Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

FILSAPAT ILMU MUKHLASIN. S.Ag, M.Pd.I

OTOLOGI ATAU HAKIKAT ILMU

Disusun Oleh Kelompok 4


AHMAD SYARIFUDDIN (11840112673)
JUANDY SAPUTRA (11840114199)
RIDWAN SIREGAR (11840113802)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2020

BAB I

PENDAHULUAN
1
1.1 LATAR BELAKANG

Setiap manusia tentunya berakal, manusia yang berakal sehat tentu memiliki
pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu objek.
Suatu pengetahuan dapat diperoleh karena adanya pengalaman atau melalui interaksi
antar manusia dengan manusia maupun manusia dengan lingkungannya. Ilmu
pengetahuan bertujuan memperoleh data secara rinci untuk menemukan suatu kebenaran
yang hakiki. Pengetahuan merupakan salah satu sumber utama peradaban suatu bangsa,
maju dan tidaknya suatu bangsa dapat dilihat dari perhatian bangsa tersebut terhadap
ilmu pengetahuan.

Hal ini telah dibuktikan diberbagai peradaban dunia dengan adanya pemikiran-
pemikiran hebat yang muncul dari tokoh-tokoh yang hidup pada masanya, sehingga
membuat bangsanya menjadi lebih maju dan berperadaban. Maka, pengetahuan
merupakan sesuatu yang sangat vital dan berpengaruh bagi kemajuan suatu bangsa di
dunia. Oleh karena itu pengetahuan harus mendapatkan perhatian dari masyarakat bangsa
itu sendiri sehingga dapat menjadikan bangsa yang memiliki kehidupan yang lebih baik,
lebih maju serta masyarakatnya yang berperadaban.

Filsafat adalah salah satu cabang kajian ilmu pengetahuan yang mempelajari ilmu
yang menciptakan tiga pokok pembahasan pengetahuan. Ketiga pokok pembahasan yang
dipelajari dalam filsafat ilmu ini antara lain teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan
(epistimologi), dan teori nilai (aksiologi). Sebagai salah satu disiplin ilmu, filsafat akan
selalu mengalami perubahan mengalami seiring dengan adanya dinamika dan
perkembangan ini sesuai dengan dinamika maupun masalah yang terjadi pada ilmu-ilmu
yang lainnya diluar dari filsafat. Perubahan ini disesuaikan seiring dan seirama dengan
perkembangan imu-ilmu yang lain untuk menghindari adanya perbedaan yang ada
didalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang biasanya mengalami percabangan.

Ontologi yang menjadi salah satu dari tiga pokok pembahasan dalam filsafat
merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno yang berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat konkret, pokok
pembahsan ini menitikberatkan pada keberadaan yang bersifat konkret bukan hayalan
maupun imajinasi melainkan keberadaan suatu benda yang dapat dibuktikan adanya
melalui sebuah percobaan ataupun pengamatan. sehingga dalam ilmu ini hanya
mempelajari maupun mempercayai keberadaan suatu benda berdasarkan bukti realnya
ataupun kekonkretannya dan kenyataannya.

2
Di era milenium saat ini, ilmu pengetahuan semakin berkembang pesat, ilmu
pengetahuan dapat diperoleh oleh seseorang dengan begitu mudah, hanya dengan
membuka google seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
yang diperoleh dari media sosial seperti google ini melalui perantara panca indra yang
dimiliki oleh manusia, panca indra tersebut berupa, mata dan telinga untuk mendengar.
Namun, ilmu pengetahuan yang diperoleh dari media sosial ini masih ilmu utuh dan
sangat mungkin belum diselidiki kebenarannya.

Menyelidiki kebenaran ilmu sangatlah diperlukan untuk dapat mendapatkan kepastian dan
kevalidan dari sebuah ilmu, untuk mencapai kebenaran dan kepastian ilmu tersebut tidaklah
cukup dengan melihatnya saja, namun sangat diperlukan dengan adanya langkah-langkah atau
metodologi yang runtut dan sistematis. Untuk dapat mencapai langkah-langkah tersebut sangat
diperlukan adanya ontologi yang turut membantu dalam pencapaian ilmu yang sesungguhnya.
Dengan adanya berbagai pengetahuan yang bersumber dari pengalaman seseorang sangat
berpotensi menjadi sebuah ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan dapat membantu banyak orang untuk dapat
memecahkan masalah yang ada saat ini. Karena dengan hadirnya pengetahuan yang mentah
dapat membuat banyak orang tersesat dalam lingkaran dan orang akan mengambil keputusan
berdasarkan pemikiran sendiri-sendiri. Banyak orang yang salah dalam mengambil keputusan
sehingga akan salah pula masyarakat dalam menerima ilmu yang tidak dilandaskan pada hakekat
ilmu yang sesungguhnya yang dapat diperoleh melalui motodologi dan penelitian terlebih
dahulu. Untuk memperoleh hakekat ilmu yang sesungguhnya memerlukan berbagai komponen
yang saling mendukung satu sama lain, salah satunya adalah pengetahuan, panca indra dan
sebagainya.

Ontologi yang merupakan hakikat dari sebuah ilmu mempunyai hubungan dengan
ilmu pengetahuan yang bersumber dari pengalaman yang nyata. Saat ini banyak ilmu-
ilmu yang beredar namun untuk kebenarannya perlu dilakukan pembuktian karena bisa
saja ilmu tersebut masih utuh atau bisa dikatakan masih mentah. Oleh karena itu, ontologi
sebagai hakikat ilmu berfungsi untuk menyelidiki bagaimana keadaan sebuah ilmu
sampai ke akar-akarnya. Sehingga kemungkinan terjadi salah pengertian terhadap sebuah
ilmu dapat dihilangkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. apa yang dimaksud ontologi atau hakikat ilmu ?

3
2.

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui apa itu ontologi atau hakikat ilmu

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berfungsi menjawab “apa”


yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan mengenai esensi
benda.1Ontologi yang dikenal sebagai hakekat ilmu atau wujud nyata dari ilmu
mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia yang berada di era millenium
seperti sekarang ini. Masa dimana masih banyak terjadi kebimbangan dalam
memecahkan suatu masalah yang rumit sekalipun. Oleh karena adanya realita-realita
yang ada sekarang sering kali menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah
masyarakat, ontologi ada untuk menengahi adanya masalah-masalah yang muncul.

Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya yang berisi


pembahasan ontologi tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh keingintahuan
seseorang, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”.2Untuk dapat mengetahui teori maupun hakekat dari sebuah ilmu orang akan
melibatkan pikirannya untuk berpikir. Proses berpikir tersebut akan mengantar kita dari
tidak tahu menjadi tahu, dan ilmu yang dipelajari pada hakekatnya sudah ada hanya saja
diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahuinya.

Jika ditinjau dari segi etimologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu onto
yang artinya sungguh-sungguh ada, kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang
berarti kajian yang berisi tentang teori yang dibicarakan. Jadi ontologi merupakan studi
atau teori yang membahas sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Secara terminologis
ontologi diartikan sebagai metafisika umum, yaitu cabang dari filsafat yang membahas
tentang sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, membahas asas-asas rasional dari
kenyataan.3Ontologi membahas objek-objeknya secara mendalam sampai pada
hakikatnya. Inilah sebabnya ontologi disebut sebagai teori hakikat.
1 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 132.
2 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 5.
3 Heri Santoso & Listiyono Santoso, Filsafat Ilmu Sosial Ikhtiar Awal Pribumisasi Ilmu-ilmu Sosial, (Yogyakarta:
Gama Media, 2003), hlm. 69.
4
Pembahasan ilmu yang ada pada ontologi dibahas sampai ke akar-akarnya
karena ontologi adalah salah satu cabang filsafat, dan filsafat itu sendiri adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh hingga diperoleh ilmu yang sesungguhnya.
Dalam persoalan ontologi orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang
pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa
rohani (kejiwaan). Kedua materi ini sangat erat hubungannya karena melibatkan
komponen luar dan dalam yaitu, manusia mempunyai dua sumber ilmu. Pertama sumber
datang dari lahir yang dicirikan dengan kasat mata dan kedua adalah ilmu batin,
metafisik dan tidak kasat mata.

B. Hakikat Ilmu Pengetahuan

Berbicara mengenai hakikat ilmu sangatlah luas pembahasannya meliputi


yang ada dan tidak ada. Hakikat merupakan realitas, realitas merupakan ke real an,
“real” artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang
sesungguhnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang
menipu, bukan keadaan yang mengalami perubahan. 4Misalnya, pemerintahan pada
hakekatnya bersifat demokratis dan terbuka kepada semua warganya serta menghargai
pendapat rakyat. Mungkin banyak orang yang mengetahui bahwa dari media elektronik
pemerintahan itu melakukan tindakan sewenang-wenang, tidak menghargai pendapat
rakyat. Itu hanyalah keadaan sementara, bukan keadaan yang hakiki atau sebenarnya.
Pada prinsipnya pemerintah itu memiliki aturan dengan adanya pancasila
dan UUD 1945 keduanya dijadikan pedoman oleh pemerintah dalam membuat aturan-
aturan, salah satunya tidak dibolehkannya melakukan tindakan sewenang-wenang karena
ada hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, hanya saja keadaan yang sebenarnya
terdapat pelaku pemerintahan yang tidak bertanggung jawab dengan bertindak sewenang-
wenang, sehingga pemerintahan dinilai negatif. Pemerintahan yang hakiki pemerintahan
itu adalah demokratis bukan anarkis. Contoh yang lain, kita melihat suatu objek,
fatamorgana. Fatamorgana itu bukan hakikat, atau hakikat fatamorgana ialah tidak
ada.5Fatamorgana hanyalah khayalan yang tidak mungkin dicapai. Dalam KBBI
fatamorgana adalah gejala optis yang tampak pada permukaan yang panas, yang terlihat
seperti genangan air.
Dalam bahasa Inggris kata “science” (Sains, Ilmu Pnegetahuan) sejajar
dengan kata Latin “scientia”, yang berasal dari kata dasar “sciere” yang berarti
4 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 131.
5 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
hlm. 28-29.
5
mengetahui.6Seringkali pengetahuan dikaitkan pada kecerdasan intelektual, namun
sebenarnya pengetahuan tidak hanya terbatas pada pengetahuan intelektual saja, tetapi
ada juga pengetahuan indrawi dan pengetahuan saintifik. Setiap makhluk hidup pasti
memiliki berbagai macam indrawi, baik itu pada manusia maupun hewan. Biasanya
makhluk hidup memiliki panca indera yaitu, indra penglihatan, indra pendengaran, indra
peraba, indra perasa, dan indra penciuman. Dengan adanya kelima indea tersebut
makhluk hidup dapat mengetahui secara indrawi, misalnya makhluk hidup (manusia)
dapat mengetahui bahwa tanaman itu indah karena manusia dapat melihat, merasakan bau
dari tanaman itu dengan indra penciuman dan indera penglihatan yang ia gunakan untuk
mengamati tanaman tersebut.
Sama halnya juga dengan suara merdu yang dihasilkan oleh piano yang
sedang dimainkan oleh seorang pianis yang mahir, seseorang dapat mengetahui dan
mengatakan suara piano tersebut merdu jika sedang dimainkan oleh pianis yang mahir
karena seseorang menggunakan indra pendengaran dan penglihatannya untuk
menyaksikan dan mendengarkan suara piano yang dimainkan oleh seorang pianis yang
sedang menunjukkan bakatnya. Pengetahuan yang dicapai melalui indera ini menemukan
titik puncak tertinggi pada tingkat indrawi yang diperoleh dari imajinasi yang disebut
fantasi. Tidak semua pengetahuan dapat dikatakan sebagai saintifik, ada beberapa hal
yang membedakannya yaitu : 1) harus berada pada tahap intelektual; 2) harus pasti; 3)
harus sudah dikaji secara mendalam.7
Seringkali pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang itu sangatlah banyak,
karena pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang bersumber dari apa yang dilihat, apa
yang didengar, dan apa yang dirasakan. Namun semua itu dapat terjadi perbedaan
informasi yang akan menjadi sebuah pengetahuan seseorang. Satu orang mungkin sekali
dapat memiliki pengetahuan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Pengetahuan yang diterima tentu membawa ciri khas tersendiri. Sebagai contoh
pengetahuan dalam bidang agama, dalam bidang seni dan sebagainya. Masing-masing
dari pengetahuan akan ditempatkan pada posisi masing-masing bidang sehingga dapat
memperkaya kehidupan manusia. Namun dari pemahaman seseorang mengenai
kebenaran bukan hanya dapat memanfaatkan namun dapat juga terjerumus ke dalam hal
negatif dalam pemanfaatannya.

Pengetahuan sebagai salah satu pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari


manusia. Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari

6 Henry van Laer, Filsafat Sains Bagian Pertama Ilmu Pengetahuan Secara Umum, (Yogyakarta: Lembaga
Penerjemah & Penulis Muslim Indonesia, 1995), hlm. 1.
7 Henry van Laer, Filsafat Sains, Bagian Pertama Ilmu Pengetahuan Secara Umum, (Yogyakarta: Lembaga
Penerjemah & Penulis Muslim Indonesia, 1995), hlm. 3.
6
pengalaman, berdasarkan panca indra dan diolah oleh akal budi atau rasionalisme dari
sesorang secara spontan.8 Panca indra ketika menerima sesuatu dari luar secara otomatis
akan mendapat rangsangan dari otak. Rangsangan otak kemudian diolah sedemikian rupa
sehingga akan merekam dan dapat berefek pada kehidupan sehari-hari. Namun,
pengetahuan ini direspon dan ditiru secara mentah saja, belum diselidiki dan diketahui
secara pasti mengenai hakikat tentang pengetahuan tersebut. Pengetahuan dapat
dibuktikan dengan cara metodologi agar ilmu dari pengetahuan dapat diketahui secara
pasti dan mendalam.

Ilmu dan pengetahuan memiliki hubungan yang erat. Ilmu merupakan


olahan dari sebuah pengetahuan yang sudah lebih dulu melalui penelitian secara
mendalam dan dibuktikan secara nyata. Pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi
ilmu seseorang karena berawal dari sebuah pengetahuan, kemudian diselidiki lebih dalam
dan hakikat ilmu pengetahuan akan dicapai. Dalam ensiklopedia Indonesia, definis dari
ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing
mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa
berdasarkan asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu sistem dari pengetahuan
yang beraneka ragam dan dari masing-masing pengetahuan didapatkan sebagai hasil
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode
tertentu.”9

C. Aliran dan Objek Ontologi

Ontologi dan ilmu mempunyai hubungan yang erat karena ontologi


merupakan suatu hakikat dari sebuah ilmu dan merupakan salah satu cabang filsafat yang
membahas tentang tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin dengan
menggunakan kategori-kategori seperti ada (being), eksistensi (existence), kenyataan
(reality), perubahan (change), tunggal (one), dan plural (many). Seluruh objek yang ada
di alam semesta ini diselidiki secara mendalam oleh sebuah ontologi hingga objek
terbukti degan nyata.10 Setiap objek yang ada di bumi ini memiliki hakekat ilmu mulai
dari tumbuhan, hewan dan manusia dan lain-lain. Ketiganya menyangkut sebuah ilmu
yang sangat perlu untuk diketahui oleh semua manusia, hal tersebut karena dalam sebuah
ilmu didalamnya ada penyelesaian-penyelesaian dari berbagai masalah yang ada dan
ontologi akan menjawab semuanya.
8 Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Caps, 2012), hlm. 100.
9 Burhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 14.
10 Baharuddin, Umiarso dan Sri Minarti, Dikotomi Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
91.
7
Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa, landasan dari sebuah ontology filsafat
adalah seluruh obyek yang abstrak, rasional dan mistik yang berlandaskan ontologi
abstrak supra rasional.11Pedoman tentang cara pandang didasarkan pada akal terhadap
suatu ilmu tidaklah lepas dari pengamatan terhadap objek itu sendiri yang disajikan dan
dijelaskan secara singkat mengenai sifat,keadaan,dan kegiatan dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan. Objek yang dikaji dalam sebuah ontologi adalah realitas yang ada.
Ontologi membahas tentang apa yang ada secara universal,dengan mencari pemikiran
semesta universal.
Ontologi berfungsi mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau
menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya. Jadi ontologi membahas ini dari sebuah
ilmu yang terdalam untuk setiap hakikat kenyataan, seperti misalnya (a) apakah manusia
dapat sungguh-sungguh memiliki sesuatu,(b) adakah ada Tuhan di dunia ini,(c) apakah
nyata dalam hakikat material ataukah spiritual,(d) apakah jiwa dapat dibedakan dengan
badan,(e) apakah hidup dan mati itu,dan sebagainya.12Dari berbagai pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian munculah pikiran-pikiran baru yang akan menjadi bahan dalam
observasi sehingga akan menemukan fakta-fakta yang ada,dari fakta tersebut akan
dibahas lebih dalam hingga tercapainya hakikat dari sebuah ilmu dapat dicapai.
Ontologi membahas tentang yang ada,yang tidak terikat pada satu
perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada secara universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang ada dalam kenyataan,atau dalam rumusan Lorens Bagus:
menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. 13 Untuk
suatu kebenaran ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa cara
pandang,diantaranya :

1. Aliran Monoisme

Paham monoisme merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa pada


dasarnya asal kenyataan adalah hanya satu saja, tidak lebih. Hanya ada satu
hakikat yang dijadikan sumber yang asal,yaitu berupa materi maupun rohani saja.
Monoisme dibagi menjadi dua aliran: (a) Materialisme,merupakan sebuah aliran
yang menyatakan sumber yang asal adalah berupa materi bukan rohani. Aliran
materialisme dapat diartikan sebagai aliran naturalisme,yaitu menjelaskan bahwa
benda mati adalah kenyataan dan satu-satunya fakta berupa materi yang berdiri
sendiri,sedangkan ruhani bukan suatu kenyataan. (b) Idealisme,lawan kata dari

11 Ahmad Tafsir, Filsafat ilmu. Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Pengetahuan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm .11.
12 Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Caps, 2012), hlm. 98-99.
13 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998),
hlm. 49.
8
materialisme adalah spiritualisme. Asal kata idealisme dari kata “Ideal” yang
berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa.

Aliran ini menganggap bahwa sebuah kenyataan yang beraneka ragam itu
semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya,yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat hanyalah suatu jenis yang
sesungguhnya dari bentuk lain dari ruhani. Dalam ilmu terdapat sebuah kebenaran
yang dimana kebenaran itu dapat diperoleh salah satunya dengan sebuah peristiwa
yang nyata dan sudah terjadi. Kenyataan dalam sebuah ilmu berasal dari materi
(terlihat atau bisa ditangkap oleh panca indra) maupun rohani (bisa dirasakan
dalam diri manusia).

2. Aliran Dualisme

Aliran dualisme merupakan alian yang mengatakan bahwa benda


terdiri dari dua macam asal sumbernya,yaitu materi dan ruhani,benda dan
ruh,jasad dan spirit. Materi dan benda masing-masing bebas dan saling berdiri
sendiri,memiliki sifat yang abadi dan azali. Dari kedua unsur ini bergabung
membentuk kehidupan di alam semesta ini. Materi adalah dasar untuk
terbentuknya segala sesuatu. Dengan adanya materi suatu kenyataan dapat
terwujud. Materi itu sesuatu yang ada,namun belum berwujud maupun terlihat,dan
mempunyai peluang atau kesempatan untuk menjadi suatu wujud yang
lain.14Perwujudan akan diperoleh apabila antara dua hakikat yaitu,materi dan
rohani telah menjadi suatu perwujudan yang satu. Tokoh dalam aliran dualisme
adalah Descater (1596-1650) yang dikenal sebagai bapak filsuf modern.

3. Aliran Pluralisme

Pluralisme adalah suatu paham yang berargumen bahwa seluruh macam


bentuk yang ada merupakan kenyataan. Pluralisme dapat dikatakan sebagai
paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam tersusun dari berbagai macam
unsur,lebih dari satu atau dua unsur dan mengakui bahwa seluruh macam bentuk
itu semuanya nyata. Tokoh aliran pluralisme pada masa Yunani kuno adalah
Anaxagoras dan Empedcoles,yang menyatakan bahwa substansi yang ada
terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah,air,api dan udara. Tokoh
modern aliran pluralisme adalah William James yang menyatakan bahwa tidak

14 Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 119.
9
ada kebenaran yang hakiki yang berlaku secara umum,yang bersifat tetap,yang
berdiri sendiri,dan lepas dari akal atau rasio yang mengenal.

4. Aliran Nihilisme

Kata nihilisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti nothing atau tidak
ada. Istilah Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya yang berjudul
Fadhers an Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang
Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada masa
peradaban Grogias (483-360) yang membagi kedalam tiga bagian tentang realitas.
Pertama,realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua bila sesuatu itu ada,ia tidak
dapat diketahui,ini dikarenakan panca indra itu tidak dapat dipercaya,panca indra
itu sumber ilusi yang memahami sesuatu hal dari khayalan yang dilakukan
ataupun angan-angan yang terjadi pada pemikiran seseorang. Ketiga,sekali pun
realitas itu dapat kita ketahui,ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang
lain. Jadi suatu hal yang dialami oleh pikiran kita hanya diketahui oleh orang
tersebut saja tanpa dikeahui orang lain.

5. Aliran Agnontitisme

Paham agnontitisme adalah suatu paham yang mengingkari kesanggupan


manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat
ruhani. Karena dengan keterbatasan akal yang dimiliki oleh manusialah yang
menyebabkan paham ini tidak mempercayai akan kesanggupan manusia dalam
mengetahui hakikat benda. Kata agnotitisme berasal dari bahasa Grick agnotos
yang berarti Unknown artinya not,Gno artinya Know. Aliran agnontitisme muncul
dikarenakan manusia belum dapat mengenal dan mampu menerangkan secara
konkret akan adanya suatu kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal. 15

PENUTUP

Ontologi sebagai bagian dari filsafat ilmu merupakan hakikat dari sebuah ilmu
pengetahuan yang mana pengetahuan sebagai sumber awal untuk memperoleh kebenaran.
Pada dasarnya objek pengetahuan adalah ilmu pengetahuan itu sendiri dan subjeknya adalah
segala sesuatu yang mencari objek. Seseorang memperoleh pengetahuan melalui berbagai
peristiwa,salah satunya dari pengalaman. Pengalaman tersebut menjadi sebuah pengetahuan

15 Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Caps, 2012), hlm. 107-108.


10
yang dipikirkan secara mendalam oleh akal manusia,karena pada hakikatnya manusia
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Sehingga terbentuknya ilmu pengetahuan yang hakiki.

Ontologi berfungsi mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau
menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya. Jadi ontologi membahas ini dari sebuah ilmu
yang terdalam untuk setiap hakikat kenyataan,seperti misalnya (a) apakah manusia dapat
sungguh-sungguh memiliki sesuatu,(b) adakah ada Tuhan di dunia ini,(c) apakah nyata dalam
hakikat material ataukah spiritual,(d) apakah jiwa dapat dibedakan dengan badan,(e) apakah
hidup dan mati itu, dan sebagainya. 16Dari berbagai pemikiran-pemikiran tersebut kemudian
munculah pikiran-pikiran baru yang akan menjadi bahan dalam observasi sehingga akan
menemukan fakta-fakta yang ada,dari fakta tersebut akan dibahas lebih dalam hingga
tercapainya hakikat dari sebuah ilmu dapat dicapai.

Ilmu pengetahuan yang hakiki diperoleh melalui proses ilmiah yang dibuktikan
melalui observasi dan eksperimen,sehingga ilmu pengetahuan tersebut mutlak adanya. Untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang hakiki seseorang mempunyai pandangan yang berbeda-
beda,diantaranya monoisme,dualisme,pluralisme, nihilisme, dan agnotitisme. Berbagai
pemunculan paham aliran filsafat ilmu,hampir sulit dibendung. Masing-masing aliran selalu
menyuguhkan pemikiran-pemikiran yang rasional dan dapat dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Umiarso & Sri Minarti. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Bakhtiar, Amsal. 2016. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Caps.

Heri Santoso & Listiyono Santoso. 2003. Filsafat Ilmu Sosial Ikhtiar Awal Pribumisasi Ilmu-
ilmu Sosial. Yogyakarta: Gama Media.

Laer, Henry van. 1995. Filsafat Sains Bagian Pertama Ilmu Pengetahuan Secara Umum.
Yogyakarta: Lembaga Penerjemah & Penulis Muslim Indonesia.

16 Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Caps, 2012), hlm. 98-99.


11
Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif. Yogyakarta:
Rake Sarasin.

Salam, Burhanuddin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat ilmu. Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
Pengetahuan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai