NIM : 8156122015
Program Studi/Kelas : Teknologi Pendidikan/ B-1
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Pendidikan
Pengertian filsafat berdasarkan asal kata tersebut akan menghasilkan pengertian yang
berbeda-beda dalam makna yang tidak hakiki, jadi perbedaan tersebut hanya bersifat gradasi (
naik, yaitu dari ragu menjadi yakin ) saja. Aktivitas akal budi yang dilakukan oleh filsut yang
berupa philosopein memiliki dua unsur pokok, yaitu pertama philein dan sophos, kedua
philos dan sophia.
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan
melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja,
melainkan sutau rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas
itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis. Aktivitas rasional berarti kegiatan yang
mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas
berdasarkan perasaan atau naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis
dari pengamatan empiris.
Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan
rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional yang selanjutnya melahirkan ilmu. Menurut
Bernard Barber pemikiran rasional atau rasionalitas manusia merupakan sumber utama dari
ilmu. Dikatakannya bahwa the germ of science in human society lies in mans aboriginal
and unceasing attempt to understand and control the world in which he live by the use of
rational thought and activity. (benih ilmu dalam masyarakat manusia terletak di dalam usaha
manusia yang tak henti-hentinya dan asli pembawaannya untuk memahami dan menguasai
dunia tempat ia hidup dengan menggunakan pemikiran dan aktivitas rasional).
Di kalangan masyarakat Yunani dikenal adanya Mitos dan logos. Mitos sebagai suatu
keyakinan lama yang berkembang dengan pesat, seperti mite kosmologi yang
melukiskan kejadian-kejadian alam. Logos adalah suatu potensi yang ada dalam diri
manusia yang selalu siap untuk berfikir yang bisa diartikan dengan akal. Di dalam
kehidupan mereka sering sekali dipertentangkan antara mitos dan logos yang
dimenangkan logos.
Adanya keinginan mempertentangkan antara mite dan logos disebabkan oleh rasa
keingintahuan manusia tentang dunia yang dihadapinya. Mite-mite yang sifatnya tidak
rasional memberikan ketidakpuasan manusia sehingga mendorong mereka mencari
jawabannya pada logos. Jawaban-jawaban inilah yang kemudian disebut filsafat.
3. Rasa Kagum
Selain rasa ingin tahu dan pertentangan antar mitos dan logos, menurut Plato, filsafat
juga lahir karena adanya kekaguman manusia tentang dunia dan lingkungannya. Rasa
kagum mendorong manusia untuk memberikan jawaban-jawaban dalam bentuk
praduga. Praduga ini kemudian dipikirkan oleh logos dalam bentuk rasionalisasi.
Rasionalisasi ini merupakan awal lahir filsafat,
4. Perkembangan kesusastraan
Objek Filsafat
Ilmu filsafat memiliki objek material dan objek formal. Objek material adalah apa
yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek
yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu
itu.Objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Objek formal adalah carapendekatan yang dipakai atas objek material, yang
sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang
bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem
filsafat ilmu.
Pengetahuan
Kriteria Kebenaran
1. Ontologi
Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti
ada dan logos yang berarti ilmu. Sedangkan secara istilah ontologi adalah ilmu tentang
hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being qua being). Ontologi juga sering
diidentikkan dengan metafisika, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang
pertama atau filsafat ketuhanan. Pembahasannya meliputi hakikat sesuatu, keesaan,
persekutuan, sebab dan akibat, substansi dan aksiden, yang tetap dan yang berubah, eksistensi
dan esensi, keniscayaan dan kerelatifan, kemungkinan dan ketidakmungkinan, realita,
malaikat, pahala, surga, neraka dan dosa. Dengan kata lain, pembahasan ontologi biasanya
diarahkan pada pendeskripsian tentang sifat dasar dari wujud, sebagai kategori paling umum
yang meliputi bukan hanya wujud Tuhan, tetapi juga pembagian wujud.
2. Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori
pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah bidang ilmu yang membahas
pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran kebenarannya. Isu-isu yang akan
muncul berkaitan dengan masalah epistemologi adalah bagaimana pengetahuan itu bisa
diperoleh? Jika keberadaan itu mempunyai gradasi (tingkatan), mulai dari yang metafisik
hingga fisik maka dengan menggunakan apakah kita bisa mengetahuinya? Apakah dengan
menggunakan indera sebagaimana kaum empiris, akal sebagaimana kaum rasionalis atau
bahkan dengan menggunakan intuisi sebagaimana urafa (para sufi)?
3. Aksiologi
Jika ontologi berbicara tentang hakikat yang ada (objek ilmu) dan epistemologi berbicara
tentang bagaimana yang ada itu bisa diperoleh (cara memperoleh ilmu) maka aksiologi
berkaitan dengan manfaat dari pada ilmu itu sendiri atau kaitan penerapan ilmu itu dengan
kaidah-kaidah moral. Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang berarti nilai
dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Menurut
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi adalah
cabang filsafat yang mempelajari tentang nalai secara umum. Sebagai landasan ilmu,
aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan