Sedangkan mantiq secara etimologis atau bahasa berasal dari dua bahasa, yaitu
bahasa arab nataqa yang berarti berkata atau berucap dan bahasa latin logos yang
berartiperkataan atau sabda.
Alat atau dasar yang gunanya untuk menjaga dari kesalahan berpikir.
Sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berfikir sehingga seseorang
yang menggunakannya akan selamat dari berfikir yang salah.
Ilmu mantiq sering disebut bapak segala ilmu ataudikatakan ilmu daari
segala yang benar karena ilmu mantiq ialah sebagai alat untuk menuju ilmu yang
benar, atau karena ilmu yang benar perlu pengarahan mantiq.
1. Definisi / ta'rif:
علم يعرف فيه عن المعلومات التصورية و التصديقية من حيث انها توصل الى مجهول تصوري او تصديقي
Artinya: "Ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang sudah diketahui gambarannya dan
pembenarannya sekira-kira ia bisa mendatangkan kepada sesuatu yang samar
gambarannya atau pembenarannya. Atau bisa juga dikatakan: Ilmu yang mempelajari
tentang ta'rif / definisi atau dalil / hujjah / argumentasi berdasarkan akal pikiran yang
sehat dalam rangka menuju jalan kebenaran dalam dunia keilmuan.
Atau: "ilmu yang mempelajari tentang cara berpikir yang tepat, sehat, dan benar untuk
memperoleh jalan kebenaran sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
ilmu logika.
5. Nama lain dari ilmu mantiq () اسمه: Ilmu Mantiq, Ilmu Mizan dan Mi'yarul 'Ulum
6. Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu-ilmu lain () نسبته الى غيره: Masing-masing mempunyai
perbedaan tersendiri
7. Masalah2 dalam ilmu mantiq () مسائله: ilmu pengetahuan berikut pembagiannya
8. Pengambilan ilmu mantiq () استمداده: diambil dari akal pikiran yang sehat
Artinya: Berada di atas ilmu selainnya sekira-kira ilmu mantiq tersebut berlaku umum
kemanfa'atannya. Karena, tidak ada ilmu mantiq terkecuali butuh kepada ta'rif
(definisi) dan dalil (hujjah / argumentasi).
Mempelajari ilmu mantik,seperti halnya mempelajari ilmu lainnya,tdk terlepas dari tujuan dan
kegunaan.Tujuan dan kegunaan ilmu mantik diantaranya sebagaimana dijelaskan oleh pakar ilmu mantik
(manathiqah) brkt.
1. Melatih,mendidik,dan mengembangkan potensi akal dlm mengkaji objek pikir dgn menggunakan
metodologi berpikir.
2. Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi yg tepat.
3. Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yg benar (hak) dari yg salah (batil).Adapun menurut
Imam Al-Ahdari**,tujuan dan kegunaan ilmu mantik adalah sebagai brkt.
Setelah memperhatikan tujuan dan kegunaan ilmu mantik diatas,kita semakin menyadari
betapa pentingnya mempelajari dan mengkaji ilmu mantik dlm kegiatan akademik
(ilmiah).Mengenal hal itu,Imam Al-Ghazali menegaskan*:
sesungguhnya orang yg tdk memiliki pengetahuan ttg mantik,maka ilmunya tdk dpt
dipercaya
tujuang yang akan diperoleh dari mempelajari ilmu mantiq ialah penalaran yang logis dan
tepat dalam berfikir, serta rasa kesadaran diri dalam mempertanggungjawabkan isi dari
fikiran-fikirang yang dinyatakan, dan dituturkan,
manfaat
Karena ilmu mantiq dan logika merupakan suatu ilmu tentang cara
berpikir yang lurus dan tepat yang berlandasan pada logika atau akal yang
kemudian disesuaikan dengan syaria’t Islam. Dan juga ilmu mantiq dan logika
sebagai bagian dari proses cara untuk membangkitkan kecakapan dalam berbicara
dan berfikir lurus dan tepat serta sistematis. Oleh sebab itulah ilmu mantiq dan
logika dipelajari.
Manfa’at dari ilmu mantiq yaitu:
a. Dapat memelihara pikiran dari kesalahan berpikir, memperdalam pemahaman,
dan menyingkap selimut kebadohan.
b. Melatih jiwa manusia agar dapat memperluas jiwa fikirannya.
c. Dapat menambah kemampuan menggunakan akal dan menambah kecerdasan.
Manfa’at ilmu logika yaitu:
a. Membuat daya fikir akal tidak saja menjadi lebih tajam tetapi juga lebih menjadi
berkembang melalui latihan-latihan berfikir dan menganalisis serta mengungkap
permasalahan secara ilmiah.
b. Membuat seseorang menjadi mampu meletakkan sesuatu pada tempatnya dan
mengerjakan sesuatu pada waktunya.
c. Membuat seseorang mampu membedakan antara pikir yang benar dan oleh
karenanya akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan urut pikir yang salah
yang dengan sendirinya akan menampilkan kesimpulan yang salah.
Kegunaan ilmu mantiq yaitu:
a. Melatih, mendidik, dan mengembangkan potensi akal dalam mengkaji objek pikir
dengan menggunakan metodologi berfikir.
b. Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi yang
tepat.
c. Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang benar dari yang salah.
d. Dengan menggunakan ilmu Mantiq orang akan mendapat kunci pembuka pintu
ruangan falsafah dan ilmu.
Kegunaan ilmu logika yaitu:
a. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
b. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
c. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
d. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan
asas-asas sistematis.
termasuk salah satu teori yang diyakini kaum asy‟ari, karena pengolahan
argumentasinya dinilai sangat logis.
Mu‟tazilah sebagai titisan kaum Khawarij dulunya, justru yang paling banyak
mengembangkan ilmu Kalam seperti yang kita kenal sekarang. Salah satu corak
pemikiran mereka adalah rasionalitas dan paham qadariyah. Bahkan, mereka
banyak mengikuti metologi kaum jahmi yang mengingkari sifat- sifat Tuhan. Jahmi
atau Jahm Ibn Shafwan adalah seorang penalar keagamaan yang pertama kali
menggunakan unsur- unsur Yunani (Aristotelianisme) dalam keagamaan. Padahal
dia menganut konsep jabariyah yang mengatakan bahwa Tuhan adalah suatu
kekuatan yang serupa dengan kekuatan alam, dan hanya mengenal kekuatan-
kekuatan umum (universal) tanpa mengenal kekuatan khusus (particular).
Dalam tataran ini, Syafi‟i begitu berjasa dengan teori yang dirumuskannya,
sebagai dasar teoritis Sunnah dan pembentukan analogi atau qiyas sebagai metode
rasional untuk mengembangkan hukum itu. Sementara itu konsensus ijma‟ juga
diterima Syafi‟i sebagai bentuk kebiasaan masyarakat. Maka, titik tolak Fiqh berkat
Syafi‟i ada empat yaitu Kitab Suci, Hadist Nabi, Ijma‟ dan Qiyas.38
DAFTAR PUSTAKA
Stoikisme merupakan aliran filsafat yang didirikan oleh Zeno 308 M. percaya bahwa
akal yang meresapi alam semesta, dan orang- orang yang bijaksana harus
melakukan disiplin terhadap dirinya dalam menerima nasibnya.
DR. Muhammad Mahran, Tathawwur al- Mantiq al- „Arabi, Dar al- Ma‟arif, Kairo,
1964, hal 18-19
Pelopor Logika
Plato (427SM – 347SM).
Theophrastus (370SM – 288SM), mengembangkan logika Aristoteles
Zeno (334SM – 226SM) mengenalkan istilah logika.
Galenus (130 – 210) dan Sextus Empiricus (200) dua orang dokter medis
mengembangkan logika menggunakan metode geometri dan
mengenalkan sistematisasi logika.
Porohyus (232 – 305) membuat pengantar pada Categoriae.
Boethius (480 – 524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius dalam bahasa Latin
dan mengomentari.
Johanes Damascenus (674 – 749) menerbitkan Fons Scienteae.
c. Abad Pertengahan (800 – 1600 m)
Masa ini logika dikembangkan dan dihargai, orang Erofa belajar dengan orang
Islam. Diantaranya dinasti Abasiyah dikenal Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dengan
mengajarkan logika yang berasal dari Aristoteles, namun karena ajaran mereka
sudah tidak murni lagi, maka orang Erofa pada abad ke 13 mencari sumber
aslinya.
Aristoteles dianugrahkan sebagai bapak Logika, di abad pertengahan
dikembangkan logika modern, hingga dewasa ini logika dikembangkan menjadi
sebuah ilmu pengetahuan yang luas.
• Perkembangan ilmu berawal dari penerjemahan gede”an masa Al-Ma’mun
(dimulai masa al-Mansur) dari Dinasti Abbasiyah. Ketika itu, Al-Ma’mun
bermimpi bertemu dg Aristoteles. Perbincangan mereka mengarah pd sumber
kebenaran adlh akal. Al-Ma’mun mengirim delegasi ke Roma guna
mempelajari bbrp ilmu kemudian diterjemahkan ke dlm bhs Arab. Yahya bin
Khalid bin Barmak ‘Sang Hero’ pd masa itu, karena dia telah berhasil
membujuk bahkan membebaskan karya para intelektual Yunani dari
genggaman Romawi. Hal yg ditakutkan oleh Raja Romawi dari karya para
intelektual Yunani adah ketika buku” tersebut dikonsumsi rakyatnya dan mulai
tersebar maka agama Nasrani kemungkinan akan ditinggalkan, dan kembali pd
agama Yunani.
• Ilmu asing yang diadopsi Arab diklasifikasikan oleh Khawarizmi berjumlah
sembilan cabang ilmu, dan mantik adalah salah satu di antaranya. Ayyub bin al-
Qasim al-Raqi yang menerjemahkan Isagog dari bhs Suryani ke Arab yang
awalnya telah diadopsi dari Madrasah Iskandariah.
• Pindahnya Madrasah Alexandria ke Syria membawa banyak pengaruh dalam
dunia pengetahuan. Penertiban dan penyusunan ketika itu menjadikan logika
sebagai pedoman dan ilmu dasar dalam bidang astronomi, kedokteran dan
kalam yang berkembang pesat di Arab sekitar abad IX-XI M. Sarjana Islam
mulai proaktif dalam mengembangkan ilmu yang bernafaskan sains, termasuk
Ibnu Sina (1037 M.), seorang filsuf muslim yang juga dokter dan Abu Bakar al-
Razi yang mengawali pembukuan ilmu kedokteran dan farmasi. Ibnu Rusyd
(1198 M.) kemudian ikut andil dalam mengkolaborasikan logika Aristoteles
dengan ilmu Islam termasuk filsafat dan nahwu. Al-Ghazali juga mulai
mengkolaborasikan mantik dengan ilmu kalam pada periode selanjutnya.
• Dalam riwayat al-Qadli al-Sha’id al-Andalusi (1070 M./462 H.) dijelaskan,
bahwa Ibnu Muqaffa’ (760 M./142 H.) diyakini sebagai penerjemah awal ilmu
mantik. Ia telah menerjemahkan tiga buku karya Aristoteles yaitu, Categorias,
Pario Hermenais, Analytica, serta Eisagoge karya Porphyry.
• Hunain bin Ishaq, salah satu ahli bhs, jg berpartisipasi menerjemahkn berbagai
disiplin ilmu Yunani ke dlm bhs Arab. Bahkan Ishaq jg ikut menerjemahkan
dari bhs Suryani. Dalam buku Thatawwur Mantiq al-Araby dijelaskan, sekitar
tahun 800 M. adlh awal penerjemahan buku” Yunani.
• Organon adlh kitab pertama yg diterjemahkan ke Arab. Orang-orang Nasrani
ketika itu jg banyak membantu dalam proses penerjemahan, yg secara tidak
langsung pemikiran Aristoteles berkembang biak tidak hanya dlm kedokteran,
astronomi dan matematika melainkan mulai menyentuh wilayah teologi Kristen.
• Sejak saat itu, mantik menjadi pemeran utama dlm ilmu kedokteran dan mulai
berkembang dalam bahasa Arab sekitar abad ke-9 hingga abad ke-11 M. yg
diprakarsai oleh Yahya bin Musawiyah, spesialis penerjemah ilmu kedokteran
dari Yunani ke Arab.
• Hadirnya madrasah di Jundisapur (Persia) yg mengawali pelatihan
penerjemahan dari teks Yunani pd awal abad pertama yg akhirnya berpindah ke
Bagdad. Dari sinilah lahir sarjana muslim yang berkompetensi tinggi untuk
mengenalkan mantik dalam ilmu keislaman, sebut saja Al-Kindi, Al-Farabi,
Ibnu Sina, Al-Razi, Al-Ghazali dst.
• Stoicisme mengklasifikasikan ilmu menjadi 3, yaitu metafisika, dialektika dan
etika. Dialektika adlh logika. Mereka cenderung memasukkan logika bagian
dari Filsafat.
• Berbeda dg Ibnu Sina (1037 M.) dlm bukunya al-Isyârât wa al-Tanbîhât yg
memisahkan logika sbgai ilmu independen sekaligus sbgai pengantar.
• Al-Farabi (950 M.) berpendapat bahwa mantik adalah Ra’îs al-‘Ulum yg
independen. Keterpengaruhan mantik arab dengan neo-platonisme dan
Aristoteles sangat jelas jika dilihat dlm hal ini, krn essensi logika itu sendiri
adlh ketetapan hukum untk mengetahui sst yg belum diketahui.
Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu ada dua;
• pertama ilmu murni-independen (‘ulûm maqshûdah bi al-dzât) seperti ilmu
syari’at yang mencakup ilmu tafsir, hadits, fikih dan kalam, dan ilmu filsafat yg
mencakup fisika dan ketuhanan.
• Kedua, ilmu pengantar (âliyah-wasîlah) bagi ilmu-ilmu murni-independen,
seperti bhs Arab dan ilmu hitung sebagai pengantar ilmu syari’ah, dan mantik
sbg pengantar filsafat.
• Pengkajian ilmu pengantar hendaknya hanya sebatas kapasitasnya sebagai
sebuah alat bagi ilmu independen. Jika tidak, ilmu alat atau pengantar akan
keluar dari arah dan tujuan awal, dan bisa mengaburkan pengkajian ilmu-ilmu
independen.
• Perjalanan mantik Arab mengalami sedikit goncangan dari ulama klasik.
Bantahan dan sanggahan terhadap al-Kindi tak dapat dihindari. Menurut mereka
belajar filsafat sama halnya belajar sesuatu yang menyesatkan. Parahnya,
mereka mengklaim bahwa mempelajari filsafat dan mantik adalah bagian dari
perbuatan setan.
• Imam al-Syafi’i banyak mengeluarkan hadist-hadist larangan terhadap
pembacaan logika dan filsafat. Salah satunya berbunyi “akan dianggap bodoh
lagi diperdebatkan bagi mereka yang mulai meninggalkan bahasa Arab dan
berganti mempelajari filsafat Aristoteles”.
• Padahal Imam Syafi’i banyak menggunakan metode eksplorasi (istiqrâ`) untuk
mengambil istinbath hukum. Ada pula riwayat yang berbunyi “barang siapa
yang mempelajari logika, maka disamakan dengan kaum zindiq”. Intinya,
menyatakan pelarangan terhadap mantik dan filsafat, seperti yang sudah
dikemas oleh Syeikh Islam Ismail Harawi dalam periwayatannya.
• Kecaman dan penolakan terhadap mantik berawal ketika Al-Mutawakkil mulai
menduduki kekhalifahan Abbasiyah (846 M/232 H). Penentang terbesar
terhadap pemikiran Yunani adalah golongan teolog Asy’ariyah terutama Al-
Ghazali (1059-1111 M).
• Mantik dan filsafat terus dikecam oleh doktrin ke-salafan, sampai pada
akhirnya muncul Ibnu Rusyd pemikir besar Islam yang berani melawan
mainstream tersebut dengan bukunya Tahâfut al-Tahâfut. Yang juga menjadi
komentator atas aliran Aristoteles –selain Ibnu Sina dan Ibn Rusyd- adalah
Suhrawardi dengan magnum opusnya “Hikmat al-Isyraq”, yang berisikan
kritikan terhadap aliran Paripatetik dan filsafat materialisme yang dianut oleh
aliran Stoicisme.
• Perlawanan terus berlanjut bahkan sampai puncaknya pada abad ke-13 dan ke-
14 M. Apalagi setelah terbunuhnya filsuf muslim Sahruwardi pada akhir abad
ke-12 M., muncul dua penentang papan atas yaitu, Ibnu Sholah (1244 M.) dan
Ibnu Taimiyah (1328 M.). Adapun Ibnu Taimiyah melakukan pemboikotan
terhadap buku-buku filsafat dan mantik, serta melontarkan predikat ‘kafir’
terhadap Ibnu Sina dalam bukunya “Majmu’ah Rasâ`il al-Kubrâ” (terbitan
Kairo, hal 138).
• Pada masa inilah, pengikisan mantik mulai terlihat. Muncul setelahnya, abad
ke-14 M. Imam Al-Dzahabi yang juga melakukan perlawanan terhadap
perjalanan filsafat dan mantik Yunani. Hal-hal seperti itulah yang dilakukan
ulama salaf guna membendung fitnah dalam pentakwilan teks-teks suci al-
Qur’an dan Hadist.
• Al-Ghazali menyatakan bahwa teologi retoris sangat kering jika hanya berkutat
dgn logika tanpa menyentuh epistem demonstratif, shg butuh sebuah upaya
harmonisasi demi mencapai teologi yang mampu menghilangkan skeptisisme.
• Mantik dalam pandangan al-Ghazali terbagi dua, yaitu mantik Aristoteles yang
mencakup segala pengetahuan kecuali teologis, dan mantik “kasyfi” yang hanya
mencakup masalah ketuhanan.
• Menurut Ibnu Khaldun, logika empirik (mantiq hissi) juga dapat
diklasifikasikan sebagai bagian dari mantik, yang mendasari problematika
kemasyarakatan.
• Dalam ilmu kalam, al-Ghazali lebih mengunggulkan metode analogi (qiyâs)
dari pd eksplorasi (istiqrâ’) karena dianggap tidak dapat membenarkan teori
ketuhanan, terwujud dari ketidakseragaman antara dunia metafisis dan realita.
Perkembangan di Barat
• Pengaruh rasionalitas Aristoteles terhdp peradaban Eropa secara periodik
terbagi 3, yaitu permulaan abad Masehi (abad ke-2 dan ke-3 M.) ; pertengahan
abad (sekitar abad ke-13 - abad ke-16 M.) ; akhir abad ke-19 M.
• Otoritas gereja pd abadvpertengahan menghegemoni hampir semua wilayah
Eropa dgmengusung etika rasional sbg titik tolak pemikiran, shg wahyu Tuhan
seakan dipaksakan untuk memasuki wilayah akal. Inilah yg menimbulkan
perpecahan dlm gereja.
• Abad ke-12 M, gereja mulai menerjemahkan karya sarjana Muslim yang
berpusat di Spanyol dan Napoli. Orang Yahudi ketika itu banyak mempelopori
penerjemahan kitab kedokteran, logika, matematika, astronomi dan filsafat.
Buku filsafat pertama yang diterjemahkan adalah al-Syifa’ karya Ibnu Sina
(1037 M.) yang sangat melegenda kemudian mulai melebarkan sayap terhadap
karya Al-Farabi dan Al- Kindi.
• Adopsi karya” tersebut didukung dg hadirnya Madrasah Paris yg sedang naik
daun dan dpt ‘restu’ dari Raja Philip dan Agustus. adopsi karya sarjana muslim
tidak berjalan mulus bahkan mendapatkan penyangkalan dan pembantahan dari
pihak gereja yang masih fundamentalis yg dianggp berlawanan dg hasil
konsensus gereja, maka secara resmi gereja mengeluarkan pelarangan dan
pemboikotan terhadap karya Aristoteles pada tahun 1210 M.
• Kemudian menerjemahkan karya Aristoteles langsung dari buku Yunani, inilah
yg banyak membantu Thomas Aquinas dlm pembaruan gereja. Di sinilah awal
permulaan terbaginya madrasah Eropa menjadi empat pusat keilmuwan, yaitu
madrasah Agustine, Dominika, Rasional Latin dan Oxford.
Logika Modern
Buku-buku Aristotels masih digunakan
Thomas Aquinas (1224-1274) mengadakan sistematisasi logika
Tokoh-tokoh Logika Modern
Petrus Hispanus (1210-1278)
Roger Bacon (1214-1292)
Raymundus Lullus (1232-1315) menemukan Ars Magna sejenis aljabar
pengertian.
William Ocham (1295-1349)
Thomas Hobbes (1588-1626) menulis Leviatan dan John Locke (1632-
1704)menulis An Essay Concerning Human Understanding.
Francis Bacon (1561-1626) mengembangkan logika induktif dengan
bukunya Novum Organum Scientarium.
J.s. Mills (1806-1873) menekankan pada pemikiran induksi dalam
bukunya System of Logic.
Tokoh-tokoh Logika Simbolik
G.W. Leibniz (1646-1716)
George Boole (1815-1864)
John Venn (1834-1923)
Gottlob Frege (1848-1925)
Chares Sandres Peirce (1839-1914) filsuf USA memperkenalkan dalil Peirce.
Alfred North Whitehead (1861-1914) dan Bertrand Arthur William Russel
(1872-1970) puncak kejayaan logika simbolik dengan terbitnya Principia
Mathematica.
Ludwig Wittgenstain (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel
(1906-1978), dll
Faedah ilmu logika dapat disimpulkan dari ta’rif birrosmi ilmu logika yaitu
kaedah-kaedah yang menghindarkan akal dari kesalahan dalam berfikir. Maka
dengan memperhatikan kaedah-kaedah berfikir tersebut dapat diketahui keabsahan
dan kevalidan suatu argumen. Ibnu Sina menegaskan pada bukunya “As
Syifa” pada mulanya manusia memikirkan bagaimana sesuatu yang tidak
diketahui dapat dihasilkan dari sesuatu yang diketahui, dan memikirkan
bagaimana keadaannya serta penertibannya dalam akal, agar ilmu itu memberikan
faedah tentang yang tidak diketahui.[18]Namun tidak kalah pentingnya dengan
mamfaat ilmu logika yang dipaparkan oleh Ibnu Malakah al Bagdadi dalam
bukunya “Al Mu’tabar Fi al Hikmah”, ia memberikan kesimpulan bahwasnya
ilmu logika memberikan hidayah pada akal kepada hakikat ilmu pengetahuan dan
menghindarkan ilmu pengetahuan itu dari penyimpangan dan kekeliruan.[19]
D. Keutamaan ilmu logika
Melihat dari pada pokok pembahasan ilmu logika dapat dikatakan bahwasanya
ilmu logika mempunyai mamfaat yang umum, Abu Nasr al Farabi menjadikan
ilmu logika sebagai muqoddimah dalam mempelajari filsafat, maka barang siapa
yang tidak mempelajarinya akan sangat tidak mungkin baginya untuk mempelajari
filsafat, karena filsafat dicapai dari kualitas diskriminasi yang bersumber dari
kemampuan berfikir dalam mengetahui kebenaran, dan disiplin ilmu yang
menghasilkan kemampuan itu adalah mantiq.[20]Ibnu Sina juga berpendapat
bahwasanya ilmu logika adalah alat yang akan mengantarkan manusia untuk
mencapai hukum secara teori (Ahkam an Nadzariyyah) dan secara operasi (Ahkam
al Amaliyah), disamping mantiq menghindarkan manusia dari kesalahan berfikir
juga menghindarkannya dari kelalaian dalam suatu penelitian, namun juga akan
memberikan metode dalam penelitian itu.[21]Dalam buku “Mustashfa” imam
Ghozali juga menjadikan ilmu mantiq sebagai muqaddimah disiplin ilmu secara
keseluruhan,[22]ini dapat diperkuat dari perkataannya “ ومن لم يعرفهفال ثقة
”بعلومه.[23]
[1]Abu Ishaq Ibrahim al Andalusi as Sarqusti bin Abu Hasan al Banaani, al Mawahib ar
Robbaniyah fi syarh al Muqoddimat as Sanusiyah, hal 4.
[2]Induktif : penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan
yang bersifat umum, deduktif : menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
kasus yang bersifat individual (khusus). Lihat filsafat ilmu, sebuah pengantar popular,
hal. 46-48.
[3]Musthafa Hasan an Nasyar, fikrotul al Uluhiyah ‘inda Aflathon wa atsaruha fi al falsafah
al Islamiyah wa al Gorbiyyah, hal. 41.
[4]Prof. Dr. Mahir Abdul Qodir Muhammad dan Dr. Muhammad Muhammad Qosim, Usus al
Mantiq As Shury, hal. 14.
[5]Prof. Dr. Jamaluddin Afifi, Allah, wal ‘Alam, wal Insan ‘indal Falasifah Yunani,diktat kuliah,
hal. 37.
[6]Imam Ahmad bin Abdul Mun’im Ad Damanhuri, Idhohul Mubham Lima’ani Sullam, hal. 36.
[7]Ta’rif bil had : definisi yang tersusun dari jenis yang terdekat (jinsun qorib) dan
pembeda yang dekat (fasl qorib), sedangkan ta’rif birrosmi : definisi yang tersusun dari
jenis yang dekat (jinsun qorib) dan keitimewaan (Khosoh).
[8]Ibrahim al Baijuri, Hasyiyah al Baijuri ala Sullam al Munawroq, hal. 18.
[9]Dr. Jabar, Dr. al Al ‘Ajam, Dr. daghim, Dr. Jahami, Mausu’ah Mutholahat Ilmu al Mantiq
‘indal ‘Arab, hal. 1015.
[10]Ibid., hal. 1013.
[11]Ibid., hal. 1014.
[12]Silogismus atau qiyas mantiqi disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
[13]Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu sebuah pengantar popular, hal. 49.
[14]Dr. Jabar, Dr. al Al ‘Ajam, Dr. daghim, Dr. Jahami, Mausu’ah Mutholahat Ilmu al Mantiq
‘indal ‘Arab, hal. 1015.
[15]Ibid..
[16]Ibid..
[17]Ibid., hal. 1013.
[18] Dr. Jabar, Dr. al Al ‘Ajam, Dr. daghim, Dr. Jahami, Mausu’ah Mutholahat Ilmu al Mantiq
‘indal ‘Arab, hal. 1013.
[19]Ibid., hal.1014.
[20] Dr. Jamil Ibrahim As Sayyid, lamahat min Tarikh al Falsafah fil Islam, diktat kuliah, hal. 143
[21]Ibid., hal. 232.
[22] Dr. Jabar, Dr. al Al ‘Ajam, Dr. daghim, Dr. Jahami, Mausu’ah Mutholahat Ilmu al Mantiq
‘indal ‘Arab, hal. 1014.
[23]Imam Ahmad bin Abdul Mun’im Ad Damanhuri, Idhohul Mubham Lima’ani Sullam, hal. 41.
[24]Dr. Jabar, Dr. al Al ‘Ajam, Dr. daghim, Dr. Jahami, Mausu’ah Mutholahat Ilmu al Mantiq
‘indal ‘Arab, hal. 1014.
[25]Abdurrahman bin Muhammad al Akhdhori, As Sullam al Munawraq fi ‘Ilmimantiq, hal. 16.
[26]Jostein Gaarder, sebuah novel filsafat “Dunia SOPHIE”, hal. 125.
[27]Prof. Dr. Mahir Abdul Qodir Muhammad dan Dr. Muhammad Muhammad Qosim, Usus al
Mantiq As Shury, hal. 12.
[28]Ibrahim al Baijuri, Hasyiyah al Baijuri ala Sullam al Munawroq, hal. 19.
[29]Ibid., hal. 25.
. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Mantik
Sebagaimana dalam penjelasan yang telah lalu bahwa Ilmu Mantik adalah ilmu tentang
kaidah-kaidah/ hukum-hukum berfikir, maka lapangan pembahasan nya adalah tentang
fikiran-fikiran dan mencari dalil untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Untuk mencari
dalil tersebut disusunlah kata-kata dan susunan kata-kata tersebut dalam mantik disebut
dengan qadhiyah. Oleh karena itu pembahasan ilmu mantik dimulai dari mengetahui
lafaz-lafaz yang akan menyusun qadhiyah-qadhiyah dan kemudian barulah dapat ditarik
kesimpulan sebagai dalil.
Dengan demikian lapangan pembahasan ilmu mantik itu tersimpul dalam 3 pembahasan,
yaitu :
1. Pembahasan Lafaz (kata)
2. Pembahasan Qadhiyah (proposisi)
3. Pembahasan Istidlal (silogisme)