Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat mulai muncul pada abad ke-7 sebelum masehi. Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala
sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.  Superlan Suhartono menyatakan ilmu
pengetahuan terbagi menjadi empat yaitu ilmu alam, ilmu kemanusiaan, ilmu
sosial dan ilmu ketuhanan.
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-
dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu. Di sini, filsafat ilmu sangat
berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk
dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep
dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut
dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta
memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah
informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam
penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno


dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya,
kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan.

1
Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.

Ontologi adalah cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang


hakikat ilmu pengetahuan. Dalam enelitian kuantitatif,ontologi muncul dalam
bentuk aliran aliran misalnya idealisme, rasionalisme, materialisme, dan
sebagainya. Keterkaitan antara enelitian kuantitatif dan kualitatif memang
tidak erlu diragukan lagi jadi ontologi adalah ilmu yang membahas seluk
beluk ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian ontologi?
2. Bagaimana objek ontologi?
3. Bagaimana aliran ontologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi ontologi?
2. Untuk mengetahui objek objek ontologi?
3. Untuk mengetahui apa saja aliran aliran ontologi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan, ontologi berasal dari kata


yunani ontos (ada) dan logos (ilmu)1. Sedangkan inggrisnya ontology. secara
istilah diartikan sebagai cabang filsafat yang membahas sifat-sifat pokok dari
keberadaan hal ihwal, misalnya: banyak sedikitnya sesuatu, niscaya-tidaknya,
tampak-tidaknya, kadar aktualisasi dan potensialitasnya, pola perubahan
katagori waktunya dan kadar ketergantungannya pada sesuatu yang lain. 2
sementara itu surajiyo (2005), mengartikan ontology dengan ilmu
pengetahuan atau ajaran tentang yang ada 3 Dari beberapa arti tentang ontologi
yang telah disebutkan, sekiranya dapat diambil makna ontologi kaitannya
dengan filsafat ilmu, yaitu cabang dari filsafat ilmu 4 yang objek
pembahasanya adalah segala sesuatu yang ada yang berada di alam fisik yang
bisa diamati atau ditangkap oleh panca indra. Menurut Ali Mudhlofir (dalam
Surajiyo, 2005)5, orang yang ahli dalam masalah ontologi disebut sebagai
ontologis.
Sejak dini dalam pikiran orang barat sudah menunjukan munculnya
perenungan Sejak dini dalam pikiran orang Barat sudah menunjukan
munculnya perenungan ontologis, sebagaimana Thales (625-545 SM) ketika
ia merenungkan dan mencari apa sesungguhnya hakikat “yang ada” (being)
itu, yang pada akhirnya ia berkesimpulan bahwa asal usul dari segala sesuatu

1 Berbeda dengan yang disampaikan oleh surajiyo (2005). Ontologi berasal dari kata ta onta (segala
sesuatu yang ada dan logia ( ajaran atau ilmu pengetahuan), lihat hal.118. tetapi pada esensinya
memiliki maksud yang sama.
2 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan
Nusantara (LPKN), 1997, hal. 744.
3 Surajiyo, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005, hal. 5.
4 Kenapa disebut sebagai cabang filsafat ilmu bukan filsafat, karena memang ontologi dibawah
cabang filsafat ilmu, sedang filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat. Lihat Jujun S Suriasumantri
(1988), hal. 32.
5 Surajiyo, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005, hal. 118

3
(yang ada) itu adalah air. persoalan dalam keberadaan atau ontologis, ada tiga
pandangan yang masing-masing menimbulkan aliran yang berbeda,tiga segi
pandangan yaitu:

1. Keberadaan dipandang dari segi jumlah (kuantitas) sehingga


melahirkan beberapa aliran sebagai jawabannya yaitu: monisme,
dualisme dan pluralisme serta agnotisisme yaitu aliran yang
mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat materi
dan hakikat rohani dan menolak suatu kenyataan yang mutlak yang
bersifat transenden.6
2. Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas), dari segi ini
menimbulkan beberapa aliran yaitu spiritualisme dan materialisme.
3. Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian atau perubahan. Segi
ini melahirkan aliran mekanisme, teologi (serba Tuhan) dan vatalisme.

Dengan ungkapan yang berbeda Louis O Kattsof (dalam M. Zainiddin,


2003) membagi ontologi menjadi 3 bagian, yaitu: ontologi bersahaja, ontologi
kuantitatif dan kualitatif serta ontologi monistik. Dikatakan ontologi bersahaja
sebab segala sesuatu dipandang dalam keadaan sewajarnya dan apa adanya.
Dikatakan ontologi kuantitatif karena mempertanyakan mengenai tunggal atau
jamaknya dan dikatakan ontologi kualitatif karena juga berangkat dari
pertanyaan apakah yang merupakan jenis kenyataan itu. Sedangkan ontologi
monistik adalah jika dikatakan bahwa kenyataan itu tunggal adanya. Ontologi
monistik inilah yang pada gilirannya melahirkan monisme atau idealisme dan
materialisme. Dari pembagian persoalan tentang keberadaan (ontologi) yang
telah dipaparkan diatas, sekiranya dapat dikompromikan agar memiliki
kesamaan bahasa (bukan maksud), yaitu: meliputi ontologi kuantitas, ontologi
kualitas dan ontologi proses. Ontologi bersahaja lebih cenderung kepada
ontologi proses. Sedang ontologi monistik masuk dalam ontologi kuantitatif
dan ontologi kualitatif. Sementara itu juga ada yang menbagi ontologi

6 M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Media, 2003, hal. 32

4
berdasarkan jenis pertanyaan yang diajukan yaitu: What is being? (apakah
yang ada itu) yang dijawab dengan aliran monisme, dualisme dan pluralisme.
Where is being? (bagaimanakah yang ada itu). Aliran ini berpendapat bahwa
yang ada itu berada di alam ide, adi kodrati,universal, tetap abadi dan abstrak. 7
Aliran ini melahirkan aliran idealisme. dan How is being? (bagaimanakah
yang ada itu). Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap abadi atau
berubah-ubah? Dalam hal ini Zeno (490-430 SM) berpendapat bahwa sesuatu
itu sebenarnya khayalan belaka. Pendapat ini dibantah oleh Bregson dan
Russel, yang mengatakan bahwa alam ini dinamis, terus bergerak dan
merupakan struktur pristiwa yang mengalir terus secara kreatif. Melahirkan
aliran materialisme.

B. Objek ontologi
1. Objek Materi
Secara antologis, artinya metafisis umum, objek materi yang
dipelajari dalam plural ilmu pengetahuan, bersifat monistik pada tingkat
yang paling abstrak. Seluruh objek materi pluralitas ilmu pengetahuan,
seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan zat kebendaan berada
pada tingkat abstrak tertinggi, yaitu dalam kesatuan dan kesamaannya
sebagai makhluk. Kenyataan itu mendasari dan menentukan kesatuan
pluralitas ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, prulalitas ilmu
pengetahuan berhakikat satu, yaitu dalam kesatuan objek materinya.
Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika
ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan objek materi itu. Semua
makhluk, sebagai objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, secara
sistematis berhubungan dengan proses kausalistik. Keberasaan manusia
didahului dengan keberadaan binatang; keberadaan binatang didahului
keberadaan tumbuh-tumbuhan; dan keberadaan tumbuh-tumbuhan
didahului oleh zat kebendaan. Secara sistematis, masing-masing berada
dalam sistem saling bergantung ( interdependence ), dan zat kebendaan
7 M. Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Malang: Bayu Media, 2003, hal. 32.

5
terkecil ( atom ) secara eksistensial berfungsi sebagai sumber
ketergantungan makhluk-makhluk lain sesudahnya. Tetapi secara
substansial, keberadaan atom sebagai zat kebendaan terkecil itu bukanlah
dalam tingkat kesempurnaan (berdiri sendiri), melainkan berada pada
tingkat aksidental, artinya berada dengan cara ditentukan. Keberadaan zat
kebendaan demikian ditentukan oleh penyebab terdahulu, sekaligus
sebagai penyebab pertama dan terakhir, yang disebut ‘causa prima’. Oleh
karena itu, pada tingkat substansi tertinggi, seluruh pluralitas ilmu
pengetahuan, sebagai akibat prulalitas objeknya, berada dalam satu
kesatuan di dalam diri causa prima-nya.
2. Objek Forma
Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang,
yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan ruang
lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi
prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan
yang lain.
Dibandingkan dengan pengetahuan pada umumnya atau filsafat.
Ilmu pengetahuan pada umumnya atau filsafat, ilmu pengetahuan
mempersoalkan kebenaran secara khusus, konkret dan objektif, yang
selanjutnya desebut kebenaran objektif, yang selanjutnya disebut
kebenaran objektif. Kebenaran demikian tingkat kepastiannya lebih kuat,
karena didukung oleh fakta-fakta konkret dan empirik objektif. Dalam
hubunganya dengan perilaku, kebernaran objektif memberikan landasan
stabil dan establish sehingga suatu perilaku dapat diukur nilai
kebenarannya, dan bisa dipakai sebagai pedoman bagi semua pihak.
Sedangkan objektifitas suatu objek materi, apapun jenisnya, bukan terletak
pada keseluruhan tetapi pada bagian-bagian kecil dari objek itu.
Mengingat di dalam diri objek materi terdapat bagian-bagian yang prular,
dan mengingat keterbatasan subjek, maka dalam kegiatan ilmiah, subjek
prular memilah-milah objek studi ke dalam bagian-bagian, dan kemudian

6
memilih salah satu bagian sebagai lapangan studi. Lapangan studi inilah
yang dimaksud dengan objek forma.
C. Aliran-aliran ontologi
Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan
pokok pemikiran sebagai berikut:
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin ada dua. Harusla satu
hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi
ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas
dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok
dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah monism
oleh Thomas Davidson disebut Block Universe. Paham ini kemudian
terbagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalism.
Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya
fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh itu
hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan
salah satu cara tertentu.
Dalam perkembangannya, sebagai aliran yg paling tua, paham
ini timbum dan tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu
diwarnai dengan filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran ini
berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan
hakikat adalah:
 Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang
dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran
sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang
abstrak.

7
 Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa
pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat
sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam
peristiwa ini.
 Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda
seperti padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul disitu. Kesemuanya
ini memperkat dugaan bahwa yang memperkuat hakikat adalah
benda.
b. Idealisme
Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang
beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menepati ruang.
Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari penjelasan ruhani.
Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakikat benda adalah
ruhani, spirit atau sebangsanya adalah :
 Nilai ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih tinggi nilainya dari
materi bagi kehidupan manusia. Ruh ini dianggap sebagai
hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya,
bayangan atau penjelmaan saja.
 Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia diluar
dirinya.
 Materi ialah kumpulan energy yang menempati ruang. Benda
tidak ada, yang ada energy itu saja.
Materi bagi penganut idealism sebenarnya tidak ada. Segala
kenyataan ini termasuk kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak
hanya menguasai kenyataan manusia adalah ruh. Ruh itu tidak hanya
menguasai manusia perorangan, tetapi juga kebudayaan. Jadi
kebudayaan adalah perwujudan dari alam cita-cita itu adalah ruhani.

8
Karenanya aliran ini dapat disebut idealism dan dapat disebut
spiritualisme.
Aristoteles (284-322 SM) memberikan sifat keruhanian dengan
ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagai sesuatu tenaga
yang berada dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan
pengaruhnya dari benda itu.
2. Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik
materi ataupun ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa
hakikat itu ada dua aliran ini disebut dualisme. Aliran ini berpendapat
bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu
hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi
bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama
hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri
sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan
kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja
sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Umumnya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk
menerima prinsip dualism ini, kerana setiap kenyataan lahir dapat segera
ditangkap oleh pancaindera kita, sedang kenyataan batin dapat segera
diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk
merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan
mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme
dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham
yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur,
lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno
adalah substansi yang ada itu terbentuk dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api,
dan udara.

9
Tokoh modern aliran ini William James (1842-1910 M). kelahiran
New York dan terkenal sebagai seorang psiolog dan filosof Amerika.
Dalam bukunya The Meaning of Truth james mengemukakan, tiada
kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang
berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab sebab pengalaman
kita berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam
perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena dalam
praktiknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman
berikutnya. Oleh karena itu, tiada kebenaran yang mutlak, yang ada adalah
kebenaran-kebenaran, yaitu apa yang benar dalam pengalaman-
pengalaman yang khusus, yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman
berikutnya. Kenyataan terdiri dari banyak kawasan yang berdiri sendiri.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berate nothing atau tidak
ada. Sebuah dokrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif.
Dokrin tentang nihilism sebenarnya sudah ada semenjak zaman
Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang
memberikan tiga proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatu pun
yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada. Bukankah Zeno juga perna
sampai pada kesimpulan bahwa hasil pemikiran itu selalu tiba pada
paradox. Kita harus menyatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak,
terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta. Karena kontradiksi tidak
dapat diterima, maka pemikiran lebih baik tid menyatakan apa-apa tentag
realitas. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia dapat diketahui. Ini disebabkan
oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber
ilusi. Akal juga tidak mampu menyakinkan kita tentang alam semesta ini
karena kita telah dikukung oleh dilemma subjektif. Kita berfikir dengan
kemauan, ide kita, yang kita terapkan pada fenomena. Ketiga, sekalipun
realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada
orang lain.

10
5. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi ataupun hakikat ruhani. Timbulnya
aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu
menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri
dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya
suatu kenyataan mutlak yang bersifat trancedent. Agnostisisme adalah
paham pengingkaran atau penyangkalan manusia mengetahui hakikat
benda baik materi ataupun ruhani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme
yang berpendapat bahwa manusia diragukan kemampuannya mengetahui
hakikat.

11
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Menurut bahasa, anologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu,


On/Ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang
ada. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. metafisika umum atau ontologi
adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling
dalam dari segala sesuatu yang ada. Objek anologi terbagi menjadi dua
yaitu pertama objek materi, Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi
semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan objek
materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi pluralitas ilmu
pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses kausalistik.
Kedua objek Forma, Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau
titik pandang, yang selanjutnya menenentukan ruang lingkup. Berdasarkan
ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang
menjadi prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu
dengan yang lain. Aliran ontologi yaitu monoisme,dualisme,dualisme,
pluralisme,nihilisme,agnotisisme.

B.SARAN
Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan.
Sumber yang didapat pun sangat minim, namun penulis bisa memberi
saran bahwa pembelajaran tentang Filsafat ilmu bisa diterapkan oleh
semua kalangan yang ingin mengetahui tentang tentang karya ilmiah serta
dapat langsung dipelajari dalam pembuatan karya ilmiah seperti skripsi,
tesis, maupun disertasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dagun, Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga


Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN).
Nurrachmawati Nita. http://blog.uin-
malang.ac.id/nita/2011/01/25/ontologi-dalam-filsafat-ilmu/. diaskes 15
September 2013
Prabowo Hamudi. http://prabowo-
womanizer.blogspot.com/2012/10/pengertian-ilmu-sosial-dasar.html,
diakses 14 September 2013
Stefanus, Supriyanto. 2013. "Filsafat Ilmu". Presasti Pustaka Publisher,
Jakarta.
Surajiyo. 2005. Filsafat Ilmu Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 1988. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Zainuddin, M. 2003. Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Malang:
Bayu Media, 2003.

13

Anda mungkin juga menyukai