Agama kita adalah agama yang ilmiah. Oleh karenanya, menuntut ilmu
menjadi sebuah keharusan bagi setiap muslim. Tidak mungkin seseorang
dapat menjalankan sesuatu tanpa tahu ilmunya, baik dalam urusan dunia
maupun akhirat. Untuk bisa meracik obat yang menyembuhkan, seorang
apoteker harus mempunyai ilmu yang mumpuni dan kompeten dalam bidang
meracik obat. Jika tidak, obat tidak bisa menyembuhkan, malah memperburuk
bahkan mematikan. Dalam hal duniawi saja harus dengan ilmu, apalagi dalam
hal agama yang sangkut pautnya tidak hanya masalah dunia tetapi juga
kehidupan akhirat yang abadi. Maka wajib bagi seorang muslim untuk
mengetahui ilmu agamanya.
A. Meluruskan Niat
Dalam hadits ini, ilmu yang diwajibkan, bukanlah ilmu sains atau ilmu
terapan lainnya, melainkan ilmu agama. Sebab, ilmu agama hukumnya
fardhu ‘ain, artinya belajar ilmu agama wajib bagi tiap individu muslim, dan
konsekuensi dosa akan ditanggung masing-masing. Sebab dengan ilmu
agama ini, akan menunjang kesempurnaan seorang muslim dalam
beribadah. Kaidahnya, sesuatu yang menjadi perantara untuk melakukan
kewajiban, maka mempelajarinya menjadi wajib.
Sholat lima waktu misalnya, agar sholat menjadi sah, seorang muslim
wajib mengerti ilmu tata cara shalat yang benar, ilmu untuk mengetahui
kapan waktunya shalat, serta rukun dan syarat sah shalat. Bila seorang
muslim tidak mengetahui ilmu untuk melaksanakan sholat lima waktu, tentu
ibadah tersebut menjadi tidak sempurna, bahkan salah-salah bisa bernilai
dosa.
Ilmu adalah pemimpin dan amal adalah pengikutnya. Ilmu dan amal
ibarat pohon dan buah. Amal yang baik, meniscayakan pemahaman yang
baik tentang ilmu yang mendasari amal tersebut. Ilmulah yang
menyebabkan rasa takut kepada Allah dan mendorong manusia untuk
melakukan amal.
Ilmu pula, yang mampu membuat manusia bisa membedakan haq dan
bathil, antara benar dan salah, yang halal dan haram, yang terpuji dan hina.
Lewat ilmu juga, manusia dapat membedakan yang mana yang harus
didahulukan untuk dilakukan, dan yang mana yang bisa diakhirkan.
Berikut beberapa adab menuntut ilmu yang dikutip dari kitab Ta’lim
Muta’allim:
1. Hasad
2. Berfatwa tanpa Ilmu
3. Kibr (sombong)
Sombong adalah menolak kebenaran. Bagi penuntut ilmu, termasuk
sombong adalah membantah ulama’, guru atau orang yang
mengajarinya, baik dengan memperpanjang pembicaraan atau
dengan adab yang jelek, juga menganggap rendah kepada orang
yang belajar kepadanya dari kalangan orang yang lebih rendah
darinya.
4. Merasa Mampu (‘Alim) sebelum Layak
Perkara ini wajib dihindari karena dapat menimbulkan rasa ujub, sulit
menerima kebenaran yang datang kepadanya dan menunjukkan
kurangnya pemahaman dan pengetahuan dirinya.
5. Buruk Sangka
Terlebih bila buruk sangka terhadap guru. Padahal, bisa jadi seorang
guru memutuskan sesuatu dengan banyak pertimbangan, yang
mungkin belum kita pahami.