Disusun Oleh:
Kelompok 4
Mudrikah Zen (2201080024)
Ainur Rohmah (2201080003)
Alya Aulia Rhizoma (2201082001)
1. Ontologi ( apa )
Bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik yang tampak secara
fisik (fenomena) atau sesuatu yang berada di balik realitas (noumena). Dalam
kajian filsafat, segala sesuatu itu dikenal dengan “ada” (things). Dalam bidang ini
juga termasuk filsafat manusia, filsafat alam, dan filsafat ketuhanan.3
Ontology merupakan the theory of being qua being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan). Ontology adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani
(konkret) maupun rohani (abstrak). Filsafat ilmu pengetahun ontology membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu, universal serta
berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, menurut istilah,4
Ada tiga teori ontologi, antara lain:
a. Idealisme
Mengatakan bahwa “ada” yang sungguh-sunggu berada didunia.
Segala sesuatu yang tampak dan mewujud nyata dalam alam.
b. Materialisme
Mengatakan bahwa “ada” yang sesungguhnya yang keberadaannya
semata-mata bersifat material. Realitas yang sesungguhnya adalah alam
kebendaan dan segalas sesuatu yang mengatasialam kebendaan itu harus
dikesampingkan
c. Dualisme
2
Suriasumantri. Jujun S.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI. Jakarta: Sinar
Harapan.2003
3
Bagus, Lore. 1996, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
4
Bakhtiar, Amsal Filsafat Ilmu.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2010
Mengatakan bahwa substansi individual terdiri dari dua type fundamental
yang berbeda dan tidak dapat direduksikan pada yang lainnya. Kedua type
fundamental dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan demikian
dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis
dan realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis dan mental atau yang
beradanya tidak kelihatan secara fisis.
2. Epistemologi ( Bagaimana )
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari
dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan
demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi
pengetahuan. Epistemiologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian - pengandaian,
dan dasar - dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki.5
3. Aksiologi ( untuk apa )
Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan aksiologi di samakan dengan
value and valuation.Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu:
axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan
cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan
ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.6
Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang
sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak sekali
yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang
tidak benar.
Sumber Pengetahuan
5
Palmquis Stephen. Pohon Filsafat. Cetakan 1. Pustaka Pelajar. Jakarta. 2000.
6
Suria sumantri. Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI. Jakarta: Sinar
Harapan. 2003
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Namun dari mana pengetahuan
itu diperoleh atau bagaimana pengetahuan itu di dapat. Maka akan timbul
pertanyaan bagaimana kita memperoleh pengetahuan atau dari mana sumber
pengetahuan didapat. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan:
1. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui
(objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Aliran ini berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya oleh akal
sehat.7
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Dalam
penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide
universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata yang bersifat
universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah abstraksi
dari benda-benda kongkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran umum
tentang benda tertentu. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran hanya dapat
ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu
masalah dan tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut.
Tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai
disitu. Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul
dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu.
Atau bisa juga, intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak
sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu permasalahan ditemukan tidak
tergantung waktu orang tersebut secara sadar sedang menggelutnya. Namun
7
Wahana P. Filsafat Ilmu Pengetahuan Yogyakarta. Pustaka Diamond, 2016, h. 69-87.
intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk
menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak bisa diandalkan.
4. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada
manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang
zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan
sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-
masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia
dan hari kemudian di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada
kepercayaan akan hal-hal yang ghaib ( supernatural ). Keparcayaan kepada
tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai
perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian,
merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan
titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat
diterima: pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain.8
C. UKURAN KEBENARAN
8
Suria sumantri. Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI. Jakarta: Sinar
Harapan. 2003
permasalahan yang menghadapinya, mana yang relevan, dan mana yang
menjadi masalah utama dan sebagainya.
3. Kritiz
Ciri berpikir ilmiah ketiga ditandai dengan orang yang selalu berupaya
mengembangkan kemampuan menimbang setiap permasalahan yang
dihadapinya secara objektif. Hal ini dilakukan agar semua data dan pola
pikit yang diterapkan dapat selalu logis
Kriteria Kebenaran
c. Aristoteles
Aristoteles memerikan suatu klasifikasi berdasarkan objek formal
yaitu ilmu teoritis (spekulatif), praktis dan poieetis (produktif) Ilmu teoritis
bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri yaitu untuk keperluan
perkembangan ilmu Ilmu praktis yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan
mencari norma atau ukuran bagi perbuatan kita. Poietis yaitu ilmu
pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat dan
teknologi.
d. Thomas S. Khun
Thomas S. Khan berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan
ilmiah bersifat revolusioner, bukan kualitf sebagaimana anggapan
sebelumnya Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah
paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi
atau praktik ilmiah konkret. Menurut Khun cara kerja paradigma dan
terjadinya revolusi ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap
sebagai berikut
a) Tahap pertama paradigma mi membimbing dan mengarahkan
aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Selama
menjalankan aktivitas ilmuah para ilmuan menjumpai berbagai
fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang
dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya,
mi dinamakan anomali.
b) Tahap kedua. menumpuknya anomali menimbulkan krisis
kepercayaan dan para ilmuan terhadap paradigma.
c) Tahap ketiga, para ilmuan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah
yang sama dengan memperluas dan mengembangkan suatu
paradigma tandingan yang dipandang bias memecahkan masalah
dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya¹
e. Al-Kindi
Al-kindi juga membagi ilmu seperti klasifikasi Aristoteles
1) Ilmu Teoritis (ilmu nazirah) Fisika (ilmu tabiat), matematika (ilmu
riyadiat), Metafisika (ilmu ilahiyah)
2) Ilmu praktis (ilmu amaliyah) Etika (akhlaqiyah), Ekonomi
(iqtisaduyah). Politik (siasiyah).
f. Al-Farabi
Al-Farabi mengklasifikasi ilmu sebagai berikut:
1) Ilmu bahasa (ilm al-lisan)
2) Ilmu logika (ilm al-mantiq)
3) Ilmu matematik (ulum al-ta alim)
4) Ilmu fisika (al-ilm al-tabi’i)
5) Ilmu metafisika (al-ilm al-ilalu)
6) Ilmu masyarakat (ilm al-madani)
Menurut Nasr, tujuan utama klasifikasi ilmu adalah untuk mengetahui
tatanan dan hubungan yang tepat antara berbagai macam disiplin. Menurutnya,
kekacauan aturan kurikulum pendidikan modern di kebanyakan negara islam
saat ini adalah karena kehilangan vist hirarkis ilmi, seperti yang dapat
ditemukan dalam sistem pendidikan Islam.
Tradisional Dalam karyanya, klasifikasi ilmu pengetahuan dalam islam,
Osman Bakar mengkaji tiga klasifikasi ilmu yang mempresentasikan beberapa
aliran pemikiran yang utama dalam islam, yaitu Al-Farabi, Al- Ghazali dan Al-
Shirazi Dengan mempertimbangkan latar belakang metafisis dan filosofis yang
mendasari ragam klasifikasi, ia mencapai kesimpulan sebagai berikut:
“Menurut ketiga klasifikasi, ilmu yang paling tinggi adalah ilmu tentang
Tuhan, karena demi ilmu tersebut semua ilmu yang lain dicari Lebih dari itu,
ilmu tentang segala sesuatu terkecuali tentang Tuhan, secara konseptual atau
organis berkaitan dengan Ide ini, sama dengan pandangan bahwa semua ilmu
pada akhirnya berasal dari sumber yang sama, terdapat ide kesatuan dalam
ilmu disepakati secara bersamaan oleh tokoh tersebut.
DAFTAR PUSTAKA