalah giliran Nasirah disitu Nasirah
pun ditanyai apakah Nasirah disuruh untuk memakai hijab, kemudian Nasirah menjawab
bahwasannya ia memakai hijab adalah pilihanya tanpa paksaaan dari siapapun. Namun ada
juga dibeberapa negara yang masih rasis dengan minoritasnya kaum muslim, karena
mereka menganggap aneh para wanita muslim yang menggunakan hijab dan sering
memberikan perlakuan yang berbeda kepada orang muslim hanya karena fashion yang
digunakannya apalagi jika memakai cadar banyak yang mengira orang muslim bercadar
merupakan ciri-ciri yang mengikuti paham terorisme.
Maka dari itu kita bisa lihat bahwa Nasirah masih diterima dengan baik di lingkungan
sekolahnya mulai dari guru yang menghargai kebudayaan dan kepercayaan Nasirah dan
juga teman-teman sekolahnya yang ikut menghargai akan kebudayaannya itu. walaupun
Nasirah menggunakan hijab. Namun penerimaan dan sikap mengahargai tersebut yang sangat
mencerminkan multikulturalisme di dalam film tersebut. Dengan adegan tersebut dapat
disimpulkan bahwa disitu terdapat berbagai macam agama,ras, suku, dan kebudayaan yang
diterima dan dihargai secara baik. Secara khusus, film dapat digunakan sebagai wahana
untuk mengeksplorasi masalah perbedaan, menghargai, serta perkembangan moral. Serta
adanya garis besar singkat dari karakter sentral dengan beberapa pertanyaan panduan
yang dapat menjadi dasar diskusi didalam kelas sehingga mengajarkan murid-murid untuk
saling menjaga sikap toleransi antar agama,ras,suku lainnya.
4. Kesimpulan
Melalui Film ini dapat buktikan bahwa persahabatan itu tidak memandang agama.
Sebagaimana film “ Arranged” ini pada umumnya, memiliki scene yang menarik untuk diikuti
sampai akhir. Selama ini, di banyak negara termasuk dalam masyarakat kita, selalu
bergema atas propaganda anti-Yahudi. Arranged sukses menceritakan persahabatan yang
indah dari dua gadis yang berbeda agama, dari kutub yang ekstrem pula (Islam dengan
Yahudi Ortodok). Mereka tidak mengingkari bahwa ada perbedaan di antara mereka, tapi
banyak persamaan yang bisa digali dari sana yang akhirnya mendekatkan keduanya. Bila
saja film ini ditonton banyak orang pasti akan menarik sekali untuk diskusi umum sekaligus
juga bagus untuk memupuk toleransi di tengah masyarakat.
Film ini juga hendak mengatakan pada dunia Barat, menjalani hidup dengan cara tradisional
dan taat beragama bukan selalu karena keterpaksaan tanpa pilihan. Ada orang yang
memang memilih hidup dengan cara seperti itu. Misalnya, untuk membongkar stigma yang
berkembang di Barat bahwa perempuan Muslim berhijab itu karena terpaksa, dihadirkanlah
sosok Nasira yang mengenakannya karena pilihan sendiri.
5. Refrensi
Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=6cTiZrrel8I