Anda di halaman 1dari 7

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Muhammad Romi, S.E.Sy, M.E Filsafat Ilmu

ONTOLOGI

Disusun oleh :

SILVI EFRIKA (23.03.4476)


FAUZIAH (23.03.4469)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
HUBBULWATHAN DURI
2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan merupakan hasil dari proses keingintahuan manusia akan sesuatu. Setiap
jenis pengetahuan juga berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung pada
bagaimana cara mendapatkan dan apa yang dikaji dari pengetahuan tersebut. Manusia
mengembangkan pengetahuan karena dua sebab yaitu: Pertama, manusia memiliki bahasa
yang mampu untuk mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut. Kedua, manusia memiliki cara berpikir yang sesuai alur yang kemudian
disebut sebagai penalaran. Filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai proses kegiatan untuk
memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dengan demikian, ilmu telah teruji kebenaran
ilmiahnya dan telah memenuhi kesahihannya karena diperoleh secara sadar, aktif,
sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, dan
telah diuji kebenarannya.
Adanya rasa ingin tahu dalam diri setiap individu akan menumbuhkan minat untuk
melakukan pengamatan, penyelidikan, dan penelitian. Dengan adanya ketiga unsur tersebut
maka pengetahuan yang mereka miliki akan terus tumbuh dan berkembang. Rasa ingin
tahu juga cenderung akan menimbulkan kesadaran bagi setiap individu untuk mengajukan
pertanyaan atau kritik yang relevan. Artinya pertanyaan atau kritik tersebut diajukan tidak
untuk sekedar mengetahui wujud sesuatu, melainkan mengacu pada dasar dan esensi dari
sesuatu tersebut. Dalam pembahasan pengetahuan filsafat salah satunya dari segi yang
dibahas yaitu Ontologi (apa yang menjadi objek suatu ilmu).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan Ontologi dalam filsafat ilmu?
3. Bagaimana macam-macam ontologi dipandang dari segi sifat dan jumlah?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dari pengertian dari filsafat.
2. Untuk mengetahui maksud dari Ontologi dalam filsafat ilmu.
3. Untuk mengetahui macam-macam ontologi dipandang dari segi sifat dan jumlah .

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat


Filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis tentang objek-objek yang
abstrak. Bisa saja objek penelitiannya konkret, tetapi yang ingin diketahui adalah bagian
abstraknya (Tafsir, 1991:15). Menurut Poedjawijatna filsafat adalah sejenis pengetahuan
yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya tentang segala sesuatu berdasarkan
pikiran belaka. Sementara Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa filsafat adalah sejenis
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia. Berbeda lagi dengan Aristoteles (384-322 SM) berpendapat
bahwa filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat
bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh
filsafat dengan ilmu. Dari pemahaman dan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa filsafat merupakan pengetahuan, prinsip, upaya yang menjadi pangkal utaman
dalam memberikan suatu penilaian terhadap suatu objek yang dikaji secara bijaksana
sesuai dengan keyakinan, dan sebagai rasa ingin tahu tentang adanya kebenaran. (Yasin,
2018)

2.2. Ontologo dalam Filsafat Ilmu


Secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya adalah “Ontos”
dan “Logos”. Ontos adalah “yang ada” sedangkan Logos adalah “ilmu”. Sederhananya,
ontologi merupakan ilmu yang berbicara tentang yang ada. Secara istilah, ontologi adalah
cabang dari ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan
yang meliputi keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.Ontologi kerap
kali diidentikkan dengan metafisika. Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat apa yang terjadi. Ontologi menjadi pembahasan yang utama
dalam filsafat, dimana membahas tentang realitas atau kenyataan. Pada dasarnya ontologi
berbicara asas-asas rasional dari yang ada atau disebut suatu kajian mengenai teori tentang
“ada”, karena membahas apa yang ingin diketahui dan seberapa jauh keingintahuan
tersebut. (Rokhmah, 2021).Ontologi dalam kajian pendidikan karakter lebih menekankan
pada aspek hakikat keberadaan, yang dimaksud keberadaan di sini adalah keberadaan

2
pendidikan karakter. Dalam konteks ini yang berusaha di bahas oleh ontologi pendidikan
karakter adalah mencoba mencari hakikat pendidikan budi pekerti dan hakikat manusia.
Dari pemahaman tersebut, sudah tentu hakikat pendidikan atau ontologi pendidikan
berakar dari kebutuhan hidup manusia yang berhubungan dengan proses berpikir.
(Rahmadani, 2021)

2.3. Macam-Macam Ontologi Dipandang Dari Segi Sifat Dan Jumlah


1.Keberadaan dipandang dari segi jumlah (Kuantitas), artinya berapa banyak kenyataan yang
paling dalam itu. Pandangan ini malahirkan beberapa aliran filasafat sebagai jawabannya, yaitu
sebagai berikut ;.
a. Monisme, Aliran yang menyataknan bahwa hanya satu kenyataan yang fundamental.
Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau subtansi lainnya yang tidak dapat
diketahui. Tokohnya antara lain: Thales (625-545 SM) yang berpendapat bahwa kenyataan
yang terdalam adalah sebuah subtansi, yaitu air.
b. Dualiasme (Serba Dua), Aliran yang menganggap adanya dua subtabsi yang masing-
masing berdiri sndiri. Tokoh-tokoh yang termasuk aliran ini adalah Plato (428-348 SM),
yang membadakan dua dunia, yaitu dunia indra (bayang-bayang) dan dunia ide (dunia yang
terbuka bagi rasio manusia).
c. Pluralisme (Serba Banyak) Aliran yang tidak mengakui adanya satu subtansi atau dua
subtansi melainkan banyak subtansi. Para filsuf yang termasuk pluralisme diantaranya
Empedokles (490-430 SM) yang mrnyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas 4 unsur,
yaitu udara, api, air, dan tanah.
2 Keberadaan Dipandang dari Segi Sifat (Kualitas) menimbulkan beberapa aliran sebagai
barikut.;
 Spiritualisme, yang mengandung beberapa arti, yaitu: pertama. Ajaran yang menyatakan
bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh (Pneuma, Nous, Reason, Logos), yakni roh yang
mendasari dan mengisi seluruh alam. Spirituliasme dalam arti ini dilawankan dengan
materialisme. kedua. Kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistis yang menyatakan
adanya roh mutlak. Dunia indra dalam pengertian ini sebagai dunia ide. Ketiga,Dipakai dalm
istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama.
keempat Kepercayaan bahwa roh orang mati berkomunikasi dengan roh orang yang orang

3
tertenntu dan melalui bentuk wujud yang lain. Istilah spiritualisme lebih tepat dikenakan bagi
kepercayaan semacam ini. Aliran spiritualisme juga disebut idealisme (serba cita).
 Materialisme Adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang nyata
kecuali materi. Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan materi yang dapat dikembalikan
pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk, dan
menempati ruang. Hal-hal yang bersifat keharmonian seperti pikiran, jiwa, keyakinan rasa
sedih, dan rasa senang tidak lain hanyalah pengungkapan proses kebendaan. Tokoh aliran ini
antara lain Demokritos (460-370 SM), Berkeyakinan bahwa alam semesta tersusun atas
atom atom kecil yang memiliki bentuk dan badan. (Yasin, 2018)

4
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencari sebab yang
paling dalam dari segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Filsafat berfokus pada
aspek abstrak, meski objek penelitiannya bisa konkret. Filsafat juga mencakup
pengetahuan, prinsip, dan upaya yang menjadi pangkal utama dalam memberikan
penilaian terhadap suatu objek yang dikaji secara bijaksana sesuai dengan
keyakinan, dan sebagai rasa ingin tahu tentang adanya kebenaran.Ontologi adalah
cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu
keberadaan. Ontologi berbicara tentang asas-asas rasional dari yang ada atau
disebut suatu kajian mengenai teori tentang “ada”. Dalam konteks pendidikan
karakter, ontologi lebih menekankan pada aspek hakikat keberadaan pendidikan
karakter dan hakikat manusia.Ontologi bisa dipandang dari segi jumlah (kuantitas)
dan sifat (kualitas). Dalam hal jumlah, ada Monisme (hanya satu kenyataan yang
fundamental), Dualisme (dua subtansi yang berdiri sendiri), dan Pluralisme
(banyak subtansi). Sementara itu, dalam hal sifat, ada Spiritualisme (kenyataan
yang terdalam adalah roh) dan Materialisme (tidak ada yang nyata kecuali materi).

3.2.Saran
Penulisan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan,baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan
dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan
dan masukan yang bersifat membangun.Demikianlah makalah yang kami buat ini,
semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf
apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas.
Sekian penutup dari Saya semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya.Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika
dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna.

5
DAFTAR PUSTAKA

Yasin, V. (2018). FILSAFAT LOGIKA DAN ONTOLOGI ILMU KOMPUTER. JISAMAR, 69-
74.
Rahmadani, E. (2021). ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN
KARAKTER. Journal of Science and Social Research , 3.
Rokhmah, D. (2021). ILMU DALAM TINJAUAN FILSAFAT: ONTOLOGI,
EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 176-177.

Anda mungkin juga menyukai