Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Dr. Yudianto, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Mudrikah Zen (2201080024)
Ainur Rohmah (2201080003)
Alya Aulia Rhizoma (2201082001)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
T.A 2023/2024
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Jenis Pengetahuan


Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau
kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap
apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu. Pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai
macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui pancaindera.1
Pengetahuan merupakan proses berpikir yang dilakukan manusia. Berpikir
digunakan sebagai pemisah manusia dari makhluk lainnya. Kemajuan manusia
dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Ketika suatu masalah
diangkat maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah itu akan berubah dari sesuatu
yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu
yang rumit. Oleh karena masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia
menjadi sesuatu yang perselisihkan dan diperdebatkan.
Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang
dunia. Pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri
dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Manusia tidak dapat
membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah,
manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah
pengetahuan membantu manusia membagikan apa yang diketahui manusia dan
mengorganisasikan proses pencariannya.

B. Hakikat Pengetahuan dan Sumber Pengetahuan


Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state) yang
mengetahui sesuatu yaitu menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain
menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Seiring dengan
perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri
1
Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 2011:146-50.
khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh dibandingkan dengan
makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan hidup (survival). Hal ini
dilakukan untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup, karena pada
dasarnya hakikat manusia dalam menjalani kehidupan tidak sekedar untuk
mampertahankan kelangsungan hidupnya namun hakikat manusia dalam menjalani
kehidupan tidak hanya monoton saja, melainkan juga memikirkan tentang hal-hal
baru seperti manusia berusaha memberikan makna dalam kehidupan.2

1. Ontologi ( apa )
Bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik yang tampak secara
fisik (fenomena) atau sesuatu yang berada di balik realitas (noumena). Dalam
kajian filsafat, segala sesuatu itu dikenal dengan “ada” (things). Dalam bidang ini
juga termasuk filsafat manusia, filsafat alam, dan filsafat ketuhanan.3
Ontology merupakan the theory of being qua being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan). Ontology adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani
(konkret) maupun rohani (abstrak). Filsafat ilmu pengetahun ontology membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu, universal serta
berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, menurut istilah,4
Ada tiga teori ontologi, antara lain:
a. Idealisme
Mengatakan bahwa “ada” yang sungguh-sunggu berada didunia.
Segala sesuatu yang tampak dan mewujud nyata dalam alam.
b. Materialisme
Mengatakan bahwa “ada” yang sesungguhnya yang keberadaannya
semata-mata bersifat material. Realitas yang sesungguhnya adalah alam
kebendaan dan segalas sesuatu yang mengatasialam kebendaan itu harus
dikesampingkan
c. Dualisme

2
Suriasumantri. Jujun S.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI. Jakarta: Sinar
Harapan.2003
3
Bagus, Lore. 1996, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
4
Bakhtiar, Amsal Filsafat Ilmu.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010
Mengatakan bahwa substansi individual terdiri dari dua type fundamental
yang berbeda dan tidak dapat direduksikan pada yang lainnya. Kedua type
fundamental dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan demikian
dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis
dan realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis dan mental atau yang
beradanya tidak kelihatan secara fisis.
2. Epistemologi ( Bagaimana )
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari
dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan
demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi
pengetahuan. Epistemiologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian - pengandaian,
dan dasar - dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki.5
3. Aksiologi ( untuk apa )
Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan aksiologi di samakan dengan
value and valuation.Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu:
axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan
cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan
ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.6
Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang
sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak sekali
yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang
tidak benar.

Sumber Pengetahuan

5
Palmquis Stephen. Pohon Filsafat. Cetakan 1. Pustaka Pelajar. Jakarta. 2000.
6
Suria sumantri. Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI. Jakarta: Sinar
Harapan. 2003
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Namun dari mana pengetahuan
itu diperoleh atau bagaimana pengetahuan itu di dapat. Maka akan timbul
pertanyaan bagaimana kita memperoleh pengetahuan atau dari mana sumber
pengetahuan didapat. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan:
1. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui
(objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Aliran ini berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya oleh akal
sehat.7
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Dalam
penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide
universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata yang bersifat
universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi
dari benda-benda kongkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum
tentang benda tertentu. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran hanya dapat
ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu
masalah dan tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut.
Tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai
disitu. Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul
dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu.
Atau bisa juga, intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak
sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu permasalahan ditemukan tidak
tergantung waktu orang tersebut secara sadar sedang menggelutnya. Namun

7
Wahana P. Filsafat Ilmu Pengetahuan Yogyakarta. Pustaka Diamond, 2016, h. 69-87.
intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk
menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak bisa diandalkan.
4. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang
zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan
sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-
masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia
dan hari kemudian di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada
kepercayaan akan hal-hal yang ghaib ( supernatural ). Keparcayaan kepada
tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai
perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian,
merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan
titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat
diterima: pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain.8

C. UKURAN KEBENARAN

Ukuran Kebenaran Berfiku merupakan suatu aktifitas manusia untuk


menemukan kebenaran apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu
saja benar bagi orang lain oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria
kebenaran Untuk menemukan kebenaran ilmiah seseorang harus bisa berpikir
secara ilmiah Setidaknya ada 3 tahapan berpikir yang harus dilalui, yaitu:
1. Skepps
Ciri berpikir ilmiah ini ditandai oleh cara orang dalam menerima
kebenaran informasi atau pengetahuan tidak lansung diterima begitu saja.
namun dia berusaha untuk bertanya fakta-fakta atau bukti-bukti terhadap
setiap pernyataan yang diterimanya.
2. Analitik
Ciri berpikir ilmiah ini ditandai oleh cara orang dalam melakukan
setiap kegiatan, ia selalu berusaha menimbang-nimbang setiap

8
Suria sumantri. Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI. Jakarta: Sinar
Harapan. 2003
permasalahan yang menghadapinya, mana yang relevan, dan mana yang
menjadi masalah utama dan sebagainya.
3. Kritiz
Ciri berpikir ilmiah ketiga ditandai dengan orang yang selalu berupaya
mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang
dihadapinya secara objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola
pikit yang diterapkan dapat selalu logis
Kriteria Kebenaran

Menurut Michael Willams terdapat 5 kriteria kebenaran teori yaitu


a) Kebenaran Koherensi
Sesuatu yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada
ketenangan atau keharmonisan dengan sesuatu yang memilki hirarki lebih
tinggi, hal ini dapat berupa skema, sisitem atau nilai Koheren tersebut
mungkm saja tetap pada Sangat sensual dan rasional, tetapi mungkin juga
menjangkau dataran transenden
b) Kebenaran Korespondensi
Berfikir benar tamu adalah berpikir tentang terbuktinya sesuatu itu
relevan dengan sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan
adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta
yang diharapkan (portfisme), antara fakta dengan keyakinan yang
diyakini, yang sifatnya spesifik
c) Kebenaran Performatif
Ketika berpikir manusia menyatukan semuanya dalam tampilan
sebenarnya dan menyatukan terserah yang ada dibaliknya, baik yang
praktis, yang teoritik maupun yang filosofik Orang yang mengetengahkan
kebenaran tampilan sebenarnya yang disebut dengan kebenaran
performatif tokoh penganut ini antara lain Strawson (1950) dan Geach
(1960) sesuatu sebagai benar biladapat diaktualkan dalam tindakan.
d) Kebenaran Pragmatik
Peristiwa teori ini adalah Charles S. Menembus Yang benar adalah
yang secara konkret yang individu dan yang spesifik demikian Yakobus
Dewey lebih lanjut lebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan
tamu antara ide denga fakta, dan arti korespondensi menurut Dewey
adalah kegunaan praktis
e) Proposisi Kebenaran
Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benni
dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai
denganpersyaratan resmu suatu proposisi. Proposisi adalah suatu
pemyataan yang berisi banyak konsep kompleks.

Descartes mengembangkan pedoman pencarian jadi orang jangan


tersesat dalam usahanya mencapai kebenaran sebagai berikut
1) janganlah sekali-kali ingatan sebagai kebenaran, jika tidak ternyata
kebenarannyadengan terang benderang hauslah kita membuang
semuanya prasangka dan janganlah campurkan terserah juga yang tak
tampaknya sejean-jelasnya kepada kita, hinga tak ada dasar sedikit
juga untuk sanksi
2) Rincilah tiap kesulitan sesempuma-sempamanya dan carilah jawaban
secukupnya
3) Aturlah pikiran dan pengetahuan kita jadi rupa sehingga kita mulai
dari yang pagar rendah dan sederhana .kemudian meningkat dari
sedikit, sedikit langkah demi langkah untuk mencapai pengetahuan
yang lebih sukar dan lebih ruwet.
4) Buatlah Pertemuan fakta sebanyak-banyaknya dan selengkap-
lengkapnya dan seumum-umumnya hingga menyeluruh sampai kita
tidak khawatir kalau-kalau ada yang kelewatan
3. Upaya memperoleh kebenaran.
a. Pendekatan Empiriz Manusia mempunyai seperangkat indera yang
berfungsi sebagai penghubung dirinya dengan dunia nyata, dengan
Inderanya manusia mampu mengenal berbagai hal yang ada di
sekitarnya
b. Pendekatan Razional, Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat
berpikir sehingga dengan kemampuannya tersebut manusia dapat
menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu, yang pada akhirnya
sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional
c. Pendekatan intarf, Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang
diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.
d. Pendekatan agama. Kita sebagai makhluk Tuhan yang diberi akal
pikiran harus menyadari bahwa alam semesta beserta isinya mi
diciptaka dan dikendalikan oleh kekuatan Tuhan.
e. Pendekatan Otoritas, seseorang yang memiliki kelebihan tertentu
disbanding orang lain Kelebihan-kelebihan tersebut bisa berupa
kekuasaan kemampuan intelektual keterampilan pengalaman, dan
sebagainya.

D. Klasifikasi Ilmu dan Hierarki Pengetahuan

1. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan


Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman Ada beberapa
pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu pengetahuan, yaitu sebagai
berikut:
a. Auguste Comte
Pada dasamya penggolongan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah
ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala
dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu
Kemudian disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin lama
semakin rumit atau kompleks dan semakin konkret. Oleh karena dalam
mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte memulai
dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala-gejala
yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan
dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:
1) Ilmu pasti (matematika)
2) Ilmu perbintangan (astronomi)
3) Ilmu alam (fisika)
4) Ilmu kimia
5) Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
6) Fisika sosial (sosiologi)
b. Francis Bacon
Francis Bacon mendasarkan klasifikasi ilmunya pada subjeknya,
yaitu daya manusia untuk mengetahui sesuatu. Berdasarkan hal tersebut,
ia membedakannya sebagai berikut:
1) Ilmu pengetahuan ingatan yaitu membicarakan masalah-
masalah atau kejadian yang telah lalu meskipun dimanfaatkan
untuk masa depan
2) Ilmu pengetahuan khayal yaitu membicarakan kejadian-
kejadian dalam dunia khayal, meskipun berdasar dan untuk
keperluan dunia nyata.
3) Ilmu pengetahuan akal yaitu umumnya pembahasannya
mengandalkan pada logika dan kemampuan berpikir
Klasifikasi tersebut tidak dapat dibenarkan apabila pemikiran
kita berpangkal pada pandangan bahwa kita tidak akan
mungkin mengenal dengan akal ingatan atau daya khayal
semata, tetapi dengan seluruh pribadi kita.

c. Aristoteles
Aristoteles memerikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal
yaitu ilmu teoritis (spekulatif), praktis dan poieetis (produktif) Ilmu teoritis
bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri yaitu untuk keperluan
perkembangan ilmu Ilmu praktis yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan
mencari norma atau ukuran bagi perbuatan kita. Poietis yaitu ilmu
pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat dan
teknologi.

d. Thomas S. Khun
Thomas S. Khan berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan
ilmiah bersifat revolusioner, bukan kualitf sebagaimana anggapan
sebelumnya Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah
paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi
atau praktik ilmiah konkret. Menurut Khun cara kerja paradigma dan
terjadinya revolusi ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap
sebagai berikut
a) Tahap pertama paradigma mi membimbing dan mengarahkan
aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Selama
menjalankan aktivitas ilmuah para ilmuan menjumpai berbagai
fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang
dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya,
mi dinamakan anomali.
b) Tahap kedua. menumpuknya anomali menimbulkan krisis
kepercayaan dan para ilmuan terhadap paradigma.
c) Tahap ketiga, para ilmuan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah
yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu
paradigma tandingan yang dipandang bias memecahkan masalah
dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya¹
e. Al-Kindi
Al-kindi juga membagi ilmu seperti klasifikasi Aristoteles
1) Ilmu Teoritis (ilmu nazirah) Fisika (ilmu tabiat), matematika (ilmu
riyadiat), Metafisika (ilmu ilahiyah)
2) Ilmu praktis (ilmu amaliyah) Etika (akhlaqiyah), Ekonomi
(iqtisaduyah). Politik (siasiyah).

f. Al-Farabi
Al-Farabi mengklasifikasi ilmu sebagai berikut:
1) Ilmu bahasa (ilm al-lisan)
2) Ilmu logika (ilm al-mantiq)
3) Ilmu matematik (ulum al-ta alim)
4) Ilmu fisika (al-ilm al-tabi’i)
5) Ilmu metafisika (al-ilm al-ilalu)
6) Ilmu masyarakat (ilm al-madani)
Menurut Nasr, tujuan utama klasifikasi ilmu adalah untuk mengetahui
tatanan dan hubungan yang tepat antara berbagai macam disiplin. Menurutnya,
kekacauan aturan kurikulum pendidikan modern di kebanyakan negara islam
saat ini adalah karena kehilangan vist hirarkis ilmi, seperti yang dapat
ditemukan dalam sistem pendidikan Islam.
Tradisional Dalam karyanya, klasifikasi ilmu pengetahuan dalam islam,
Osman Bakar mengkaji tiga klasifikasi ilmu yang mempresentasikan beberapa
aliran pemikiran yang utama dalam islam, yaitu Al-Farabi, Al- Ghazali dan Al-
Shirazi Dengan mempertimbangkan latar belakang metafisis dan filosofis yang
mendasari ragam klasifikasi, ia mencapai kesimpulan sebagai berikut:
“Menurut ketiga klasifikasi, ilmu yang paling tinggi adalah ilmu tentang
Tuhan, karena demi ilmu tersebut semua ilmu yang lain dicari Lebih dari itu,
ilmu tentang segala sesuatu terkecuali tentang Tuhan, secara konseptual atau
organis berkaitan dengan Ide ini, sama dengan pandangan bahwa semua ilmu
pada akhirnya berasal dari sumber yang sama, terdapat ide kesatuan dalam
ilmu disepakati secara bersamaan oleh tokoh tersebut.

2. Hirarki Ilmu Pengetahuan


Dalam hirarki pengetahuan, terdapat lima landasan utama yaitu tradisi,
otoritas, trial-and-eror, penalaran logis dan metode ilmiah
a. Tradisi
Tradisi merupakan landasan terbawah dalam pengetahuan. Sesuatu hal
dianggap benar karena sudah dianggap benar sejak dulu Tradisi biasanya tidak
memiliki landasan ilmiah, bahkan terkadang tidak diketahui alasannya, hanya
dilakukan dalam jangka waktu lampau. Meskipun begitu, tingkat kepercayaan
kebanyakan orang terhadap tradisi masih sangat tinggi begitu juga dalam
bidang fitness.
b. Otoritas Hirarki
Pengetahuan berdasarkan otontas maksudnya adalah sesuatu dianggap
benar karena hal tersebut dikatakan oleh.
c.Trial-and-eror
Trial artinya mencoba, dan eror artinya salah Trial-and-Error digunakan
untuk mendapat pengetahuan yang terbaik Setelah dilakukan berkali-kali maka
akan diketahui dimana letak Kesalahannya, dan kesalahan-kesalahan yang
ditemukan itu akan Diperbaiki sehingga didapatkan pengetahuan yang
mendalam.
d. Penalaran logis
Penalaran logis adalah proses sistematis yang menggabungkan
pengalaman pribadi, kecerdasan dan sistem berpikir formal untuk memperoleh
pengetahuan. Penalaran logis dapat berupa deduktif (teori digunakan untuk
membuat hipotesis) atau induktif (generalisasi yang diambil dan pengamatan
tertentu) kedua induktif dan penalaran deduktif merupakan aspek penting dari
penelitian yang berorientasi pada pemecahan masalah namun untuk
memperoleh pengetahuan terbaik penalaran logis harus tetap divalidasi oleh
pengujian empiris
e. Metode ilmiah
Metode ilmiah adalah puncak dan piramida hirarki ilmu pengetahuan
Metode ilmiah meliputi pemeriksaan sistematis, empiris yang bebas dari bias
oleh para peneliti. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk
merumuskan dan melakukan penelitian dengan metode ilmiah, karena metode
ini menuntut untuk mengembangkan opini berdasarkan bukti.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.


2011:146-50.
Suria sumantri. Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI.
Jakarta: Sinar Harapan. 2003
Bagus, Lore. 1996, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010
Palmquis Stephen. Pohon Filsafat . Cetakan 1. Pustaka Pelajar. Jakarta. 2000.
Wahana P. Filsafat Ilmu Pengetahuan : Yogyakarta. Pustaka Diamond, 2016, h. 69-
87.
Darwas A. Soelasman.”Filsafat ilmu pengetahuan Perspelen Barat dan Izlam”.
Bandar Publishing, 2019, hlm 41.
Hadi Maurun dan Imron Rossidy. “Filsafat Sama Dalam Al-Quran Meliaca Kerangka
Dozar Integrasi Ilmu dan Agama”, ACADEMIA Hal 13-14.
Amroeni Drajat, Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu, Jakarta: Erlangga, 2006.
H. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme, Post positivism dan Post
Modernisme ,Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001.

Anda mungkin juga menyukai